Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan alat dan mesin di berbagai bidang saat ini sangat dibutuhkan, hal ini
tentunya berkaitan dengan peningkatan baik secara kualitas maupun secara kuantitas
dari pekerjaan yang dilakukan. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun
mempunyai sumber daya alam yang melimpah serta tenaga kerja yang banyak, akan
tetapi sejarah ekonomi dan industri telah membuktikan bahwa melimpahnya sumber
daya alam yang dimiliki bukanlah merupakan jaminan yang mutlak untuk kemakmuran
suatu bangsa. Tersedianya sumber daya manusia yang ahli dan terampil serta menguasai
teknologi ternyata merupakan faktor dominan yang dapat mengantarkan suatu bangsa
untuk maju dibidang industri dan ekonomi, sehingga bukan suatu kebetulan apabila
negara-negara yang telah maju dibidang ekonominya juga kuat dibidang penguasaan
dan pengembangan teknologinya.

Selain negara yang sedang berkembang Indonesia merupakan ngara agraris, dimana
sebagian besar masyarakatnya bekerja dibidang pertanian, oleh sebab itu untuk
menunjang kegiatan pertanian sangat dibutuhkan alat dan mesin pertanian (Alsintan).
Seperti yang kita lihat saat ini masih banyak para petani menggunakan alat dan mesin
pertanian berteknologi sederhana untuk kegiatan dibidang pertanian, meskipun
penggunaan alat dan mesin pertanian berteknologi agak maju secara terbatas sudah
dilakukan.

Penerapan teknologi mekanisasi diharapkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik


pertaniannya, dimana dalam mendesain atau memodifikasi alat dan mesin pertanian
harus menyesuaikan dengan kondisi lokal yang ada, kemudian setelah itu baru
mendesain alat dan mesin pertanian untuk digunakan oleh petani atau konsumen.
Disektor manufacturing, peningkatan teknologi ini menuntut diadakan untuk
menciptakan desain alat dan mesin baru yang dapat meningkatkan kualitas kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Conveyor Screw

Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan untuk mengangkut bahan-bahan
industri yang berbentuk padat salah satuya adalah conveyor screw. Pada dasarnya
conveyor screw terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga
bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight. Conveyor screw digunakan
dalam banyak industri terutama industri pertanian. Conveyor screw dalam industri
modern sering digunakan secara horizontal atau sedikit miring sebagai cara yang efisien
untuk memindahkan bahan semi-padat, termasuk sisa makanan, serpihan kayu, biji-
bijian, pakan ternak, boiler abu, daging dan banyak lainnya.

Untuk mendapatkan conveyor panjang yang lebih sederhana dan murah, biasanya
conveyor tersebut itu disusun dari conveyor-conveyor pendek. Sepasang conveyor
pendek disatukan dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan disesuaikan
pasangan pilinannya. Setiap conveyor pendek mempunyai standar tertentu sehingga
dapat dipasang dengan conveyor pendek lainnya, yaitu dengan cara memasukkan salah
satu poros sebuah conveyor ke lubang yang terdapat pada poros conveyor yang lainnya.

Wadah conveyor biasanya terbuat dari lempeng baja, panjang satu buah wadah antara 8,
10, dan 12 ft tipe wadah yang paling sederhana hanya bagian dasarnya, yang berbentuk
setengah lingkaran dan terbuat dari baja, sedangkan sisi-sisi lurus lainnya terbuat dari
kayu. Conveyor screw ini terdiri dari baja yang memiliki bentuk spiral (pilinan seperti
ulir) yang tertancap pada shaft/poros dan berputar dalam suatu saluran berbentuk U
(through) tanpa menyentuhnya sehingga flight (daun screw) mendorong material ke
dalam trough. Shaf atau poros digerakkan oleh motor gear. Saluran (through) berbentuk
setengah lingkaran dan disangga oleh kayu atau baja.
Conveyor screw memerlukan sedikit ruangan dan tidak membutuhkan mekanik serta
membutuhkan biaya yang sedikit. Material bercampur saat melewati conveyor. Pada
umumnya screw conveyor dipakai untuk mengangkut bahan secara horizontal. Namun
bila diinginkan dengan elevasi tertentu bisa juga dipakai dengan mengalami penurunan
kapasitas 15 - 45% dari kapasitas horizontalnya.

Screw conveyor terdiri dari poros yang terpasang di screw yang berputar dalam casing
(trought) dan penggerak. Screw conveyor berputar secara konstan karena ditopang oleh
gantungan bantalan (hanger bearing) dan bantalan (bearing) yang terdapat pada tiap
ujung screw. Perputaran screw akan mendorong bahan sepanjang trought (casing).
Pada saat screw berputar, material dimasukkan melalui cawan pengisi (feeding hopper)
ke screw yang bergerak maju akibat daya dorong screw. Poros dan screw berputar
sepanjang lintasan yang sudah ada. Material atau bahan yang berada di dalam screw
akan dikeluarkan pada ujung trought atau bukaan bawah trought. Tidak semua jenis
bahan/material dapat dipindahkan dengan baik menggunakan screw conveyor, untuk
memindahkan bahan material yang berbentuk bongkahan besar, mudah hancur, abrasif
dan yang mudah menempel, screw yang akan digunakan harus dirancang terlebih
dahulu menyesuaikan dengan sifat material yang akan dipindahkan.

Kapasitas screw conveyor tergantung pada diameter screw (D meter), standart pitch (P
meter) dan kecepatan putar (n rpm). Persamaan yang digunakan untuk menghitung
kapasitas per menit screw adalah:
Q =AxPxn
dengan: A = Luasan screw
P = Pitch
n = kecepatan putar
A2

A1

Gambar Screw tampak depan

dimana: A  A1  A2
= πD π𝑑
A -
42 42
π
A  D  d
4

Jadi :
π
Q 
4
D  dp  rpm
dengan: Q = kapasitas screw (m3/ment)
D = diameter screw (m)
d = diameter poros screw (m)
P = standatr pitch (m)

Ada beberapa persamaan yang digunakan untuk menghitung kapasitas screw


conveyor diantaranya, yaitu:
1. Persamaan yang digunakan untuk menentukan kapasitas screw, yaitu:
πD2
Q=V x γ = 60 S x n x φ x γ x Cto/jam
4
dengan: V = Kapasitas, (m3/jam)
C = Faktor koreksi karena inklinasi conveyor
𝛽 = 00 50 100 150 200
𝐶 = 1 0,9 0,8 0,7 0,65
D = Diameter Screw (m)
S = Screw Pitch, untuk aliran lambat, material abrasif S = 0,8 D
𝜑 = Loading Eficiency
a. 0,125 untuk aliran lambat, material abrasive
b. 0,25 untuk aliran lambat, material sedikit abrasive;
c. 0,32 untuk aliran bebas mengalir, material sedikit
abrasive
d. 0,4 untuk aliran bebas mengalir, material tidak abrasive
Y = Berat curah bahan, (ton/m3)
N =Kecepatan putar screw, (rpm)
Kecepatan putar screw tergantung pada kapasitas yang diperlukan, diameter
screw, dan sifat bahan yang hendak dipindah. Kecepatan putar minimum dan
maksimum screw sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel 1 Kecepatan Min dan Max Screw

2. Persamaan yang digunakan untuk menentukan kapasitas screw, yaitu


D2-D1
Q= x P x rpm
36,6

dengan: Q = Kapasitas,(ft3/hour)
D = Diameter screw,(inch)
d = Diameter batang poros,(inch)
P = Pitch,(inch)

Nilai 1/36,6 merupakan nilai mutlak/konstanta, nilai ini diperoleh dengan cara
menyamakan satuan dari m3/menit menjadi ft3/hour.
ft3 π 1 ft 60 menit ft2
= x inch x x inch2 x
hour 4 12 inch jam 144 inch 2

ft3 π 1 ft 60 ft2
= x x x
hour 4 12 jam 144
ft3 188,4 ft3 1 ft3
= =
hour 6912 jam 36,6 jam

3. Persamaan yang digunakan untuk menentukan kapasitas screw, yaitu:


 a b v

dimana a adalah rata-rata potongan melintang dari material yang lewat, dan
ditentukan menggunakan persamaan:

kpd2
a=
4
dengan: T = kapasitas
d = merupakan diameter trough,
k = factor loading
v= kecepatan rata-rata material

Kecepatan rata-rata material adalah sama dengan jarak pitch dari screw per putaran
ulir, untuk jarak pitch conveyor (p) sama dengan garis tengah screw (d). satuan
yang digunakan pada kecepatan putar (n), yaitu: rev/sec atau rev/min. Nilai v
diperoleh:
v=np=nd

Ukuran dari screw conveyor berdiameter antara 150 mm hingga 750 mm, dan nilai
k (loading factor) bervariasi antara 15 – 45 % tergantung dari jenis material yang
akan dipindahkan. Kecepatan putar (n) juga bervariasi antara 50 – 100 rev/min.
Tabel 2 menunjukkan nilai k (loading factor) dan kecepatan yang dibutuhkan untuk
berbagai jenis material.

Tabel 2. Faktor loding (k) dan kecepatan (n) untuk screw


k n
Material
(%) (rev/min)
45 100 Butiran kering, grain, dried peas, dll
30 100 Tepung, serbuk kayu, dll.
30 50 Batu bara, semen, garam, dll.
15 50 Pasir, bauksit, dll.

Gambar 2. Perencanaan pembuatan screw


Rancangan fungsional dalam perencanaan screw conveyor
1. Proses desain suatu produk
a. Ide : memunculakan ide tentang suatu produk yang diinginkan oleh pasar
yang harus dipenuhi
b. Spesifikasi : spesifikasi yang jelas tentang penggambaran semua akibat dari
produk yang harus dipenuhi secara general mengacu pada pemilihan bahan,
teknik/proses yang digunakan, kompleksitas desain, dan lain-lain.
c. Konsep : setelah memperhitungkan alternatif-alternatif tentang spesifikasi
produk maka muncul konsep desain yang menjadi acuan selanjutnya yaitu
berupa model-model yang memberikan kemudahan manufaktur.
2. Pengenalan material teknik
Material teknik yang dapat digunakan untuk memenuhi fungsi-fungsi teknik
seperti: kekuatan, ketahanan aus, tahan panas, kelenturan
3. Bagian-bagian dari rancangan Screw Conveyor

2.2 Jenis Material Pembuatan conveyor screw

Austenitic type 300 yaitu 304 pada dasarnya material umum yang digunakan untuk
mengolah bahan makanan adalah plat stainlees steel food grade 304 merupaka standar
18/8 stanslees steel yang mengandung 18% nickel dengan maksimum 0,08% carbon.
18/10 SS yang mengandung 18 chromium dan 10% nickel juga dikenal sebagai grade
304. Grade 304 memiliki karakteristik pembentukan dan pengelasan yang sangat baik
dan daya tahan karat yang baik terhadap berbagai asam di dalam buah, sayuran, susu,
daging, dan sebagainya. SS-304 adalah stainless steel yang paling umum digunakan,
misalnya pada bak cuci piring (sinks), teko kopi, dispenser, termos, panci, alat memasak
dan prabotan rumah tangga. Penomoran sistem seri 300 (mis: grade 304 stainless steel),
400 dan buku pedomon produk stainless steel yang berisi penandaan, analisa kimia,
sifat mekanik dan fisik pada masing-masing grade dilakukan oleh AISI (American Iron
and Steel Institute) dan The Iron and Steel Society.
2.3 Perencanaan Screw Conveyor
2.3.1 Putaran Screw Conveyor
Dimensi screw conveyor direncanakan sebagai berikut
 Diameter screw (Ds) = 45 mm = 1,77 in
 Diameter poros (Dp) = 20 mm = 0,787 in
 Jarak pitch (P) = 300 mm = 11,811 in
 Kapasitas (desain) = 80 Kg/jam

Untuk memperoleh putaran poros screw berdasarkan kapasitas yang


direncanakan dengan persamaan berikut:
C 0,7854 (Ds2 -Dp2 ). P. K.60
=
n 1728
dengan: C = kapasitas mesin, ft3/jam
n = putaran poros screw, rpm
K = persentase pembeban = 0,3 conveyor tipe A kelas 2

 Mencari laju aliran volume C:


diketahui kapasitasi dalam 80 kg/jam dan densitas biji kopi 561 kg/m3
m 80 kg/m3 0,1426 m3 ft3
C= = = x =5,0389 ft3 /jam
ρ 561 kg/m3 jam 0,0283 m3

Sehingga putaran poros screw adalah:


1728 . C 1728 x 5,0389
n= =
0,7854 (Ds2 -Dp2 ). P.K.60 0,7854 [(1,77)2 -(0,787)2 ] . 0,787 . 0,3 . 60
= 311 rpm

2.3.2 Daya yang Diperlukan Untuk Screw Conveyor


Daya yang diperlukan untuk screw conveyor harus dipenuhi oleh motor
penggerak agar proses berjalan dengan baik.
Data perhitungan daya motor yang dibutuhkan adalah:
 Kapasitas screw conveyor (C) = 5,0389 ft3/jam
 Panjang screw (L) = 0,984 ft
 Putaran screw conveyor = 311 rpm
Kebutuhan daya untuk menggerakkan screw dalam kondisi tanpa beban
(Hpf), dan daya yang digunakan untuk memindahkan material (Hpm).
L. n.Fd .Fb
Hpf =
106
C.L.W.Ff . Fm .Fp
Hpm =
106
dimana: C = kapasitas, ft3/jam = 5,0389 ft3/jam
W = densitas biji kopi
561 kg/m3 m3 lb
= x x =35 lb/ft3
m 3 35,3147 ft3 0,454 kg

Fd = faktor diameter = 12
Ff = faktor flight =1
Fb = faktor bearing = 1 (ball bearing)
F0 = faktor beban lebih = 3, karena Hpf + Hpm < 0,2 Hp
Fm = faktor material = 0,6
Fp = faktor paddle = 1, karena tidak memiliki paddle

Besar daya untuk menggerakkan screw conveyor adalah:


L. n.Fd .Fb 0,984 x 311 x 12 x 1
Hpf = 6 = =0,0036 Hp
10 106
C.L.W.Ff . Fm .Fp 5,0389 x 0,984 x 35 x 1 x 0,6 x 1
Hpm = = =0,000104 Hp
106 106

2.4 Perhitungan Kebutuhan Daya Motor Penggerak


Data kebutuhan energy untuk memisahkan kulit dengan biji kopi adalah:
E
=170 kJ/kg
m

Sehingga daya yang dibutuhkan untuk memisahkan kulit dengan biji kopi
dengan kapasitas 80 kg/jam adalah:
E m jam
P= x x
m jam 3600 s
kJ 80 kg jam
= 170 kg x x 3600 s = 3,77 kW
jam

Hp
Hpjc = 3,77 kW x = 4,93 Hp
0,764 kW
Effisiensi penggerak 0,94 untuk masing-masing pasangan reduksi dengan
transmisi sabuk V dan roda gigi lurus.

Maka kebutuhan daya motor total adalah:


Hpjc + Hpf + Hpm 4,93+ 0,0036 + 0,000104
Hpmotor = = =5,583 Hp
0,94 x 0,94 0,8836

2.5 Perhitungan Dan Perencanaan V-Belt


Data-data yang diperlukan adalah berdasarkan data daya motor hasil
perhitungan, yaitu 5,583 Hp sehingga dipilih motor yang ada dipasaran yaitu
motor induksi 3 fase yang dikeluarkan oleh Hitachi model TFO-K (7,5 Hp)
dengan spesifikasi sebagai berikut:
 Hpmotor = 7,5 Hp
 Putaran motor = 1470 rpm
 Diameter poros motor = 28 mm
 Penampang pasak = 8 x 8 mm2

Sedangkan data-data lain direncanakan sebagai berikut:


 Rasio transmisi (i) =3
 Diameter puli kecil (dp) = 3 in = 76,2
 Jarak antara poros motor = 300 rpm

Berat jenis sabuk –V umumnya 0,05 lb/in3 = 1,36 x 10-5 N/mm3


Luas penampang sabuk –V = 83,019 mm3
Berat sabuk –V persatuan panjang (W’) = 1,36 x 10-5 x 83,019
= 1,13 x 10-3 N/mm
= 1,13 N/m
Koefisien gesek antara belt dan puli = 0,3
2β = 400, maka β = 200
a. Putaran dan Diameter Puli yang Digerakkan
n1 Dp
i = =
n2 dp
n1 1470 rpm
n2 = = = 490 rpm
3 3
Dp = dp x i = 3 x 3 = 9 in

b. Menghitung Torsi yang Dihasilkan


 Untuk Puli Penggerak (T1):
716,2 x 5
T1 = = 2,436 kg.m=23,89 Nm
1470

 Untuk Puli yang Digerakkan (T2)


716,2 x 5
T2 = =7,308 kg.m=71,69 Nm
490

c. Kecepatan Linear Sabuk –V


𝜋𝑑𝑝 𝑛1 𝜋 𝑥 76,2 𝑥 1470
𝑉𝑝 = = = 5,86 m/s
60 𝑥 1000 60000

d. Panjang Sabuk L
Direncanakan jarak sumbu kedua puli (c) adalah 300 mm, maka panjang
sabuk adalah:
π 1
L = 2C+ (dp +Dp )+ (Dp -dp )2
2 4C
π 1
= 2 x 300+ (76,2-228,6)+ (228,6-76,2)2
2 4 x 300

= 600+478,8+19,35=1098,13 mm

Dari hasil perhitungan panjang sabuk –V adalah 1098,13 mm sedangkan


yang digunakan adalah yang tersedia dipasaran yaitu 1118 mm dengan
nomor nominal sabuk –V adalah No. 44.
e. Sudut Kontak Sabuk –V pada Alur Puli
57 (Dp - dp )
θ = 1800 - C
57 (228,6-76,2)
=1800 - 300
0
= 151,044
rad
= 151,0440 x = 2,636 rad
57,29580

f. Menghitung Gaya Inersia Sentrifugal Sabuk –V (Fc)


W'Vp 2 1,13 x (5,86)2
Fc = = = 3,959 N
g 9,8

g. Perhitungan Tegangan pada Sisi Tarik (F1) dan Sisi Kendor (F2)

γ= eμθ/sinβ
γ= e0,3 x 2,636/ sin 20
γ=10,095

γ T1
F1 = Fc + ( )
γ-1 r1
10,095 23,89
F1 =3,959 N+ ( ) N
10,095-1 0,0381
= 700 N

T1
F2 = F1 -
r1
23,89
= 700 N- (0,0381) N

= 72,96 N

h. Perhitungan Gaya Keseluruhan Pada Poros


Fp = F1 + F2
= 700+72,96=772,96 N
lb
= 772,96 N x =173,69 lb
4,45 N
2.6 Perhitungan Roda Gigi Lurus
Pada mekanisme pemisahan biji kopi dengan kulitnya, roda gigi berfungsi untuk
memindahkan daya yang diperoleh dari sabuk –V pada poros antara dengan
putaran 490 rpm untuk diteruskan ke poros screw yang berfungsi sebagai
mekanisme pemisahan biji kopi dengan kulitnya dengan rencana putaran sebesar
311 rpm.
Roda gigi direncanakan:
 Diameter Pitch (P) =4
 Sistem Gigi = 200 full depth
 Jumlah gigi penggerak = 24
 Rasio transmisi (i)

n2 311
i= = = 0,63
n1 490

a. Menghitung Diameter dan Jumlah Gigi dari Roda Gigi


 Roda Gigi Penggerak
Nt1 24
d1 = = = 6 in
P 4

 Roda Gigi yang Digerakkan


d1
i=
d2
d1 6
d2 = = = 9,52 in
i 0,63

 Jumlah Gigi
Nt2 = d21 x P = 9,52 x 4 = 38,08

b. Menghitung Jarak Sumbu Antar Roda Gigi


d1 + d2 6 + 9,52
C= = = 7,76 in
2 2
2.7 Perhitungan Diameter Poros
2.7.1 Poros Antara
Diameter minimum poros harus dihitung agar nantinya ketika mesin berjalan
poros mampu menahan beban puntir dan beban bending akibat dari proses
transmisian daya dari motor.
a. Menghitung Massa Roda Gigi (Wg) dan Massa Puli (Wg)
Bahan roda gigi dan pulli adalah besi tuang kelabu ASTM 35 dengan berat
jenis 0,26 lb/in3.
Massa roda gigi pada poros perantara dengan roda gigi dan pulli dianggap
sebagai piringan.

t
t

Untuk Pulli : h = 9 in, t = 1 in


Untuk Roda Gigi : h = 6 in, t = 1 in

 Maka volume masing-masing komponen adalah:


1 2 π x (9)2 x 1
VR = π h t = = 63,61 in3
4 4
1 π x (6)2 x 1
VP = π h2 t = =28,27 in3
4 4

 Sehingga massa masing-masing komponen diperoleh:


lb
Wg = ρVR = 0,26 3 x 63,61 in3 = 16,53 lb
in
lb
Wp = ρVp = 0,26 3 x 28,27 in3 = 7,35 lb
in
2.7.2 Poros Screw
a. Menghitung Massa Roda Gigi (Wg)
Bahan roda gigi dan pulli adalah baja tuang kelabu ASTM 35 dengan berat
jenis 0,26 lb/in3.

Untuk roda gigi : h = 12 in, t = 1 in

Maka volume masing-masing komponen adalah:


1 π x (12)2 x 1
Vg = π h2 t = =113,1 in3
4 4

Sehingga massa masing-masing komponen diperoleh:


lb
Wg = ρVR = 0,26 3 x 113,1 in3 = 29,406 lb
in

2.8 Perencanaan Bantalan


Pemasangan bantalan pada mekanisme ini bertujuan untuk menumpu poros
berbeban sehingga putaran dapat berlangsung halus dan berumur panjang.
Bantalan harus kokoh sehingga poros dan elemen mesin lainnya dapat bekerja
dengan baik. Bantalan yang digunakan direncanakan adalah tipe deep groove
ball bearings, single row yang dikeluarkan oleh SKF.
a. Poros Antara
Berdasarkan diameter poros 21,26 mm maka dapat dipilih SKF 62/22
dengan spesifikasi sebagai berikut:
 Diameter dalam bantalan = 22 mm
 Diameter luar bantalan = 50 mm
 Lebar bantalan = 14 mm
lb
 C = 14 kN = 14000 N x = 3146 lb
4,45 N
lb
 C0 = 7,65 kN=7650 N x =1719 lb
4,45 N

Bahan ekivalen P dicari dengan persamaan berikut:


P = XVFr + YFa

Dengan V= 1 untuk inner ring yang berputar.


Poros hanya menerima badan radial, maka X=1 dan Y=0
 Gaya radial yang bekerja pada poros antara adalah:

Fr = √(Fr )2 +(Fp )2

=√(180,58)2 + (147,2)2 =233 lb

Fa = 0

 Maka beban ekivalen untuk bantalan pada poros antara adalah:


P = (1)(1) 233 = 233 lb

 Sedangkan umur bantalan dihitung dengan persamaan berikut:


106 C b
L10 = (P)
60 n

Dimana putaran poros antara adalah 490 rpm, sedangkan b bernilai 3


untuk jenis bantalan ball bearing sehingga umur bantalannya adalah:
106 3146 3
L10 = ( ) = 83726 jam
60 x 490 233
b. Poros Screw
Berdasarkan diameter poros 20 mm maka dipilih SKF 61804 dengan
spesifikasi sebagai berikut:
 Diameter dalam bantalan = 20 mm
 Diameter luar bantalan = 32 mm
 Lebar bantalan = 7 mm
lb
 C = 4,03 kN=4030 N x = 906 lb
4,45 N
lb
 C0 = 2,32 kN=2320 N x = 521 lb
4,45 N

Beban ekivalen P dicari dengan persamaan berikut:


P = XVFr + YFa
Dengan V=1 untuk inner ring yang berputar.
Poros hanya menerima beban radial, maka X=1 dan Y=0

 Gaya radial yang bekerja pada poros antara adalah:


Fr = Fr
Fr = 180,58 lb
Fa = 0

 Maka beban ekivalen untuk bantalan pada poros antara adalah:


P = (1)(1)180,58 = 180,58 lb

 Sedangkan umur bantalan dihitung dengan persamaan berikut:


106 C b
L10 = ( )
60 n P

Dimana putaran poros antara adalah 311 rpm, sedangkan b bernilai 3


untuk semua jenis bantalan ball bearing sehingga umur bantalannya
adalah:
106 906 3
L10 = ( ) = 6768 jam
60 x 311 180,58

Anda mungkin juga menyukai