Oleh
NAMA :DWI GUSPRIHARDIKA
NIM :13A1009
JURUSAN : TEKNIK MESIN
Terimakasih
DWI GUSPRIHARDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kopling Bus
Kopling ini terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana
dan harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya
daya kecil.
3d + 3,5 cm
Alat pengaman
Baut pas
Kopling ini terdiri atas dua pinggang yang dijepitkan pada kedua poros dengan
bantuan baut baut. Momen putaran dipindahkan oleh gesekan antara pinggang
dan ujung poros. Konstruksi kopling ini sangat berat dan putaran yang
dipindahkan sangat rendah namun mudah dalam melepaskannya.
d. Kopling Flens Tempa
Pada kopling ini masing masing ujung poros terdapat flens yang dilas
atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut baut. Pada kopling ini momen
dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergesaran antara kedua flens.
R 1.9 d
roda rantai
Kopling ini
memperbolehkan kefleksibelan sedikit arah aksial dan radial, disamping
itu poros dapat membuat sudut kecil satu dengan yang lain dan mampu
memindahkan momen yang sangat besar
b. Kopling
Universal
Kopling ini dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak terletak
dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong
3 Kopling Elastis
Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja yang
menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
a. Mengatasi timbulnya kejutan-kejutan pada saat pemindahan momen
putaran.
b. Peredam getaran torsi
c. Koreksi terhadap penyimpangan kecil pada letak poros.
d. Meredam getaran getaran yang timbul dalam mesin beban.
e. Isolasi listrik untuk poros yang disambung.
4 Kopling Fluida.
Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya
melalui fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat
hubungan mekanis. Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi
dan daya yang besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak dan
tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuannya sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.
Raner
Impeler
Aliran minyak
Gelang inti
Selubung
1 Kopling Cakar
Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif atau
tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu harus
dapat disorongkan secara aksial.
Kopling ini mempunyai dua macam jenis yaitu : kopling cakar spiral, dan kopling
cakar persegi.
1. Kopling Cakar Spiral
Kopling ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, namun hanya
baik digunakan untuk satu arah putaran saja. Kopling ini baiknya dihubungkan
bila poros penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 rpm. Karena jika lebih
dari itu maka akan timbul tumbukan tumbukan yang besar.
poros yg digerakkan poros penggerak
2 Kopling Plat
Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi
kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam keadaan
berputar kopling plat ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan kopling plat
banyak.yatu berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, kopling ini juga
dibedakan atas kopling kering dan kopling basah, serta atas dasar kerjanya yaitu :
manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnetik.
A B
b
Poros yg digerakkan
Poros d1 D1 D2
penggerak
F
3 Kopling Kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana
dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
memindahkan momen yang besar.
Poros penggerak
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang
yang ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang
dihasilkan dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.
TABEL 1.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang difinis
dingin untuk poros (Lih hal 3 buku sularso)
Standar dan Perlakuan Kekuatan tarik
Lambang Keterangan
macam bahan panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C 52
konstruksi S40C 55
mesin (JIS G S45C 58
4501) S50C 62
S55C 66
Batang baja S35C-D - 53 Ditarik
yang difinis S45C-D - 60 dingin,
dingin S55C-D - 72 digerinda, dll
Rumus Analisa Perhitungan Perencanaan Kopling Gesek
Adapun satuan yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut :
- PS = Pferdestarke (Bahasa Jerman),
- PK = Paarden Kracht (Bahasa Belanda)
- kW = kilo Watt
- HP = Horse Power
- DK = Daya Kuda.
Dimana:
B = Kekuatan tarik bahan ( kg/mm2 )
Sf1= Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan S-C
dengan harga = 6,0
Sf2= Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar sehingga harganya sebesar
( 1,3 - 3,0 ) ......................................... lih 1 hal 8 pers 1.5
4. Diameter poros ( ds )
5,1
a
Dimana :
ds = diameter poros
t = alur pasak
c = jari jari filet pasak
b = lebar pasak
r = jari jari filet dari poros bertangga.
5. Tegangan geser ()
T
ds3 5,1 T
16 ds
3
= = (kg/mm2) ............... lih 1 hal 7 pers 1.4
6. Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor
konsentrasi tegangan dari poros :
t a x Sf 2
> x Kt x Cb(kg/mm2) ................................. lih. 1 hal. 8
2.5 Rumus Rumus Yang Digunakan Dalam Perencanaan Kopling Gesek
Rumus Analisa Perhitungan Plat Gesek
1. Momen puntir yang diteruskan ( T )
T = 9,74 x 105 x fc.p/n1 (mm) .......................lih. 1 hal. 59 pers 3.2
Bahan permukaan
Pa ( kg/mm2 )
kontak
Kering dilumasi
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
......................................................... lih. 1 hal 63 tabel 3.1
1. Jari-jari rata-rata ( rm )
D1 D2
4
rm = (mm) ............................. lih. 1 Hal. 59 pers 3.3
2. Luas plat gesek ( A )
4
A= x ( D2 2 - D12 ) (mm2) ...........................lih. 1 Hal.59
1. Kecepatan relatif ( nr )
nr = n1 - n2 (rpm)........................................... lih. 1 Hal. 65
Dimana :
n1 = Putaran poros kopling
n2 = Putaran beban ( diasumsikan )
Dimana :
GD2 = Efek gaya terhadap kopling ( kg.m2 )
Ta = momen star ( kg.m )
Tl1 = Momen beban saat start (kg.m)
Te = waktu penghubung rencana (s)
3. Kapasitas momen gesek dinamis ( Tdo )
Tdo Ta x f (kg.m)............................ lih. 1Hal. 67 pers 3.20
Dimana :
f = Faktor keamanan
Tdo = Momen gesek dinamis ( kg.m )
4. Momen beban saat start (Tl1)
Tl1 T T12 (kg.m) ........................................lih. 1 hal. 65
Dimana :
Tl2 = Momen beban setelah start ( kg.m )
5. Kerja penghubung ( E )
GD 2 . nr 2 Tdo
7160 T do - T
E= . (kg.m/hb) .....lih. 1 Hla. 57 pers 3.23
6. Kerja penghubungan yang diizinkan ( Ea )
E O Ea (kg.m/hb) ................................... lih. 1 Hal. 70 pers 3.28
7. Waktu penghubungan yang sesungguhnya ( tae )
GD 2 . nr
375 (Tdo - T)
tae = (sekon)................. lih. 1 Hal. 70 pers 3.29
8. Waktu penghubungan
tae < te (sekon) ................................................ lih. 1 Hal. 70
te = waktu penghubung yang direncanakan
9. Umur plat gesek dalam jumlah penghubungan ( Nml )
L3
E xw
Nml = (hb)............................. lih. 1 Hal. 72 pers 3.31
Dimana :
L3 = Volume keausan yang diizinkan dari plat gesek (cm3)
w = Laju keausan permukaan bidang gesek ( cm3/kg.m )
E = kerja penghubung untuk satu hari ( kg.m/hb )
TABEL 3.4 Laju keausan permukaan plat gesek
Bahan permukaan w [ cm3/(kg.m)]
Paduan tembaga sinter (3-6) x 10-7
Paduan sinter besi (4-8) x 10-7
Setengah logam (5-10) x 10-7
Damar cetak (6-12) x 10-7
............................................. lih.1 Hal 72
TABEL 3.5 Batas keausan kopling
Nomor kopling/rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2 2 2,5 2,5 3 3 3,5 3,5
permukaan ( mm )
Volume total pada batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91 150 210
keausan ( cm3)
............................................. lih.1 Hal 72
10. Umur plat dalam hari (Nmd )
N ml
60N 1
Nmd = (hari) ............................................ lih.1 Hal 72. Pers 3.31
N x h x th
Nl = (hb/hari)
Dimana :
N = Frekuensi penghubungan ( hb/min )
Rumus Analisa Perhitungan Pegas
1. Gaya tekan pegas ( F )
F= 4 ( D22 D12 )P (kg).......................... lih.1 Hal.62 pers 3.9
d=
3 DW 1
(mm)
Paku Keling
Fungsi paku keling adalah untuk menyambung pelat dan batang profil,
paku keling dipasang yang dilantak. Dalam bangunan pesawat terbang dan pada
umumnya pada konstruksi logam ringan, banyak dipergunakan paku keling
aluminium. Selanjutnya paku keling tembaga dan aluminium dipergunakan antara
lain pada pemasangan bahan gesek pada kopling dan rem (jenis rem tromol).
Rumus Analisa Perhitungan Paku Keling
1. Tegangan tarik yang diizinkan (t)
b
t = sf 1 sf 2 (kg/mm2) ............... lih.1 hal.8 pers 1.5
Dimana :
b = Kekuatan tarik paku keling ( kg/mm2)
2. Tegangan geser izin (g)
g = 0,8 x t (kg/cm2) .................................. lih.1 hal.297
3. Gaya tekan paku keling ( P )
T = P x U (kg.mm)
Maka :
T
U
P= (kg)
Dimana :
P = Gaya tekan (kg)
T = Momen puntir (kg .mm)
U = Jarak paku keling (mm)
4. Harga P tiap paku keling (P)
P
P1 = Z (kg)
Dimana :
Z = Jumlah paku keling (buah)
5. Diameter paku keling ( D )
P 2x4
x g
D=
Secara umum bagian-bagian utama dari Kopling Plat tunggal terdiri atas :
1. Roda penerus (flywheel)
Berupa sebuah piringan yang dihubungkan dengan poros penggerak (poros
engkol) pada salah satu sisinya. Flywheel ini akan berputar mengikuti
putaran dari poros penggerak.
4. Naaf
Naaf berfungsi untuk menghubungkan plat gesek dengan spline pada
poros yang digerakkan. Pada saat kopling terhubung maka daya putaran
akan diteruskan dari plat gesek ke poros yang digerakkan melalui naaf.
5. Spline
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada permukaan poros yang
berpasangan dengan gigi dalam yang terdapat pada naaf. Spline berfungsi
untuk meneruskan momen puntir dari plat gesek ke poros melalui
perantaraan naaf.
7. Pegas matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan menjauhi flywheel,
yang dengan demikian membebaskan plat gesek dan membuat kopling
menjadi tidak terhubung. Pegas matahari ini akan menjalankan fungsinya
saat pedal kopling ditekan.
8. Penutup (cover)
Penutup pada kopling ikut berputar bersama roda penerus. Fungsi penutup
ini adalah sebagai tempat dudukan berbagai elemen yang membentuk
kopling serta sebagai penahan bantalan pembebas.
Cara kerja dari kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaan,
yaitu:
1. Kopling dalam keadaan terhubung (pedal kopling tidak ditekan)
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya
dan putaran ke flywheel (roda penerus) melalui baut pengikat. Daya dan
putaran ini diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena
adanya tekanan dari pegas matahari. Akibat putaran dari plat gesek, poros
yang digerakkan ikut berputar dengan perantaraan spline dan naaf.
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan
ditransmisikan sesuai dengan table la 3.1.
Untuk perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana
dengan faktor koreksi sebesar fc = 1,2 maka :
Pd = 1,2 x 70,87 kW
Pd = 85,044 kW
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban
berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama
dari poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-
kemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor
mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung
dari
Pd
T =9,74 10 5 .......(elemen mesin,sularso,hal 7 )
n1
85,044
6000
T = 9,74 X 105
T = 13805,476 kg.mm
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin).
Jenis-jenis baja S-C beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
20 atau kurang 72 - 93 14 - 31 -
Dilunakkan
21 80 67 - 83 10 - 26 188 260
B
a=
( Sf 1 Sf 2 ) ( elemen mesin ,sularso , hal 8)
a
Dimana : = tegangan geser izin (kg/mm2)
B = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Untuk harga Sf2 diambil sebesar 2,5 maka tegangan geser izin bahan
jenis S55C-D adalah :
91
a=
( 6,0 2,5 )
a =6,067 kg /mm
r
Ukuran Ukuran Ukuran standar h Ukuran standar t dan referensi
Ukuran
nominal standar r
C l* Standar
pasak b, b, Diameter poros
Pasak prismatic Pasak t Pasak Pasak Pasak
bxh dan b yang dapat dipakai
Pasak luncur tirus prismatis luncur tirus
d**
2x2 2 2 0,16- 6-20 1,2 1,0
0,08-
3x3 3 3 0,25 6-36 1,8 1,4
0,16
4x4 4 4 8-45 2,5 1,8
5x5 5 5 10-56 3,0 2,3 0,5 Lebih dari 6-8
diameter bantalan 38
= =1,08
ds 35
7)
di mana : = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm)
ds = diamater poros (mm).
5,1 13805,476
=
(35)3
=1,642kg /mm
a> a =
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa (di mana 6,067
2
kg/mm dan =1,73 kg/mm ),sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran
poros yang direncanakan cukup aman.
3.1.8 Penentuan diameter poros, bahan poros, jari-jari filet, ukuran pasak dan alur
pasak.
a Sf
:C b K t
6,067 2,5
:1,0 2,5 1,73
3,3
Maka :
ds
= 35 mm
Bahan poros = S30C-D
Diameter poros = 35 mm 38 mm
Jari-jari filet = 1,5 mm
Pasak = 10 x 8
Alur pasak = 8 x 5,0 x 0,45
Keterangan Gambar :
D = diameter luar spline
h = tinggi spline
w = lebar splin
L = panjang spline
d = diamater dalam spline
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
geser. Tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
gi 0 ,8 t 0 ,8 9 ,1 5 ,0687
kg/mm2
Di mana harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan
tegangan geser kerjanya, g < gi, sehingga spline aman dari kegagalan
akibat tegangan geser.
Gambar.4.2 Naaf
Keterangan Gambar :
D = diameter luar naaf
w = lebar gigi naaf
d = diameter dalam naaf
h = tinggi gigi naaf
L = panjang naaf
. Dsi .Ws
w= .(Perencanaan Tehnik Mesin,Joseph,hal
i
112)
Bahan untuk naaf dipilih sama dengan bahan untuk poros dan spline,
yaitu baja jenis S55C-D dengan kekuatan tarik b = 91 kg/mm2.
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
geser. Tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
gi 0 ,8 t 0 ,8 9 ,1 5 ,25
kg/mm2
Di mana harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan tegangan
geser kerjanya, g < gi, sehingga spline aman dari kegagalan akibat
tegangan geser.
Keterangan Gambar :
D = diamater luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek
Tabel 3.5 Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang
diizinkan
pa
Bahan Permukaan Kontak
Kering Dilumasi (kg/mm2)
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
Perencanana Tehnik Mesin , Joseph , hal 267
Untuk perancangan plat gesek ini digunakan bahan asbes yang
berpasangan dengan besi cor sebagai bahan flywheel dan plat penekan.
Beberapa alasan untuk pemakaian asbes dan besi cor antara lain:
1. Asbes mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang sangat tinggi,
yaitu sampai sekitar 200 C.
2. Pasangan asbes dan besi cor mempunyai koefisien gesek yang besar.
Sesuai dengan Tabel 6-1 koefisien gesek dan tekanan yang diizinkan
untuk bahan asbes dan besi cor pada kondisi kering adalah:
= 0,35 0,65 : diambil harga rata-ratanya yaitu 0,5
pa = 0,007 0,07 kg/mm2 : diambil harga rata-ratanya yaitu 0,0385
kg/mm2
Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh
permukaan, makin jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika
tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p, maka besar gaya yang
menimbulkan tekanan dan momen gesekan yang bekerja pada seluruh
permukaan gesek berturut-turut dirumuskan sebagai:
F= ( D2d 2 ) p
4
( D+d )
M g= . F . ..........................(Statika, Ferdinan F Beer, hal
4
111)
di mana : F =
gaya yang menimbulkan tekanan pada plat gesek (kg)
Mg =
gesek yang bekerja pada plat gesek (kgmm)
D =
diameter luar plat gesek (mm)
d =
diameter dalam plat gesek (mm)
p =
tekanan rata-rata pada bidang gesek, yaitu sebesar
0,0385 kg/mm2
= koefisien gesekan plat gesek dengan flywheel/plat
penekan 0,5.
Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros
hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka
besarnya perbandingan d/D jarang lebih kecil dari 0,5. Untuk perancangan
plat gesek ini perbandingan d/D diambil sebesar 0,6. Dengan memasukkan
harga-harga yang diketahui maka diperoleh gaya F yang dinyatakan dalam D
sebesar 3,08.10-3.D2 .
F
4
2
2
D - (0,6D) p
0,5
4
2 2
D - 0,36D 0,0385
-3 2
3,08 10 D
Mg > Mp
-4
6,16 . 10 . D 3
> 14532,08 kgmm
D 287 mm
Dalam perancangan plat gesek ini diameter luar plat gesek D diambil
sebesar 287 mm. Dengan memasukkan harga ini ke data yang telah
diketahui di atas diperoleh:
D= 287 mm
d = 0,6 D = 0,6 . 287 = 172,2 mm
Dd 287 172,2
57 ,4
2 2
b= mm
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu
diketahui besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat
diperoleh dari :
Mg D .n t z
Pg
5
9,74 10 3600
Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan tiga jenis baut pengikat,
yaitu:
1. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
2. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
3. Baut pengikat flywheel dengan penutup (cover) kopling.
Perancangan dari ketiga jenis baut tersebut akan diuraikan dalam bagian
berikut.
Gaya yang bekerja pada tiap baut adalah gaya geser yang besarnya diperoleh
dari :
Mp
F1
n1 R1
...............(Statika,Ferdinan F Beer,hal)
14532,08
F 53,43k g
4 X 68
Pada baut terjadi tegangan geser yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan
F1
1
d12
4
maka diperoleh:
53,43 68 ,06
g
2 2
d d
4
0 ,577
g t
.(Design of Machine Elemens, hal 432)
= 0,577 x 5,25
= 3,03 kg/mm2
3.5.5 Penentuan ukuran
Jumlah baut yang dipakai untuk ikatan pegas matahari dengan plat
penekan adalah 4 buah. Prosedut perancangan untuk baut ini meliputi:
analisa gaya untuk gaya geser dan gaya tarik, analisa tegangan berupa
tegangan geser dan tegangan tarik, pemilihan bahan, dan penentuan ukuran
baut.
Gaya yang bekerja pada baut ini ada dua, yaitu gaya geser akibat
momen puntir dan gaya tarik akibat tarikan pegas matahari terhadap plat
penekan saat pedal kopling ditekan. Besar dari kedua gaya ini dapat
diperoleh dari:
Mp
Fg2
n2 R 2
FP'
Ft2
n2
di mana : Fg2 = gaya gesek yang bekerja pada tiap baut (kg)
Ft2 = gaya tarik yang bekerja pada tiap baut (kg)
Mp = momen puntir yang diteruskan, yaitu sebesar 14532,08
kgmm
FP' = gaya tarik yang diperlukan untuk melawan gaya tekan
pegas, dari perhitungan pada Bab 8 diperoleh sebesar
0,9656 kg
n2 = jumlah baut, yaitu 4 buah
R2 = jarak sumbu baut ke sumbu poros, yaitu sebesar 100 mm
Tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi pada baut masing-
masing diperoleh dari:
F
d2
4
F
d2
4
d2
4
46,28
d2
0,2414
d2
4
0,31
2
d
Bahan untuk baut ini dipilih sama dengan baut sebelumnya, yaitu baja
ST 24 dengan kekuatan tarik mulur (tensile yield strength) dan kekuatan
geser mulur (shear yield strength) sebagai berikut:
t
= 5,25 kg/mm2
g
= 3,03 kg/mm2
3.5.10 Penentuan ukuran
0,31
5,25
2
d
d 0,06mm
2. untuk tegangan tarik
Dari kedua hasil yang diperoleh diambil harga batas terbesar sehingga
harga yang memenuhi adalah :
d 3,46 mm
d2
4
11,53
d2
4
14,7
2
d
Bahan untuk baut ini juga sama dengan kedua baut sebelumnya, yaitu
baja ST 24 dengan kekuatan tarik mulur (tensile yield strength) dan
kekuatan geser mulur (shear yield strength) sebagai berikut:
t = 5,25 kg/mm2
g = 3,03 kg/mm2
3.5.15 Penentuan ukuran
1. WN = berat naaf
W N = N . V N
Maka :
VN ( 41,22 2 - 35,45 2 ) 55 ,73
4
19353,52 mm 3
-6
WN 7,8 10 19353,52
0,151 kg
Maka berat naaf adalah :
di mana : L = massa jenis bahan lingkar pembawa, untuk bahan besi cor
kelabu
besarnya adalah 7,210-6 kg/mm3
VL = volume lingkar pembawa, yaitu
VL
4 DL 2 d L 2 bL
Untuk : DL= diameter luar lingkar pembawa = 280 mm
dL = diameter dalam lingkar pembawa = 100 mm
bL = tebal lingkar pembawa = 16 mm
VL
4
280 2 100 2 16
maka :
= 859104 mm3
3. WP = berat poros
WP = P . VP
diameter lubang :d = 35 mm
basic static load rating : C0 7,3 kg
basic dynamic load rating :C 180 kg
kecepatan putaran maksimum :n 4200 rpm
Dari katalog dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal
dengan nomor 6306 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
diameter luar : D = 60 mm
diameter lubang : d = 30 mm
lebar : b = 15 mm
basic static load rating : C0= 154 kg
basic dynamic load rating : C = 230 kg
kecepatan putaran maksimum : n = 9500 rpm
Penjumlahan gaya yang bekerja dalam arah radial dan aksial adalah
sebagai berikut:
Fr 0
Fa FT
-3
9,625 10 kg
3.6.9 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
dan untuk umur bantalan sebesar 15000 jam maka basic dynamic load
rating diperoleh sebesar
C P L1/3
0,0135 (15000)1/3
0,23 kg
Dari katalog dipilih bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata
dengan nomor A-SD 3020 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
diameter luar : D = 70 mm
diameter lubang : d = 40 mm
lebar : b = 15 mm
basic static load rating : C0= 1,1 kg
basic dynamic load rating : C = 24 kg
kecepatan putaran maksimum : n = 7200 rpm
3.7 Perencanaan pasak dan alur pasak
a
Dimana : = tegangan geser izin (kg/mm2)
B = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf 1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis
bahan, di mana untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, di
mana harganya berkisar antara 1,3 3,0.
Untuk harga Sf2 diambil sebesar 2,5 maka tegangan geser izin bahan jenis
S55C-D adalah :
91
a=
( 6,0 2,5 )
a =6,067 kg /mm
d s =31,26 mm 35 mm
14532,08 kg . mm
F=
35 mm
F=415,2 kg
Maka : 6 4=24
hal.8)
80
a= =3,33 kg /mm
24
415,2
P a= 8,3 kg /mm
15,2 3,3
l 1 dan l 2
3.7.10 Harga terbesar dari antara
lk
Panjang pasak dapat dihitung dengan ketentuan bahwa jangan
terlalu panjan dibandingkan dengan diameter poros ( antara 0,75 sampai 1,5
ds
), sehingga :
l k =1,25 d s
l k =1,25 35=43,75 mm
b 10,5
= =0,30 0,25<0,30< 0,35(baik)
d s 35
lk
:0,751,5
ds
l k 43,75
= =1,25 0,75<1,25< 1,5(baik)
ds 35
Ukuran pasak = 10 x 8
Panjang pasak = 43,75 mm
Bahan pasak = S55C-D, difinis dingin, dilunakkan
Kopling plat adalah suatu kopling yang mengunakan satu plat atau
lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan
porostersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara
sesamanya. Kontruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan
dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu kopling ini banyak
dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak, yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga
dapat dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar
pelayanannya(manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnetis).
2
F= ( D2D21 ) p
4 .....(Elemen Mesin,sularso,hal 62 )
D1
Dimana : = diameter dalam (mm)
D 2 = diameter luar (mm)
Maka :
2 2 2 2
F= ( 1 0,8 ) D2 0,02=0,00565 D2
4
Jari-jari rata-rata :
D 1 + D2 ( 0,8+1 ) D 2
r m= = =0,45 D2
4 4
dianggap bekerja pada keliling rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan
adalah :
T =F . r m
.....(Elemen Mesin,sularso,hal 62 )
14532,08
D32=
508,5 106
D 2= 3
14532,08
508,5 106
=305,7 mm 310 mm
2. Diameter dalam :
D 1=0,8 D2
D 1=0,8 310=248 mm
KESIMPULAN
2. Spline
Diameter luar : D = 40 mm
Diameter dalam : d = 35 mm
Tinggi : h = 2,85 mm
Lebar : w = 6,35 mm
Panjang : L = 55,03mm
Bahan : baja S55C-D
3. Naaf
Diameter luar : D = 41,22 mm
Diameter dalam : d = 35,45 mm
Tinggi : h = 2,88 mm
Lebar : w = 6,43 mm
Panjang : L = 55,73 mm
Bahan : S55C-D
4. Plat gesek
Diameter luar : D = 287 mm
Diameter dalam : d = 172,2 mm
Lebar : b = 57,4 mm
Tebal : a = 17 mm
Bahan : asbes dan besi cor
5. Baut
a. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
Diameter : d1 = 10 mm
Bahan : baja ST 24
b. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
Diameter : d2 = 8 mm
Bahan : baja ST 24
c. Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling
Diameter : d3 = 8 mm
Bahan : baja ST 24
6. Bantalan
a. Bantalan pendukung poros
Tipe : bantalan bola radial beralur dalam baris
tunggal
Nomor seri : 6306
Diameter luar : D = 60 mm
Diameter lubang : d = 30 mm
Lebar : b = 15 mm
Basic static load rating : C0 = 154 kg
Basic dynamic load rating : C = 230 kg
Kecepatan putaran maksimum: n = 9500 rpm
b. Bantalan pembebas
Tipe : bantalan bola aksial satu arah dengan
bidang rata
Nomor seri : A-SD 3020
Diameter luar : D = 70 mm
Diameter lubang : d = 40 mm
Lebar : b = 15 mm
Basic static load rating : C0 = 1,1 kg
Basic dynamic load rating : C = 2,4 kg
Kecepatan putaran maksimum: n = 7200 rpm
8. Kopling plat
D2=310 mm
Diameter luar bidang gesek :
D1=248 mm
Diameter dalam :