Anda di halaman 1dari 110

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada zaman dahulu manusia memanfaatkan tenaga hewan untuk alat pengangkut
atau kegiatan lain. Sejak dahulu manusia melakukan terobosan untuk
mempermudah pengangkutan atau transportasi.
Dan hasilnya manusia menciptakan sepeda yang digerakkan oleh kaki manusia
dengan bantuan rantai untuk melanjutkan putaran ke roda belakang dan sejak
itulah sepeda banyak digunakan untuk berbagai macam kegiatan manusia.
Dari tahun ke tahun dan zaman ke zaman alat transportasi banyak mengalami
perubahan dengan perkembangan zaman semakin canggih dan menuntut akan
pemanfaatan yang efisien waktu, manusia menemukan / menggunakan mesin
seperti pada mobil maupun pada sepeda motor yang menggunakan kopling untuk
menyetabilkan atau meneruskan putaran dari mesin ke transmisi karena dianggap
lebih efisien dan lebih mudah penggunaannya.
Sebelum ditemukannya kopling untuk menghentikan putaran mesin, kita harus
terlebih dahulu mematikannya. Hal ini adalah sangat tidak efektif. Efisiensi suatu
mesin menjadi bertambah setelah ditemukan kopling yang digunakan untuk
memindahkan dan memutuskan daya dan putaran suatu mesin ataupun motor.
Maka boleh disimpulkan bahwa kopling adalah salah satu komponen mesin yang
memiliki peranan penting dalam pengoperasiannya.
Tulisan ini dibuat untuk dapat mengetahui bagaimana cara/prinsip kerja pada
kopling dan roda gigi. Perencanaan kopling dan roda gigi ini diambil dari data
kopling mobil Toyota Avanza. Dan ini merupakan salah satu kewajiban yang
harus dipenuhi oleh setiap mahasiswafakultas teknik program studi teknik mesin
UMSU untuk mencapai gelar sarjana teknik.

1
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari sistem kopling ini adalah :
1. Untuk mempermudah pemindahan transmisi.
2. Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk menghubungkan dan melepaskan putaran Crank Shaft ke
Transmisi.
Adapun tujuan umum dari sistem roda gigi ini adalah :
1. Untuk merendahkan putaran mesin.
2. Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk meneruskan putaran dari crank shaft menuju deferensial.

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kopling ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada kopling.
2. Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.
Adapun tujuan khusus dari roda gigi ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada roda gigi
2. Agar dapat memilih/mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan
dalamperencanaan roda gigi.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada tiap – tiap roda
gigi.

1.3. Batasan Masalah.


Adapun batasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan perancangan yang
akan di harapkan, penulis perlu membatasi masalah yang akan dihitung dalam
rancangan kopling dan roda gigi.
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (P) = 104 PS
2. Putaran (n) = 6000rpm

2
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Halaman
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan Skema Gambar. Pada
BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan, Tujuan
Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan di
bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling dan roda gigi. Pada BAB 3
yang akan dibahas adalah.
Perhitungan kopling :
1. Perhitungan ukuran Poros
2. Perhitungan ukuran Spline dan Naaf
3. Perhitungan ukuran Plat Gesek
4. Perhitungan ukuran Pegas
5. Perhitungan ukuran Bantalan
6. Perhitungan ukuran Baut dan Mur
7. Perhitungan ukuran Paku Keling
Perhitungan roda gigi :
1. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan pertama
2. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kedua
3. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan ketiga
4. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan keempat
5. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kelima
6. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan mundur
7. Bantalan
8. Baut dan Mur
Selanjutnya pada BAB 4 akan ditulis mengenai Pemeliharaan Maintenance dari
kopling dan roda gigi. BAB 5 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling dan roda gigi. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran, Lembar
Asistensi, Spesifikasi Mobil, Surat Bimbingan, Gambar Teknik Kopling, dan
Gambar Teknik Roda Gigi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk menghubungkan
dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan poros yang
digerakkan.Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin dan putaran
mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat bergerak dengan
lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi. Kopling ini ditempatkan
diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian jelaslah bahwa kopling
merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin yaitu menghubungkan dan
melepaskan hubungan antara putaran mesin dan transmisi.

2.1.1 Klasifikasi Kopling


Kopling merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan dalam
konstruksi mesin,sehingga untuk merencanakan kopling harus diperhatikan hal -
hal sebagai berikut :

 Pemasangan yang mudah dan cepat.


 Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil.
 Konstruksinya yang baik dan praktis.
 Material kopling harus tahan terhadap :
* Temperatur yang tinggi dan sifat penghantar arus.
* Keausan dan goresan.
* Koefisien gesek yang tinggi.
* Sifat ductility yang baik.
 Dapat mencegah pembebanan lebih.

Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap
a. Kopling tetap

4
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran
dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa
terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus
atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap yang
dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu
dalam keadaan terhubung.

b. Kopling tidak tetap


Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang
digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam meneruskan
daya. Serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan
diam maupun berputar.

2.1.2. Macam - macam Kopling

a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan
sumbusegaris. Koplingini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi
umum dipabrik-pabrik.

Yang termasuk kedalam kopling kaku adalah :

 Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan sentrik
dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus dirapikan
dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah memanjang.
Kopling ini sering digunakan pada bubungan, baling - baling kapal dan juga pada
poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.1 Kopling Bus (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

5
 Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau
baja dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada
flensnya. Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan sumbu pres
atau kerut.
Kopling flens kaku seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Kopling Flens Kaku (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Flens Tempa


Kopling ini flensnya ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan
disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dibuat kecil
karena tidak memerlukan naaf. Kopling ini digunakan untuk poros turbin air yang
dihubungkan dengan generator sebagai pembangkit listrik.
Kopling flens tempa seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

6
 Kopling Karet Bintang
Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis. Kopling ini biasanya
digunakan untuk penyambungan daya yang besar, seperti pada turbin uap untuk
menggerakkan generator.
Kopling karet bintang seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Kopling Karet Bintang (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

 Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk menghubungkan
kedua buah poros. Kopling rantai umumnya digunakan untuk memindahkan
momen yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin uap.
Kopling rantai seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Kopling Rantai (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

7
 Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang dihubungkan
dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan menggunakan baut.
Pada kopling ini terdapat tempat untuk memasukkan minyak. Kopling ini
digunakan pada mesin pengaduk beton.Kopling gigi seperti terlihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 2.6 Kopling Gigi (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling ini
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun
poros tidak sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

8
c. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif(tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling
cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan
momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran saja. Kopling cakar seperti terlihat
dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.8 Kopling Cakar (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

d. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan demikikan
pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan
dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling ini sekaligus
juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah platnya, kopling
ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, dan menurut cara
pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan magnetik. Kopling
disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering dan
disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak. Kopling ini sering
digunakan pada kendaraan bermotor.

9
Gambar 2.9 Kopling Plat (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
e. Kopling Kerucut ( Cone Clutch )
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan
tidak seragam. Kopling kerucut sepeti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.10 Kopling Kerucut (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)

f. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya
bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan
arah dari poros yang digerakkan. Kopling friwil seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 2.11 Kopling Friwil (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017 )

10
2.1.3. Dasar Pemilihan Kopling
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang sering
dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat, kopling
kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling


Nama
Kelebihan Kekurangan
Kopling
Kopling Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
Cakar dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar

Kopling Dapat dihubungkan dalam Hanya dapat memutar


Plat keadaan berputar sekitar 50 rpm
Terjadinya slip sangat kecil

Gaya aksial kecil


Kopling
menghasilkan momen torsi Dayanya tidak seragam
Kerucut
besar

Kopling Kopling ini dapat lepas Tidak dapat dihubungkan

Friwil dengan sendirinya bila poros dalam keadaan berputar


penggerak mulai lambat kencang.

11
2.2. Roda Gigi
Sesuai dengan fungsinya roda gigi adalah merupakanelemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya dan putaran. Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan ini adalah efek - efek yang diakibatkan dalam pemindahan daya dan
putaran. Dalam pemindahan daya dan putaran tersebut masih ada alat yang
berperan sebagai pemindah daya dan putaran yaitu sabuk 8 rantai.
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya, misalnya
dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda gigi jauh
lebih unggul dibandingdengan sabuk dan rantai, faktor slip pada roda gigi jauh
lebih kecil dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar.
Namun untuk merencanakan sebagai alat pemindah daya pada transmisi (gear
box) harus benar - benar mampu memindahkan roda gigi sebagai alat pemindah
daya.
Oleh karena itu di dalam perencanaan roda gigi harus benar-benar teliti untuk
perencanaan dan pembuatannya sehingga pada putaran yang tinggi tidak terjadi
slip yang dapat mengakibatkan putaran roda gigi tidak bekerja sebagaimana yang
diinginkan dalam perencanaan ini.

2.2.1. Klasifikasi Roda Gigi


Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya sehingga penerusan daya dilakukan oleh
gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan karena dapat
meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada
menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga memiliki
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu:
 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang
besar.
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.

12
 Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut poros arah putaran dan bentuk gigi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2 (Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin) hal.212.

Letak poros Roda gigi Keterangan


Roda gigi lurus, (a) (Klasifikasi atas dasar
Roda gigi miring, (b) bentuk alur gigi)
Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda, (c)
poros sejajar Arah putaran
Roda gigi luar
berlawanan
Roda gigi dalam dan
Arah putaran sama
pinyon, (d)
Gerak lurus &
Batang gigi dan pinyon,(e)
berputar
Roda gigi kerucut lurus, (f)
Roda gigi kerucut spiral,
(g) (Klasifikasi atas dasar
Roda gigi kerucut ZEROL bentuk jalur gigi)
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi dengan Roda gigi kerucut miring
poros berpotongan ganda
Roda gigi permukaan (Roda gigi dengan
dengan poros berpotongan, poros berpotongan
(h) berbentuk istimewa)
Kontak titik
Roda gigi miring silang, (i)
Gerakan lurus dan
Batang gigi miring silang
berputar
Roda gigi dengan Roda gigi cacing silindris,
poros silang (j)
Roda gigi cacing selubung
Ganda (globoid), (k)
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid, (l)
Roda gigi permukaan
silang
Sumber : Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 212, Sularso dan Kiyokatsu Suga

13
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan
menjadi sebagi berikut :

a. Roda gigi dengan poros sejajar.


b. Roda gigi dengan poros yang berpotongan.
c. Roda gigi dengan poros silang / tegak lurus.

a. Roda gigi dengan Poros Sejajar


Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana gigi - giginya
sejajar pada dua bidang silinder. Kedua bidang silinder tersebut
bersinggungan dan yang satu mengelilingi pada yang lain dengan sumbu
tetap sejajar.

b. Roda gigi dengan Poros yang Berpotongan


Roda gigi dengan poros yang berpotongan ini digunakan pada suatu
transmisi yang memiliki poros tidak sejajar.

c. Roda gigi dengan Poros Silang / Tegak Lurus


Yang termasuk pada jenis ini adalah roda gigi miring silang, batang gigi
miring silang (kontak gigi gerakan lurus dan berputar), roda gigi cacing
silindris, roda gigi cacing selubung ganda (globoid), roda gigi cacing
samping, roda gigi tipe hiperboloid, roda gigi hipoid, roda gigi permukaan
silang.

14
2.2.2. Macam-macam Roda Gigi

a. Roda Gigi Lurus


Roda gigi lurus adalah jenis roda gigi yang dapat mentransmisikan daya dan
putaran antara dua poros yang sejajar. Roda gigi ini merupakan yang paling dasar
dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros.

Gambar. 2.12. Roda gigi lurus (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Miring


Roda gigi miring ini memiliki jalur gigi yang berbentuk ulir silindris yang
mempunyai jarak bagi. Jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus
sehingga pemindahan momen atau putaran melalui gigi - gigi tersebut dapat
berlangsung lebih halus. Roda gigi ini sangat baik dipakai untuk mentransmisikan
putaran yang tinggi dan besar.

Gambar. 2.13. Roda gigi miring (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

15
 Roda Gigi Miring Ganda
Pada roda gigi ini gaya aksial yang timbul pada gigi mempunyai alur berbentuk
alur V yang akan saling memindahkan. Dengan roda gigi ini reduksi, kecepatan
keliling dan daya diteruskan dan diperbesar tetapi pada pembuatannya agak sukar.

Gambar. 2.14. Roda gigi miring ganda (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Dalam dan Pinyon


Roda gigi ini dipakai jika diinginkan transmisi dengan ukuran kecil denganreduksi
yang besar, karena ada pinyon yang terletak di dalam roda gigi ini.

Gambar. 2.15. Roda gigi dalam dan pinyon


(duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

16
 Batang Gigi dan Pinyon
Merupakan dasar propil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan
pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus atau
sebaliknya.

Gambar. 2.16. Roda gigi dan pinyon (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Kerucut Lurus


Roda gigi kerucut lurus adalah roda gigi yang paling mudah dan paling sering
digunakan / dipakai, tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang
kecil. Konstruksinya juga tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua
ujung porosnya.

Gambar. 2.17. Roda gigi kerucut lurus (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Kerucut Spiral


Pada roda gigi ini memiliki perbandingan kontak yang terjadi lebih besar dan
dapat meneruskan putaran tinggi dengan beban besar. Sudut poros kedua gigi
kerucut ini biasanya dibuat 90 0.

17
Gambar. 2.18. Roda gigi kerucut spiral (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Permukaan


Roda gigi ini merupakan roda gigi dengan poros berpotongan yang bagian
permukaan giginya rata.

Gambar. 2.19. Roda gigi permukaan (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Miring Silang


Roda gigi ini mempunyai kemiringan 70 sampai 230, digunakan untuk
mentransmisikan daya yang lebih besar dari pada roda gigi lurus. Roda gigi ini
juga meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang benar.

Gambar. 2.20. Roda gigi miring silang (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

18
 Roda Gigi Cacing Silindris
Roda gigi ini membentuk silindris dan lebih umum dipakai. Digunakan untuk
mentransmisikan daya dan putaran yang lebih besar tanpa mengurangi dayanya.
Kemiringan antara 250 – 450,roda gigi ini banyak dipakai pada sistem kemudi.

Gambar. 2.21. Roda gigi cacing silindris (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Cacing Selubung Ganda (Globoid)


Roda gigi ini digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran pada beban
besardengan perbandingan kontak yang lebih besar pula.

Gambar. 2.22. Roda gigi cacing selubung ganda


(globoid)(duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

 Roda Gigi Hipoid


Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang
sumbunya saling bersilangan dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding. Roda gigi ini dipakai pada
deferensial.

Gambar. 2.23. Roda gigi hypoid (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)

19
BAB 3

PERHITUNGANUKURANUTAMAKOPLING

3.1 Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan
poros yang digerakkan. Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin
dan putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat
bergerak dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
Kopling ini ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian
jelaslah bahwa kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin
yaitu menghubungkan dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan
transmisi.

3.1.1Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin yang biasa
dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen stasioner
yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami beban
puntir dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang
terkecil atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan
pada penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi
pergeseran

d
s

Gambar 3.1 Poros

20
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 104 PS dan Putaran
(n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus
dikalikan 0,74 untuk mendapatkan daya dalam (kW)

Daya (P) = 104 PS


Putaran (n) = 6000 rpm

Dimana :
1 PS = 0,74 kW
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor keamanan
dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1) maka
daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:

Pd  fc  P (kW )

Dimana : Pd = Daya rencana


fc = faktor koreksi
P = Daya

Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)


Daya yang di transmisikan Fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5
Sumber : lit. 1 hal 7, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Maka daya rencana Pd adalah :

Pd  fc  P
 1,0  76,96
= 76,96 kW

21
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :

Pd
T  9,74 x10 5  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
n
76,96
T  9,74 x10 5 
6000

T  12493 kg  mm

Tabel 3.2. Standart bahan poros


Standard dan Perlakuan Kekuatan tarik
Lambang Keterangan
Macam panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C “ 52
Baja karbon
S40C “ 55
konstruksi mesin
S45C “ 58
(JIS G 4501)
S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik
S35C-D - 53 dingin,digerinda,
Batang baja yang
S45C-D - 60 dibubut, atau
difinis dingin
S55C-D - 72 gabungan antara
hal-hal tersebut
Sumber : lit. 1 hal 3, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

B
Tegangan geser yang di izinkan  a 
sf 1  sf 2
dimana :
 a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
 B = kekuatan tarik bahan poros (kg/mm²)
sf 1 = faktor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME( lit 1 hal 8 )
sf 2 = faktor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline
pada poros, harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2.0 ( lit 1 hal 8 )

22
Bahan poros di pilih daribahan yang difinis dinginS45C-Ddengan kekuatan tarik
 B  60 kg / mm2
maka :
B
a 
sf 1  sf 2
60
=
6,0  2,0

= 5 kg / mm2

Pertimbangan untuk momen diameter poros :


1/ 3
 5,1 
d s    K t  Cb  T  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 8)
 a 
dimana :
d s = diameter poros (mm)

 a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)


T = momen torsi rencana (kg.mm)
Cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2 - 2,3
(diambil 2,3).
K t = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3,0
(diambil 3,0)

maka :
1/ 3
 5,1 
d s    3,0  2,3  12493
5 

 30,4 mm  30 mm ( sesuai dengan tabel 3.3.)

23
Tabel 3.3. Diameter poros
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
Sumber : lit. 1 hal 9, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih


dari bilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian
dimanaakan dipasang bantalan gelinding.
Pada diameter poros di atas 28 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada poros
adalah :

5,1  T
 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
d s3

dimana :

 = tegangan geser (kg/mm2)


T = momen torsi rencana (kg.mm)

ds = diameter poros (mm)


maka :

5,1  12493

30 3

63714

27000

= 2,3 kg / mm2

Berdasarkan perhitungan di atas maka poros tersebut aman di pakai karena


tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
2,3< 5 kg/mm². ( aman ).

24
Diagram aliran poros

START

1. Daya yang ditransmisikan :P = 77,64 kW


Putaran poros : n1 = 6000 rpm

2. Faktor koreksi :fc = 1,0

3. Daya rencana :Pd = 76,44 kW

4. Momen puntir rencana :T = 12408 kg.mm

5. Bahan poros S45C, baja karbon


kekuatan tarik : σB = 60 kg/mm2
Faktor keamanan Sf1 = 6,0Sf2 = 2,0

6. Tegangan geser yang diizinkan :τa = 5,0 kg/mm2

7. Faktor koreksi untuk


momen puntir Kt = 1,5
Faktor lenturan :Cb = 1,2

8. Diameter poros :ds = 28 mm

9. Tegangan geser :τ = 2,8kg/mm2

10. a  <

STOP

END

25
3.1.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya
dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian
dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.

Gambar 3.2 Spline

Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar


(30mm) bahan yang digunakan yaitu S45C-D dengan kekuatan tarik 60 kg/mm2,
untuk spline pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai 5464.
Dalam perencanaan ini diambil DIN 5463 untuk beban menengah. Seperti yang
terdapat pada tabel dibawah ini :

26
Tabel 3.4. DIN 5462 – DIN 5464
Diameter Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 Berat DIN 5464
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d2 d2 d2
d1 (mm) (I) b (mm) (I) b (mm) (I) b (mm)
(mm) (mm) (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
Diameter maksimum ( diambil d s = 30 mm )

d s  0,81  d 2
ds
d2 
0,81
30
d2   37,04 mm  38 mm
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 6 mm
Diameter luar ( d2 ) = 38 mm

Perhitungan Spline dan Naaf

d2  ds
Tinggi ( H ) =
2
38  30
= = 4 mm
2

3
d2
Panjang ( L ) = 2
ds

=
383 = 60,97 mm
302

27
d2  ds
Jari - jari ( Rm ) =
4
38  30
= = 17 mm
4

Jarak antara spline ( w ) = 0,5  d 2


= 0,5  38 mm = 19 mm

Besar gaya yang bekerja pada Spline :

T
F
Rm

dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12493 kg.mm
Rm = jari-jari spline (mm)

maka :
12493
F
17
 734 kg

Tegangan geser pada poros spline adalah :

F
g 
iw L

dimana :
 g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah gigi spline
w = jarak antar spline (mm)
L = panjang spline (mm)

28
maka :
734
g 
8  19  60,97

 0,079 kg / mm
2

Sedangkan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :

F
P
iH L

734

8  4  60,97

 0,376 kg / mm
2

Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 60 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.

Tegangan geser yang diizinkan :

 gi  0,8   trk

dimana :
60
 trk   6 kg / mm
2

10

maka :
 gi  0,8  6  4,8 kg / mm2

Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
g   gi

0,079  4,8

Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
(aman).

29
Diagram aliran spline dan naaf

START a

1. Diameter poros :ds = 28 mm 8. Faktor keamanan = 10

9. Tegangan geser yang


2. Jumlah spline dan naaf :i = 6 diizinkan :τgi = 4,16 kg/mm2
buah,Lebar spline dan naaf : b = 7 mm,
diameter luar : 𝑑2 = 34
Diameter luar :d2 = 38 mm

3. Tinggi :H = 3 mm, jari-jari : Rm = 15,5 mm 10.  gi  a  g

4. Gaya pada spline :F = 800 kg

STOP

5. Tegangan geser: τg = 0,156 kg/mm2

END

6. Tegangan tumbukan :P = 0,886 kg/mm2

7. Kekuatan tarik bahan yang direncanakan = 52 kg/mm2

30
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak dengan
poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga sebagai
penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
1. Tahan pada suhu tinggi

2. Tahan pada gesekan

Gambar 3.3 Plat Gesek

Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.5. Harga µ dan pa



Bahan Permukaan Kontak pa (kg/mm2)
Kering Dilumasi
Bahan cor dan besi cor 0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes (ditenun) 0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
Besi cor dan serat 0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
Sumber : lit. 1 hal 63, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

31
Diketahui : P = 104 PS
n = 6000 rpm
ds = 30 mm ( diameter poros )

Daya yang ditransmisikan P :

Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk mendapatkan
daya dalam (kW).

Dimana : 1 PS = 0,74 kW

Maka :
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96 kW

Putaran poros n1 = 6000 rpm

Faktor koreksi (fc)= 1,0

Daya rencana Pd :

Pd  fc  P
 1,0  76,96

 76,96 kW

Momen puntir rencana T :

Pd
T  9,74 x10 5 
n
76,96
T  9,74 x10 5 
6000

T  12493 kg  mm

Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1  dan diameter luar bidang gesek

D2  > 0,5. Maka direncanakan perbandingan diameter D1 / D2  0,8


Gaya tekanan gesekan F :

32
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan
permukaan yang diizinkan pada bidang gesek Pa  0,02 kg / mm 2
maka :
 2
F
4
D2  D12   Pa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 62 )


4

3,14 2

1  0,8 2 D22  0,02

 0,00565 D2
2

rm  D1  D2  / 4
 0,8  1D2 / 4
 0,45 D2

Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga koefisien
gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil   0,4
maka :

T    F  rm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 62 )

12493  0,4  0,00565D22  0,45D2


6
12493  0,001017 D 2  101,7  10 D 2
3 3

12493
D2  3  497,105531
101,7  10 6

D2  497,10  497 mm

Maka diameter luar bidang gesek D2  = 497 mm

Diameter dalam kopling :

33
D1  0,8  D2
 0,8  497

 397,6 mm

Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering

Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100

Momen gesek statis


1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
(kg.m)
GD2 sisi rotor
(kg.m2) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
2
GD sisi stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
(kg.m2)
Diameter lubang 15 20 25 30 40 50 60 70
Alur pasak 5x2 5x2 7x3 7x3 10 x 3,5 15 x 5 15 x 5 18 x 6
Sumber : lit. 1 hal 68, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 30 dari tabel di atas.
maka :
 30  20 
GD 2  0,0882    0,2192  0,0882
 40  20 
 0,0882  0,5  0,131

 0,1537 kg  m
2

Putaran relatif nr = 6000 rpm

Waktu penghubung rencana te = 0,3 s

Faktor keamanan kopling f = 2,1

Momen start :

34
Tl1  T  12493 kg  mm = 12,493 kg  m

GD 2  nr
Ta   Tl1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 67 )
375  t e

dimana :
Ta = momen start (kg.m)

GD 2 = efek total roda gaya terhadap poros kopling (kg.m2)


n r = kecepatan putaran relatif (rpm)
te = waktu penghubungan rencana (s)

Tl1 = momen beban pada saat start (kg.m)


maka :
0,1537  6000
Ta   12,493
375  0,3
 20.69 kg  m

Waktu penghubungan yang sesungguhnya :

GD 2  nr
t ae 
375  Ta  Tl1 
0,1537  6000

375  20,69  12,493
 0,3 s

t ae  t e
0,3 s  0,3 s , baik

Tabel 3.7. Laju keausan permukaan pelat gesek

35
Bahan Permukaan w = [cm3/(kg.m)]

Paduan tembaga sinter (3 - 6) x 10-7


Paduan sinter besi (4 - 8) x 10-7
Setengah logam (5 - 10) x 10-7
Damar cetak (6 - 12) x 10-7
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering

Nomor kopling / rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100

Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Bahan gesek paduan tembaga sinter


Berdasarkan tabel 3.7. dengan bahan paduan tembaga sinter maka: w  4  10 7
cm 3 / kg  m

Volume keausan yang diizinkan ( L3 ) :

Dengan mengambil nomor tipe kopling 30, maka dapat diambil volume keausan
yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :

 30  20 
L3  63,5    91,0  63,5
 40  20 

 63,5  0,5  27,5

 77,25 cm 3

Diagram aliran kopling plat gesek

36
START b a

1. Daya yang ditransmisikan : P = 76,44 10. Pemilihan tipe kopling


kW Nomor tipe kopling 30
Puratan poros :n1 = 6000 rpm Momen gesekan statis : Tso = 30

2. Faktor koreksi :fc = 1,0


11. Waktu penghubungan sesungguhnya: tae = 0,3
s

3. Daya rencana :Pd = 76,44 kW

12. t ae :te
>
4. Momen puntir rencana :T =12408 kg.mm

<
5. Diameter dalam :D1 = 232 mm
Diameter luar : D2 = 290 mm
jari-jari : rm = 0,45 D2
Jari - jari :rm = 0,45 D2 13. Bahan gesek paduan tembaga
sinter Volume keausan yang diizinkan
:L3 = 77,25 cm3
Laju keausan permukaan :w = 4x10-7
6. Gaya tekanan gesekan :F = 0,00565 D22 cm3/kg.m

7. GD2 pada poros kopling = 0,1537


kg/mm2 14. Nomor kopling 30Bahan gesek
Puratan relatif :nr = 6000 rpm paduan tembaga sinter

8. Waktu penghubungan rencana :te = 0,3 s


faktor keamanan kopling : f = 2,1
STOP

9. Momen start :Ta = 20,60 kg.m


END

b a

3.1.4. Pegas

37
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan dan
meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas kejut
pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang
dibentuk dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.

Hf

Gambar 3.4 Pegas Kejut

Tabel 3.9. Harga modulus geser G


Harga G
Bahan Lambang
( kg/mm2 )
Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja keras SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat distemper dengan minyak --- 8 x 103
Kawat baja tahan karat SUS 7,5 x 103
(SUS 27, 32, 40)
Kawat kuningan BsW 4 x 103
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103

Kawat perunggu fosfor PBW 4,5 x 103

Kawat tembaga berilium BeCuW 5 x 103


Sumber : lit. 1 hal 313, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

38
Momen puntir (torsi) adalah T  12493 kg  mm , jumlah pegas kejut direncanakan
6 buah dan direncanakan diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm, harga
D D
perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga diambil 4,
d d
sehingga diperoleh :

D
4
d
28
4 d 7
d

Beban maksimum Wl :

T  D / 2Wl . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 72 )

maka :
T
Wl 
D / 2 
12493
  892,35 kg
28 / 2

Lendutan yang terjadi pada beban  = (18 – 20) mm, diambil 20 mm

Indeks pegas :

c = D/d
c=4

Faktor tegangan :

4c  1 0,615
K  ..................... ( Lit 1, hal 316 )
4c  4 c
4  4  1 0,615
 
44  4 4

 1,404

39
Tegangan geser  :
T T
 
Zp  / 6   d 3

12493

3,14 / 6  7 3
 69,60 kg / mm
2

Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang
diizinkan  a  65 kg / mm2 , Modulus geser G  8000 kg / mm2 (berdasarkan
tabel 3.9.)

Tegangan rencana :

 d   a  0,8

 65  0,8  52 kg / mm
2

Wl
k

892,35
  44,61 kg / mm
20

Jumlah lilitan yang bekerja :

Gd4
k
8n  D 3

8000  7 
4
44,61 
8n  28
3

8n  19,61

n  2,4  3

40
Lendutan total :
1
 t  20   6,6 mm
3

Tinggi bebas H f :

H c  n  1,5 d

 3  1,5  7  31,5 mm

Cl = 0,2 – 0,6 mm, diambil 0,4 mm

Cl  H l  H c  / n  1,5

0,4  H l  31,5 / 3  1,5

H l  31,5  1,8

H l  33,3 mm

Maka :
  H f  Hl

20  H f  33,3

H f  33,3  20  53,3 mm

Tinggi awal terpasang H s :

Cs = 1,0 – 2,0 mm, diambil 1,5 mm

C s  H s  H c  / n  1,5

1,5  H s  31,5 / 3  1,5

H s  31,5  6,75

H s  38,25 mm

41
Lendutan awal terpasang :

o  H f  Hs

 53,3  38,25

 15,05 mm

Beban awal terpasang W o :

Wo  H f  H s   k

 53,3  38,25 44,61

 671,3 kg

Lendutan efektif h :

h    o
 20  15,05
 4,95 mm

Tinggi pada lendutan maksimum H l  33,3 mm

Jumlah lilitan mati pada setiap ujung 1

Tinggi mampat H c  31,5 mm

Hl  Hc
33,3 mm  31,5 mm , baik

42
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil
C s  1,5 mm

Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil
Cl  0,4 mm

Hf /D  5

53,3 / 28  5
1,90 < 5

Diameter kawat d  7 mm
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n  3
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h  4,95 mm
Lendutan total   20 mm
Tinggi tekan H c  31,5 mm

Beban awal terpasang Wo  671,3 kg

43
Diagram aliran pegas

START b a

1. Beban maksimum :Wl = 886,28 kg 11. Beban awal terpasang :Wo = 667,2 kg
Lendutan : δ = 18 – 20 mm Lendutan efektif : h = 4,95 mm
Tarik atau tekan Tinggi pada lendutan maksimum:
Diameter rata-rata :D =28 mm Tinggi pd lendutan maksimum :Hl = 33,3 mm

12. Jumlah lilitan mati pd setiap


ujung 1
2. Taksiran awal :
Indeks pegas : c = 4 13. Tinggi mampat :Hc = 31,5 mm
Diamater kawat :d = 7mm
Diameter kawat :d = 7 mm

3. Faktor tegangan :K = 1,404 14. Hl t Hc


ae
>

4. Tegangan geser :τ = 69,16 kg/mm2


<

5. Bahan pegas SUP4 (Baja pegas) 15. Kelonggaran kawat pada


Tegangan geser maksimum yang awal terpasang : Cs = 1,5 mm
diizinkan :τa = 65 kg/mm2 Kelonggaran kawat pada
Modulus geser : G= 8000 kg/mm2 lendutan maksimum : Cl = 0,4 mm
Tegangan rencana : τd = 52 kg/mm2

Tegangan rencana :τd = 52 kg/mm2


7. Jumlah lilitan yang bekerja :n = 3 16. Hf /D 5
T
8. Lendutan total :δt = 6,67 mm

9. Konstanta pegas :k = 44,32 kg/mm 17. Diameter kawat :d = 7 mm


Bahan pegas SUP4 (Baja pegas)
Perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja :n = 3
10. Tinggi bebas :Hf = 53,3 mm Lilitan mati 1
Tinggi awal terpasang : Hs = 38,25 mm Lendutan efektif :h = 4,95 mm
Lendutan awal terpasang : δo = 15,05 Lendutan total :δt = 6,67 mm
Lendutan awal terpasang :δo = 15,05 Tinggi tekan :Hc = 31,5 mm
Beban awal :Wo = 705,4 kg

STOP
END

44
3.1.5.Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban sehingga
putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan lama.
Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya bekerja
dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.

Gambar 3.5 Bantalan

Momen yang ditransmisikan dari poros T  12493 kg  mm dan putaran


(n) = 6000 rpm
Tabel 3.10. Bantalan Bola
Nomor Bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
Dua nominal nominal
Jenis Dua sekat dinamis statis
d D B R
terbuka sekat tanpa spesifik C spesifik
kontak (kg) Co (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430

45
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(30mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan
dapat ditentukan sebagai berikut :

Nomor bantalan 6006,


Diameter bantalan : D  55 mm
Lebar bantalan : B  13 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C  1030 kg

Kapasitas nominal statis spesifik : C o  740 kg

Untuk bantalan bola alur dalam Fa  0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
Beban Beban Baris
Baris ganda
putar putar tunggal
Baris Baris
pd pd
Jenis bantalan e tunggal ganda
cincin cincin Fa / VFr> e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr> e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0= 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44

0,8
4
0,7
α = 20o 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42
Bantalan 6
= 25o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38
bola 1 1,2 1 0,6
= 30o 0,39 0,76 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1
6
sudut = 35o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29
0,5
= 40o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26
8
0,5
2
Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

46
Beban aksial bantalan Fa :

Fa  C o  0,014
 740  0,014  10,36 kg

Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :

Fa
e
v  Fr

dimana : v = beban putar pada cincin dalam


e = 0,19

Fa
maka : Fr 
ve
10,36
  54,52 kg
1  0,19

Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan


di bawah ini :

P  X  Fr  Y  Fa

dimana : P = beban ekivalen (kg)


Fr = beban radial (kg)

Fa = beban aksial (kg)


X ,Y = harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.11. di atas

47
maka :
P  0,56  54,52  2,30  10,36

 54,35 kg

Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :

1/ 3
 33,3 
fn   
 n 
1/ 3
 33,3 
fn     0,210
 6000 

Faktor umur bantalan f h :

C
fh  fn 
P
1030
 0,210   3,97
54,35

Umur nominal dari bantalan Lh :

Lh  500   f h 
3

 500  3,97   31285,386 jam


3

48
Diagram aliran bantalan gelinding

START

1.Momen yang ditransmisikan :T = 13124 kg.mm


Putaran poros : n = 6000 rpm

2. Nomor nominal yang diasumsikan.


Kapasitas nominal dinamis
spesifik :C = 1030 kg
Kapasitas nominal statis spesifik :
Co = 740 kg

3. Cincin yang berputar dalam


∑ Fa / Co = 0,014, faktor e = 0,19
∑ Fa / V .∑ Fr : faktor X = 0,56
faktor Y = 2,30
Beban ekivalen dinamis :P = 54,37 kg

4. faktor kecepatan : fn = 0,177


Faktor umur :fh = 3,35

5. Umur :Lh = 18797,688 jam

6. Lh atau Ln :Lha
<

7. Nomor nominal bantalan


Pasan, ketelitian, dan
umur bantalan

STOP

END

49
3.1.6.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.

Gambar 3.6 Baut dan Mur

Beban yang diterima baut merupakan beban yang diterima bantalan

W  P pada bantalan  54,35 kg

Faktor koreksi (fc) = 1,2

Maka beban rencana Wd :

Wd  fc  W

Wd  1,2  54,35

 65,22 kg

Bahan baut dipakai baja liat dengan kadar karbon 0,22 %


Kekuatan tarik :  B  42 kg / mm2

Faktor keamanan : S f  7 dengantegangan yang diizinkan  a  6 kg / mm2

(difinis tinggi)

50
Diameter inti yang diperlukan

4  Wd
d1 
  a

4  65,22
d1 
3,14  6

d1  3,72 mm

Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris


Ulir dalam
Diamete
Ulir Diameter Diameter r
Jarak Tinggi luar D efektif D2 dalam
bagi kaitan D1
p H1 Ulir luar
1 2 3 Diame
Diameter Diameter
ter
luar d efektif d2
inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Sumber : lit. 1 hal 290, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1  4,917 mm  3,72 mm dari tabel 3.12. di
atas.

51
Maka pemilihan ulir standar ulir luar
diameter luar d  6 mm
diameter inti d1  4,917 mm
jarak bagi p  1 mm

Tegangan geser yang diizinkan

 a  (0,5  0,75)   a  diambil 0,5


maka :
 a  0,5  6  3 kg / mm2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan q a  3 kg / mm2

Diameter luar ulir dalam D  6 mm


Diameter efektif ulir dalam D2  5,350 mm
Tinggi kaitan gigi dalam H 1  0,541 mm

Jumlah ulir mur yang diperlukan


Wd
z
  D2  H 1  q a
65,22
z
3,14  5,350  0,541  3
z  2,39  3

Tinggi mur
H z p
H  3  1  3 mm

Jumlah ulir mur


H
z' 
p

52
3
z'  3
1

Tegangan geser akar ulir baut

Wd
b  (dimana k  0,84 )
  d1  k  p  z
65,22
b   1,67 kg / mm2
3,14  4,917  0,84  1  3

Tegangan geser akar ulir mur

Wd
n  (dimana j  0,75 )
 D j p z
65,22
n   1,53 kg / mm2
3,14  6  0,75  1  3

Tegangan geser akar ulir baut  b  dan tegangan geser akar ulir mur  n  lebih

kecil dari tegangan geser yang diizinkan  a  , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.

Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.

53
Diagram aliran baut dan mur

START b a

1.Beban :W = 54,37 kg 9. Jmlh ulir mur yg diperlukan :z = 3

2. Faktor koreksi :fc = 1,2 10. Tinggi mur :H = 3 mm

3. Bebanrencana :Wd = 65,244 kg 11. Jumlah ulir mur :z’ = 3 mm

4. Bahan baut : baja liat 12. Tegangan geser akar


Kekuatan tarik :σB = 42 kg/mm2
ulir baut : τb = 1,68 kg/mm2
Faktor keamanan :Sf = 7
Tegangan geser yang Tegangan geser akar
diizinkan :τa = 3 kg/mm2 ulir mur : τn = 1,54 kg/mm2

5. Diameter inti yang diperlukan :d1 = 4,917 mm


:τaτb :τa
> τn :τa
6. Pemilihan ulir standar
Diameter luar :d = 6 mm
Diameter inti :d1 = 4,917 mm
Jarak bagi :p = 1 mm ≤

14. Bahan baut : baja liat


7. Bahan mur : baja liat
Kekuatan tarik :σB = 42 kg/mm2 Bahan mur : baja liat
Tegangan geser yang diizinkan :τa = 3 kg/mm2 Diameter nominal ulir :
Tegangan permukaan yang baut = M 6, mur = M 6
diizinkan :qa = 3 kg/mm2 Tinggi mur :H = 3 mm

8. Diameter luar ulir dalam :D = 6 mm


Diameter efektif ulir dalam :D2 = 5,350 mm STOP
Tinggi kaitan gigi dalam :H1 = 0,541 mm

b END
a

54
3.1.7.Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las karena
sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada sambungan las
yang lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling terlihat jauh lebih
aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih baik (dibunyikan
dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih
menyukai pengelingan,untuk menghindarkan penuruna kekuatan disebabkan
tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur pengelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke poros.

Gambar 3.7 Paku Keling

Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah.


Diameter paku keling d = (2,3 – 6) mm, diambil 5 mm.
Diameter kepala paku keling :

D  1,6  d
 1,6  5  8 mm

55
Lebar kepala paku keling :

K  0,6  d
 0,6  5  3 mm
Karena paku keling terletak di tengah-tengah kopling plat gesek, sehingga :

D1  D2
rm 
4

dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
D1 = diameter dalam plat gesek (mm)
D2 = diameter luar plat gesek (mm)

maka :
397,6  497
rm 
4
 223,65 mm

Gaya yang bekerja pada paku keling :

T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12408 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)

maka :
12493
F
223,65
 55,85 kg

Jadi seluruh paku keling mengalami gaya F = 55,85 kg

56
Sedangkan gaya yang berkerja pada masing - masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :

F
F'
n

dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
n = banyaknya paku keling yang direncanakan

maka :
55,85
F'  2,3 kg
24

Jadi setiap paku keling menerima gaya F’ = 2,3 kg

Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik  b  37 kg / mm 2

faktor keamanan paku keling v  8  10 , diambil 9

Tegangan izin paku keling.

b
i 
v

37
=  4,11 kg / mm 2
9

Luas penampang paku keling A :

3,14 2
A d
4
3,14 2
  5  19,625 mm 2
4

57
Tegangan geser yang terjadi :

F'
g 
A

2,3
  0,117 kg / mm2
19,625

Tegangan geser yang diizinkan :

 gi  0,8   i

 0,8  4,11  3,28 kg / mm 2

Maka paku keling aman terhadap tegangan geser yang terjadi.


dimana dapat dibuktikan :

 gi  g
3,28  0,117

58
Diagram aliran paku keling

START

1.Banyak paku keling :n = 24

2. Diameter paku keling :d = 5 mm

3. Gaya yang bekerja pada paku keling :F= 95,08 kg

4.Bahan paku keling Aluminium

5. Faktor keamanan 9

6. Tegangan tarik :τb = 37 kg/mm2

7. Luas penampang paku keling :A = 19,625 mm2

8. Tegangan geser yang terjadi :τg = 0,204 kg/mm2

9. Tegangan geser yang diizinkan :τgi = 3,28 kg/mm2

10. τgi>τg

11. Bahan paku keling Aluminium


Diameter paku keling :d = 5 mm
Banyaknya paku keling :n = 24

STOP

END

59
3.2. Roda Gigi

Gambar. 3.8. Nama-nama bagian roda gigi

Roda gigi transmisi yang direncanakan adalah :


Daya (p) = 80 PS
Putaran (n) = 3500 rpm

Pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara
bertingkat dengan perbandingan gigi sebagai berikut :

I 4,357
II 2,502
III 1,501
PERBANDINGAN GIGI
IV 1,000
V 0,809
R 3,970

60
Tabel 3.13. Faktor bentuk gigi
Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi
z
Y Z
Y z
Y
10 0,201 19 0,314 43 0,396
11 0,226 20 0,320 50 0,408
12 0,245 21 0,327 60 0,421
13 0,261 23 0,333 75 0,434
14 0,276 25 0,339 100 0,446
15 0,289 27 0,349 150 0,459
16 0,295 30 0,358 300 0,471
17 0,302 34 0,371 Batang gigi 0,484
18 0,308 38 0,383

Tabel 3.14. Faktor dinamis fv


Kecepatan
3
v  0,5  10 m s fv 
3v
Rendah
Kecepatan
6
v  5  20 m s fv 
6v
Sedang
Kecepatan v  20  50 m s 5,5
fv 
5,5  v
Sumber : lit. 1 hal 240, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

61
3.2.1. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 4,357( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  59,2  59,2 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 216 )
1 i
2  200
d1   69,24 mm
1  4,537

2  200  i
d2  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 216 )
1 i
2  200  4,357
d2   330,75 mm
1  4,357

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m  z .................... ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1 69,24
z1    11,54  12
m 6
d 2 330,75
z2    55,12  55
m 6

62
Perbandingan gigi :
z2
i ......................... ( Lit 1, hal 216 )
z1
55
i  4,58
12

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 12  6  72 mm
d 02  z 2  m
 55  6  330 mm

Jarak sumbu poros :


d 01  d 02
a0 
2
72  330
  201 mm
2

Kelonggaran puncak :
C k  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2 m  12  2  6  84 mm

d k 2  z 2  2 m  55  2 6  342 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2  m  2  C k

 12  2 6  2 1,5  60 mm


d f 2   z 2  2  m  2  C k

 55  2  6  2  1,5  474 mm

63
Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2  6  1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


z1  12  Y1  0,245

 55  50 
z 2  55  Y2  0,408    0,245  0,408
 60  50 
Y2  0,326
Kecepatan keliling :
  d 01  n
v ......................... ( Lit 1, hal 238 )
60  1000
3,14  72  3500
v  13,18 m s
60  1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft  ......................... ( Lit 1, hal 238 )
v
102  59,2
Ft   458,14 kg
13,18

Faktor dinamis :
5,5
fv 
5,5  v
5,5
fv   0,602
5,5  13,18

64
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik  B 2  20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2  170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm 2

FC 20 :  a 2  9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H  0,079 kg mm 2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :

Fb   a  m  Y  f v . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 240 )

F ' b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,245  0,602
 23,00 kg / mm

F ' b 2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,326  0,602
 10,59 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :


2  z2
F ' H  f v  k H  d 01  ................. ( Lit 1, hal 244 )
z1  z 2
2  55
F ' H  0,602  0,079  72 
12  55
 5,62 kg / mm

65
Harga minimum F ' min  5,62 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 458,14
b   81.51mm
F'H
5,62

Jarak bagi  P = m.  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m   6  3,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .72 = 50,4 mm

66
3.2.2. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 2,502( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  59,2  59,2 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1 i
2  200
d1   114,22 mm
1  2,502

2  200  i
d2 
1 i
2  200  2,502
d2   258,77 mm
1  2,502

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 114,22
z1    19,03  19
m 6

d 2 258,77
z2    43,12  43
m 6

67
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
43
i  2,263
19

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 19  6  114 mm
d 02  z 2  m
 43  6  258 mm

Jarak sumbu poros :


d 01  d 02
a0 
2
114  258
  243 mm
2

Kelonggaran puncak :
C k  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2 m  19  2 6  126 mm

d k 2  z 2  2 m  43  2 6  270 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2  m  2  C k

 19  2 6  2 1,5  102 mm


d f 2   z 2  2  m  2  C k

 43  2 6  2 1,5  366 mm

68
Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2  6  1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


19  21 
z1  19  Y1  0,314    0,245  0,314
 23  21 
Y1  0,465

 43  43 
z 2  43  Y2  0,396    0,326  0,396
 50  43 
Y2  0,396

Kecepatan keliling :
  d 01  n
v
60  1000
3,14  114  3500
v  26,376 m s
60  1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102  59,2
Ft   228,93 kg
26,376

Faktor dinamis :
5,5
fv 
5,5  v
5,5
fv   0,517
5,5  26,376

69
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik  B 2  20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2  170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm 2

FC 20 :  a 2  9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H  0,079 kg mm 2 .

Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :


Fb   a  m  Y  f v

F ' b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,465  0,517
 37,50 kg / mm

F ' b 2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,396  0,517
 11,05 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :


2  z2
F ' H  f v  k H  d 01 
z1  z 2
2  43
F ' H  0,517  0,079 114 
19  43
 6,45 kg / mm

70
Harga minimum F ' min  6,45 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 228,93
b   35,49mm
F H
' 6,45

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m   6  3,14
Tebal gigi  S =   9,24mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 . 114 = 79,8 mm

71
3.2.3. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 1,501( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  59,2  59,2 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1 i
2  200
d1   159,93 mm
1  1,501
2  200  i
d2 
1 i
2  200  1,501
d2   240,06 mm
1  1,501

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 159,93
z1    26,65  27
m 6
d 2 240,06
z2    40,01  40
m 6

72
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
40
i  1,48
27

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 27  6  162 mm
d 02  z 2  m
 40  6  240 mm

Jarak sumbu poros :


d 01  d 02
a0 
2
162  240
  201 mm
2
Kelonggaran puncak :
C k  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2 m  27  2 6  174 mm

d k 2  z 2  2 m  40  2 6  252 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2  m  2  C k

 27  2 6  2 1,5  147 mm


d f 2   z 2  2  m  2  C k

 40  2 6  2 1,5  225 mm

73
Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2  6  1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


 27  27 
z1  27  Y1  0,349    0,465  0,349
 30  27 
Y1  0,349

 40  38 
z 2  40  Y2  0,396    0,396  0,396
 43  38 
Y2  0,396

Kecepatan keliling :
  d 01  n
v
60  1000
3,14 162  3500
v  29,673 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102  59,2
Ft   226,38 kg
26,673

Faktor dinamis :
5,5
fv 
5,5  v
5,5
fv   0,515
5,5  26,673

74
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik  B 2  20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2  170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm 2

FC 20 :  a 2  9 kg mm 2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H  0,079 kg mm 2 .

Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :


Fb   a  m  Y  f v

F ' b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,349  0,515
 28,03 kg / mm

F ' b 2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,396  0,515
 11,01 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :


2  z2
F ' H  f v  k H  d 01 
z1  z 2
2  40
F ' H  0,515  0,079 162 
27  40
 7,86 kg / mm

75
Harga minimum F ' min  7,86 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 226,38
b   28,80mm
F'
H
7,86

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m   6  3,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 . 162 = 113,4 mm

76
3.2.4. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 1,000( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  59,2  59,2 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1 i
2  200
d1   200 mm
1  1,000
2  200  i
d2 
1 i
2  200  1,000
d2   200 mm
1  1,000

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 200
z1    33,3  33
m 6
d 2 200
z2    333  33
m 6

77
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
33
i 1
33

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 33  6  198 mm
d 02  z 2  m
 33  6  198 mm

Jarak sumbu poros :


d 01  d 02
a0 
2
198  198
  198 mm
2
Kelonggaran puncak :
C k  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2  m  33  2  6  210 mm

d k 2  z 2  2 m  33  2 6  210 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2  m  2  C k

 33  2 6  2 1,5  186 mm


d f 2   z 2  2  m  2  C k

 33  2 6  2 1,5  186 mm

78
Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2  6  1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


 33  30 
z1  33  Y1  0,358    0,349  0,358
 34  30 
Y1  0,35125

 33  34 
z 2  33  Y2  0,358    0,396  0,358
 38  34 
Y2  0,3485

Kecepatan keliling :
  d 01  n
v
60  1000
3,14 198  3500
v  36,267 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102  59,2
Ft   1167,64 kg
36,267

Faktor dinamis :
5,5
fv 
5,5  v
5,5
fv   0,166
5,5  36,267

79
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik  B 2  20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2  170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm 2

FC 20 :  a 2  9 kg mm 2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H  0,079 kg mm 2 .

Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :


Fb   a  m  Y  f v

F ' b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,35125  0,166
 9,09 kg / mm

F ' b 2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,3485  0,166
 3,12 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :


2  z2
F ' H  f v  k H  d 01 
z1  z 2
2  33
F ' H  0,166  0,079 198 
33  33
 0,259 kg / mm

80
Harga minimum F ' min  0,259 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 1167,64
b   4508,26mm
F'H
0,259

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  . 6  3,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .198 = 138,6 mm

81
3.2.5. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Lima
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 0,809 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  59,2  59,2 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1 i
2  200
d1   221,11 mm
1  0,809
2  200  i
d2 
1 i
2  200  0,809
d2   178,88 mm
1  0,809

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 221,11
z1    36,85  37
m 6
d 2 178,88
z2    29,81  30
m 6

82
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
30
i  0,81
37
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :
d 01  z1  m
 37  6  222 mm

d 02  z 2  m
 30  6  180 mm

Jarak sumbu poros :


d 01  d 02
a0 
2
222  180
  201 mm
2

Kelonggaran puncak :
C k  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2  m  37  2  6  234 mm

d k 2  z 2  2  m  30  2  6  192 mm

Diameter kaki :
d f 1  z1  2  m  2  C k

 37  2 6  2 1,5  210 mm


d f 2   z 2  2  m  2  C k

 30  2 6  2 1,5  168 mm

83
Kedalaman pemotongan :
H  2  m  Ck
 2  6  1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


 37  34 
z1  37  Y1  0,371    0,35125  0,371
 38  34 
Y1  0,357
z 2  30  Y2  0,358

Kecepatan keliling :
  d 01  n
v
60  1000
3,14  222  3500
v  40,663 m s
60  1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102  59,2
Ft   148,49 kg
40,663

Faktor dinamis :
5,5
fv 
5,5  v
5,5
fv   0,463
5,5  40,663

84
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik  B 2  20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2  170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm 2

FC 20 :  a 2  9 kg mm 2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H  0,079 kg mm 2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb   a  m  Y  f v

F ' b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,357  0,463
 25,78 kg / mm

F ' b 2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,358  0,463
 8.95 kg / mm

Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :


2  z2
F ' H  f v  k H  d 01 
z1  z 2
2  30
F ' H  0,463  0,079  222 
37  30
 0,438 kg / mm

85
Harga minimum F ' min  0,438 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 148,49
b   339,01mm
F'H
0,438

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m  . 6  3,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7. 222 = 155,4 mm

86
3.2.6. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur (Reverse)
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 3,970( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0

Daya rencana Pd :
Pd  fc  P
 1,0  59,2  59,2 kW

Diameter sementara lingkaran jarak bagi :


2  200
d1 
1 i
2  200
d1   80,48 mm
1  3,970
2  200  i
d2 
1 i
2  200  3,970
d2   319,51 mm
1  3,970

Modul pahat m = 6

Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 80,48
z1    13,41  13
m 6
d 2 319,51
z2    53,25  53
m 6

87
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
53
i  4,07
13

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :


d 01  z1  m
 13  6  78 mm
d 02  z 2  m
 53  6  318 mm

Jarak sumbu poros :


d 01  d 02
a0 
2
78  318
  198 mm
2
Kelonggaran puncak :
C k  0,25  m
 0,25  6  1,5

Diameter kepala :
d k1  z1  2 m  13  2 6  90 mm

d k 2  z 2  2 m  53  2 6  330 mm


Diameter kaki :

d f 1  z1  2  m  2  C k

 13  2 6  2 1,5  60 mm


d f 2   z 2  2  m  2  C k

 51  2 6  2 1,5  438 mm

88
Kedalaman pemotongan :

H  2  m  Ck
 2  6  1,5  13,5 mm

Faktor bentuk gigi, dari Tabel 3.5.


z1  13  Y1  0,261

 53  50 
z 2  53  Y2  0,408    0,358  0,408
 60  50 
Y2  0,393

Kecepatan keliling :

  d 01  n
v
60  1000

3,14  78  3500
v  14,287 m s
60 1000

Gaya tangensial :
102  Pd
Ft 
v
102  59,2
Ft   422,64 kg
14,287

Faktor dinamis :
5,5
fv 
5,5  v
5,5
fv   0,592
5,5  14,287

89
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik  B1  52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1  187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik  B 2  20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2  170 (rata-rata)

Tegangan lentur yang diizinkan :


S 35 C :  a1  26 kg mm 2

FC 20 :  a 2  9 kg mm 2

Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H  0,079 kg mm 2 .

Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :


Fb   a  m  Y  f v

F ' b1   a1  m  Y1  f v
 26  6  0,261 0,592
 24,10 kg / mm

F ' b 2   a 2  m  Y2  f v
 9  6  0,393  0,592
 12,56 kg / mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :
2  z2
F ' H  f v  k H  d 01 
z1  z 2
2  53
F ' H  0,592  0,079  78 
13  53
 5,85 kg / mm

90
Harga minimum F ' min  5,85 kg / mm dari F' H

Lebar sisi
Ft 422,64
b   72,24mm
F'

5,85

Jarak bagi  P = m .  = 6 . 3,14 = 18,84 mm


m   6  3,14
Tebal gigi  S =   9,42mm
2 2
Lebar gigi  b = 0,7 . d 01
= 0,7 .78 = 54,6 mm

91
Diagram aliran roda gigi

START a

1. Daya yang ditransmisikan P = 59,2(kW) 12. Faktor dinamis : fv


Putaran poros n1 = 3500 (rpm)
Perbandingan reduksi i = 4,777
13. Bahan masing - masing gigi
Kekuatan tarik : σB1, σB2 (kg/mm2)
Kekerasan permukaan gigi : HB1, HB2
2. Faktor koreksi fc = 1,0

3. Daya rencana Pd = 59,2 (kW) 14. Tegangan lentur yang


diizinkan : σa1, σa2 (kg/mm2)
Faktor tegangan kontak : kH (kg/mm2)
4. Diameter sementara lingkaran jarak
bagi d’1, d’2 (mm)
15. Beban lentur yang diizinkan persatuan
lebar : F’b1, F’b2 (kg/mm)
5. Modul pahat : m = 6 Beban permukaan yg diizinkan
persatuan lebar : F’H (kg/mm)
Harga minimum : F’H = F’min (kg/mm)

6. Jumlah gigi : z1, z2


Perbandingan gigi : i
16. Modul pahat : m
Jumlah gigi : z1, z2
Jarak sumbu poros : a
7. Diameter lingkaran jarak bagi (roda standar) : Diameter luar : dk1, dk2 (mm)
d01, d02 (mm)
Jarak sumbu poros : a0 (mm)

8. Kelonggaran sisi C0 (mm) STOP


Kelonggaran puncak Ck = 1,5(mm)

END
9. Diameter kepala : dk1, dk2 (mm)
Diameter kaki : df1, df2 (mm)
Kedalaman pemotongan : H (mm)

10. Faktor bentuk gigi : Y1, Y2

11. Kecepatan keliling : v (m/s)


Gaya tangensial : Ft (kg)

Gambar. 3.6 Diagram aliran roda gigi

92
3.2.7.Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban sehingga
putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan lama.
Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya bekerja
dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.

Gambar 3.5 Bantalan

Momen yang ditransmisikan dari poros T  16474 kg  mm dan putaran


(n) = 3500 rpm.
Tabel 3.10. Bantalan Bola
Nomor Bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas
Kapasitas
nominal
Dua sekat nominal statis
Jenis Dua dinamis
tanpa d D B R spesifik Co
terbuka sekat spesifik C
kontak (kg)
(kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430
Sumber : lit. 1 hal 143, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

93
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar (31,5
mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan dapat
ditentukan sebagai berikut :

Nomor bantalan 6006,


Diameter bantalan : D  55 mm
Lebar bantalan : B  13 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik : C  1030 kg

Kapasitas nominal statis spesifik : C o  740 kg

Untuk bantalan bola alur dalam Fa  0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :

Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0


Beban Beban Baris
Baris ganda
putar putar tunggal
Baris Baris
pd pd
Jenis bantalan e tunggal ganda
cincin cincin Fa / VFr> e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr> e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0= 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44

α = 20o 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84


Bantalan
= 25o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
bola = 30o 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
sudut = 35o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
= 40o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52
Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

94
Beban aksial bantalan Fa :

Fa  C o  0,014
 740  0,014  10,36 kg

Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :

Fa
e
v  Fr

dimana : v = beban putar pada cincin dalam


e = 0,19

Fa
maka : Fr 
ve
10,36
  54,53 kg
1  0,19

Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan


di bawah ini :

P  X  Fr  Y  Fa

dimana : P = beban ekivalen (kg)


Fr = beban radial (kg)
Fa = beban aksial (kg)

X ,Y = harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam


tabel 3.11. di atas

maka :
P  0,56  54,53  2,30  10,36

 54,37 kg

95
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :

1/ 3
 33,3 
fn   
 n 
1/ 3
 33,3 
fn     0,211
 3500 

Faktor umur bantalan f h :

C
fh  fn 
P
1030
 0,211   3,997
54,37

Umur nominal dari bantalan Lh :

Lh  500   f h 
3

 500  3,997   31928,053 jam


3

96
Diagram aliran bantalan gelinding

START

1.Momen yang ditransmisikan :T = 16474 kg.mm


Putaran poros : n = 3500 rpm

2. Nomor nominal yang diasumsikan.


Kapasitas nominal dinamis
spesifik :C = 1030 kg
Kapasitas nominal statis spesifik :
Co = 740 kg

3. Cincin yang berputar dalam


∑ Fa / Co = 0,014, faktor e = 0,19
∑ Fa / V .∑ Fr : faktor X = 0,56
faktor Y = 2,30
Beban ekivalen dinamis :P = 54,37 kg

4. faktor kecepatan : fn = 0,211


Faktor umur :fh = 3,997

5. Umur :Lh = 31928,053 jam

6. Lh atau Ln :Lha
<

7. Nomor nominal bantalan


Pasan, ketelitian, dan
umur bantalan

STOP

END

97
3.2.8.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.

Gambar 3.6 Baut dan Mur

Beban yang diterima baut merupakan beban yang diterima bantalan

W  P pada bantalan  54,37 kg

Faktor koreksi (fc) = 1,0

Maka beban rencana Wd :

Wd  fc  W

Wd  1,0  54,37

 54,37 kg

Bahan baut dipakai baja liat dengan kadar karbon 0,22 %


Kekuatan tarik :  B  60 kg / mm2

Faktor keamanan : S f  7 dengantegangan yang diizinkan  a  6 kg / mm2

(difinis tinggi)

98
Diameter inti yang diperlukan

4  Wd
d1 
  a

4  54,37
d1 
3,14  6

d1  3,397 mm

Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris


Ulir dalam
Ulir Diameter Diameter Diameter
Jarak Tinggi luar D efektif D2 dalam D1
bagi kaitan
Ulir luar
p H1
1 2 3 Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,376
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,376
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,701 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Sumber : lit. 1 hal 290, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1  4,917 mm  3,397 mm dari tabel 3.12.
di atas.

99
Maka pemilihan ulir standar ulir luar
diameter luar d  6 mm
diameter inti d1  4,917 mm
jarak bagi p  1 mm

Tegangan geser yang diizinkan

 a  (0,5  0,75)   a  diambil 0,5


maka :
 a  0,5  6  3 kg / mm2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan q a  3 kg / mm2

Diameter luar ulir dalam D  6 mm


Diameter efektif ulir dalam D2  5,350 mm
Tinggi kaitan gigi dalam H 1  0,541 mm

Jumlah ulir mur yang diperlukan


Wd
z
  D2  H 1  q a
54,37
z
3,14  5,350  0,541  3
z  1,99  2

Tinggi mur
H z p
H  2  1  2 mm

100
Jumlah ulir mur
H
z' 
p

2
z'  2
1

Tegangan geser akar ulir baut

Wd
b  (dimana k  0,84 )
  d1  k  p  z
54,37
b   2,09 kg / mm2
3,14  4,917  0,84  1  2

Tegangan geser akar ulir mur

Wd
n  (dimana j  0,75 )
 D j p z
54,37
n   1,92 kg / mm2
3,14  6  0,75  1  2

Tegangan geser akar ulir baut  b  dan tegangan geser akar ulir mur  n  lebih

kecil dari tegangan geser yang diizinkan  a  , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.

Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 2 mm.

101
Diagram aliran baut dan mur

START b a

1.Beban :W = 54,37 kg 9. Jmlh ulir mur yg diperlukan :z = 2

2. Faktor koreksi :fc = 1,0 10. Tinggi mur :H = 2 mm

3. Bebanrencana :Wd = 54,37 kg 11. Jumlah ulir mur :z’ = 2 mm

4. Bahan baut : baja liat 12. Tegangan geser akar


Kekuatan tarik :σB = 60 kg/mm2 ulir baut : τb =2.09 kg/mm2
Faktor keamanan :Sf = 7
Tegangan geser yang
Tegangan geser akar
diizinkan :τa = 3 kg/mm2 ulir mur : τn = 1,92 kg/mm2

5. Diameter inti yang diperlukan :d1 = 4,917 mm


τb :τa
> 13. 13.
τn
6. Pemilihan ulir standar
Diameter luar :d = 6 mm
Diameter inti :d1 = 4,917 mm
Jarak bagi :p = 1 mm ≤

14. Bahan baut : baja liat


7. Bahan mur : baja liat
Bahan mur : baja liat
Kekuatan tarik :σB = 60 kg/mm2
Tegangan geser yang diizinkan :τa = 3 kg/mm2 Diameter nominal ulir :
Tegangan permukaan yang baut = M 6, mur = M 6
diizinkan :qa = 3 kg/mm2 Tinggi mur :H = 2 mm

8. Diameter luar ulir dalam :D = 6 mm


Diameter efektif ulir dalam :D2 = 5,350 mm STOP
Tinggi kaitan gigi dalam :H1 = 0,541 mm

b END
a

102
BAB 4
PERAWATAN ( PEMELIHARAAN MAINTENANCE)

4.1 kopling
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala yang di
lakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi :

1. Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
2. Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
3. Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
4. Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat membuat
kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.

4.2 Roda Gigi


Adapun Pemeliharaan yang di butuhkan oleh roda gigi yaitu :

1. Oli transmisi yang berkualitas baik


Untuk mempercepat serta memperhalus pengoperasian pada roda gigi,
sebaiknya pilihlah tipe oli fully syntetis dengan viscositas 75-90 W. Ciri-
ciri dari pelumas itu terbilang encer serta tahan panas, dan juga dapat
memberikan proteksi pada transmisi menjadi lebih maksimal. Apabila
perawatan transmisi kurang maka dapat menyebabkan kebocoran sehingga
membuat oli transmisi menjadi lebih cepat kering. Penyebab kebocoran
biasanya berasal dari baut tempat pembuangan oli yang mengalami
kerusakan ataupun yang tidak rapat.

103
2. Penyetelan kopling yang sesuai
Untuk memperhalus dan mempercepat perubahan gigi sebaiknya setel
kopling terlebih dahulu, karena jarak pedal kopling yang terlalu tinggi
dapat merenggangkan jarak pada kopling serta transmisi. Hal ini dapat
menyebabkan perpindahan gigi menjadi kasar serta berat saat perpindahan
gigi dilakukan. Hindarilah meletakkan kaki di kopling saat tidak
digunakan, agar kopling tidak cepat aus. Saat gigi sudah masuk dan
kendaraan sudah melaju, biasakan agar kaki tidak menyentuh pedal
kopling . cara ini efektif untuk mengurangi cepat ausnya kopling.

3. Mengganti oli transmisi secara berkala


Untuk memperpanjang umur pemakaian transmisi. Perawatan oli
secara berkala dan teratur akan memberikan efek dan pegaruh besar pada
kinerja mesin sebab keberadaan oli sangat menunjang sebagai bahan
pelumas pada mesin. Faktor dalam pemelihan oli yang disesuaikan dengan
standar kebutuhan mesin juga sangat penting untuk menunjang keawetan
mesin. Selain itu, pemilihan oli yang tepat juga bisa menghindari
terjadinya panas yang berlebih ketika mesin mobil beroperasi.

4. Menggunakan suku cadang berkualitas


Penggunaan suku cadang asli dapat mengurangi kerusakan lebih cepat,
karena dengan produk asli artinya kualitas lebih terjamin karena memang
sudah melewati percobaan dan kelayakan dalam penggunaan.

104
BAB 5
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan rancangan Kopling untuk ISUZU TRAGA
diperoleh data sebagai berikut :

1. Perhitungan Poros

Momen Torsi ( T ) = 16474 kg.mm


Bahan Poros = S45C-D
Diameter Poros = 31,5 mm

2. Perhitungan Spline Dan Naaf

Bahan spline dan naaf = S35C


Lebar spline ( b ) = 6 mm
Jumlah spline dan naaf ( i ) = 8
Diameter luar spline ( D ) = 38 mm
Jari - jari spline dan naaf ( Rm ) = 17,37 mm
Tinggi spline dan naaf ( H ) = 3,25 mm
Panjang spline dan naaf ( L ) = 55,30 mm
Gaya bekerja pada spline dan naaf = 948,41 kg

3. Perhitungan Plat gesek

Diameter dalam ( D1 ) = 618 mm


Diameter luar ( D2 ) = 773 mm
Momen start ( Ta ) = 21,255 kg.m
Volume keausan izin ( L3 ) = 77,25 cm3

4. Perhitungan Pegas

Bahan pegas = SUP4 ( Baja pegas )


Beban maksimum ( Wl ) = 1045,96 kg
Diameter pegas ( d ) = 6,3 mm
Diameter rata - rata pegas ( D ) = 31,5 mm
Tinggi bebas ( Hf ) = 52,5 mm

105
5. Perhitungan Bantalan

Diameter bantalan ( D ) = 55mm


Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,37 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31928,053jam

6. Perhitungan Baut dan Mur

Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 3,397 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 2 mm

7. Perhitungan Paku Keling

Diameter paku keling ( d ) = 5 mm


Diameter kepala paku keling ( D ) = 8 mm
Lebar kepala paku keling ( K ) = 3 mm
Bahan paku keling = Aluminium
Gaya bekerja pada paku keling ( F ) = 47,37 kg
Luas penampang paku keling ( A ) = 19,625 mm2

106
Dari hasil perhitungan rancangan Roda Gigi untuk ISUZU TRAGA
diperoleh data sebagai berikut :

1. Perhitungan komponen utama roda gigi :


Roda Gigi 1
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlah gigi ( z1 ) = 12
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 72 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 84 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 60 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,62 kg/mm

2. Roda Gigi 2
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 19
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 114 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 126 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 102 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,45 kg/mm

3. Roda Gigi 3
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 27
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 162 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 174 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 147 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 7,86 kg/mm

107
4. Roda Gigi 4
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 33
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 198 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 210 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 186mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 0,259 kg/mm

5. Roda Gigi 5
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 37
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 222 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 234 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 210 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 0,438 kg/mm

6. Roda Gigi mundur (reverse)


Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 13
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 78 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 90 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 60 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 5,85 kg/mm

7. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,35 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31928,053jam

108
8. Perhitungan Baut dan Mur
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 2 mm

Dalam perencanaan roda gigi pada umumnya mempunyai keterbatasan pada


pemakaiannya. Walaupun bahan utamanya adalah yang terbaik, maka salah satu
jalan untuk memperpanjang roda gigi dan elemen-elemen adalah dengan
memperhitungkan poin-poin disamping.
Perencanaan roda gigi ini bekerja berulang-ulang karena roda gigi n, 1, 2, 3, 4,
5,yang berkerja. Dengan demikian dapat kita lihat mesin dan perlengkapanya
sangat erat hubungannya sesuai keperluan dan kebutuhan manusianya.
Untuk kelanggengan mesin maka tenaga ahli mesin sangat dibutuhkan.
1. Tenaga operator guna untuk pengoperasian mesin.
2. Langkah-langkah yang merupakan perlengkapan dari keseluruhan
termasuk dasar bagian mesin antara lain : transmisi adalah suatu alat yang
menghubungkan antara mesin dan rangka.
3. Kontrol mesin dalam yaitu pedal dan rem.
4. Pelumas pada suatu mesin sangat diperlukan pada bagian yang berputar,
sehingga akibat tidak dikendalikan panas tersebut akan mengakibatkan
keausan pada motor tersebut.
Kita menyadari bahwa dimana-mana mesin adalah suatu alat yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena dalam penggunaannya mesin-mesintersebut
dapat menaikkan taraf hidup manusia tersebut. Oleh karena itu pengetahuan dan
pemeliharaan merupakan suatu pengetahuan yang sangat diperlukan guna
mengembangkan daya kerja manusia dibidang teknologi.

109
DAFTAR PUSTAKA

1. Allex Vallance; Ventor levi Doughtie; Design of Machine members; third


edition, Mc Graw – Hill Book Company Inc, New York, 1951.

2. G. Takeshi Sato dan N Sugiarto H; Menggambar Mesin menurut Standart


ISO, Pradnya Paramita, Jakarta, 1992.

3. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.

4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.

5. Niemann, H. Winter. 1992; Elemen Mesin Jilid 2. erlangga, Jakarta.

6. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.

7. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.

8. Niemann, H. Winter. 1992; Elemen Mesin Jilid 2. erlangga, Jakarta.

110

Anda mungkin juga menyukai