PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
- Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari sistem kopling ini adalah :
-Untuk mempermudah pemindahan transmisi.
-Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
-Untuk menghubungkan dan melepaskan putaran Crank Shaft ke Transmisi.
- Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kopling ini adalah :
-Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada kopling.
-Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling.
-Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.
1
1.3. Batasan Masalah.
Adapun batasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan perancangan
yang akan di harapkan, penulis perlu membatasi masalah yang akan dihitung dalam
rancangan kopling.
Batasan-batasannya adalah :
1. Daya (N) = 63 PS
2. Putaran (n) = 5600 rpm
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sifat-sifat dari kopling tetap adalah sebagai berikut :
Sumbu kedua poros harus terletak pada garis lurus.
Pemutusan dan penyambungan kedua poros dapat pada saat kedua
poros tidak bekerja.
Putaran kedua poros tidak sama.
Kopling Tetap dibagi atas :
A. Kopling kaku
Kopling ini tidak mengizinkan sedikit pun lurusan sumbu kedua poros serta
tidak nmengurangi tumbukan dan getaran transmisi
Contoh
Kopling bus
Kopling flens kaku
Kopling tempa
B. Kopling Luwes
Bentuk rumah koling ini sama dengan flens kaku tetapi pemasangan poros
tidak dapat menonjol ke rumah yang satu lagi.
Pada baut pengikat tidak terdapat kejutan yang besar (kejutan kecil).
Contoh
Kopling Flens luwes
Kopling Karet Ban
Kopling Karet Bintang
4
Kopling Rantai
Kopling gigi
C. Kopling Universal
Pada kopling ini penghubung poros kopling ini digunakan kopling silang
contohnya :
Kopling universal hook
Kopling universal kecepatan tetap
5
Gbr.2.8.Kopling Universal Hook
6
2. Kopling cakar spiral
Baik dalam satu putaran saja, karena timbulnya tumbukan yang besar jika
dihubungkan dalam keadaan berputar, maka cara menghubungkan semacam ini
hanya dilakukan jika poros penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 rpm
kopling ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.
7
Menurut cara kerjanya dan pelayananya kopling ini dibagi atas :
Cara manual
Cara hidrolik
Cara pneumatic
Cara elektromagnetik
Serta dapat juga dibagi atas kopling basah dan kopling kering. Kopling
kering yaitu apabila plat-plat bekerja dalam keadaan kering, sedangkan kopling
basah adalah apabila gesekan bekerja dalam keadaan basah atau dilumasi minyak
pelumas dan ini semua dipilih tergantung pada tujuan kondisi kerja lingkungan dan
sebagainya.
C. Kopling Kerucut
kopling kerucut adalah suatu kopling yang menggunakan bidang gesek
berbentuk kerucut dan mempunyai keuntungan, dimana dengan gaya aksial yang
kecil dapat di transmisikan momen yang besar. Kopling macam ini dahulu banyak
di pakai, tetapi sekarang tidak lagi, karena daya yang di teruskan tidak seragam.
dan ada kemungkinan terkena minyak, kopling kerucut sering lebih
menguntungkan.
8
Jika poros penggerak berputar melawan arah jarum jam atau jika poros
digerakkan berputar lebih cepat maka bola-bola atau rol-rol akan lepas dari jepitan
sehingga tidak terjadi meneruskan momen lagi. Kopling ini sangat banyak
digunakan dalam otomatis mekanis.
9
BAB 3
ANALISA PERHITUNGAN
3.1. Poros
Poros adalah salah satu yang penting dalam konstruksi kopling, maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin.
Hampir sama dengan kopling sebagai penerus daya dan putaran, perencanaan
seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai pemindah daya dan putaran, Poros yang terbuat dari batang
baja mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
-Tahan terhadap momen puntir
-Mempunyai skalalitas yang baik
-Tidak mudah patah
Daya (N) = 63 PS
Putaran (n) = 5600 rpm
Dimana :
1 PS = 0.735 kw
P = 63 x 0.735 kw
P = 46,305 kw
10
Untuk daya maksimal
Momen puntir P = 46,305 kw
Maka torsi untuk daya maksimum
Bahan poros di pilih dari bahan yang difinis dingin S45C-D dengan kekuatan tarik
τB= 60 kg/mm².
Standard an Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik Keterangan
2
macam (kg/mm )
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C “ 52
konstruksi mesin S40C “ 55
(JIS G 4501) S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik dingin,
Batang baja S35C-D 53 digerinda,
yang difinis dibubut, atau
dingin S45C-D 60 gabungan antara
hal-hal tersebut
S55C-D 72
Sumber : literature 1 hal 3
dimana :
11
τa = tegangan geser yang di izinkan poros (kg/mm²)
Sf2 = factor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada poros,
di mana harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5
Maka : τa = __τB__
Sf1 x Sf2
= __60___
6x2,5
= 4 kg/mm²
Pertimbangan untuk momen diameter poros :
rumus :
τa
dimana :
ds = diameter poros (mm)
T = momen torsi rencana = 8053,7 kg mm
cb = factor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2-2,3
kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5-3,0
maka :
ds = [5,1 x 1,5 x 1,5 x 8053,7] ¹⁄³
4
= 28,48 mm
ds = 28 mm ( sesuai dengan tabel )
Pada diameter poros di atas 28 mm, maka tegangan geser terjadi pada poros adalah
12
τ = 5,1 [T ]kg/mm²
ds³
τ= 1,53 kg/mm²
Keterangan :
13
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian di mana akan di
pasang bantalan gelinding.
14
L = 1,9 x ds
L = 1,9 x 28 = 53,2 mm
H = D-ds_
2
= 34,5 -28 = 3,25 mm
2
W = 0,5 x ds
= 0,5 x 28
W = 14 mm
Jari-jari spline (rm) dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rm = R1 + R2
R2
Atau
rm = D + ds
4
dimana :
rm = jari-jari rat-rata
D = diameter spline
Ds = diameter poros = 30 mm
Maka :
rm = 34,5+ 28
4
= 15,625 mm
Permukaan kekuatan spline
Besarnya gaya pada spline (Fs) adalah :
Fs = T/rm
Dimana :
Fs = Besarnya gaya-gaya yang berkerja
T = Moment torsi rencana = 8053,7 kg mm
Rm = jari-jari spline
Maka :
15
Fs = 8053,7 kg.mm
15,625 mm
= 515,43 kg
τc = Fm/ Ac
dimana :
Ac = luas yang mengalami tumbukan (mm)
Ac = h x L
= 3,3 x 53,2
Ac = 175,56 mm²
maka :
τc = FM/ Ac
= 64,42__
175,56
= 0,366kg/mm²
τg = Fm/Ag
16
Dimana :
Ag = W x L
= 14 x 53,2 mm
Ag = 744,8 mm²
maka :
τg = Fm/ Ag
= 64,42kg
744,8 mm²
= 0,086 kg/mm²
τ= c 2 g 2
= 0,366Kg / mm 2 2
0,086 Kg / mm 2 2
= 0,375kg/mm²
Bahan poros dengan spline di pilih dari baja dengan difinis dingin S45C-D = 60
Dimana syarat pemakaian aman adalah : τa > τ =4 kg/mm² > 0,375 kg/mm²
(terpenuhi)
B. Perhitungan Naaf
Naaf yang di rencanakan adalah sebagai berikut :
L = 1,5 x D
= 1,5 x 34,5
= 51,75 mm
17
τa = ___τb__
Sf1 X Sf2
Dimana :
τa = __53__
6 X 1,8
= 4,907 kg/mm2
τg = _fm_
WxL
Dimana :
fm = Gaya yang berkerja pada naaf ( 64,42 )
W = Jarak antara spline dengan yang lain
L = panjang naaf
Maka :
τg =_fm_
WxL
= __64,42__
14 x 51,75
= 0,088 kg/mm2
Tegangan Kombinasi ( τt )
τt = (c ) 2 (g ) 2
= (0,366 Kg / mm 2 ) 2 (0,088 Kg / mm 2 ) 2
= 0,376 kg/mm2
18
Persentase syarat keamanan adalah : τ > τt = 4 kg/mm2 > 0,376 kg/mm2
( terpenuhi/aman ) Tegangan geser yang diizinkan lebih besar dari Tegangan
kombinasi yang terjadi.
19
Asbestos Dry 0,4 2-3 550
sumber : Elemen Mesin
Dalam perancanaan ini bahan plat gesek di pilih adalah asbestos dan tebal bahan
tersebut adalah :
koefisien gesek ( F ) = 0,4 (diambil)
tekanan permukaan ( ρ ) = 3 kg/mm2 (diambil)
perhitungan plat gesek :
Mtd = 2 F x ρ x 2 x b x rm2
β
Dimana :
Mtd = moment yang di rencanakan (kg/cm) = 805,3 kg/cm
F = koefisien gesek (0,4) (diambil)
Ρ = tekanan permukaan ( 3,5-7,0 kg/mm2)atau (0,35- 0,7 kg/mm2) = 3 kg/mm2
Z = jumlah pasangan yang bergerak = 1 (plat tunggal)
β = faktor kerja plat (1,2-1,5) = 1,5 (diambil)
b = lebar plat (0,2-0,5) = 0,5 (diambil)
maka :
805,3 = 2 ( 0,4 ) x 3 x 2 x 0,5 rm x rm2
1,5
rm3 = 805,3 x 1,5
2,4
rm = 7,9cm
=79 mm
maka lebar bidang gesek (b) adalah :
b = 0,5 x rm
= 0,5 x 79
= 39,5 mm
Jari-jari dalam bidang gesek (r1)
r1 = rm - b
2
20
= 79 – 39,5
2
= 59,25 mm
Diameter dalam bidang gesek (D1)
D1 = 2 x r1
= 2 x 5,925
= 118,5 mm
Jari-jari dalam bidang gesek (r2)
r2 = rm + b
2
= 79 + 39,5
2
= 98,75 mm
Diameter luar bidang gesek (D2)
D2 = 2 x r2
= 2 x 9,875
= 197,5 mm
Besar gaya yang menentukan faktor adalah :
F = A x Pa
Dimana :
Pa = Tekanan yang di inginkan = 0,007 – 0,07 ( besi cor dan asbes ) = 0,07
kg/mm2 ( diambil )
A = luas bidang gesek
A = π ( D22 – D12 ) – [n(b x l) + π dp2]
4 4
dimana :
n = jumlah paku keling dan parit = 18
dp = Diameter paku keling = 3 mm
b = panjang parit
karena jumlah paku keling (n) maka total luas permukaan (Lp) adalah :
Lp = n π dp2
4
21
= 18 π 32
4
= 127,17 mm2
= 17456,67 mm 2
Sehingga :
F = A.x a
= 17456,67 mm 2 x 0,07Kg/ mm 2
= 122,96 Kg
Moment yang terjadi pada plat gesek (mg)
Mg = Md + Mt
Dimana :
Md = Momen dinamis
Mt = Momen torsi
T = Waktu penyambungan kopling 2 - 3 detik
W = Kecepatan sudut
Ap = Kerja plat gesek akibat energi kinetic
Maka :
100 x 75 x 2
Ap =
12
= 1250 Kg/mm
22
2 .n
W =
60
2 x3,14 x5600
=
60
= 586,13 rad/det
md = 2 x Ap
Wx2
= 2 x 1250
586,13 x 2 = 2,13 kg/mm
23
9,74 x 105
= 4,62 Dk
Daya mekanisme adalah :
Nm = D max x 0,5 x 2 + ρ ( 5600-10,3 )
5600
= 4,62 x 0,5 x 2 + 100 ( 5600-10,3 )
5600
= 99,910
Efisiensi kopling ( μK ) adalah :
μK = Nm – Ng x 100 %
Nm
= 99,910 – 0,012 x 100 %
99,910
= 99,9 %
3.4. Pegas
Pada pegas kendaraan, baik roda dua maupun roda empat berfungsi
sebagai penarik tumbukan atau kejutan sebagai media pembalik dalam perencanaan
direncanakan dua pegas yaitu : Pegas matahari (diafragma) dan pegas tekan (kejut)
3.4.1. Perhitungan Pegas Matahari ( Diafragma )
Pada prinsipnya cara kerja pegas matahari sama dengan sistem cantilever beam,
dimana difleksi pada pegas ini terjadi bila gaya di abaikan oleh penekan ujung.
24
Perhitung gaya pada pegas dapat di hitung dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut :
Qp = Q
n
dimana :
Q = gaya untuk melepas kopling
n = jumlah pegas = ( 18 )
untuk mendapat besar Q lebih dahulu di cari besar gaya tekan pegas terhadap plat
gesek ( pd )
pd = Pv x A
Dimana :
Pv = Tekanan tumbuk izin asbes = 3-4 kg/cm ( 3 kg/cm diambil )
A = Luas permukaan gesek ( 231,7 cm2 )
maka :
pd = 3 kg/cm2 x 17456,67 cm2
= 52370,01 kg
Pada prinsipnya kerja pegas matahari mengalami keseimbangan, maka pada pegas
berlaku system keseimbangan : Σm = 0
Dari gambar di ats dapat di lihat bahwa keseimbangan adalah nol atau Σm = 0
Q x l = pd x k
Dimana :
L = panjang cutter (3)
K = konstanta pegas (1,5)
Maka :
Q = 52370,01 kg.1,5 cm
3 cm
= 26635,05 kg
Sehingga ;
Qp = Q
25
n
= 26635,05 kg
18
= 1479,72 kg
Lenturan atau defleksi yang terjadi pada pegas ( δ )
δ = 8 x n x D3 x Qp
D4 x G
Dimana :
δ = lendutan atau defleksi pegas ( mm )
Q = gaya pada pegas
G = Modulus geser = 7,5 x 103 kg/mm3 (untuk baja )
d = Diameter lilitan rata-rata = 13 mm
D = Diameter kawat = 2,90mm
Maka :
δ = 8 x 18 x 133 x 1479,72 = 468136057
2,90 4 x 7,5 x 103 530460,75
= 882,50 mm
Maka :
τl = 1479,72 x 30 x 3,5 = 155370,6
21 x ( 3,5 ) 3 900,4
26
= 172,55 kg/mm2
maka :
F = 805,3 kg mm
47,25 mm
= 10,48 kg
27
Fp = F
Z
= 10,48 kg
6
Fp = 1,746 kg
Dalam pegas yang di rencanakan adalah bahan SUS 316 WPA ( kawat baja poros )
yang memiliki tegangan tarik sebesar (120 – 145 kg/mm2)
Dimana :
Τ max = Kd 8 x D x Fp
π x d3
Kd = faktor pegangan pegas dari awal
Kd = (C + 0,5) = 7+0,5 =10,7
C 7
D = Diameter lilitan rata-rata = 22,4 mm
d = diameter kawat = 3,2 mm
maka :
τ max = 1,07 8 x 22,4 x 1,746
3,14 x 3,23
= 3,25 kg/mm2
Tabel diameter standart dari kawat baja keras dan kawat music
Tabel.3.5.
28
Τp = 8 Fp x D
π x d3
= 8 x 1,746 x 22,4
3,14 x (3,2) 3
Tp = 3,041 kg/mm
3.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
berkerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
29
Nomor bantalan Ukuran luar Kapasitas Kapasitas
Jenis Dua Dua sekat nominal nominal statis
terbuka sekat tanpa D D B r dinamis spesifik Co
kontak spesifik C (kg)
(kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
30
6308 08ZZ 08VV 40 90 23 2,5 3200 2300
Harga : X = 0,56
Y = 2,30
31
Maka :
Pa = X . Fr + Y . Fa
= 0,56 x 66,31 + 2,30 x 15,12
= 71,90 Kg
Jika C (Kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan Pa (Kg) beban
ekivalen dinamis, nama faktor kecepatan (fn) untuk bantalan bola adalah:
33,3 1
fn .................................................................................................( Lit 1, hal 136 )
n 3
dimana : n = 5600 rpm
33,3 1
Maka : fn = 0,181
5600 3
3.6.Baut
32
Baut merupakan pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan dan kerusakan pada mesin.
Perencanaan kopling ini memiliki dua macam baut :
a. Baut pengikat poros dengan flywheel ada 8 buah.
b. Buat pengikat rumah kopling dengan flywheel ada 12 buah.
Pemeriksaan baut pengikat poros dengan poros dengan flywheel
R = 40 mm.
33
τg = τb
Sf1 x Sf2
Dimana :
Sf2 = faktor keamanan untuk baja karbon tempa = 8
Sf1 = Faktor keamana untuk baja karbon dengan pengaruh massa 1,3-3,0
= 3,0 (3,0 diambil)
τg = 55 kg/mm2
3,0 x 8
= 2,29 kg/mm2
Tegangan tarik yang terjadi (τt) adalah :
τt = Fb
A
Dimana:
Fb = beban tarik aksial
Τa = tegangan tarik yang di izinkan
Maka :
W= F
4.w
d1 > =
xn
4 x 20,1325 Kg
d1 > =
3,14 x8
= 3,205
d1 = 43,129 (dari table 3.6.)
A = π (d1)2
4
A = 3,14 (3,205)2
4
= 8,063 mm
sehingga :
τt = 2,29 kg
8,063 mm
34
= 0,2840 kg/mm2
F = Mtd
R
= 805,3 kg/mm
60 mm
= 13,421 kg
fb = F
n
= 13,421
12
= 1,118 kg
35
Bahan baut adalah S40C dengan kekuatan tarik (τb) adalah 55 kg/mm2
W= F
4.w
d1 > =
xn
4 x13,421Kg
d1 > =
3,14 x12
Tabel 3.6.
Ρ r efektifD2 dalamD1
Luar D
Ulir luar
36
1 2 3 Diameter Diameter Diameter
37
Gambar 3.7. Paku Keling
Tabel 3.7.
Jenis dan sketsa Dimensi
D 2 mm – 37 mm
N (0,6 – 0,8) d
L (3 – 10) d
D 2,6 mm – 31 mm
Qa (1,6 – 1,8) d
N (0,6 – 0,8) d
Kepala tirus
L Σ 5 + (1,5 – 1,7) d
N (0,4-0,5) d
Untuk mengikat plat gesek dengan plat pembawa digunakan sistem sambungan
paku keling.
Pada perencanaan paku keling ini, direncanakan paku keling sebanyak n = 24 buah.
Pada perencanaan paku keling di ambil dari bahan Aluminium dengan kekuatan
38
tarik τ b = 37 kg/mm2, dimana paku keling yang di rencanakan ( 2,3 – 6 ) atau flat –
head river.
Sehingga :
P = 805,3 = 122,015 kg mm
6,6
sedangkan gaya yang berkerja pada masing – masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
P’ = P = 805,3 = 33,554 kg mm
n 24
dengan faktor keamanan yang di rencanakan sebesar v = 10, maka di peroleh
tegangan izin sebesar :
Σ t = τ b = 37 = 3,7 kg/mm2
V 10
Sedangkan tegangan geser (τg ) adalah :
τg = P’ kg/mm2
n . F1
dimana :
P’ = gaya yang bekerja pada masing – masing paku keling
39
F1 = luas penampang paku keling
= π . d12
4
d1 = diameter lubang paku keling ( d + 1 = 3 + 1 = 4 mm = 0,4 cm )
n = jumlah paku keling = 24 buah
jadi :
F1 = π . d12 = 3,14 x 42 = 12,56 cm 2
4 4
maka :
τg = P’ = 33,554 = 0,111 kg/mm 2
n . F1 24 x 12,56
sehingga tegangan geser yang di izinkan adalah :
τ gl = 0,8 . Σ t
= 0,8 x 3,7 = 2,96 kg/mm2
sehingga diperoleh tegangan geser yang di izinkan lebih besar dari pada tegangan
geser yang terjadi τ gl > τg atau 2,96 kg/mm2 > 0,111 kg/mm2 , jadi paku keling
aman digunakan terhadap tegangan geser yang terjadi pada satu kopling yang
berkerja.
P = P’ kg/mm2
n . Fa . S
Dimana :
Fa = luas penampang
D1 = diameter lubang
S = tebal plat
N = jumlah paku keling
Sedangkan tegangan tumbuk izin adalah :
P1 = 2 . Σ t Maka :
40
P1 > P
P1 > P’___
n . Fa . d p
Maka tegangan tumbuk yang terjadi antara paku keling dan plat pembawa adalah :
P = P’ kg/mm2
n . Fa .S
= ___ 33,554_____
24 x 4 x 3 x 0,047
= 2,47 kg/mm2
jadi tegangan tumbuk izin lebih besar dari pada tegangan tumbuk yang terjadi
yakni :
P1 > P atau 7,4 kg/mm2 > 2,47 kg/mm2 , berarti konstruksi paku keling aman
terhadap gaya tumbuk yang terjadi.
41
BAB 4
PERAWATAN MAINTENANCE ( PEMELIHARAAN )
Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes yang
biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat yang
timbul karena usia atau waktu.
Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena waktu
atau jangka pemakaian.
Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat membuat
kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.
42
BAB 5
KESIMPULAN
43
Luas Plat Gesek = 2548,9 mm 2
Bahan plat gesek = ASBESTOS
4. Perhitungan Pegas
Bahan Pegas Matahari dan Pegas Matahari = SUS 316 WPA
Panjang Pegas Maksimum = 30 mm
Jari-jari plat pegas = 6,5 mm
5. Perhitungan Bantalan
Bahan Bantalan = FC45C-D
Beban dinamis spesifikasi = 1610 Kg
Diameter Luar = 62 mm
Diameter dalam (d) = 25 mm
Lebar bantalan = 17 mm
6. Perhitungan Baut
Bahan Baut = S40C
Diameter inti Baut = 43,12 mm
Jarak Bagi (p) = 5 mm
Tegangan Geser Ijin = 3,43 Kg/mm 2
Tegangan Tarik = 0,0204 Kg/mm 2
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
45