PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Sesuai dengan pemberian tugas rancangan kopling oleh dosen
pembimbing, laporan kopling ini adalah perancangan ulang (Redesign) Kopling
Toyota Kijang Innova, maka tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk
merancang kembali ukuran-ukuran utama dari bagian-bagaian Kopling Honda
brio agar diperoleh rancangan yang safety berdasarkan perhitungan-perhitungan
(teoritis) yang telah dipelajari pada mata kuliah Elemen Mesin I dan II sebagai
mata kuliah pendukung.
Dengan penulisan ini pula penulis mampu merancang sebuah kopling sesuai
dengan daya dan putaran yang diinginkan.
1
1.3. Batasan Masalah
Lingkup dari perencanaan tulisan ini adalah perhitungan dan perencanaan
kopling pada mobil jenis Honda brio yang menggunakan kopling tidak tetap.
Spesifikasi dari Perancangan :
Daya (N) : 88 Ps
Putaran (n) : 6000 rpm
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Lembar
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan Skema Gambar. Pada
BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan, Tujuan
Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan di
bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling. Pada BAB 3 yang akan
dibahas adalah :
Perhitungan ukuran Poros
Perhitungan ukuran Spline & Naaf
Perhitungan ukuran Plat Gesek
Perhitungan ukuran Pegas
Perhitungan ukuran Bantalan
Perhitungan ukuran Baut & Mur
Perhitungan ukuran Paku Keling
Selanjutnya pada BAB 4 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Gambar Teknik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kopling adalah bagian dari komponen sistem transmisi yang berfungsi
untuk menyambung dan memutuskan daya dan putaran yang dihasilkan dari poros
input ke poros output. Kopling memegang peranan yang penting pada saat
pergantian transmisi, dimana mesin harus bebas dan tidak berhubungan dengan
sistem transmisi tersebut.
3
2.3 Jenis Kopling
Menurut konstruksinya secara umum Kopling dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Kopling Gesek
2. Kopling Tetap
3. Kopling Tidak Tetap
4
Gambar 2.3 Kopling Plat Ganda
5
o Kopling Kering adalah kopling dengan bidang gesek (piringan atau disc)
tidak terendam cairan / minyak (bahkan tidak boleh ada cairan / minyak).
6
(driven shaft) tergantung pada perbandingan kecepatan putaran sudut dari
poros-poros tersebut. Jika kecepatan driving lebih tinggi dari driven,
kopling bekerja menghubungkan driving dan driven. Jika kecepatan
driving lebih rendah dari driven, kopling bekerja memutuskan driving dan
driven. Ada dua jenis one way clutch yakni sprag type dan roller type.
7
o Kopling Sentrifugal
Jika mesin berputar maka bandul sentrifugal akan terlempar keluar oleh
gaya sentrifugal, sehingga centrifugal plate akan tertarik sehingga
menekan plat kopling ke back plate / flywheel. Bila putaran mesin
berkurang maka intensitas tekanan centrifugal plate juga berkurang.
8
Gambar 2.9 Kopling Cakar
o Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka
kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi aatas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak; dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara
manual, hidrolik dan magnetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek
tersebut bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah bila terendam
atau dilumasi dengan minyak.
9
Gambar 2.11 Kopling Kerucut
o Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan arah dari poros yang digerakkan.
10
3. Plat Gesek (Disc Clutch)
Plat gesek ditempatkan diantara roda penerus dan plat penekan. Plat gesek ini
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran dari roda penerus ke naaf saat
kopling terhubung.
4. Spline
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada permukaan poros yang berpasangan
dengan gigi dalam yang terdapat pada naaf. Spline berfungsi untuk
meneruskan momen puntir dari plat gesek ke poros melalui perantaraan naaf.
5. Bantalan Pembebas (Releasing Bearing)
Bantalan ini dapat digerakkan maju-mundur dengan menekan pedal kopling .
Fungsinya adalah untuk meneruskan tekanan pada pedal kopling ke pegas
matahari yang selanjutnya akan melepas hubungan kopling.
6. Pegas Matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan menjauhi flywheel,
yang dengan demikian membebaskan plat gesek dan membuat kopling
menjadi tidak terhubung. Pegas matahari ini akan menjalankan fungsinya saat
pedal kopling ditekan.
7. Penutup (Cover)
Penutup pada kopling ikut berputar bersama roda penerus. Fungsi penutup ini
adalah sebagai tempat dudukan berbagai elemen yang membentuk kopling
serta sebagai penahan bantalan pembebas.
11
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling
No Nama Kopling Kelebihan Kekurangan
1. Kopling Cakar Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar
Hanya dapat memutar
sekitar 50 rpm
12
Cara kerja kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaaan,yaitu:
1. Kopling Dalam Keadaan Terhubung (Pedal Kopling Tidak Ditekan)
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya dan
putaran ke flywheel (roda penerus) melalui baut pengikat. Daya dan putaran ini
diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena adanya tekanan
dari pegas matahari . Akibat putaran dari plat gesek, poros yang digerakkan ikut
berputar dengan perantaraan spline.
2. Kopling Dalam Keadaan Tidak Terhubung (Pedal Kopling Ditekan)
Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya yang
dikerjakannya pada plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini menyebabkan
plat penekan tertarik ke arak luar sehingga plat gesek berada dalam keadaan bebas
diantara plat penekan dan flywheel. Pada saat ini tidak terjadi transmisi daya dan
putaran.
BAB III
13
ANALISA PERHITUNGAN
3.1. Poros
3.1.1. Fungsi Poros
Poros adalah salah satu yang penting dalam permesinan, maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin. Hampir sama dengan kopling sebagai penerus daya
dan putaran, perencanaan seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai pemindah daya dan putaran, Poros yang terbuat dari batang
baja mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Tahan terhadap momen puntir
Mempunyai skalalitas yang baik
Arah
Tidak mudah patah putaran
D d
D
L
Gambar 3.1. Poros
3.1.2. Perhitungan poros
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (N) sebesar 88 PS dan
Putaran (n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
harus dikalikan 0.735 untuk mendapatkan daya dalam (Kw).
Daya (N) = 88 PS
Putaran (n) = 6000 rpm
Dimana :
1 PS = 0.735 Kw
P = 88 x 0.735 Kw
P = 64.68 K
Dan sebagaimana diketahui pada saat start dan pada saat beban terus
bekerja maka perl factor koreksi pada daya rata-rata yang di pakai dari daya yang
di rencanakan (Pd) adalah sebagai berikut :
Pd = fc x P (kw)
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan dipindahkan (fc)
Daya yang akan di transmisikan Fc
69,36
T = 9,74 x 105
6000
T = 11259,44 kg mm = 11,259 kg m
atau T = 11,3 kg m ( dari spesifikasi mobil )
15
macam panas tarik
(kg/mm2)
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C “ 52
konstruksi S40C “ 55
mesin (JIS G S45C “ 58
4501) S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik
Batang baja S35C-D 53 dingin,
yang difinis digerinda,
dingin S45C-D 60 dibubut, atau
gabungan
S55C-D 72 antara hal-hal
tersebut
Sumber : literature 1 hal 3
b
S f 1 .S f 2
Tegangan geser yang di izinkan : ta =
dimana :
ta = tegangan geser yang di izinkan poros (kg/mm²)
b = tegangan tarik izin poros (kg/mm²)
Sf 1 = factor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C (baja karbon)
diambil 6 sesuai dengan standart ASME ( lit 1 hal 8 )
Sf 2 = factor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada
poros, di mana harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5 ( lit 1 hal 8 )
Bahan poros di pilih baja karbon konstruksi mesin S35C-D dengan kekuatan tarik
b = 53 kg/mm².
Maka :
16
b
S f 1 .S f 2
ta =
= __53___
6 x 2,5
= 3,53 kg/mm²
D= 5,1 3
a cb.kt.T ...................................................................( Lit 1, hal
7)
dimana :
d = diameter poros dalam (mm)
T = momen torsi rencana = kg mm
cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya (1,2 - 2,3), diambil 1,6
Kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar (1,5 - 3,0),
diambil 1,5
maka :
1
5,1 3
d = 3,53 1,6.1,6.11259 ,44
= 34,66 mm
d = 35 mm ( sesuai dengan tabel )
Pada diameter poros di atas 35 mm, maka tegangan geser terjadi pada poros
adalah
Jari – jari fillet dan ukuran pasak.
Anggaplah diameter bagian dalam yang menjadi tempat bantalan adalah 40
(D – d) /2
b = __d_ = 35 = 8,75
4 4
17
h = __d_ = 35 = 4,37
8 8
Fillet = 0,6
Maka alur pasak 8,75 x 4,37 x 0,6
Faktor konsentrasi tegangan poros alur pasak adalah :
r 0,6
0,0171
ds 35
T
= 5,1 3 kg/mm²
ds
11259,44
= 5,1 3 kg/mm²
35
= 5,1 x 0,26 kg/mm²
= 1,33 kg/mm²
18
4 10 *22,4 40 100 *224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 33,5 56 140 *335 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
sumber : literature 1 hal 9
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian di mana akan di
pasang bantalan gelinding.
19
Diagram alir poros.
START
a
<
>
20
4. momen puntir rencana T = 1,193 kg.m
STOP
5. bahan poros S35C-D, difinish
dingin, kekuatan tarik σB = 53 kg
mm2 apakah poros bertangga atau
END
beralur pasak faktor keamanan Sf1
= 6, Sf2 =2,5
21
Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya sebesar
(35mm) bahan yang digunakan yaitu S35C-D dengan tegangan tarik 53 kg/mm2,
untuk spline dan naaf pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai
5464. Dalam perencanaan ini diambil DIN 5464 untuk beban menengah. Seperti
yang terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.4. DIN 5462 – 5464
Diameter Berat DIN
dalam Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 5464
Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 d2 b d2 b (I
(mm) (I) (mm) (mm) (I) (mm) (mm) ) d2 (mm) b (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
52 8 58 10 8 60 10 16 60 5
56 8 62 10 8 65 10 16 65 5
62 8 68 12 8 72 12 16 72 6
72 10 78 12 10 82 12 16 82 7
82 10 88 12 10 92 12 20 92 6
92 10 98 14 10 102 14 20 102 7
102 10 108 16 10 112 16 20 115 8
112 10 120 18 10 125 18 20 125 9
22
45 35
=
2
= 5 mm
23
Tegangan geser pada poros spline adalah :
Mp
(1 / 2 x d 1)
g
ix( 1 .(d 2 d 2).b
2
Maka :
11196 ,13
g
1 / 2 x35
10 x1 / 2 x 45 35 x5
= 2,5 kg/mm2
Maka :
4 x14017,48 56069,92
P=
10 x 45 35. 35 x5.5 87500
= 0,640 kg/mm2
Dimana :
53
trk 5,3kg / mm2
10
gi 0,8 x 5,3 kg/mm2
= 4,24 kg/mm2
24
Maka spline aman terhadap tegangan geser yang terjadi, dimana
gi g
3.2.2. Naaf
Naaf adalah pasangan dari spline, bahan yang dipergunakan pada
perencanaan ini adalah S 35 C – D, jumlah Naaf yang direncanakan sama dengan
jumlah spline yaitu 10 buah. Karena itu perhitungan Naaf dapat diperoleh dengan
dimensi yang sama dengan spline.
25
Diagram alir spline dan naff
START
1.diameter poros = 35 mm
9. faktor keamanan = 10
26
10. tegangan geser yang diizinkan (Tgi) = 4,24 kg/mm2
STOP
END
Adapun jenis-jenis bahan plat gesek dapat di lihat pada table bahan ini :
27
Tabel 3.5. Harga µ dan Pa
µ
Bahan permukaan kontak Pa(kg/mm2)
kering dilumasi
Bahan Cor dan Besi Cor 0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi Cor dan Perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi Cor dan Asbes (ditenun) 0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
Besi Cor dan Serat 0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi Cor dan Kayu - 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
sumber : Elemen Mesin
Tabel 3.6. momen puntir gesek statis untuk kopling elektromagnit plat tunggal
kering.
Nomor
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Kopling
Momen
Gesek
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Statis
(Kg.m)
GD2 Sisi
Rotor 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
GD2 Sisi 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
Stator
Diameter
Lubang 15 20 25 30 40 50 60 70
Alur 5x2 5x2 7x3 7x3 10x3,5 15 x 5 15 x 5 18 x 6
Pasak
GD2 pada sisi rotor diambil dari tabel 3.3.2. dengan diameter lubang 35 mm
28
GD2 = 0,05515 (Kg/mm2), nr = 6000 Rpm
Waktu penghubung rencana atau te = 0,3 s
Faktor keamanan kopling f = 1,7
Momen start ,
GD 2 xnr
Ta Tl1
375 xte
0,05515x 6000
Ta 11,19 = 14,09 Kg.m
375 x 0,3
Nomor kopling 40, momen gesek dinamis Tdo = 30 Kg.m > 23,953 Kg.m, kerja
penghubung yang diizinkan Ea = 500 Kg.m
0,05515 x 6000 2 30
E
7160 30 11,19
= 415,8 Kg.m
Maka,
E
1
Ea
415,8
1
500
0,8316 < 1
29
0,05515 x6000
t ae
375.(30 11,19)
= 0,046 s
tae < te
0,046 s < 0,3 s .. (baik)
Tabel 3.7. Laju keausan permukaan plat gesek
Bahan Permukaan W[cm3/(kg.m)]
Paduan Tembaga Sinter (3 – 6) x 10-7
Paduan Sinter Besi (4 – 8) x 10-7
Setengah Logam (5 – 10) x 10-7
Damar Cetak (6 – 12) x 10-7
Tabel 3.8. Batas keausan Rem dan Kopling Elektromagnetik Plat Tunggal Kering
No Kopling/Rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas Keausan Permukaan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
(mm)
Volume Total pada Batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
Keausan (cm3)
Dengan 300 hari tiap tahun maka = 21600 x 300 = 648000 (hb)
7,29 x10 5
N mD 1,125tahun
648000
30
Kopling plat tunggal kering elektromagnetik No.40, plat gesek harus diganti tiap
tahun.
START a
3.Daya rencana Pd =
68,97 (kw)
17.Umur dalam jumlah hari atau tahun
NmD = 1,125 (hari, bulan)
31
> 12.E/Ea<1, 0,8316<1
<
> <
13.Waktu penghubung sesungguhnya
tae 0,046(s)
a
3.4. Pegas
Pegas tekan berfungsi untuk meredam getaran sewaktu kopling bekerja akibat
getaran saat penyambungan maupun getaran akibat pemutusan pada kopling.
32
Lendutan (δ)
W
δ= Maka :
k
Gd 4 8000 x8 4
k 37,92kg / mm
8.n.D 3 8 x 4 x30 3
W 746,408
δ= = 37,92 = 19,6 mm
k
Faktor tegangan (K)
Dimana K pada c 3,75 = 1,45
Faktor tegangan geser τ
T T
Zp ( / 6).d 3
11196 ,13
41,78kg / mm 2
(3,14 / 6).8 3
33
Hs = [(n + 1,5) Cs] + L
= (5,5 x 1,5) + 44 = 52,25 mm
Ci = (Hi – L) / (n + 1,5)
Dimana :
Ci = kelonggaran kawat pada lendutan maksimum (0,2 – 0,6) mm, diambil 0,6
mm
Hi = [(n + 1,5) Ci] + L
= [(4 + 1,5) 0,6] + 44
= 47,3 mm
Tinggi bebas (Lo)
Lo = Hi + δ
= 47,3 + 19,6
= 66,9 mm
Hi > L
47,3 mm > 44 mm (baik digunakan)
Beban awal terpasang :
W0 = (Lo – Hs) δ
= (66,9 – 52,25) 19,6
= 287,14 kg
Jumlah lilitan mati untuk masing – masing ujung diambil 1.
Maka harga standart pegas adalah :
Lo / D < 5
66,9 / 30 < 5
2,23 < 5 (tidak akan terjadi lekukan)
Sehingga diperoleh :
Diameter pegas 8 mm, bahan SUP4
Jumlah pegas 4 buah
Tinggi tekan 52,25 mm
Lendutan 19,6 mm
34
Diagram Alir Pegas
START
b a
14. Hi > L =
3.faktor tegangan (K) = 37,92 47,3mm >44 mm
<
16. Cs =
1,5, Ci =
0,6
35
18. diameter pegas = 8 mm,
9.konstanta pegas (K) bahan SUP4 jumlah lilitan mati
1, tinggi tekan 52,25
= __53___
6x2,5
= 3,53 kg/mm²
Faktor koreksinya (fc) = 1,02
L/d = (0,8 – 1,8), diambil 1,4
L = 1,4 x d
L = 1,4 x 35 = 49 mm
Maka beban rencana (W) :
1 a
x xd 3 Lmaks
1,5 W
36
3,53 99890,175
0,66 x x35 3 49mm 49mm
W W
90552
W= 2038,57 mm
49
Bahan bantalan perunggu, dengan HB = 50 – 100, Pa = 0,7 – 2,0 (kg/mm 2) (P.V)a
= 20 (kg/mm2.m/s)
Panjang bantalan :
2038,57 x6000
L= x 32,005 32mm
60000 20
Bahan poros S35C-D dengan kekuatan tarik 53kg/mm2,dengan diameter 35
L/d = 32/35 = 0,91 (terletak dalam daerah 0,8 – 1,8), dapat diterima.
Tekanan permukaan (P).
2038,57
P 1,82 kg/mm2
32 x35
Maka,
PxV = 1,82x10,99 = 20
Kecepatan keliling (V)
.d .n
V
60.1000
3,14 x35 x6000
V 10,99 m/s
60.1000
Maka P.V = 1,82 x 10,99 = 20 kg.m/mm2.s
Harga P = 1,82 kg/mm2,dapat diterima perunggu dimana Pa = 0,7 – 2,0 kg/mm2.
Harga PV = 20 kg.m/mm2.s dapat diterima karena kurang dari 20 kg.m/mm2.s
Kerja gesekan (H)
H=µxWxV
Dimana harga µ untuk perunggu (0,002 – 0,004), diambil 0,004 mm
H = 0,004 x 2038,57 x 10,99
= 89,61 kg.m/s
Daya yang diserap (Ph)
H
Ph
102
89,61
Ph 0,87kW
102
Jadi diperoleh : L = 32 mm D = 35 mm Ph = 0,87
37
Diagram alir bantalan luncur
START
a
STOP
2. Faktor koreksi (fc) =
1,02
4.bahan bantalan
perunggu
5. panjang bantalan = 32 mm
7. diameter poros = 35 mm
9. l/d : 0,91
mm
>
38
a
3.5. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama agar mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan roda gigi ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box.
H = 18 mm
H d1 d
d 1 22,78mm
39
Ulir Jarak bagi Tinggi Ulir dalam
Ρ kaitan Diamete Diamete Diameter
H1 r r dalamD1
Luar D efektifD
2
Ulir luar
1 2 3
40
M 60 5,5 2,977 60,000 56,428 54,046
M 64 6 3,248 64,000 60,103 57,505
M 68 6 3,248 68,000 64,103 61,505
Sumber : literature 1 hal 290
Bahan Mur yang dipakai adalah baja liat dengan kadar karbon 0,22 %
(sb) = 42 kg/mm2
Sf = 7
(σa) = 6 kg/mm2 (difinis tinggi)
Jumlah ulir :
W
Z
xd 2 .xHxqa
2446,28
Z
3,14 25,051 1,624 x3
41
Z 6,3 6
Tinggi mur :
H ZxP
H 63
H 18mm
Jumlah ulir Mur :
Z1 = 18/3 = 6
Tegangan geser akar ulir baut
W
b dimana k = 0,84
xd1 xkxPx.Z
2446,28
b
3,14 23,752 x 0,84 3 x 6
τb = 2,16 kg/mm2
Tegangan geser akar ulir Mur
W
b dimana j = 0,75
xd1 xkxPx.Z
2446,28
b
3,14 27 x 0,75 3 x 6
τb = 2,13 kg/mm2
Harga diatas dapat diterima karena tidak lebih dari 3 kg/mm2
Bahan baut dan Mur adalah Baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Baut = M27, Mur = M27, Tinggi Mur = 18 mm.
START
b a
1. beban W = 2038,57 (kg)
>
13. qa : Ta = 3 :
3 Tn :Ta =
2. faktor koreksi fc = 2,13 : 3
1,2
42
<
3. beban rencana Wd = 2446,28(kg)
a
b
43
Gambar 3.7. Paku Keling
Keterangan:
1. lempengan gesek
2. paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. lingkar pembawa
4. paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. plat pembawa
6. paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. naaf
44
N (0,6 – 0,8) d
L (3 – 10) d
D 2,6 mm – 31 mm
Qa (1,6 – 1,8) d
N (0,6 – 0,8) d
L Σ 5 + (1,5 – 1,7) d
Σ 5 = jlh tebal plat
D 2,3 mm – 36 mm
Qa (1,5 – 2) d
N (0,4-0,5) d
Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah
11196 ,13
P= 1272,28kg
8,8
sedangkan gaya yang berkerja pada masing – masing paku keling dapat di
1272,28
asumsikan dengan persamaan berikut ini : P’ = 50,01kg
24
b
i
v
45
37
i 3,7 kg / mm 2
10
P'
g
A
A = 3,14/4 x D12
Maka,
A = 3,14/ 4 x 52 = 19,62 mm
53,01'
g 2,70kg / mm 2
19,62
τgi = 0,8 x τi
τgi > τg
2,96 kg/mm2 > 2,70 kg/mm2, karena tegangan geser izin lebih besar dari
tegangan geser yang terjadi maka paku keling aman digunakan.
Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik 37 kg/mm2
Diameter paku keling 4 mm
Jumlah paku keling 24 buah.
START
46
2. diameter paku keling (d) = 4 mm
6. faktor keamanan = 10
12. bahan paku keling aluminium,diameter paku keling = 4 mm, banyak paku keling = 42 buah
STOP
END
BAB 4
KESIMPULAN
Dari perhitungan rancangan Kopling HONDA BRIO dapat diambil kesimpulan :
1. Perhitungan Poros
Moment Torsi (T) = 11196,13 Kg mm
47
Bahan Poros = S35C-D
Diameter Poros = 35 mm
2. Perhitungan Sline Dan Naaf
Bahan spline = DIN 5462-5464
panjang spline = 52,5 mm
tinggi spline = 5 mm
Jari-Jari spline (d) = 20 mm
Diameter luar spline = 45 mm
Diameter dalam spline = 35 mm
3. Perhitungan Plat gesek
Bahan plat gesek = paduan tembaga sinter
Momken stat =14,09 kg.m
Kerja penghubung yang terjadi =415,8 kg.m
Waktu penghubung yang sesungguhnya =0,046 s
Umur plat gesek dalam tahun = 1,125 tahun
4. Perhitungan Pegas
Bahan Pegas Matahari dan Pegas Matahari = SUP4
Tegangan rencana =52 kg/mm2
Factor tegangan =41,78 kg/mm2
Tinggi mampat(H) =44 mm
5. Perhitungan Bantalan
Bahan Bantalan = PERUNGGU
Panjang bantalan =32 mm
Daya yang diserap =0,87 kw
Kerja gesekan =89,619 m.s
48
6. Perhitungan Baut
Bahan Baut = baja liat
Jumlah ulir =6
Tinggi mur =18 mm
Jarak bagi =3 mm
Tegangan geser akar ulir mur =2.16 kg/mm2
Tegangan tarik izin =3,6 kg/mm2
7. Perhitungan Paku Keling
Bahan Paku Keling = Alumanium
Diameter paku keeling = 4 mm
Tegangan geser izin = 2,96 kg/mm²
Tegangan geser yang terjadi = 2,70 kg/mm²
Banyak paku keling = 42 buah
49
DAFTAR PUSTAKA
50