PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari sistem kopling ini adalah :
1. Untuk mempermudah pemindahan transmisi.
2. Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk menghubungkan dan melepaskan putaran Crank Shaft ke
Transmisi.
Adapun tujuan umum dari sistem roda gigi ini adalah :
1. Untuk merendahkan putaran mesin.
2. Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk meneruskan putaran dari crank shaft menuju deferensial.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kopling ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada kopling.
2. Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.
Adapun tujuan khusus dari roda gigi ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada roda gigi
2. Agar dapat memilih/mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan
dalamperencanaan roda gigi.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada tiap – tiap roda
gigi.
2
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Halaman
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan Skema Gambar. Pada
BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan, Tujuan
Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan di
bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling dan roda gigi. Pada BAB 3
yang akan dibahas adalah.
Perhitungan kopling :
1. Perhitungan ukuran Poros
2. Perhitungan ukuran Spline dan Naaf
3. Perhitungan ukuran Plat Gesek
4. Perhitungan ukuran Pegas
5. Perhitungan ukuran Bantalan
6. Perhitungan ukuran Baut dan Mur
7. Perhitungan ukuran Paku Keling
Perhitungan roda gigi :
1. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan pertama
2. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kedua
3. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan ketiga
4. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan keempat
5. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan kelima
6. Perhitungan Roda Gigi pada kecepatan mundur
7. Bantalan
8. Baut dan Mur
Selanjutnya pada BAB 4 akan ditulis mengenai Pemeliharaan Maintenance dari
kopling dan roda gigi. BAB 5 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling dan roda gigi. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran, Lembar
Asistensi, Spesifikasi Mobil, Surat Bimbingan, Gambar Teknik Kopling, dan
Gambar Teknik Roda Gigi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk menghubungkan
dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan poros yang
digerakkan.Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin dan putaran
mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat bergerak dengan
lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi. Kopling ini ditempatkan
diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian jelaslah bahwa kopling
merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin yaitu menghubungkan dan
melepaskan hubungan antara putaran mesin dan transmisi.
Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap
a. Kopling tetap
4
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran
dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa
terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus
atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap yang
dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu
dalam keadaan terhubung.
a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan
sumbusegaris. Koplingini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi
umum dipabrik-pabrik.
Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan sentrik
dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus dirapikan
dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah memanjang.
Kopling ini sering digunakan pada bubungan, baling - baling kapal dan juga pada
poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini
5
Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau
baja dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada
flensnya. Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan sumbu pres
atau kerut.
Kopling flens kaku seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
6
Kopling Karet Bintang
Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis. Kopling ini biasanya
digunakan untuk penyambungan daya yang besar, seperti pada turbin uap untuk
menggerakkan generator.
Kopling karet bintang seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk menghubungkan
kedua buah poros. Kopling rantai umumnya digunakan untuk memindahkan
momen yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin uap.
Kopling rantai seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
7
Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang dihubungkan
dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan menggunakan baut.
Pada kopling ini terdapat tempat untuk memasukkan minyak. Kopling ini
digunakan pada mesin pengaduk beton.Kopling gigi seperti terlihat pada gambar
di bawah ini.
b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling ini
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun
poros tidak sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
8
c. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif(tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling
cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan
momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran saja. Kopling cakar seperti terlihat
dalam gambar di bawah ini.
d. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan demikikan
pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan
dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka kopling ini sekaligus
juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen. Menurut jumlah platnya, kopling
ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, dan menurut cara
pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan magnetik. Kopling
disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering dan
disebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak. Kopling ini sering
digunakan pada kendaraan bermotor.
9
Gambar 2.9 Kopling Plat (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
e. Kopling Kerucut ( Cone Clutch )
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang diteruskan
tidak seragam. Kopling kerucut sepeti terlihat pada gambar di bawah ini.
f. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya
bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan
arah dari poros yang digerakkan. Kopling friwil seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini.
10
2.1.3. Dasar Pemilihan Kopling
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang sering
dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat, kopling
kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.
11
2.2. Roda Gigi
Sesuai dengan fungsinya roda gigi adalah merupakanelemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya dan putaran. Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan ini adalah efek - efek yang diakibatkan dalam pemindahan daya dan
putaran. Dalam pemindahan daya dan putaran tersebut masih ada alat yang
berperan sebagai pemindah daya dan putaran yaitu sabuk 8 rantai.
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya, misalnya
dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda gigi jauh
lebih unggul dibandingdengan sabuk dan rantai, faktor slip pada roda gigi jauh
lebih kecil dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar.
Namun untuk merencanakan sebagai alat pemindah daya pada transmisi (gear
box) harus benar - benar mampu memindahkan roda gigi sebagai alat pemindah
daya.
Oleh karena itu di dalam perencanaan roda gigi harus benar-benar teliti untuk
perencanaan dan pembuatannya sehingga pada putaran yang tinggi tidak terjadi
slip yang dapat mengakibatkan putaran roda gigi tidak bekerja sebagaimana yang
diinginkan dalam perencanaan ini.
12
Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut poros arah putaran dan bentuk gigi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2 (Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin) hal.212.
13
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan
menjadi sebagi berikut :
14
2.2.2. Macam-macam Roda Gigi
15
Roda Gigi Miring Ganda
Pada roda gigi ini gaya aksial yang timbul pada gigi mempunyai alur berbentuk
alur V yang akan saling memindahkan. Dengan roda gigi ini reduksi, kecepatan
keliling dan daya diteruskan dan diperbesar tetapi pada pembuatannya agak sukar.
16
Batang Gigi dan Pinyon
Merupakan dasar propil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan
pinyon digunakan untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus atau
sebaliknya.
17
Gambar. 2.18. Roda gigi kerucut spiral (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)
18
Roda Gigi Cacing Silindris
Roda gigi ini membentuk silindris dan lebih umum dipakai. Digunakan untuk
mentransmisikan daya dan putaran yang lebih besar tanpa mengurangi dayanya.
Kemiringan antara 250 – 450,roda gigi ini banyak dipakai pada sistem kemudi.
19
BAB 3
PERHITUNGANUKURANUTAMAKOPLING
3.1 Kopling
Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua bagian konstruksi mesin yaitu antar poros yang bergerak dan
poros yang digerakkan. Kopling ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin
dan putaran mesin ke roda belakang secara perlahan-lahan sehingga dapat
bergerak dengan lembut pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
Kopling ini ditempatkan diantara roda penerus dan transmisi dengan demikian
jelaslah bahwa kopling merupakan komponen yang utama dalam suatu mesin
yaitu menghubungkan dan melepaskan hubungan antara putaran mesin dan
transmisi.
3.1.1Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin yang biasa
dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen stasioner
yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami beban
puntir dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang
terkecil atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan
pada penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi
pergeseran
d
s
20
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 104 PS dan Putaran
(n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus
dikalikan 0,74 untuk mendapatkan daya dalam (kW)
Dimana :
1 PS = 0,74 kW
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor keamanan
dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1) maka
daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd fc P (kW )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,0 76,96
= 76,96 kW
21
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T 9,74 x10 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
n
76,96
T 9,74 x10 5
6000
T 12493 kg mm
B
Tegangan geser yang di izinkan a
sf 1 sf 2
dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
B = kekuatan tarik bahan poros (kg/mm²)
sf 1 = faktor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME( lit 1 hal 8 )
sf 2 = faktor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline
pada poros, harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2.0 ( lit 1 hal 8 )
22
Bahan poros di pilih daribahan yang difinis dinginS45C-Ddengan kekuatan tarik
B 60 kg / mm2
maka :
B
a
sf 1 sf 2
60
=
6,0 2,0
= 5 kg / mm2
maka :
1/ 3
5,1
d s 3,0 2,3 12493
5
23
Tabel 3.3. Diameter poros
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
Sumber : lit. 1 hal 9, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
5,1 T
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
d s3
dimana :
5,1 12493
30 3
63714
27000
= 2,3 kg / mm2
24
Diagram aliran poros
START
10. a <
STOP
END
25
3.1.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya
dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian
dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
26
Tabel 3.4. DIN 5462 – DIN 5464
Diameter Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 Berat DIN 5464
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d2 d2 d2
d1 (mm) (I) b (mm) (I) b (mm) (I) b (mm)
(mm) (mm) (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
Diameter maksimum ( diambil d s = 30 mm )
d s 0,81 d 2
ds
d2
0,81
30
d2 37,04 mm 38 mm
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 6 mm
Diameter luar ( d2 ) = 38 mm
d2 ds
Tinggi ( H ) =
2
38 30
= = 4 mm
2
3
d2
Panjang ( L ) = 2
ds
=
383 = 60,97 mm
302
27
d2 ds
Jari - jari ( Rm ) =
4
38 30
= = 17 mm
4
T
F
Rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12493 kg.mm
Rm = jari-jari spline (mm)
maka :
12493
F
17
734 kg
F
g
iw L
dimana :
g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah gigi spline
w = jarak antar spline (mm)
L = panjang spline (mm)
28
maka :
734
g
8 19 60,97
0,079 kg / mm
2
F
P
iH L
734
8 4 60,97
0,376 kg / mm
2
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 60 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.
gi 0,8 trk
dimana :
60
trk 6 kg / mm
2
10
maka :
gi 0,8 6 4,8 kg / mm2
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
g gi
0,079 4,8
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
(aman).
29
Diagram aliran spline dan naaf
START a
STOP
END
30
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak dengan
poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga sebagai
penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
1. Tahan pada suhu tinggi
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
31
Diketahui : P = 104 PS
n = 6000 rpm
ds = 30 mm ( diameter poros )
Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk mendapatkan
daya dalam (kW).
Dimana : 1 PS = 0,74 kW
Maka :
P = 104 x 0,74 kW
P = 76,96 kW
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 76,96
76,96 kW
Pd
T 9,74 x10 5
n
76,96
T 9,74 x10 5
6000
T 12493 kg mm
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek
32
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga tekanan
permukaan yang diizinkan pada bidang gesek Pa 0,02 kg / mm 2
maka :
2
F
4
D2 D12 Pa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 62 )
4
3,14 2
1 0,8 2 D22 0,02
0,00565 D2
2
rm D1 D2 / 4
0,8 1D2 / 4
0,45 D2
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga koefisien
gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil 0,4
maka :
T F rm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 62 )
12493
D2 3 497,105531
101,7 10 6
D2 497,10 497 mm
33
D1 0,8 D2
0,8 497
397,6 mm
Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 30 dari tabel di atas.
maka :
30 20
GD 2 0,0882 0,2192 0,0882
40 20
0,0882 0,5 0,131
0,1537 kg m
2
Momen start :
34
Tl1 T 12493 kg mm = 12,493 kg m
GD 2 nr
Ta Tl1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 67 )
375 t e
dimana :
Ta = momen start (kg.m)
GD 2 nr
t ae
375 Ta Tl1
0,1537 6000
375 20,69 12,493
0,3 s
t ae t e
0,3 s 0,3 s , baik
35
Bahan Permukaan w = [cm3/(kg.m)]
Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Dengan mengambil nomor tipe kopling 30, maka dapat diambil volume keausan
yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
30 20
L3 63,5 91,0 63,5
40 20
77,25 cm 3
36
START b a
12. t ae :te
>
4. Momen puntir rencana :T =12408 kg.mm
<
5. Diameter dalam :D1 = 232 mm
Diameter luar : D2 = 290 mm
jari-jari : rm = 0,45 D2
Jari - jari :rm = 0,45 D2 13. Bahan gesek paduan tembaga
sinter Volume keausan yang diizinkan
:L3 = 77,25 cm3
Laju keausan permukaan :w = 4x10-7
6. Gaya tekanan gesekan :F = 0,00565 D22 cm3/kg.m
b a
3.1.4. Pegas
37
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan dan
meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas kejut
pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang
dibentuk dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.
Hf
38
Momen puntir (torsi) adalah T 12493 kg mm , jumlah pegas kejut direncanakan
6 buah dan direncanakan diameter rata - rata pegas ( D ) = 28 mm, harga
D D
perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga diambil 4,
d d
sehingga diperoleh :
D
4
d
28
4 d 7
d
Beban maksimum Wl :
maka :
T
Wl
D / 2
12493
892,35 kg
28 / 2
Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615
K ..................... ( Lit 1, hal 316 )
4c 4 c
4 4 1 0,615
44 4 4
1,404
39
Tegangan geser :
T T
Zp / 6 d 3
12493
3,14 / 6 7 3
69,60 kg / mm
2
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang
diizinkan a 65 kg / mm2 , Modulus geser G 8000 kg / mm2 (berdasarkan
tabel 3.9.)
Tegangan rencana :
d a 0,8
65 0,8 52 kg / mm
2
Wl
k
892,35
44,61 kg / mm
20
Gd4
k
8n D 3
8000 7
4
44,61
8n 28
3
8n 19,61
n 2,4 3
40
Lendutan total :
1
t 20 6,6 mm
3
Tinggi bebas H f :
H c n 1,5 d
3 1,5 7 31,5 mm
Cl H l H c / n 1,5
H l 31,5 1,8
H l 33,3 mm
Maka :
H f Hl
20 H f 33,3
H f 33,3 20 53,3 mm
C s H s H c / n 1,5
H s 31,5 6,75
H s 38,25 mm
41
Lendutan awal terpasang :
o H f Hs
53,3 38,25
15,05 mm
Wo H f H s k
671,3 kg
Lendutan efektif h :
h o
20 15,05
4,95 mm
Hl Hc
33,3 mm 31,5 mm , baik
42
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil
C s 1,5 mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil
Cl 0,4 mm
Hf /D 5
53,3 / 28 5
1,90 < 5
Diameter kawat d 7 mm
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n 3
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h 4,95 mm
Lendutan total 20 mm
Tinggi tekan H c 31,5 mm
43
Diagram aliran pegas
START b a
1. Beban maksimum :Wl = 886,28 kg 11. Beban awal terpasang :Wo = 667,2 kg
Lendutan : δ = 18 – 20 mm Lendutan efektif : h = 4,95 mm
Tarik atau tekan Tinggi pada lendutan maksimum:
Diameter rata-rata :D =28 mm Tinggi pd lendutan maksimum :Hl = 33,3 mm
STOP
END
44
3.1.5.Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban sehingga
putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan lama.
Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya bekerja
dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
45
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar
(30mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan
dapat ditentukan sebagai berikut :
Untuk bantalan bola alur dalam Fa 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
Beban Beban Baris
Baris ganda
putar putar tunggal
Baris Baris
pd pd
Jenis bantalan e tunggal ganda
cincin cincin Fa / VFr> e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr> e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0= 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44
0,8
4
0,7
α = 20o 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42
Bantalan 6
= 25o 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38
bola 1 1,2 1 0,6
= 30o 0,39 0,76 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1
6
sudut = 35o 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29
0,5
= 40o 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26
8
0,5
2
Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
46
Beban aksial bantalan Fa :
Fa C o 0,014
740 0,014 10,36 kg
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
Fa
maka : Fr
ve
10,36
54,52 kg
1 0,19
P X Fr Y Fa
47
maka :
P 0,56 54,52 2,30 10,36
54,35 kg
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
1/ 3
33,3
fn
n
1/ 3
33,3
fn 0,210
6000
C
fh fn
P
1030
0,210 3,97
54,35
Lh 500 f h
3
48
Diagram aliran bantalan gelinding
START
6. Lh atau Ln :Lha
<
STOP
END
49
3.1.6.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
Wd fc W
Wd 1,2 54,35
65,22 kg
(difinis tinggi)
50
Diameter inti yang diperlukan
4 Wd
d1
a
4 65,22
d1
3,14 6
d1 3,72 mm
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1 4,917 mm 3,72 mm dari tabel 3.12. di
atas.
51
Maka pemilihan ulir standar ulir luar
diameter luar d 6 mm
diameter inti d1 4,917 mm
jarak bagi p 1 mm
Tinggi mur
H z p
H 3 1 3 mm
52
3
z' 3
1
Wd
b (dimana k 0,84 )
d1 k p z
65,22
b 1,67 kg / mm2
3,14 4,917 0,84 1 3
Wd
n (dimana j 0,75 )
D j p z
65,22
n 1,53 kg / mm2
3,14 6 0,75 1 3
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.
53
Diagram aliran baut dan mur
START b a
b END
a
54
3.1.7.Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap / mati. Dalam banyak kasus
penggunaannya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las karena
sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada sambungan las
yang lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling terlihat jauh lebih
aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih baik (dibunyikan
dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih
menyukai pengelingan,untuk menghindarkan penuruna kekuatan disebabkan
tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur pengelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke poros.
D 1,6 d
1,6 5 8 mm
55
Lebar kepala paku keling :
K 0,6 d
0,6 5 3 mm
Karena paku keling terletak di tengah-tengah kopling plat gesek, sehingga :
D1 D2
rm
4
dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
D1 = diameter dalam plat gesek (mm)
D2 = diameter luar plat gesek (mm)
maka :
397,6 497
rm
4
223,65 mm
T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12408 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)
maka :
12493
F
223,65
55,85 kg
56
Sedangkan gaya yang berkerja pada masing - masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
F
F'
n
dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
n = banyaknya paku keling yang direncanakan
maka :
55,85
F' 2,3 kg
24
b
i
v
37
= 4,11 kg / mm 2
9
3,14 2
A d
4
3,14 2
5 19,625 mm 2
4
57
Tegangan geser yang terjadi :
F'
g
A
2,3
0,117 kg / mm2
19,625
gi 0,8 i
gi g
3,28 0,117
58
Diagram aliran paku keling
START
5. Faktor keamanan 9
10. τgi>τg
STOP
END
59
3.2. Roda Gigi
Pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara
bertingkat dengan perbandingan gigi sebagai berikut :
I 4,357
II 2,502
III 1,501
PERBANDINGAN GIGI
IV 1,000
V 0,809
R 3,970
60
Tabel 3.13. Faktor bentuk gigi
Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi
z
Y Z
Y z
Y
10 0,201 19 0,314 43 0,396
11 0,226 20 0,320 50 0,408
12 0,245 21 0,327 60 0,421
13 0,261 23 0,333 75 0,434
14 0,276 25 0,339 100 0,446
15 0,289 27 0,349 150 0,459
16 0,295 30 0,358 300 0,471
17 0,302 34 0,371 Batang gigi 0,484
18 0,308 38 0,383
61
3.2.1. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Satu
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 4,357( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 59,2 59,2 kW
2 200 i
d2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 216 )
1 i
2 200 4,357
d2 330,75 mm
1 4,357
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z .................... ( Lit 1, hal 214 )
z m
d1 69,24
z1 11,54 12
m 6
d 2 330,75
z2 55,12 55
m 6
62
Perbandingan gigi :
z2
i ......................... ( Lit 1, hal 216 )
z1
55
i 4,58
12
Kelonggaran puncak :
C k 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 12 2 6 84 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
63
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
55 50
z 2 55 Y2 0,408 0,245 0,408
60 50
Y2 0,326
Kecepatan keliling :
d 01 n
v ......................... ( Lit 1, hal 238 )
60 1000
3,14 72 3500
v 13,18 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft ......................... ( Lit 1, hal 238 )
v
102 59,2
Ft 458,14 kg
13,18
Faktor dinamis :
5,5
fv
5,5 v
5,5
fv 0,602
5,5 13,18
64
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik B 2 20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H 0,079 kg mm 2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
F ' b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,245 0,602
23,00 kg / mm
F ' b 2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,326 0,602
10,59 kg / mm
65
Harga minimum F ' min 5,62 kg / mm dari F' H
Lebar sisi
Ft 458,14
b 81.51mm
F'H
5,62
66
3.2.2. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Dua
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 2,502( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc =1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 59,2 59,2 kW
2 200 i
d2
1 i
2 200 2,502
d2 258,77 mm
1 2,502
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 114,22
z1 19,03 19
m 6
d 2 258,77
z2 43,12 43
m 6
67
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
43
i 2,263
19
Kelonggaran puncak :
C k 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 19 2 6 126 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
68
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
43 43
z 2 43 Y2 0,396 0,326 0,396
50 43
Y2 0,396
Kecepatan keliling :
d 01 n
v
60 1000
3,14 114 3500
v 26,376 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 59,2
Ft 228,93 kg
26,376
Faktor dinamis :
5,5
fv
5,5 v
5,5
fv 0,517
5,5 26,376
69
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik B 2 20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H 0,079 kg mm 2 .
F ' b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,465 0,517
37,50 kg / mm
F ' b 2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,396 0,517
11,05 kg / mm
70
Harga minimum F ' min 6,45 kg / mm dari F' H
Lebar sisi
Ft 228,93
b 35,49mm
F H
' 6,45
71
3.2.3. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Tiga
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 1,501( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 59,2 59,2 kW
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 159,93
z1 26,65 27
m 6
d 2 240,06
z2 40,01 40
m 6
72
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
40
i 1,48
27
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 27 2 6 174 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
73
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
40 38
z 2 40 Y2 0,396 0,396 0,396
43 38
Y2 0,396
Kecepatan keliling :
d 01 n
v
60 1000
3,14 162 3500
v 29,673 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 59,2
Ft 226,38 kg
26,673
Faktor dinamis :
5,5
fv
5,5 v
5,5
fv 0,515
5,5 26,673
74
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik B 2 20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H 0,079 kg mm 2 .
F ' b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,349 0,515
28,03 kg / mm
F ' b 2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,396 0,515
11,01 kg / mm
75
Harga minimum F ' min 7,86 kg / mm dari F' H
Lebar sisi
Ft 226,38
b 28,80mm
F'
H
7,86
76
3.2.4. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Empat
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 1,000( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 59,2 59,2 kW
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 200
z1 33,3 33
m 6
d 2 200
z2 333 33
m 6
77
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
33
i 1
33
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 33 2 6 210 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
78
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
33 34
z 2 33 Y2 0,358 0,396 0,358
38 34
Y2 0,3485
Kecepatan keliling :
d 01 n
v
60 1000
3,14 198 3500
v 36,267 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 59,2
Ft 1167,64 kg
36,267
Faktor dinamis :
5,5
fv
5,5 v
5,5
fv 0,166
5,5 36,267
79
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik B 2 20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H 0,079 kg mm 2 .
F ' b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,35125 0,166
9,09 kg / mm
F ' b 2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,3485 0,166
3,12 kg / mm
80
Harga minimum F ' min 0,259 kg / mm dari F' H
Lebar sisi
Ft 1167,64
b 4508,26mm
F'H
0,259
81
3.2.5. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Lima
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 0,809 ( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 59,2 59,2 kW
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 221,11
z1 36,85 37
m 6
d 2 178,88
z2 29,81 30
m 6
82
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
30
i 0,81
37
Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) :
d 01 z1 m
37 6 222 mm
d 02 z 2 m
30 6 180 mm
Kelonggaran puncak :
C k 0,25 m
0,25 6 1,5
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 37 2 6 234 mm
d k 2 z 2 2 m 30 2 6 192 mm
Diameter kaki :
d f 1 z1 2 m 2 C k
83
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
Kecepatan keliling :
d 01 n
v
60 1000
3,14 222 3500
v 40,663 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 59,2
Ft 148,49 kg
40,663
Faktor dinamis :
5,5
fv
5,5 v
5,5
fv 0,463
5,5 40,663
84
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik B 2 20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H 0,079 kg mm 2 .
Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar :
Fb a m Y f v
F ' b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,357 0,463
25,78 kg / mm
F ' b 2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,358 0,463
8.95 kg / mm
85
Harga minimum F ' min 0,438 kg / mm dari F' H
Lebar sisi
Ft 148,49
b 339,01mm
F'H
0,438
86
3.2.6. Perhitungan Roda Gigi Kecepatan Mundur (Reverse)
Diketahui : P = 80 PS = 59,2 kW
n1 = 3500 rpm
i = 3,970( Perbandingan gigi,berdasarkan spesifikasi )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 59,2 59,2 kW
Modul pahat m = 6
Jumlah gigi :
d d
m z
z m
d1 80,48
z1 13,41 13
m 6
d 2 319,51
z2 53,25 53
m 6
87
Perbandingan gigi :
z2
i
z1
53
i 4,07
13
Diameter kepala :
d k1 z1 2 m 13 2 6 90 mm
d f 1 z1 2 m 2 C k
88
Kedalaman pemotongan :
H 2 m Ck
2 6 1,5 13,5 mm
53 50
z 2 53 Y2 0,408 0,358 0,408
60 50
Y2 0,393
Kecepatan keliling :
d 01 n
v
60 1000
3,14 78 3500
v 14,287 m s
60 1000
Gaya tangensial :
102 Pd
Ft
v
102 59,2
Ft 422,64 kg
14,287
Faktor dinamis :
5,5
fv
5,5 v
5,5
fv 0,592
5,5 14,287
89
Bahan masing – masing gigi perlakuan panas :
Pinyon S 35 C :
Kekuatan tarik B1 52 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B1 187 (rata-rata)
Roda gigi besar FC 20 :
Kekuatan tarik B 2 20 kg mm 2
Kekerasan permukaan gigi H B 2 170 (rata-rata)
FC 20 : a 2 9 kg mm 2
Faktor tegangan kontak antara baja karbon kekerasan 200 HB dengan besi cor
maka, K H 0,079 kg mm 2 .
F ' b1 a1 m Y1 f v
26 6 0,261 0,592
24,10 kg / mm
F ' b 2 a 2 m Y2 f v
9 6 0,393 0,592
12,56 kg / mm
Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar :
2 z2
F ' H f v k H d 01
z1 z 2
2 53
F ' H 0,592 0,079 78
13 53
5,85 kg / mm
90
Harga minimum F ' min 5,85 kg / mm dari F' H
Lebar sisi
Ft 422,64
b 72,24mm
F'
5,85
91
Diagram aliran roda gigi
START a
END
9. Diameter kepala : dk1, dk2 (mm)
Diameter kaki : df1, df2 (mm)
Kedalaman pemotongan : H (mm)
92
3.2.7.Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban sehingga
putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan lama.
Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya bekerja
dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
93
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar (31,5
mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran-ukuran dari bantalan dapat
ditentukan sebagai berikut :
Untuk bantalan bola alur dalam Fa 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :
94
Beban aksial bantalan Fa :
Fa C o 0,014
740 0,014 10,36 kg
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
Fa
maka : Fr
ve
10,36
54,53 kg
1 0,19
P X Fr Y Fa
maka :
P 0,56 54,53 2,30 10,36
54,37 kg
95
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
1/ 3
33,3
fn
n
1/ 3
33,3
fn 0,211
3500
C
fh fn
P
1030
0,211 3,997
54,37
Lh 500 f h
3
96
Diagram aliran bantalan gelinding
START
6. Lh atau Ln :Lha
<
STOP
END
97
3.2.8.Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
Wd fc W
Wd 1,0 54,37
54,37 kg
(difinis tinggi)
98
Diameter inti yang diperlukan
4 Wd
d1
a
4 54,37
d1
3,14 6
d1 3,397 mm
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d1 4,917 mm 3,397 mm dari tabel 3.12.
di atas.
99
Maka pemilihan ulir standar ulir luar
diameter luar d 6 mm
diameter inti d1 4,917 mm
jarak bagi p 1 mm
Tinggi mur
H z p
H 2 1 2 mm
100
Jumlah ulir mur
H
z'
p
2
z' 2
1
Wd
b (dimana k 0,84 )
d1 k p z
54,37
b 2,09 kg / mm2
3,14 4,917 0,84 1 2
Wd
n (dimana j 0,75 )
D j p z
54,37
n 1,92 kg / mm2
3,14 6 0,75 1 2
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 2 mm.
101
Diagram aliran baut dan mur
START b a
b END
a
102
BAB 4
PERAWATAN ( PEMELIHARAAN MAINTENANCE)
4.1 kopling
Pemeliharaan yang di butuhkan oleh kopling adalah perawatan berkala yang di
lakukan setiap 6 bulan sekali, meliputi :
1. Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
2. Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
3. Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
4. Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat membuat
kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.
103
2. Penyetelan kopling yang sesuai
Untuk memperhalus dan mempercepat perubahan gigi sebaiknya setel
kopling terlebih dahulu, karena jarak pedal kopling yang terlalu tinggi
dapat merenggangkan jarak pada kopling serta transmisi. Hal ini dapat
menyebabkan perpindahan gigi menjadi kasar serta berat saat perpindahan
gigi dilakukan. Hindarilah meletakkan kaki di kopling saat tidak
digunakan, agar kopling tidak cepat aus. Saat gigi sudah masuk dan
kendaraan sudah melaju, biasakan agar kaki tidak menyentuh pedal
kopling . cara ini efektif untuk mengurangi cepat ausnya kopling.
104
BAB 5
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan rancangan Kopling untuk ISUZU TRAGA
diperoleh data sebagai berikut :
1. Perhitungan Poros
4. Perhitungan Pegas
105
5. Perhitungan Bantalan
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 3,397 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 2 mm
106
Dari hasil perhitungan rancangan Roda Gigi untuk ISUZU TRAGA
diperoleh data sebagai berikut :
2. Roda Gigi 2
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 19
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 114 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 126 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 102 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 6,45 kg/mm
3. Roda Gigi 3
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 27
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 162 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 174 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 147 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 7,86 kg/mm
107
4. Roda Gigi 4
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 33
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 198 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 210 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 186mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 0,259 kg/mm
5. Roda Gigi 5
Bahan roda gigi = FC 20
Jumlaah gigi ( z1 ) = 37
Diameter lingkaran jarak bagi ( d01 ) = 222 mm
Diameter kepala ( dk1 ) = 234 mm
Diameter kaki ( df1 ) = 210 mm
Beban permukaan diizinkan ( F’H ) = 0,438 kg/mm
7. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,35 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 31928,053jam
108
8. Perhitungan Baut dan Mur
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 54,35 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 2 mm
109
DAFTAR PUSTAKA
3. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
6. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
7. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
110