Anda di halaman 1dari 38

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi, roda gigi telah banyak mengalami
perubahan, baik dari segi geometri maupun bahannya yang telah disesuaikan pada
kegunaan roda gigi tersebut. Roda gigi dibuat dengan tujuan agar mengurangi
gejala slip yang berakibat berkurangnya transmisi gerakan dan tenaga pada suatu
shaft dari sistem. Di dalam aplikasi penggunaan transmisi roda gigi sering
dijumpai beberapa masalah, misalnya patah pada kepala roda gigi, ausnya lubang
poros pada roda gigi dan timbulnya suara berisik pada roda gigi.
Dari pendahuluan diatas, sesuai dengan yang akan dibahas yakni tentang
Perancangan Roda Gigi 1 Pada Sistim Tranmisi Motor Honda Karisma, pada
pembahasan kali ini penulis akan membahas secara terperinci dari masalah roda
gigi diatas, supaya kinerja roda gigi lebih efisien dan Motor dapat berjalan dengan
lancar.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas penulis meliputi :
1. Perancangan ulang roda gigi 1 pada motor Honda Kharisma
2. Analisa gaya dan tegangan

1.3 Tujuan
Tujuan penulis melakukan perancancangan ini adalah :
1. Dapat mengetahui bahan yang tepat untuk roda gigi
2. Dapat mengetahui besar gaya dan tegangan pada roda gigi 1

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari laporan ini meliputi :
1. Pembaca dapat memahami tentang masalah-masalah yang sering terjadi pada
roda gigi
2. Pembaca dapat memahami perawatan roda gigi yang benar

1 Fakultas Teknik UNJANI


1.5 Batasan Masalah
Pada penulisan laporan ini dilakukan pembatasan agar masalah yang
dibahas menjadi lebih terarah, dimana batasan masalahnya antara lain :
1. Perancangan roda gigi yang penulis bahas adalah roda gigi 1.
2. Sepeda motor yang digunakan dalam menerapkan analisa sistim roda gigi
adalah Honda karisma 125 cc.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini adalah bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, serta sistematika
penulisan.
BAB II : DASAR TEORI
Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan penulis untuk
menganalisa sistim roda gigi.
BAB III : METODELOGI
Pada bab ini akan dibahas tentang metodelogi dengan menggunakan
flowchart dan penjelasannya.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi hasil dan pembahasan dari metodelogi yang telah dibuat
sebelumnya.
BAB V : PENUTUP
Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dari bab sebelumnya dan pada
bab ini penulis juga menuliskan saran yang mungkin berguna bagi pengguna.

2 Fakultas Teknik UNJANI


2. Dasar Teori
2.1 Pengertian Roda Gigi
Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang
tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering
digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan
lebih kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda
gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi
lainnya, yaitu :
1. Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang
besar.
2. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
3. Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
4. Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.
5. Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.

Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua
poros. Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.
Dalam teori, roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir
tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.

2.2 Klasifikasi Roda gigi


Roda gigi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menurut letak poros.
2. Menurut arah putaran.
3. Menurut bentuk jalur gigi

3 Fakultas Teknik UNJANI


2.2.1 Menurut Letak Poros
Menurut letak poros maka roda gigi diklasifikasikan seperti tabel dari
(Sularso : 212) berikut :
Letak Poros Roda gigi Keterangan

Roda gigi lurus Klasifikasi atas dasar


Roda gigi miring bentuk alur gigi
Roda gigi
dengan poros
Roda gigi miring ganda Arah putaran berlawanan
sejajar
Roda gigi luar Arah putaran sama
Roda gigi dalam dan pinion
Batang gigi dan pinion Gerakan lurus dan
berputar
Roda gigi kerucut lurus Klasifikasi atas dasar
Roda gigi kerucut spiral bentuk jalur gigi
Roda gigi
Roda gigi kerucut zerol
dengan poros
Roda gigi kerucut miring Roda gigi dengan poros
berpotongan
Roda gigi kerucut miring ganda berpotongan berbentuk
Roda gigi permukaan dengan istimewa
poros berpotongan
Roda gigi miring silang
Rodagigi Batang gigi miring silang
dengan poros Roda gigi cacing silindris
silang Rodagigi cacing selubung ganda Kontak gigi
Roda gigi cacing samping Gerak lurus dan berputar
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid
Roda gigi permukaan silang

Tabel 2.1 Klasifikasi Roda Gigi

4 Fakultas Teknik UNJANI


2.2.2 Menurut Arah Putaran
Menurut arah putarannya, rodagigi dapat dibedakan atas :
1. Roda gigi luar ; Arah putarannya berlawanan.
2. Roda gigi dalam dan pinion ; Arah putarannya sama.

2.2.3 Menurut Bentuk Jalur Gigi


Berdasarkan bentuk jalur giginya, roda gigi dapat dibedakan atas :
2.2.3.1 Roda Gigi Lurus
Roda gigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel.
Dibandingkan dengan jenis roda gigi yang lain roda gigi lurus ini paling mudah
dalam proses pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Roda
gigi lurus ini cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar,
karena tidak menimbulkan gaya aksial.

Gambar 2.1 Roda Gigi Lurus

Ciri-ciri roda gigi lurus adalah :


1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
3. Kecepatan keliling < 200 m/s
4. Rasio kecepatan yang digunakan
 Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
 Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
 Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan
5. Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung
disain dan ukuran.

5 Fakultas Teknik UNJANI


Jenis-jenis roda gigi lurus antara lain :
1. Roda gigi lurus (external gearing)
Roda gigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 2.2. Pasangan
roda gigi lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran
dalam arah yang berlawanan.

Gambar 2.2 Roda Gigi Lurus Luar

2. Roda gigi dalam (internal gearing)


Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar.
3. Roda gigi Rack dan Pinion
Roda gigi Rack dan Pinion (Gambar 2.3) berupa pasangan antara batang gigi
dan pinion roda gigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar
menjadi lurus atau sebaliknya.

Gambar 2.3 Roda Gigi Rack dan Pinion

6 Fakultas Teknik UNJANI


4. Roda gigi permukaan
Roda gigi lurus permukaan (gambar 2.4) memiliki dua sumbu saling
berpotongan dengan sudut sebesar 90˚.

Gambar 2.4 Roda Gigi Permukaan

2.2.3.2 Roda Gigi Miring


Roda gigi miring (gambar 2.5) kriterianya hampir sama dengan roda gigi
lurus, tetapi dalam pengoperasiannya roda gigi miring lebih lembut dan tingkat
kebisingannya rendah dengan perkontakan antara gigi lebih dari 1.

Gambar 2.5 Roda Gigi Miring

Ciri-ciri roda gigi miring adalah :


1. Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.
2. Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
3. Kemampuan pembebanan lebih besar dari pada rodagigi lurus.
4. Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda
gigi yang kokoh.

7 Fakultas Teknik UNJANI


Jenis-jenis roda gigi miring antara lain :
1. Roda gigi miring biasa

Gambar 2.6 Roda Gigi Miring Biasa

2. Roda gigi miring silang

Gambar 2.7 Roda Gigi Miring Silang

3. Roda gigi miring ganda

Gambar 2.8 Roda Gigi Miring Ganda

8 Fakultas Teknik UNJANI


4. Roda gigi ganda bersambung

Gambar 2.9 Roda Gigi Ganda Bersambung

2.2.3.3 Roda Gigi Kerucut


Roda gigi kerucut (gambar 2.10) digunakan untuk mentransmisikan 2 buah
poros yang saling berpotongan.

Gambar 2.10 Roda Gigi Kerucut

Jenis-jenis rodagigi kerucut antara lain :


1. Roda gigi kerucut lurus

Gambar 2.11 Roda Gigi Kerucut Lurus

9 Fakultas Teknik UNJANI


2. Roda gigi kerucut miring

Gambar 2.12 Roda Gigi Kerucut Miring

3. Roda gigi kerucut spiral

Gambar 2.13 Roda Gigi Kerucut Spiral

4. Rodagigi kerucut hypoid

Gambar 2.14 Roda Gigi Kerucut Hypoid

2.2.3.4 Roda Gigi Cacing


Ciri-ciri roda gigi cacing adalah:
1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang
dibentuk kedua sumbu sebesar 90˚.
2. Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi.

10 Fakultas Teknik UNJANI


3. Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari
roda cacing ke cacing (mengunci sendiri).
4. Perbandingan reduksi bisa dibuat sampai 1 : 150.
5. Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi
(biasanya 2 sampai 4).
6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarnya
kecil.
Batasan pemakaian roda gigi cacing adalah:
1. Kecepatan roda gigi cacing maksimum 40.000 rpm
2. Kecepatan keliling roda gigi cacing maksimum 69 m/s
3. Torsi roda gigi maksimum 70.000 m kgf
4. Gaya keliling roda gigi maksimum 80.000 kgf
5. Diameter roda gigi maksimum 2 m
6. Daya maksimum1.400 Hp

Peningkatan pemakaian rodagigi cacing seperti gambar 2.15, dibatasi pada


nilai i antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk
mentransmisikan daya yang besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya
hubungan seri dengan salah satu tingkat roda gigi lurus sebelum atau sesudahnya
untuk dapat mendapat reduksi yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik.

Gambar 2.15 Roda Gigi Cacing

11 Fakultas Teknik UNJANI


Pemakaian dari roda gigi cacing meliputi: gigi reduksi untuk semua tipe
transmisi sampai daya 1.400 Hp, diantaranya pada lift, motor derek, untuk mesin
tekstil, rangkaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin freis dan juga untuk
berbagai sistim kemudi kendaraan.
Adapun bentuk profil dari rodagigi cacing ditunjukkan seperti pada gambar 2.16 :

N-worm E-worm K-worm H-worm


i ii iii iv
Gambar 2.16 Profil Roda Gigi Cacing

1. N-worm atau A-worm


Gigi cacing yang punya profil trapozoidal dalam bagian normal dan bagian
aksial, diproduksi dengan menggunakan mesin bubut dengan pahat yang
berbentuk trapesium, serta tanpa proses penggerindaan.
2. E-worm
Gigi cacing yang menunjukkan involut pada gigi miring dengan β antara 87˚
sampai dengan 45˚.
3. K-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk
trapezoidal, menunjukkan dua kerucut.
4. H-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk cembung.

Tipe-tipe dari penggerak roda gigi cacing antara lain :


1. Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid

Gambar 2.17 Cylindrical Worm Gear Dengan Pasangan Gigi Globoid

12 Fakultas Teknik UNJANI


2. Globoid worm gear dipasangkan dengan rodagigi lurus

Gambar 2.18 Globoid Worm Gear Dipasangkan Dengan Roda Gigi Lurus

3. Globoid worm drive dipasangkan dengan roda gigi globoid

Gambar 2.19 Globoid Worm Drive Dipasangankan dengan Roda Gigi Globoid

4. Roda gigi cacing kerucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut globoid
yang dinamai dengan roda gigi spiroid (gambar 2.20)

Gambar 2.20 Roda Gigi Cacing Kerucut Dipasangkan Dengan Roda Gigi
Kerucut Globoid

2.3 Nama-nama Bagian Roda Gigi


Berikut beberapa buah istilah yang perlu diketahui dalam perancangan roda
gigi yang perlu diketahui yaitu :

13 Fakultas Teknik UNJANI


1. Lingkaran pitch (pitch circle)
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi,
jarak antara gigi dan lain-lain.
2. Pinion
Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.
3. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter)
Merupakan diameter dari lingkaran pitch.
4. Diametral Pitch
Jumlah gigi persatuan pitch diameter
5. Jarak bagi lingkar (circular pitch)
Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau
keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi, secara formula dapat
ditulis :
d b1
t=
z
6. Modul (module)
Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi.
d b1
m=
z
7. Adendum (addendum)
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch
diukur dalam arah radial.
8. Dedendum (dedendum)
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah
radial.
9. Working Depth
Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang rodagigi yang berkontak
dikurangi dengan jarak poros.

14 Fakultas Teknik UNJANI


10. Clearance Circle
Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari gigi yang
berpasangan.
11. Pitch point
Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang rodagigi yang berkontak
yang juga merupakan titik potong antara garis kerja dan garis pusat.
12. Operating pitch circle
lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang rodagigi yang berkontak dan
jarak porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis benar.
13. Addendum circle
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.
14. Dedendum circle
Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi.
15. Width of space
Tebal ruang antara rodagigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
16. Sudut tekan (pressure angle)
Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sisi kepala
gigi.
17. Kedalaman total (total depth)
Jumlah dari adendum dan dedendum.
18. Tebal gigi (tooth thickness)
Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
19. Lebar ruang (tooth space)
Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran pitch
20. Backlash
Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang.
21. Sisi kepala (face of tooth)
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch
22. Sisi kaki (flank of tooth)
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.

15 Fakultas Teknik UNJANI


23. Puncak kepala (top land)
Permukaan di puncak gigi
24. Lebar gigi (face width)
Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.

Gambar 2.21 Bagian-bagian Dari Roda Gigi Kerucut Lurus

16 Fakultas Teknik UNJANI


3. METODOLOGI
3.1 Flow Chart

START

MERUMUSKAN MASALAH

PENGUMPULAN DATA

NO ANALISIS DATA

PERHITUNGAN

YES
HASIL DAN PEMBAHASAN

SKETSA GAMBAR

DOKUMEN

FINISH

Gambar 3.1 Flow Chart

17 Fakultas Teknik UNJANI


3.2 Penjelasan Flow Chart
Merumuskan Masalah
Suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah.
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan berupa spesifikasi motor.
Analisis Bahan
Untuk mengelola data bahan yang telah dikumpulkan lalu dihitung sehingga dapat
dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan.
Perhitungan
Menghitung apa yang sudah didapat dari analisis data, jika perhitungan tidak tepat
bisa dapat dianalisis kembali.
Hasil dan Pembahasan
Mellihat hasil dan membahasan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya.
Sketsa Gambar
Berisi tentang sketsa gambar komponen-komponen yang berkaitan dengan
laporan ini.
Dokumen
Berisi tentang bukti berupa foto, bahwa penulis benar-benar melakukan praktikum
Desmen 3.

18 Fakultas Teknik UNJANI


3.3 Diagram Alir Perhitungan

START

1. Daya yang akan ditransmisikan P


(kW)
Putaran poros n1 (rpm)
Perbandingan reduksi i
Jarak sumbu poros a (mm)

2. Faktor koreksi fc

3. Daya rencana Pd (kW)

4. Diameter semnetara lingkaran jarak


bagi d’1, d’2 (mm)

5. Modul pahat m
Sudut tekanan pahat a0 (˚)

6. Jumlah gigi z1, z2


Perbandingan gigi i

7. Diameter lingkaran jarak bagi (roda


gigi standar) d01, d02 (mm)
Jarak sumbu poros a0 (mm)

8. Kelonggaran sisi C0 (mm)


Kelonggaran puncak ck (mm)

b a

19 Fakultas Teknik UNJANI


b a

9. Diameter kepala dk1, dk2 (mm)


Diameter kaki df1, df2 (mm)
Kedalaman pemotongan H (mm)

10. Faktor bentuk gigi Y1, Y2

11. Kecepatan keliling υ (m/s)


Gaya tangensial Ft (kg)

12. Faktor dinamis fυ

13. Bahan masing-masing gigi,


perlakuan panas
Kekuatan tarik σB1, σB2 (kg/mm2)
Kekerasan permukaan gigi HB1,
HB2

14. Tegangan lentur yang diizinkan σa1,


σa2 (kg/mm2)
Faktor tegangan kontak kH
(kg/mm2)

15. Beban lentur yang diizinkan per


satuan lebar F’b1, F’b2 (kg/mm)
Beban permukaan yang diizinkan
persatuan lebar F’H (kg/mm)
Harga minimum F’b1, F’b2, F’H
F’min (kg/mm)

b a

20 Fakultas Teknik UNJANI


b a

16. Lebar sisi b (mm)

17. Bahan poros dan perlakuan


panasnya
Bahan pasak dan perlakuan
panasnya

18. Perhitungan diameter poros dS1, dS2


(mm)
Penentuan pasak dan alur pasak
(mm)
Tebal antara dasar alur pasak dan
dasar kaki gigi Sk1, Sk2

19. b/m : (6-10)


Y d/b : 1,5
Sk1/m : 2,2

20. Modul pahat m


Sudut tekanan pahat a˚
Jumlah gigi Z1, Z2
Jarak sumbu poros a (mm)
Diameter luar dk1, dk2 (mm)
Lebar gigi b (mm)
Bahan roda gigi, dan perlakuan
panasnya
Bahan poros dan perlakuan
panasnya
Diameter poros ds1, ds2 (mm)

21 Fakultas Teknik UNJANI


a

STOP

END

Gambar 3.2 Diagram Alir Perhitungan (sularso:246)

22 Fakultas Teknik UNJANI


3.4 Spesifikasi Kendaraan

Gambar 3.3 Honda Karisma 125D

Model: Honda Kharisma


Tahun: 2003-2004
Produksi: Indonesia
Honda Kharisma 125D (2003)
Mesin: 4-stroke, SOHC, 1 cylinder
Kapasitas mesin: 124.9 cc (125)
Diameter x langkah: 52,4 x 57,9 mm
Rasio kompresi: 9,0 : 1
Max. power: 9,3 ps @ 7500 rpm
Max. torsi: : 10,1 N.m @ 4000 rpm
Pendingin: udara
Pengapian: CDI-DC, Battery
Battery/accu: MF 12V-3,5 Ah
Busi: ND U20EPR9, NGK CPR6EA-9
Transmisi: 4-speed (N-1-2-3-4-N) rotary
Kopling: otomatis, basah, ganda
Starter: electric dan kick
Dimensi:
Panjang x lebar x tinggi: 1901 x 708 x 1078 mm

23 Fakultas Teknik UNJANI


Jarak sumbu roda: 1246 mm
Jarak ke tanah: 137 mm
Kapasitas olie mesin: 0.70 liter
Tangki bbm: 3,7 liter
Berat: – 101,6 kg (NF125-Honda Kharisma 125)
– 102,2 kg (NF125D-Honda Kharisma 125D)
Suspensi : – depan: telescopic
– belakang: swing arm, double shockbreaker
Ban : – depan: 2,50 – 17 38L
– belakang: 2,75 – 17 41P
Rem : – depan: – drum (tromol) (NF125-Honda Kharisma 125)
– cakram hidrolis (NF125D-Honda Kharisma 125D)
– belakang: tromol

24 Fakultas Teknik UNJANI


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

RodaGigi Penggerak αo Roda Gigi yang digerakan

n2
n3
b

2 3
a

Gambar 4.1. Posisi roda gigi lurus

4.1 Diagram Benda Bebas


Memasukkan angka dan ukuran yang didapat dari spesifikasi kendaraan dan
pengukuran langsung dilapangan kedalam diagram benda bebas :
Daya yang akan direncanakan P (kW) :
 9,3 ps (spesifikasi)
 9,3 ps = 6,85 kW
Putaran poros n1 (rpm) :
 7500 rpm (spesifikasi)
Perbandingan reduksi

25 Fakultas Teknik UNJANI


4.1.1 Roda gigi penggerak

y
Fa2 F a2
a0
Ta2 Fr32
Fxa2 a
a0
t
F32
2 F 32

Gambar 4.2. DBB Roda gigi penggerak

∑Fx = 0
Fxa2 – Fr32 = 0
+ ∑Fy = 0
g Fya2 + Ft32 = 0
+ ∑Ma/z = 0
g (Ft32 . r2) – Ta2 = 0

4.1.2 Roda gigi yang digerakan

t
F23 aF 23 Tb3
0

Fxb3
b
Fr23
a0
Fyb3 Fb3
3

Gambar 4.3. DBB Roda gigi yang digerakan

26 Fakultas Teknik UNJANI


∑Fx = 0
Fxa3 – Fr23 = 0
+ ∑Fy = 0
g Fyb3 - Ft23 = 0
+ ∑Mb/z = 0
g (Ft23 . r3) – Ta2 = 0

4.1.3 Menghitung Gaya yang Terjadi Pada Roda Gigi Lurus


Gaya Tangensial dan Torsi
33∗(103 )∗𝐻 60∗(103 )∗7.4
Wt = = = 0.4 𝑘𝑁
𝜋∗𝑑2 ∗𝑛2 𝜋∗46.2∗8000

𝐹𝑡 0.4
F32 = cos3220° = = 0.43 𝑘𝑁
cos 20°

Fr32 = F32 * sin 20° = 0.43 * sin 20° = 0.15 kN


F32 = Fa2 = F23 = Fb3
Ft32 = Fya2 = Ft23 = Fyb3
Fr32 = Fxa2 = Fr23 = Fyb3
Ta2 = r2 * Wt = 23.1 * 0.4 = 9.24 kN.mm
Ta2 = Tb3

4.2 Perhitungan Diagram Alir


Memasukkan angka yang didapat dari spesifikasi kendaraan dan pengukuran
langsung dilapangan.
1. Daya P (kW)
P = 9,3 ps (Diambil dari spesifikasi kendaraan)
= 9,3 ps x 0.735 = 6.85 kW
Putaran poros n1 (rpm)
n1 = 7500 rpm
Perbandingan reduksi jumlah gigi i = 2.5 (Sularso:216)
Jarak sumbu poros a (mm)
𝑑1+𝑑2
a= 2

27 Fakultas Teknik UNJANI


14+56
= 2

= 24.5 (mm)
Untuk d1, dan d2 diambil dari perhitungan no. 4
2. Faktor koreksi ƒc
Digunakan Faktor koreksi daya maksimum yang diperlukan, yaitu : 1,2
dari Tabel 1.6 (Sularso:7)
3. Daya rencana Pd (kW)
Pd = ƒc x P (Sularso:238)
= 1.2 x 6.85
= 8.22 (kW)
4. Diameter sementara lingkaran jarak bagi d’1, d’2 (mm)
2𝑥𝑎
d’1 = (1+𝑖) (untuk penggerak) (Sularso:216)
2𝑥24.5
= (1+2.5) = 14 mm
2𝑥𝑎𝑥4
d’2 = (untuk yang digerakkan)
(1+𝑖)
2𝑥24.5𝑥4
= = 56 mm
(1+2.5)

Dari hasil pengukuran dilapangan


d’1 = 22.5 mm
d’2 = 58 mm
5. Modul pahat diadapat dari (Tabel 6.2 Sularso:216)
m = 3, dikarenakan i ˃ 1
Sudut tekanan pahat didapat a0 = 15˚ (Tabel 6.24 Sularso:245)
6. Jumlah gigi z1, z2
z1 = 14/m = 14/3 = 4.67 5
z2 = 35/m = 35/3 = 11.67 12
Perbandingan gigi i = 5 : 12
z1 = 5 z2 = 12
i = z2/z1 = 12/5 = 2.4, roda gigi standar

28 Fakultas Teknik UNJANI


7. Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) d01, d02 (mm)
d01 = z1 x m
= 5x3 = 15 mm
d02 = z2 x m
= 12x3 = 36 mm
𝑧1+𝑧2
a0 = 2
15+36
= = 25.5 mm
2

8. Kelonggaran sisi C0 (mm)


C0 = 0 (Tabel 6.4 Sularso:235)
Kelonggaran puncak ck (mm)
ck = 25 = 0.25 kW
= 0.25 x m = 0.25x3 = 0.75
9. Diameter kepala dk1, dk2 (mm)
dk1 = (d01 + 2) x m
= (15+2) x 3 = 51 mm
dk2 = (d02 + 2) x m
= (36+2) x 3 = 114 mm
Diameter kaki dƒ1, dƒ2 (mm)
dƒ1 = (d01 - 2) x m – (2 x ck)
= (15-2) x 3-(2x0.75) = 37.5 mm
dƒ2 = (d02 - 2) x m – (2 x ck)
= (36-2) x 3-(2x0.75) = 100.5 mm
Kedalaman pemotongan H (mm)
H = 2 x m + ck
= 2 x 3 + 0.75 = 6.75 mm
10. Faktor bentuk gigi Y1, Y2
Dari (Tabel 6.5 Sularso:240)
Y1 = 0.276
Y2 = 0.371 (diasumsikan dengan jumlah gigi terdekat)

29 Fakultas Teknik UNJANI


11. Kecepatan keliling υ (m/s)
𝜋 𝑥 𝑑𝑏1 𝑥 𝑛1
υ = (Sularso:238)
60𝑥1000
𝜋 𝑥 15 𝑥 7500
= 60𝑥1000

= 5.89 (m/s)
Gaya tangensial Ft (kg) (Sularso:238)
𝐹𝑡 𝑥 𝑣
Ft = P = 102
6.85 𝑥 102
Ft = = 118.63 (kg)
5.89

12. Faktor dinamis ƒυ


Diasumsika roda gigi tersebut adalah roda gigi teliti dengan kecepatan υ
kurang dari 20 m/s
6
ƒυ = 6+ 𝜐
6
= 6+ 5.89 = 0.51

13. Bahan masing-masing gigi, perlakuan panas (Sularso:241)


Diasumsikan :
Pinion :
Bahan S35C, kekuatan tarik σB1 = 52 kg/mm2
Kekerasan permukaan sisi gigi HB1 = 178 (hasil rata-rata)
Roda gigi besar :
Bahan FC30, kekuatan tarik σB2 = 30 kg/mm2
Kekerasan permukaan sisi gigi HB2 = 215 (hasil rata-rata)
14. Tegangan lentur yang diizinkan, σa1, σb2 (kg/mm2)
S35C : σa1 = 26 kg/mm2
FC30 : σa2 = 13 kg/mm2
Faktor tegangan kontak kH (kg/mm2)
Tegangan kontak diambil antara baja karbon S35C dengan besi cor FC30
maka :
KH = 0.079 kg/mm2
15. Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F’b1, F’b2 (kg/mm)
F’b1 = σa1 x m x Y1 x ƒυ

30 Fakultas Teknik UNJANI


= 26 x 3 x 0.276 x 0.51
= 10.98 kg/mm
F’b2 = σa2 x m x Y2 x ƒυ
= 13 x 3 x 0.371 x 0.51
= 7.38 kg/mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar F’H (kg/mm)
2 𝑥 𝑧2
F’H = ƒυ x KH x d01 x 𝑧1+𝑧2
2 𝑥 12
= 0.51 x 0.079 x 15 ( 5+12 )

= 0.86 kg/mm
Harga minimum F’min adalah 0.86 kg/mm dari hasil F’H
16. Lebar sisi b (mm)
b = F1/F’min = 118.63/0.86 = 137.95 mm
17. Bahan poros :
Diasumsikan dengan baja karbon (JIS G 4501) S45C
σB = kekuatan tarik 58 kg/mm2 (Sularso:8)
Sƒ1 = 6.0 (digunakan untuk bahan S-C dengan pengaruh massa)
Sƒ2 = 1.2 (Tabel 1.6 Sularso:7)
𝜎𝐵
Ʈa =𝑆ƒ1 𝑥 𝑆ƒ2 (Sularso:8)
58
= 6 𝑥 1.2 = 8.05 kg/mm2

Bahan pasak : diasumsikan dengan S30C


18. Perhitungan diameter poros ds1, ds2 (mm)
𝑃
T1 = 9.74x105 x (𝑛1)
6.85
= 9.74x105 x (7500) = 889.59 kg.mm

T2 = 9.74x105 x (P / n1 / i)
= 9.74x105 x (6.85 / 7500 / 2.4) = 2135 kg.mm
kt = 1.5 Cb = 2 (Tabel)
5.1
ds1 = ( Ʈ𝑎 x kt x Cb x T1)1/3
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 889.59)1/3

31 Fakultas Teknik UNJANI


= 11.92 mm
5.1
ds2 = ( Ʈ𝑎 x kt x Cb x T2)1/3
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 2135)1/3

= 15.95 mm
Data yang didapat dari (Tabel 1.8 Sularso:10)
Pasak diasumsikan 8 x 7, t1 = 4 (mm) t2 = 3.3 (mm)
Sk1 + (dƒ1/2) – ((ds1/2)+ t2)
Sk1 = (dƒ1/2) – ((ds1/2)+ t2)
= (37.5/2) – ((11.98/2)+3.3)
= 9.49 mm
19. b/m = 137.95/3 = 45.98, tidak sesuai
d/b = 15/137.95 = 0.11, baik
Sk1/m = 9.49/3 = 3.17 > 2.2, baik
Dilihat dari pehitungan no. 19 ada salah satu ukuran yang tidak sesuai maka
perhitungan dimulai dari awal, karena b/m biasanya harus kurang dari 10.
1. Daya P (kW)
P = 9,3 ps (Diambil dari spesifikasi)
= 9,3 ps x 0.735 = 6.85 kW
Putaran poros n1 (rpm)
n2 = 4000 rpm
untuk putaran poros d
Perbandingan reduksi i (Sularso:216)
Jarak sumbu poros a (mm)
𝑑1+𝑑2
a = (Sularso:216)
2
14+56
= 2

= 24.5 (mm)
2. Ƒc = 1.2
3. Pd = 8.22 kW

32 Fakultas Teknik UNJANI


4. Dari perhitungan sebelumnya
2𝑥𝑎
d’1 = (1+𝑖)
2𝑥24.5
= (1+2.5) = 14 mm
2𝑥𝑎𝑥4
d’2 = (1+𝑖)
2𝑥24.5𝑥4
= = 56 mm
(1+2.5)

5. Modul pahat yang digunakan adalah m = 4


Sudut tekanan pahat a0 = 20˚
6. z1 = 14
z2 = 35 38 (lebih dekat mendekati reduksi 1 : 3)
i = 38/14 = 2.72
7. d01 = 14 x 4 = 56 mm
d02 = 38 x 4 = 152 mm
56 𝑥 152
a0 = = 104 mm
2

8. C0 = 0 (dalam perencanaan roda gigi, kelonggaran belakang/samping


dianggap nol terlebih dahulu)
ck = 25 W 0.25 kW
= 0.25 x 4 = 1.0 mm
9. Diameter kepala menggunakan pengukuran dilapangan
dk1 = 30 mm
dk2 = 66 mm
Diameter kaki menggunakan pengukuran dilapangan
dƒ1 = 22.5
dƒ2 = 58 mm
Untuk kedalaman pemotongan H, digunakan rumus perhitungan seperti
sebelumnya :
H = 2 x m + ck
= 2 x 4 + 1.0
= 9 mm

33 Fakultas Teknik UNJANI


10. Y1 = 0.421
Y2 = 0.459
𝜋 𝑥 𝑑𝑏1 𝑥 𝑛2
11. υ = (Sularso:238)
60𝑥1000
𝜋 𝑥 56 𝑥 4000
= 60𝑥1000

= 11.73 (m/s)
𝐹𝑡 𝑥 𝑣
Ft = Pd = 102
6.85 𝑥 102
Ft = 11.73

= 71.48 kg
6
12. ƒv = 6+ 11.73

= 0.34
13. Sama seperti semula
14. Sama seperti semula
15. F’b1 = σa1 x m x Y1 x ƒυ
= 26 x 4 x 0.421 x 0.34
= 14.89 kg/mm
F’b2 = σa2 x m x Y2 x ƒυ
= 13 x 4 x 0.459 x 0.34
= 8.12 kg/mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar F’H (kg/mm)
2 𝑥 𝑧2
F’H = ƒυ x KH x d01 x 𝑧1+𝑧2
2 𝑥 38
= 0.34 x 0.079 x 56 (14+38)

= 2.2 kg/mm
Harga minimum F’min adalah 0.86 kg/mm dari hasil F’H
16. b = 71.48/2.2
= 32.49 33 mm
17. Sama seperti semula
18. Perhitungan diameter poros ds1, ds2 (mm)
𝑃
T1 = 9.74x105 x (𝑛2)

34 Fakultas Teknik UNJANI


6.85
= 9.74x105 x (4000)

= 2001.6 kg.mm
T2 = 9.74x105 x (P / n2 / i)
= 9.74x105 x (6.85 / 4000 / 2.72)
= 5444.27 kg.mm
kt = 1.5 Cb = 2 (Tabel)
5.1
ds1 = ( x kt x Cb x T1)1/3
Ʈ𝑎
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 2001.4)1/3

= 15.61 mm
5.1
ds2 = ( Ʈ𝑎 x kt x Cb x T2)1/3
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 5444.27)1/3

= 21.79 mm
Data yang didapat dari (Tabel 1.8 Sularso:10)
Pasak diasumsikan 8 x 7, t1 = 4 (mm) t2 = 3.3 (mm)
Data hasil dari pengukuran dlapangan
Sk1 = 16
Sk2 = 29
19. b/m = 33/4
= 8.25, Baik
d01/b =56/33
= 1.7
Sk1/m = 16/4
= 4, Baik
20. m =4
z1 = 14 z2 = 38
a = 104 mm
d01 = 56 d02 = 152
dk1 = 30 mm dk2 = 60 mm
H = 9 mm

35 Fakultas Teknik UNJANI


dƒ1 = 22.5 mm dƒ2 = 58 mm
Pinion S35C Gear FC30
Poros JIS G 4501 dengan bahan S45C
ds1 = 15.61 mm ds2 = 21.79 mm

36 Fakultas Teknik UNJANI


5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya dengan
menggunakan data spesifikasi kendaraan, data asumsi serta data perhitungan
langsung dilapangan untuk perancangan roda gigi pada motor “Honda Kharisma
125D” di dapatkan hasil sebagai berikut :
Modul Pahat, m :4
Jumlah Gigi Penggerak, z1 : 14 gigi
Jumlah Gigi yang Digerakkan, z2 : 38 gigi
Sudut Tekan Pahat, a˚ : 20˚
Jarak Sumbu Poros, a : 104 mm
Diameter Lingkaran Jarak Bagi
d01 : 56 mm
d02 : 152 mm
Diameter Luar
dk1 : 30 mm
dk2 : 60 mm
Kedalaman Pemotongan, H : 9 mm
Diameter Kaki
dƒ1 : 22.5 mm
dƒ2 : 58 mm
Bahan Roda Gigi
Roda Gigi Penggerak : S35C
Roda Gigi yang Digerakkan : FC30
Bahan Poros : JIS G 4501 dengan bahan S45C
Diameter Poros
ds1 : 15.61 mm
ds2 : 21.79 mm

Dari data diatas diketahui bahwa untuk merencanakan sebuah roda gigi
lurus harus mengetahui rumus-rumus perhitungan, standar penerapan yang

37 Fakultas Teknik UNJANI


digunakan serta masih banyak lagi faktor yang mungkin belum penulis cantumkan
pada penulisan laporan ini, saat merencanakan sebuah roda gigi salah satu faktor
penentu kekuatannya adalah bahan-bahan roda gigi serta porosnya. Maka dari itu
saat melakukan pemilihan bahan yang akan digunakan untuk roda gigi maupun
poros penulis mencari tegangan-tegangan yang ada pada roda gigi dan poros
terlebih dahulu.

5.2 Saran
Pada penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, terutama tidak
membahas secara khusus tentang transmisi dan komponen lainnya yang saling
berhubungan dengan roda gigi. Dalam perhitungan yang ada pada laporan ini
bersifat seadanya, hal tersebut dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk ke
depannya diharapkan sebelum merencanakan sebuah roda gigi alangkah baiknya
mengetahui standar-standar yang akan digunakan, serta referensi buku-buku
panduan untuk perencanaan roda gigi.

38 Fakultas Teknik UNJANI

Anda mungkin juga menyukai