PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi, roda gigi telah banyak mengalami
perubahan, baik dari segi geometri maupun bahannya yang telah disesuaikan pada
kegunaan roda gigi tersebut. Roda gigi dibuat dengan tujuan agar mengurangi
gejala slip yang berakibat berkurangnya transmisi gerakan dan tenaga pada suatu
shaft dari sistem. Di dalam aplikasi penggunaan transmisi roda gigi sering
dijumpai beberapa masalah, misalnya patah pada kepala roda gigi, ausnya lubang
poros pada roda gigi dan timbulnya suara berisik pada roda gigi.
Dari pendahuluan diatas, sesuai dengan yang akan dibahas yakni tentang
Perancangan Roda Gigi 1 Pada Sistim Tranmisi Motor Honda Karisma, pada
pembahasan kali ini penulis akan membahas secara terperinci dari masalah roda
gigi diatas, supaya kinerja roda gigi lebih efisien dan Motor dapat berjalan dengan
lancar.
1.3 Tujuan
Tujuan penulis melakukan perancancangan ini adalah :
1. Dapat mengetahui bahan yang tepat untuk roda gigi
2. Dapat mengetahui besar gaya dan tegangan pada roda gigi 1
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari laporan ini meliputi :
1. Pembaca dapat memahami tentang masalah-masalah yang sering terjadi pada
roda gigi
2. Pembaca dapat memahami perawatan roda gigi yang benar
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua
poros. Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.
Dalam teori, roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir
tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.
Gambar 2.18 Globoid Worm Gear Dipasangkan Dengan Roda Gigi Lurus
Gambar 2.19 Globoid Worm Drive Dipasangankan dengan Roda Gigi Globoid
4. Roda gigi cacing kerucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut globoid
yang dinamai dengan roda gigi spiroid (gambar 2.20)
Gambar 2.20 Roda Gigi Cacing Kerucut Dipasangkan Dengan Roda Gigi
Kerucut Globoid
START
MERUMUSKAN MASALAH
PENGUMPULAN DATA
NO ANALISIS DATA
PERHITUNGAN
YES
HASIL DAN PEMBAHASAN
SKETSA GAMBAR
DOKUMEN
FINISH
START
2. Faktor koreksi fc
5. Modul pahat m
Sudut tekanan pahat a0 (˚)
b a
b a
STOP
END
n2
n3
b
2 3
a
y
Fa2 F a2
a0
Ta2 Fr32
Fxa2 a
a0
t
F32
2 F 32
∑Fx = 0
Fxa2 – Fr32 = 0
+ ∑Fy = 0
g Fya2 + Ft32 = 0
+ ∑Ma/z = 0
g (Ft32 . r2) – Ta2 = 0
t
F23 aF 23 Tb3
0
Fxb3
b
Fr23
a0
Fyb3 Fb3
3
𝐹𝑡 0.4
F32 = cos3220° = = 0.43 𝑘𝑁
cos 20°
= 24.5 (mm)
Untuk d1, dan d2 diambil dari perhitungan no. 4
2. Faktor koreksi ƒc
Digunakan Faktor koreksi daya maksimum yang diperlukan, yaitu : 1,2
dari Tabel 1.6 (Sularso:7)
3. Daya rencana Pd (kW)
Pd = ƒc x P (Sularso:238)
= 1.2 x 6.85
= 8.22 (kW)
4. Diameter sementara lingkaran jarak bagi d’1, d’2 (mm)
2𝑥𝑎
d’1 = (1+𝑖) (untuk penggerak) (Sularso:216)
2𝑥24.5
= (1+2.5) = 14 mm
2𝑥𝑎𝑥4
d’2 = (untuk yang digerakkan)
(1+𝑖)
2𝑥24.5𝑥4
= = 56 mm
(1+2.5)
= 5.89 (m/s)
Gaya tangensial Ft (kg) (Sularso:238)
𝐹𝑡 𝑥 𝑣
Ft = P = 102
6.85 𝑥 102
Ft = = 118.63 (kg)
5.89
= 0.86 kg/mm
Harga minimum F’min adalah 0.86 kg/mm dari hasil F’H
16. Lebar sisi b (mm)
b = F1/F’min = 118.63/0.86 = 137.95 mm
17. Bahan poros :
Diasumsikan dengan baja karbon (JIS G 4501) S45C
σB = kekuatan tarik 58 kg/mm2 (Sularso:8)
Sƒ1 = 6.0 (digunakan untuk bahan S-C dengan pengaruh massa)
Sƒ2 = 1.2 (Tabel 1.6 Sularso:7)
𝜎𝐵
Ʈa =𝑆ƒ1 𝑥 𝑆ƒ2 (Sularso:8)
58
= 6 𝑥 1.2 = 8.05 kg/mm2
T2 = 9.74x105 x (P / n1 / i)
= 9.74x105 x (6.85 / 7500 / 2.4) = 2135 kg.mm
kt = 1.5 Cb = 2 (Tabel)
5.1
ds1 = ( Ʈ𝑎 x kt x Cb x T1)1/3
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 889.59)1/3
= 15.95 mm
Data yang didapat dari (Tabel 1.8 Sularso:10)
Pasak diasumsikan 8 x 7, t1 = 4 (mm) t2 = 3.3 (mm)
Sk1 + (dƒ1/2) – ((ds1/2)+ t2)
Sk1 = (dƒ1/2) – ((ds1/2)+ t2)
= (37.5/2) – ((11.98/2)+3.3)
= 9.49 mm
19. b/m = 137.95/3 = 45.98, tidak sesuai
d/b = 15/137.95 = 0.11, baik
Sk1/m = 9.49/3 = 3.17 > 2.2, baik
Dilihat dari pehitungan no. 19 ada salah satu ukuran yang tidak sesuai maka
perhitungan dimulai dari awal, karena b/m biasanya harus kurang dari 10.
1. Daya P (kW)
P = 9,3 ps (Diambil dari spesifikasi)
= 9,3 ps x 0.735 = 6.85 kW
Putaran poros n1 (rpm)
n2 = 4000 rpm
untuk putaran poros d
Perbandingan reduksi i (Sularso:216)
Jarak sumbu poros a (mm)
𝑑1+𝑑2
a = (Sularso:216)
2
14+56
= 2
= 24.5 (mm)
2. Ƒc = 1.2
3. Pd = 8.22 kW
= 11.73 (m/s)
𝐹𝑡 𝑥 𝑣
Ft = Pd = 102
6.85 𝑥 102
Ft = 11.73
= 71.48 kg
6
12. ƒv = 6+ 11.73
= 0.34
13. Sama seperti semula
14. Sama seperti semula
15. F’b1 = σa1 x m x Y1 x ƒυ
= 26 x 4 x 0.421 x 0.34
= 14.89 kg/mm
F’b2 = σa2 x m x Y2 x ƒυ
= 13 x 4 x 0.459 x 0.34
= 8.12 kg/mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar F’H (kg/mm)
2 𝑥 𝑧2
F’H = ƒυ x KH x d01 x 𝑧1+𝑧2
2 𝑥 38
= 0.34 x 0.079 x 56 (14+38)
= 2.2 kg/mm
Harga minimum F’min adalah 0.86 kg/mm dari hasil F’H
16. b = 71.48/2.2
= 32.49 33 mm
17. Sama seperti semula
18. Perhitungan diameter poros ds1, ds2 (mm)
𝑃
T1 = 9.74x105 x (𝑛2)
= 2001.6 kg.mm
T2 = 9.74x105 x (P / n2 / i)
= 9.74x105 x (6.85 / 4000 / 2.72)
= 5444.27 kg.mm
kt = 1.5 Cb = 2 (Tabel)
5.1
ds1 = ( x kt x Cb x T1)1/3
Ʈ𝑎
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 2001.4)1/3
= 15.61 mm
5.1
ds2 = ( Ʈ𝑎 x kt x Cb x T2)1/3
5.1
= ( 8.05 x 1.5 x 2 x 5444.27)1/3
= 21.79 mm
Data yang didapat dari (Tabel 1.8 Sularso:10)
Pasak diasumsikan 8 x 7, t1 = 4 (mm) t2 = 3.3 (mm)
Data hasil dari pengukuran dlapangan
Sk1 = 16
Sk2 = 29
19. b/m = 33/4
= 8.25, Baik
d01/b =56/33
= 1.7
Sk1/m = 16/4
= 4, Baik
20. m =4
z1 = 14 z2 = 38
a = 104 mm
d01 = 56 d02 = 152
dk1 = 30 mm dk2 = 60 mm
H = 9 mm
Dari data diatas diketahui bahwa untuk merencanakan sebuah roda gigi
lurus harus mengetahui rumus-rumus perhitungan, standar penerapan yang
5.2 Saran
Pada penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, terutama tidak
membahas secara khusus tentang transmisi dan komponen lainnya yang saling
berhubungan dengan roda gigi. Dalam perhitungan yang ada pada laporan ini
bersifat seadanya, hal tersebut dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk ke
depannya diharapkan sebelum merencanakan sebuah roda gigi alangkah baiknya
mengetahui standar-standar yang akan digunakan, serta referensi buku-buku
panduan untuk perencanaan roda gigi.