Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PERAWATAN PERMESINAN DASAR 2

PRAKTIKUM PERAKITAN DAN PENYEBARISAN


BANTALAN DENGAN BLOK BANTALAN
GELINDING

Penyusun:
Hendrik Prayoga
4.21.16.1.13
MS – 3B

TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018

i
Lembar Pengesahan
Perakitan dan Peyebarisan Bantalan Dengan
Blok Bantalan Gelinding

Laporan praktikum “Perakitan dan Penyebarisan Bantalan Dengan Blok Bantalan Gelinding”
oleh:
Nama : Hendrik Prayoga
Kelas : MS 3B
No Absen : 13
NIM : 4.21.16.1.13
Laporan ini dibuat sebagai hasil dari praktikum perakitan dan penyebarisan bantalan dengan blok
bantalan gelinding yang telah dilaksanakan pada tanggal 7,14,21 dan 28 September 2018 di
Laboratorium Perawatan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang.

Semarang, 5 Oktober 2018


Mengetahui, Mahasiswa,
Dosen Pembimbing

Ignatius Gunawan Widodo, S.T., M.T. Hendrik Prayoga


NIP19630925. 199010.1.001 NIM4.21.16.1.13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Perakitan Dan Penyebarisan Bantalan Dengan
BlokBantalan Gelinding oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin
Produksi dan Perawatan Politeknik Negeri Semarang ini dengan sebaik – baiknya.
Tujuan dibuatnya laporan ini untuk mendapatkan nilai pada matakuliah Praktikum
Perawatan Permesinan Dasar 2 serta sebagai laporan dari hasil praktikum Perakitan Dan
Penyebarisan Bantalan Dengan BlokBantalan Gelinding.
Didalam pengerjaan laporan ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Ignatius Gunawan Widodo, S.T., M.T.selaku dosen pembimbing praktikum
yang telah membimbing dalam praktikum hingga pembuatan laporan ini selesai.
2. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis
secara moril maupun materi hingga pembuatan laporan ini selesai.
3. Kakak dan adik tercinta juga anggota keluarga dan kerabat yang senantiasa
memberikan doa dan dukungan semangat kepada penulis.
4. Rekan – rekan praktikum yang telah berjuang dalam proses praktikum bersama.
Penulis telah berusaha menyajikan laporan ini dengan sebaik – baiknya, namun penulis
sadar bahwa laporan yang sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan dan akan diterima dengan senang hati demi
perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan penulis
sendiri, Amin.

Semarang,Oktober 2018

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam perancangan suatu alat dibutuhkan beberapa komponen pendukung. Teori


komponen berfungsi untuk memberi landasan dalamperancangan ataupun pembuatan alat.
Ketepatan dan ketelitian dalampemilihan berbagai nilai atau ukuran dari komponen itu
sangatmempengaruhi kinerja dari alat yang akan dirancang.
Mesin merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang selaluberkaitan dengan
elemen-elemen mesin yang bekerja sama satu denganyang lainnya secara kompak sehingga
menghasilkan suatu rangkaiangerakan yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Dalammerencanakan sebuah mesin harus memperhatikan faktor keamanan baikuntuk mesin
itu sendiri maupun bagi operatornya. Dalam pemilihan elemen-elemen dari mesin juga harus
memperhatikan kekuatan bahan, safety factor,dan ketahanan dari berbagai komponen
tersebut. Adapun elemen tersebutdiantaranya adalah bantalan.
Perawatan mesin sangat penting dilakukan agar menjaminkeberlangsungan proses
produksi di dalam industri. Kondisi getaran sebuahmesin dapat dilihat dari pemantauan
getaran bantalan gelinding atau rumahbantalan gelinding dan atau dari pemantauan getaran
perputaran elemenpada mesin. Pemantauan kondisi getaran tersebut bisa dilakukan terus
menerus atau hanya pada beberapa waktu tertentu saja. Pemantauan getaran dilakukan untuk
memantau “sehat atau tidaknya” sebuah mesin dalamjangka waktu pemakaian mesin
tersebut, tergantung dari tipe mesin dankomponen yang ingin dipantau. Dari waktu
pemantauan yang dilakukan,kondisi “tidak sehat” dari sebuah mesin dapat lebih awal
diketahui sehinggadapat diambil tindakan perbaikan pada mesin tersebut. (ISO 13373-
1:2002(E)).

1.2 Tujuan

Pada akhir pelajaran praktek ini, mahasiswa diharapkan mampu:


a. Merakit dan membongkar bantalan bola mapan sendiri baris ganda
b. Menyebariskan blok dan merakitnya
c. Memasang cincin penutup

1.3 Manfaat

Praktikum Perakitan Dan Penyebarisan Bantalan Dengan Blok. Bantalan Gelinding ini
memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat merakit dan membongkar bantalan bola mapan sendiri baris ganda.
b. Mahasiswa dapat menyebariskan blok dan merakitnya.
c. Mahasiswa dapat mampu memasang cincin penutup.

i
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bantalan Gelinding (Bearing)

Bearing atau yang sering disebut sebagai bantalan gelinding merupakan sebuah
elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif antara dua atau lebih
komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan. Bantalan gelinding juga
menjaga poros (shaft) agar selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga menjaga
komponen yang bergerak linear agar selalu berada pada jalurnya. Bantalan gelinding
mempunyai elemen yang berputar dan bagian yang diam saat bekerja yang terletak antara
poros dan rumah bantalan gelinding. Kegagalan perputaran bantalan gelinding merupakan
salah satu penyebab utama kerusakan dalam sebuah mesin (Niu, 2005). Kerusakan
bantalan gelinding harus diprediksi dengan akurat karena akan menentukan berapa lama
sisa umur fungsi dari sebuah mesin. Bearing atau bantalan gelinding adalah suatu
komponen yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada mesin atau komponen-
komponen yang bergerak dan saling menekan satu dengan yang lainnya.

Bila gerakan dua permukaan yang saling berhubungan terhambat, maka akan
menimbulkan panas. Hambatan ini dikenal sebagai gesekan (fiction). Gesekan yang terus
menerus akan menyebabkan panas yang makin lama semakin meningkat dan
menyebabkan keausan pada komponen tersebut. Gesekan yang tidak terkontrol dapat

i
menyebabkan kerusakan pada komponen dan alat tidak bisa bekerja. Bantalan gelinding
digunakan untuk menahan atau menyangga komponen komponen yang bergerak.
Bantalan gelinding biasanya dipakai untuk menyangga perputaran pada shaft, dimana
terjadi sangat banyak gesekan. Fungsi dari Bantalan gelinding antara lain mengurangi
gesekan, panas dan aus, menahan beban shaft dan mesin, menahan radial load dan thrust
load, menjaga toleransi kekencangan serta mempermudah pergantian dan mengurangi
biaya operasional.

2.1 Jenis-Jenis Bantalan Gelinding


1. Single row groove ball bearings
Bearing ini mempunyai alur dalam pada kedua cincinnya. Karena memiliki
alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan beban secara ideal pada
arah radial dan aksial. Maksud dari beban radial adalah beban yang tegak lurus
terhadap sumbu poros, sedangkan beban aksial adalah beban yang searah sumbu
poros.

2. Double row self aligning ball bearings


Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-masing baris mempunyai alur
sendiri-sendiri pada cincin bagian dalamnya. Pada umumnya terdapat alur bola pada
cincin luarnya. Cincin bagian dalamnya mampu bergerak sendiri untuk
menyesuaikan posisinya. Inilah kelebihan dari jenis ini, yaitu dapat mengatasi
masalah poros yang kurang sebaris.

i
3. Single row angular contact ball bearings
Jenis ini ideal untuk beban radial. Bearing ini biasanya dipasangkan dengan
bearing lain, baik itu dipasang secara pararel maupun bertolak belakang, sehingga
mampu juga untuk menahan beban aksial.

4. Double row angular contact ball bearings


Disamping dapat menahan beban radial, jenis ini jgua dapat menahan beban
aksial dalam dua arah. Karena konstruksinya juga, jenis ini dapat menahan beban
torsi. Jenis ini juga digunakan untuk mengganti dua buah bearing jika ruangan yang
tersedia tidak mencukupi.

i
5. Double row barrel roller bearings
Bearing ini mempunyai dua baris elemen roller yang pada umumnya
mempunyai alur berbentuk bola pada cincin luarnya. Jenis ini memiliki kapasitas
beban radial yang besar sehingga ideal untuk menahan beban kejut.

6. Single row cylindrical bearings


Jenis ini mempunyai dua alur pada satu cincin yang biasanya terpisah. cincin
dapat bergerak aksial dengan mengikuti cincin yang lain. Hal ini merupakan suatu
keuntungan, karena apabila bearing harus mengalami perubahan bentuk karena
temperatur, maka cincinya akan dengan mudah menyesuaikan posisinya. Jenis ini
mempunyai kapasitas beban radial yang besar pula dan juga cocok untuk kecepatan
tinggi.

7. Tapered roller bearings


Dilihat dari konstriksinya, jenis ini ideal untuk beban aksial maupun radial.
Jenis ini dapat dipisah, dimana cincin dalamnya dipasang bersama dengan rollernya
dan cincin luarnya terpisah.

i
8. Single direction thrust ball bearings
Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksila dalam satu arah
saja. Elemenya dapat dipisahkan sehingga mudah melakukan pemasangan. Beban
aksial minimum yang dapat ditahan tergantung dari kecepatannya. Jenis ini sangat
sensitif terhadap ketidaksebarisan (misalignment) poros terhadap rumahnya.

9. Double direction thrust ball bearings


Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksila dalam satu arah
saja. Elemenya dapat dipisahkan sehingga mudah melakukan pemasangan. Beban
aksial minimum yang dapat ditahan tergantung dari kecepatannya. Jenis ini sangat
sensitif terhadap ketidaksebarisan (misalignment) poros terhadap rumahnya.

i
10. Ball and socket bearings
Bearing jenis ini mempunyai alur dalam berbentuk bola, yang bisa membuat
elemennya berdiri sendiri. Kapasitasnya sangat besar terhadap beban aksial. Selain
itu juga dapat menahan beban radial secara simultan dan cocok untuk kecepatan yang
tinggi.

2.3 Pelumasan Bantalan Gelinding

Pelumasan bantalan gelinding yaitu dengan pelumasan Oli meneral yang tidak
mengandung bahan pelarut harus digunakan untuk melumasi bantalan gelinding. Pada
temperatur diatas +125C didianjurkan menggunakan oli sintetis, misalnya poyglycol.
Bahan-bahan yang ditambahkan untuk mempertinggi kemampuan pelumas hanya bila
kondisi kerjanya sangat istimewa. Sebagai pelumas biasanya digunakan oli yang memiliki
indeks viskositas dari yang menengah sampai tinggi. Bagaimanapun juga, pada angka
putaran yang tinggi boleh digunakan oli berviskositas rendah, agar tempratur bantalan tetap
rendah.
Perlumasan bantalan gelinding dimaksudkan untuk mengurangi gesekan dan keausan
pada elemen gelinding dan sangkar, membawa keluar panas yang terjadi serhta mencegah
korosi dan masuknya debuk. Cara pelumasannya ada 2 macam,yaitu :
1. Pelumasan Gemuk.
Pelumasan gemuk lebih disukai karena penyekatnya lebih sederhana, semua
gemuk bermutu baik dan memberikan umur panjang kepada bantalan, cara yang
umum pada penggemukan adalah dengan mengisi bagian dalam bantalan dengan
gemuk sebanyak mungkin, untuk ruang yang cukup besar.
2. Pelumasan Minyak
Pelumasan dengan minyak merupakan cara yang berguna untuk kecepatan

i
tinggi atau temperature tinggi. Pelumasan minyak merupakan cara yang berguna
untuk kecepatan tinggi atau temperatur tinggi. Yang paling populer diantaranya
adalah pelumasan celup. Pada cara ini, dengan poros mendatar, minyak harus
diisikan sampai tengah-tengah elemen gelinding yang terendah. Adalah suatu
keharusan bahwa temperatur minyak dijaga tetap. Untuk maksud ini dipakai pipa
pendingin atau sirkulasi air. Untuk poros tegak, bila berputar dibawah kecepatan,
tinggi permukaan minyak harus sedemikian rupa hingga 30-50 % dari elemen
gelinding tercelup dalam minyak.

2.4 Bahan Material Bantalan Gelinding


Cincin dan elemen gelinding pada bantalan pada umunya dibuat dari baja bantalan khrom
karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan panas. Baja ini
dapat memberikan umur panjang dengan keausan sangat kecil.

Untuk bantalan yang memerlukan ketahanan khusus terhadap kejutan, dipakai baja
paduan karbon rendah yang kemudian diberi perlakuan panas dengan sementasi. Baja semen
yang kedalaman sementasinya dan kekerasan dari inti dan permukaannya adalah sedang,
dapat menahan tumbukan yang besar beberapa kali kemampuan baja bantalan.

Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat terdapat baja kecepatan tinggi atau
deretan martensit dari baja tahan karat.

2.5 Pembebaban
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil (beban ringan) dari
pada bantalan luncur,tergantung pada bentuk elemen gelindingnya.

Kelakuan bantalan gelinding membawa beban aksial. Bantalan radial mempunyai sudut
kontak yang besar antara elemen dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial.
Bantalan bola macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut, dan bantalan rol kerucut
merupakan bantalan yang dibebani gaya aksial kecil.

i
2.6 Penyebab-Penyebab Kerusakan Pada Bantalan Gelinding

a. Kesalahan bahan
1. faktor produsen: yaitu retaknya bantalan setelah produksi baik retak halus maupun
berat, kesalahan toleransi, kesalahan celah bantalan.
2. faktor konsumen: yaitu kurangnya pengetahuan tentang karakteristik pada bearing.
b. Penggunaan bearing melewati batas waktu penggunaannya (tidak sesuai dengan
petunjuk buku fabrikasi pembuatan bearing).
c. Pemilihan jenis bearing dan pelumasannya yang tidak sesuai dengan buku petunjuk
dan keadaan lapangan (real).
d. Pemasangan bearing pada poros yang tidak hati-hati dan tidak sesuai standart yang
ditentukan.
Kesalahan pada saat pemasangan, diantaranya:
1. Pemasangan yang terlalu longgar, akibatnya cincin dalam atau cincin luar yang
berputar yang menimbulkan gesekan dengan housing/poros.
2. Pemasangan yang terlalu erat, akibatnya ventilasi atau celah yang kurang sehingga
pada saat berputar suhu bantalan akan cepat meningkat dan terjadi konsentrasi
tegangan yang lebih.
3. Terjadi pembenjolan pada jalur jalan atau pada roll sehingga bantalan saat berputar
akan tersendat-sendat.
e. Terjadi misalignment, dimana kedudukan poros pompa dan penggeraknya tidak lurus,
bearing akan mengalami vibrasi tinggi. Pemasangan yang tidak sejajar tersebut akan
menimbulkan guncangan pada saat berputar yang dapat merusak bearing. Kemiringan
dalam pemasangan bearing juga menjadi faktor kerusakan bearing, karena bearing
tidak menumpu poros dengan tidak baik, sehingga timbul getaran yang dapat merusak
komponen tersebut.

i
2.7 Ketidaksejajaran Poros

Ketidaksejajaran poros atau misalignment adalah kondisi dimana hubungan poros pada
mesin tidak sejajar. Terdapat dua jenis ketidaksejajaran poros yaitu angular misalignment dan
parallel misalignment. Angular misalignment adalah ketidaksejajaran poros dimana poros
yang satu dengan yang lain akan membentuk sudut tertentu. Sedangkan Parallel
misalignment adalah ketidaksejajaran poros dimana sumbu rotasi poros yang satu dengan
yang lain tidak sejajar. Grafik pada domain frekuensi akan berbeda antara angular
misalignment dan parallel misalignment seperti yang terlihat pada gambar 1.2 dibawah ini:

i
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Berikut ini merukapan alat yang digunakan saat praktikum Perakitan dan
Penyebarisan Bantalan Dengan Blok Bantalan Gelinding antara lain:
 Kunci pas/ring
 Obeng (-)
 Palu Plastik
 Kunci Momen
 Kunci Jangkar
 Alat bantu spesial
 Pengukur kerataan (spirit level)
 Mikrometer
 Dial Indicator
 Feeler gauge
 Pewarna Biru
 Pelat kuningan (shim)
 Gemuk (grease)

3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Pembongkaran
Urutan pembongkaran praktikum ini:
 Lepaskan baut pada tutup bantalan
 Angkat tutup bantalan
 Angkat poros dengan bantalan dari blok bantalan dan tempatkan pada blok
V
 Bersihkan kaki blok bantalan
 Gunakan kunci jangkar untuk melepas mur pengunci bantalan
 Lepaskan pelat pengunci
 Keluarkan bantalan dengan menggunakan alat bantu yang sesuai
 Angkat kaki blok bantalan
 Angkat pelat dasar dan semua

i
Sekarang segala sesuatunya telah terlepas dari rangka bantalan:
Perhatikan:
 Tinggalkan kerangka bantalan
 Gunakan peralatan-peralatan yang berada di meja perakitan
3.2.2 Pemeriksaan dan Perawatan
 Bersihkan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati semua komponen
 Periksa semua komponen dari kemungkinan kerusakan
 Periksa diameter poros dengan menggunkan mikrometer. Diameter poros
50f7
 Periksa bantalan, cincin dalam bantalan adalah konis nomor bantalan
1211K
 Periksa apakah sarung adaptor terpasang sempurna
 Periksa pelat pengunci dan murnya
3.2.3 Perakitan
Perakitan dengan urutan:
 Pasanglah salah satu pelat dasar dengan baut yang masih kendor
 Tepatlah pelat dasar terhadap sisi rumah bantalan dengan menggunakan
palu plastik, kemudian kencangkan
 Pasanglah kaki blok bantalan dalam keadaan dapat dikendorkan pada pelat
dasar
 Pasanglah kaki blok bantalan sepesat dengan pelat dasar, gunakan palu
plastik untuk menepatkan
 Pasang pelat dasar pada kedua kaki blok bantalan. Kendorkan baut
pengikatnya memungkinkan adanya penggeseran jika diperlukan
 Pasanglah bantalan bola mapan sendiri baris ganda pada poros. Tepatkan
sarung penyesuai pada poros. Ukur jarak pada blok bantalan
 Letakkan kedua bantalan pada sarung penyesuai
 Pasang kedua pelat pengunci. Bibir pengunci harus searah dengan mur
pengunci
 Pasang kedua mur pengunci. Yakinkan sisi kemiringan menghadap ke
bantalan
 Kencangkan mur pengunci dengan tangan
 Ukurlah kelonggaran celah (clearance) elemen gelinding dengan cincin
bantalan dengan feeler gauge (sesuaikan terhadap tabel bantalan)
 Kencangkan mur dengan pengunci jangkar. Pengecangan sedemikian rupa
sehingga kelonggaran sesuai dengan nilai di tabel.

i
 Periksalah kedua bantalan berputar secara mulus. Anda dapat mengukur
celah/ kelonggaran dengan dia; indicator yang ditempatkan pada cincin
bagian luar bantalan. Selanjutnya gerakkan secara hati-hati cincin luarnya
ke arah atas
 Pasanglah cincin pelumas yang sudah dilumasi pada bantalan
 Letakkan dengan hati-hati poros ke dalam blok bantalan. Berikan minyak
pelumas pada rumah bantalan
 Pasanglah plat dasar dalam kaki blok bantalan yang belum dikencangkan,
sehingga poros berada lurus pada kaki blok bantalan
 Pasang cincin pelumas pada tutup bantalan
 Pasang tutup bantalan. Perharikan letak pena
 Pasang baut bagian atas kencangkan menggunkan kunci torsi. Torsinya
30Nm

i
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum


Kode baut: 4,8
M10 » Ø9,8
1. Jarak antara poros
C-D = 63,138 cm
A-B = 63 cm

2. Jarak antara poros teradap sumbu


C-D = 59,138 cm
A-B = 59 cm

3. Ukuran poros
Diameter poros A = 40 mm
Diamater posos B = 40 mm
Diameter poros C = 40 mm
Diameter poros B = 40 mm

4. Tinggi poros dari landasan


Poros A = 24,454 cm
Poros B = 24,682 cm
Poros C = 24,730 cm
Poros D = 24,386 cm

5. Panjang poros
A-C = 599,42 mm
B-D = 604,32 mm

6. Ukuran bearing
Diamter dalam ball bearing = 46,5 mm
Diamter dalam roller bearing = 46,4 mm
Diamter luar roller bearing = 85 mm
Diamter sarung bantalan roller =46 mm
Diamter luar ball bearing = 85 mm

i
i
i
4.2 Pembahasan
Dari data-data yang kami dapatkan dapat dilihat bahwa untuk penyebarisan poros yang
ditopang oleh bantalan. Untuk bantalan gelinding pada saat sebelum dibongkar poros tersebut
tidak bisa diputar dengan lancar dan didapat clearance yang sudah melebihi toleransi yang
diizinkan, hal ini menurut kami dapat terjadi karena bantalan tersebut sudah mengalami
keausan yang cukup parah sehingga mengakibatkan poros yang kontak dengan bearing
menjadi tidak rata, hal ini dapat juga terjadi karena pelumasan yang lambat atau bahkan
jarang dilakukan pelumasan ,Sebagaimana kita ketahui bahwa pelumasan sangat penting
untuk mencegah gesekan yang berlebihan yang dapat menimbulkan panas sehingga
berdampak pada memuainya bearing yang dipakai tersebut dan juga penyebab bantalan
gelinding tidak bisa diputar adalah karena poros satu dengan poros lainnya tidak sesumbu
atau sejajar sehingga menyebabkan bantalan gelinding sulit berputar. Setelah dilakukan
pembongkaran ternyata bantalan gelinding bisa berputar dengan lancar karena dilakukan
penyebarisan bantalan gelinding dan sedikit diberi pelumas.

i
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dibawah ini beberapa kesimpulan yang kami dapatkan dari pelaksaan praktikum
perakitan dan penyebarisan bantalan ini diantaranya :
a. Pembongkaran dan perakitan sebuah bantalan yang terdapat dalam sebuah rangkaian
mesin diperlukan ketelitian untuk melakukan perlakuan tersebut agar komponen yang
lainnya tidak mengalami kerusakan yang dapat menyebabkan mesin tidak dapat
beroperasi.
b. Dalam penyebarisan poros bantalan sangat berperan penting dalam hal ini, dimana
seperti yang kita ketahui bantalan merupakan penopang poros tersebut, sehingga untuk
melakukan penyebarisan dapat dilakukan dengan mengukur poros menggunakan dial
indicator sebagai parameter kemudian dilakukan perbaikan sesuai prosedur yang
berlaku, sim dapat digunakan untuk kasus ini, sebagai penyeimbang dudukan bearing
tersebut.
c. Memeriksa kesejajaran dan ketegaklurusan poros terhadap bidang datar dilakukan
dengan menggunakan dial indikator, bila jarum bergerak berlawanan arah jarum jam
maka ujung benda harus diangkat dengan mengganjal ujung blok menggunakan siems,
begitu sebaliknya..

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan demi terciptanya kesempurnaan dalam
melakukan praktikum perakitan dan penyebarisan bantalan ini diantaranya :
a. Saat melakukan pembongkaran bearing dari porosnya dilakukan dengan hati-hati,
jangan sampai poros tersebut jatuh menimpa kaki anda.
b. Ketika mengencangkan baut pada saat melakukan perakitan bearing, gunakan kunci
momen untuk mengencangkannya sesuaikan besarnya momen dengan table yang
tersedia.
c. Pastikan jika selesai praktik bereskan alat praktik jangan sampai ada yang ketinggalan

i
i

Anda mungkin juga menyukai