PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari sistem kopling ini adalah :
1. Untuk mempermudah pemindahan transmisi.
2. Untuk meredam momen yang timbul pada saat kendaraan berjalan.
3. Untuk menghubungkan dan melepaskan putaran Crank Shaft ke
Transmisi.
1
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kopling ini adalah :
1. Agar dapat menghitung tegangan yang terjadi pada kopling.
2. Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan kopling.
3. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap
a. Kopling tetap
3
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai
penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan
secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak
pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan
kopling tidak tetap yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan,
maka kopling tetap selalu dalam keadaan terhubung.
a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan sumbu
segaris. Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi umum
dipabrik - pabrik.
Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan
sentrik dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini
harus dirapikan dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti, juga
pada arah memanjang. Kopling ini sering digunakan pada bubungan,
baling - baling kapal dan juga pada poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini
4
Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya. Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang
pada poros dengan sumbu pres atau kerut.
Kopling flens kaku seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
b. Kopling Luwes
5
Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling kaku
memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua poros yang saling
dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus, selain itu getaran dan tumbukan
yang terjadi dalam penerusan daya antara poros penggerak dan yang
digerakkan tidak dapat diredam sehingga memperpendek umur mesin serta
menimbulkan bunyi berisik. Untuk menghindari kelemahan - kelemahan
tersebut dapat digunakan kopling luwes terutama bila terdapat ketidak
lurusan antara sumbu kedua porosnya.
6
Gambar 2.5 Kopling Flens Luwes
Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk
menghubungkan kedua buah poros. Kopling rantai umumnya
digunakan untuk memindahkan momen yang besar, seperti pada mesin
gilas dan turbin uap.
Kopling rantai seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
7
Gambar 2.7 Kopling Rantai
Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang
dihubungkan dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan
dengan menggunakan baut. Pada kopling ini terdapat tempat untuk
memasukkan minyak. Kopling ini digunakan pada mesin pengaduk
beton. Kopling gigi seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
c. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling ini
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun
poros tidak sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
8
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar,
yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi
dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran
saja. Kopling cakar seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
9
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang
diteruskan tidak seragam. Kopling kerucut sepeti terlihat pada gambar di
bawah ini.
g. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan arah dari poros yang digerakkan. Kopling friwil seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini.
10
Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang
sering dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.
BAB 3
11
3.1. Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin
yang biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen
stasioner yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami
beban puntir dan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan
atau pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang
terkecil atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan pada
penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi pergeseran.
ds
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (N) sebesar 110 PS dan
Putaran (n) sebesar 6300 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
harus dikalikan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam (kW)
Dimana :
1 PS = 0,735 kW
P = 110 x 0,735 kW
P = 80,85 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel
3.1) maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
12
Pd fc P (kW )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,0 80,85
= 80,85 kW
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T 9,74 x10 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
n
80,85
T 9,74 x10 5
6000
T 13124 kg mm
13
S45C 58
S50C 62
S55C 66
Ditarik dingin,
S35C-D - 53 digerinda,
Batang baja yang
S45C-D - 60 dibubut, atau
difinis dingin
S55C-D - 72 gabungan antara
hal-hal tersebut
Sumber : lit. 1 hal 3, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
B
Tegangan geser yang di izinkan a
sf 1 sf 2
dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm)
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME ( lit 1 hal 8 )
pada poros, harga sebesar 1,3 - 3,0 maka di ambil 2,0 ( lit 1 hal 8 )
= 5,0 kg / mm 2
14
ds = diameter poros (mm)
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm)
(diambil 1,2).
K t = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3,0
(diambil 1,5)
maka :
1/ 3
5,1
ds 1,5 1,2 13124
5, 0
Pada diameter poros di atas 30 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada poros
adalah :
5,1 T
......................... ( Lit 1, hal 7 )
d s3
dimana :
15
= tegangan geser (kg/mm2)
T = momen torsi rencana (kg.mm)
ds = diameter poros (mm)
maka :
5,1 13124
30 3
ST
= 5,1 . 0,486 kg A R2 T
/ mm
= 2,5 kg / mm 2
1. Daya yang ditransmisikan : P =
80,85 kW
Putaran poros : n1 = 6300 rpm
Berdasarkan perhitungan di atas maka poros tersebut aman di pakai karena
tegangan geser yang terjadi lebihkoreksi
2. Faktor kecil: fcdari
= 1,0tegangan geser yang diizinkan yaitu :
10.
<
STOP
16
END
3.2. Spline dan Naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan
daya dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung
dengannya, ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi
bagian dari poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros
dan memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
17
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan
standar SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal
ini menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan konsentrasi
tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
18
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
Diameter maksimum ( diambil d s = 30 mm )
Dimana :
d s 0,81 d 2
ds
d2
0,81
30
d2
0,81
37,04 mm 38 mm
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 6 mm
Diameter luar ( d2 ) = 38 mm
d2 ds
Tinggi ( H ) =
2
38 30
= = 4 mm
2
3
d2
Panjang ( L ) = 2
ds
38 3
= = 60,97 mm
30 2
d2 ds
Jari - jari ( Rm ) =
4
38 30
= = 17 mm
4
= 0,5 38 mm = 19 mm
19
Besar gaya yang bekerja pada Spline :
T
F
Rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 13124 kg.mm
Rm = jari - jari spline (mm)
maka :
13124
F
17
772 kg
F
g
i w L
dimana :
g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
maka :
772
g
8 19 60,97
0,083 kg / mm 2
F
P
iH L
20
772
8 4 60,97
0,395 kg / mm 2
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 52 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.
gi 0,8 trk
dimana :
52
trk 5,2 kg / mm 2
10
maka :
gi 0,8 5,2 4,16 kg / mm 2
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
gi g
4,16 0,083
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
Diagram aliran spline dan naaf
S TAR T a
21
10.
3. Tinggi : H = 4 mm, jari-jari : Rm = 17 mm
STOP
END
22
Gambar 3.3 Plat Gesek
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Diketahui : N = 110 PS
n = 6300 rpm
ds = 30 mm ( diameter poros )
Daya yang ditransmisikan P :
Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk
mendapatkan daya dalam (kW).
Dimana : 1 PS = 0,735 kW
Maka :
P = 110 x 0,735 kW
P = 80,85 kW
23
Putaran poros n1 = 6300 rpm
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 80,85
80,85 kW
Pd
T 9,74 x10 5
n
80,85
T 9,74 x10 5
6300
T 12499,67 kg mm
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
tekanan permukaan yang diizinkan pada bidang gesek Pa 0,02 kg / mm 2
maka :
2
F
4
D2 D12 Pa ..................... ( Lit 1, hal 62 )
4
1 0,8 2 D22 0,02
3,14 2
0,00565 D 22
rm D1 D2 / 4
0,8 1 D2 / 4
24
0,45 D 2
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
koefisien gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil 0,4
maka :
12499,67
D2 3 3 24581455,3
508,5 10 6
D2 290.76 290 mm
D1 0,8 D 2
0,8 290
232 mm
Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
25
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 30 dari tabel di atas.
maka :
30 20
GD 2 0,0882 0,2192 0,0882
40 20
0,0882 0,5 0,131
0,1537 kg m 2
Momen start :
GD 2 n r
Ta Tl1 .................... ( Lit 1, hal 67 )
375 t e
dimana :
Ta = momen start (kg.m)
21.11 kg m
26
Waktu penghubungan yang sesungguhnya :
GD 2 n r
t ae
375 Ta Tl1
0,1537 6300
375 21,11 12,49967
0,3 s
t ae te
Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
27
Dengan mengambil nomor tipe kopling 30, maka dapat diambil volume
keausan yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
30 20
L3 63,5 91,0 63,5
40 20
77,25 cm 3
START b a
2. Faktor koreksi : fc =
1,0 11. Waktu penghubungan sesungguhnya: tae = 0,3
s
12.
Diagram aliran kopling plat gesek >
4. Momen puntir rencana : T = 13124 kg.mm
<
5. Diameter dalam : D1 = 236,9 mm
Diameter luar : D2 = 296 mm
Jari - jari : rm = 0,45 D2
13. Bahan gesek paduan
tembaga sinter
Volume keausan
yang diizinkan : L3 = 77,25 cm3
6. Gaya tekanan gesekan : F = 0,00565 D22 Laju keausan permukaan :
w = 4x10-7 cm3/kg.m
b a
3.4. Pegas
Pegas kendaraan dapat berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan
dan meredam getaran yang terjadi. Pegas yang dimaksudkan disini adalah pegas
kejut pada plat gesek. Pegas kejut ini berfungsi untuk mengontrol gerakan dan
menyimpan energi. Pegas kejut ini dibuat dari kawat baja tarik keras yang dibentuk
dingin atau kawat yang ditemper dengan minyak.
Hf
29
Gambar 3.4 Pegas Kejut
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga
d d
diambil 4, sehingga diperoleh :
D
4
d
28
4 d 7
d
Beban maksimum Wl :
T D / 2 Wl ..................... ( Lit 1, hal 72 )
maka :
T
Wl
D / 2
30
12499,67
892,83 kg
28 / 2
Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615
K ..................... ( Lit 1, hal 316 )
4c 4 c
4 4 1 0,615
44 4 4
1,404
Tegangan geser :
T T
Zp / 6 d 3
12499,67
3,14 / 6 7 3
69,63 kg / mm 2
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang
diizinkan a 65 kg / mm 2 , Modulus geser G 8000 kg / mm 2 (berdasarkan
tabel 3.9.)
Tegangan rencana :
d a 0,8
65 0,8 52 kg / mm 2
31
Wl
k
937,42
46,87 kg / mm
20
Gd4
k
8n D 3
8000 7
4
46,87
8n 28
3
8n 18,66
n 2,4 3
Lendutan total :
1
t 20 6,67 mm
3
Tinggi bebas H f :
H c n 1,5 d
3 1,5 7 31,5 mm
C l H l H c / n 1,5
H l 33,3 mm
Maka :
H f Hl
32
20 H f 33,3
H f 33,3 20 53,3 mm
C s H s H c / n 1,5
H s 38,25 mm
o H f Hs
53,3 38,25
15,05 mm
Wo H f H s k
705,4 kg
Lendutan efektif h :
h o
20 15,05
33
4,95 mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 2,0 mm, maka diambil
C s 1,5 mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 0,6 mm, maka diambil
C l 0,4 mm
Hf /D 5
53,3 / 28 5
1,90 < 5
Diameter kawat d 7 mm
Bahan pegas SUP 4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n 3
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h 4,95 mm
Lendutan total 20 mm
Tinggi tekan H c 31,5 mm
Beban awal terpasang Wo 705,4 kg
34
Diagram aliran pegas
S TAR T b a
<
STOP
END
3.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
36
Kapasitas
Kapasitas
Dua sekat nominal
Jenis Dua nominal statis
tanpa d D B R dinamis
terbuka sekat spesifik Co
kontak spesifik C
(kg)
(kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430
Sumber : lit. 1 hal 143, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Fa
Untuk bantalan bola alur dalam 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :
37
Fa /C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44
Fa C o 0,014
740 0,014 10,36 kg
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
Fa
maka : Fr
ve
10,36
54,53 kg
1 0,19
38
Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan di
bawah ini :
P X Fr Y Fa
maka :
P 0,56 54,53 2,30 10,36
54,37 kg
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
1/ 3
33,3
fn
n
1/ 3
33,3
fn 0,177
6000
C
fh fn
P
1030
0,177 3,35
54,37
39
Lh 500 f h
3
START
6. Lh atau Ln : Lha
<
STOP
40
END
3.6. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai pengikat
gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
41
Maka beban rencana Wd :
Wd fc W
W d 1,2 54,37
65,244 kg
(difinis tinggi)
4 Wd
d1
a
4 65,244
d1
3,14 6
d 1 3,72 mm
42
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
Sumber : lit. 1 hal 290, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d 1 4,917 mm 3,72 mm dari tabel 3.12.
di atas.
43
65,244
z
3,14 5,350 0,541 3
z 2,39 3
Tinggi mur
H z p
H 3 1 3 mm
3
z' 3
1
Wd
b (dimana k 0,84 )
d1 k p z
65,244
b 1,68 kg / mm 2
3,14 4,917 0,84 1 3
Wd
n (dimana j 0,75 )
D j pz
65,244
n 1,54 kg / mm 2
3,14 6 0,75 1 3
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.
44
Diagram aliran baut dan mur
S TAR T b a
45
b
8. Diameter luar ulir dalam : D = 6 mm
Diameter efektif ulir dalam : D2 = 5,350 mm STOP
Tinggi kaitan gigi dalam : H1 = 0,541 mm
END
a
46
Gambar 3.7 Paku Keling
D 1,6 d
1,6 5 8 mm
K 0,6 d
0,6 5 3 mm
Karena paku keling terletak di tengah - tengah kopling plat gesek, sehingga :
D1 D2
rm
4
dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
D1 = diameter dalam plat gesek (mm)
D2 = diameter luar plat gesek (mm)
maka :
236,8 296
rm
4
133,2 mm
T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 13124 kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)
47
maka :
13124
F
133,2
98,52 kg
F
F'
n
dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
n = banyaknya paku keling yang direncanakan
maka :
98,52
F' 4,10 kg
24
b
i
v
37
= 4,11 kg / mm 2
9
48
3,14
A d2
4
3,14 2
5 19,625 mm 2
4
F'
g
A
4,10
0,208 kg / mm 2
19,625
gi 0,8 i
gi g
3,28 0,208
49
Diagram aliran paku keling
S TAR T
5. Faktor keamanan 9
6. Tegangan tarik : b = 37
kg/mm2
10. >
gi g
50
11. Bahan paku keling Aluminium
Diameter paku keling : d = 5 mm
Banyaknya paku keling : n = 24
STOP
END
BAB 4
PERAWATAN ( PEMELIHARAAN MAINTENANCE)
1. Pembersihan sisa- sisa gesekan plat gesek yang berbahan dasar asbes
yang biasanya meninggalkan sisa di bagian dalam dari rumah kopling.
2. Pemberian minyak pelumas pada pegas kopling guna mencegah karat
yang timbul karena usia atau waktu.
3. Penggantian karet penekan kopling yang biasanya juga rusak karena
waktu atau jangka pemakaian.
4. Pemeliharaan ini haruslah dilakukan di bengkel, hal ini karena untuk
membongkar kopling kita terlebih dahulu haruslah menurunkan rumah
transmisi atau biasa di sebut (transdown).
Dengan pemakaian dari kopling yang tidak terlalu dipaksakan dapat membuat
kopling menjadi lebih tahan lama dan awet.
51
BAB 5
KESIMPULAN
Dan dari hasil perhitungan rancangan Kopling untuk GRAND NEW VELOZ
diperoleh data sebagai berikut :
1. Perhitungan Poros
52
3. Perhitungan Plat gesek
4. Perhitungan Pegas
5. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 55 mm
Lebar bantalan ( B ) = 13 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 54,37 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 18797,688 jam
Diameter luar ( D ) = 6 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 5,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 4,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 4,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 3 mm
53
7. Perhitungan Paku Keling
DAFTAR PUSTAKA
3. Ir. Jack Stolk dan Ir. C. Kros, 1993, Elemen Mesin ( Elemen Kostruksi
Bangunan Mesin ), PENERBIT Erlangga, Jakarta Pusat.
4. Ir. Sularso, MSME dan Kyokatsu Suga, 1983, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, P.T. Pradya Paramitha Jakarta.
54