Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga listrik merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam suatu industri jasa seperti
hotel, dikarenakan banyaknya peralatan-peralatan yang memerlukan tenaga listrik untuk
menggerakannya. Selain memberi manfaat, energi listrik juga dapat membahayakan dan
merugikan manusia. (Agus Priyanto, 2007)
Bahaya yang ditimbulkan akibat kesalahan instalasi listrik yaitu jika terjadi hubung
singkat pada instalasi/peralatan listrik maka dapat menimbulkan arus listrik yang besar,
dimana arus listrik yang besar ini akan menimbulkan panas yang berlebihan. Timbulnya
panas yang berlebihan inilah yang akhirnya dapat menimbulkan kebakaran dan kerusakan
pada peralatan/instalasi listrik serta gedung/bangunan dan seluruh isinya, bahaya
berikutnya adalah ledakan, dan juga cidera atau kematian bagi manusia karena menyentuh
bagian instalasi atau alat listrik dengan tegangan yang cukup tinggi.
Berdasarkan bahaya-bahaya tersebut, maka perlu dilakukan anlalisa maupun evaluasi
instalasi listrik yang bermanfaat untuk melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan
kejutan arus listrik, keamanan instalasi beserta peralatan listriknya, menjaga gedung dan
isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik, menjaga ketersediaan tenaga listrik
yang aman dan efisien. (Moh Rifki Binol, dkk, 2014)
Hotel Neo Eltari Kupang merupakan salah satu hotel berbintang 3 (tiga) yang terletak
di bagian timur dari Kota Kupang. Hotel ini terdiri atas 3 lantai dengan 137 kamar yang
mengkonsumsi tenaga listrik cukup besar, yakni kapasitas trafo sebesar 345 KVA, serta
Genset yang berkapasitas sebesar 345 KVA (Singel Line LVMDP-MDP Hotel Neo Eltari
Kupang, 2020). Hotel Neo Eltari Kupang memerlukan suplai listrik yang kontinyu
sehingga semua kegiatan di dalam hotel tidak terganggu, evaluasi sistem distribusi dan
instalasi di Hotel Neo Eltari Kupang belum pernah dilakukan, untuk itu sistem distribusi
dan instalasinya perlu dievaluasi. Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Studi Analisis Sistem Distribusi Dan Instalasi Hotel Neo
Eltari Kupang”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem distribusi pada Hotel Neo Eltari Kupang untuk memenuhi
kontinuitas pelayanan daya listrik ?
2. Apakah nilai jatuh tegangan pada Hotel Neo Eltari Kupang memenuhi syarat yang
ditentukan pada PUIL 2011?
3. Apakah semua kabel, pengaman dan pentanahan yang terpasang di Hotel Neo Eltari
Kupang memenuhi standar PUIL 2011 sehingga dapat diakatan aman dan baik
untuk digunakan ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah penulis melakukan analisa sistem
jaringan listrik, sifat dan macam beban, sistem pengamanan, pemilihan kabel, grounding
dan susut tegangan pada Hotel Neo Eltari Kupang menggunakan standar PUIL 2011.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi sistem distribusi pada Hotel Neo Eltari Kupang untuk memenuhi
kontinuitas pelayanan daya listrik.
2. Melakukan perhitungan jatuh tegangan pada Hotel Neo Eltari Kupang apakah
memenuhi syarat yang ditentukan pada PUIL 2011 atau tidak.
3. Mengevaluasi semua kabel, pengaman dan pentanahan yang terpasang di Hotel Neo
Eltari Kupang dengan standar PUIL 2011.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih mendalami sistem distribusi dan instalasi listrik, khusunya di Hotel
Neo Eltari Kupang.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk Hotel Neo Eltari
Kupang yang memerlukan suplai listrik yang kontinyu sehingga semua kegiatan di
dalam hotel tidak terganggu.

2
1.6 Hipotesa
Agar instalasi listrik tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan aman bagi
manusia, dalam suatu instalasi listrik harus dilakukan dengan benar sesuai dengan prosedur
dan peraturan yang ada.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (bulk power
source) sampai ke konsumen. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik
besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh Gardu Induk
(GI) dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500 kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat
arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar,
maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator
penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi
primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke pelanggan konsumen. Pada
sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan
menggunakan transformator step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini menimbulkan
beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapan-perlengkapannya, selain itu juga tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang
tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan transformator step-down. Dalam hal
ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik secara keseluruhan.

4
Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

2.1.1 Jaringan Ditribusi


Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah jaringan
tegangan menengah/primer (JTM), yang menyalurkan daya listrik dari gardu
induk subtransmisi ke gardu distribusi, jaringan distribusi primer menggunakan
tiga kawat atau empat kawat untuk tiga fasa. Jaringan yang kedua adalah
jaringan tegangan rendah (JTR), yang menyalurkan daya listrik dari gardu
distribusi ke konsumen, dimana sebelumnya tegangan tersebut
ditransformasikan oleh transformator distribusi dari 20 kV menjadi 380/220
Volt, jaringan ini dikenal pula dengan jaringan distribusi sekunder.
Jaringan distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi dan
sambungan pelayanan (beban) menggunakan penghantar udara terbuka atau

5
kabel dengan sistem tiga fasa empat kawat (tiga kawat fasa dan satu kawat
netral). Dapat kita lihat gambar dibawah proses penyedian tenaga listrik bagi
para konsumen.

Gambar 2.2 Diagram Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)
a. Jaringan sistem distribusi primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu induk distribusi ke pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan
saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat
keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran
distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplay tenaga
listrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian
jaringan distribusi primer. Berikut adalah gambar bagian-bagian distribusi
primer secara umum.

Gambar 2.3 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

6
Bagian-bagian sistem distribusi primer terdiri dari :
1. Transformator daya, berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
tegangan tinggi ke tegangan menegah atau sebaliknya.
2. Pemutus tegangan, berfungsi sebagai pengaman yaitu pemutus daya
3. Penghantar, berfungsi sebagai penghubung daya.
4. Busbar, berfungsi sebagai titik pertemuan / hubungan antara trafo daya
dengan peralatan lainnya.
5. Gardu hubung, berfungsi menyalurkan daya ke gardu-gardu distribusi
tanpa mengubah tegangan.
6. Gardu distribusi, berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah
menjadi tegangan rendah.
b. Jaringan distribusi primer menurut susunan rangkaiannya
Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV)
dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan
hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel
dan Sistem Gugus atau Kluster.
1. Jaringan Radial
Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan
ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai
beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2.4 Skema Saluran Sistem Radial


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding sistem lainnya.


Kurangnya keandalan disebabkan kareana hanya terdapat satu jalur

7
utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama
tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam.
Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling
ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada di
ujung saluran.
2. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.5 digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah
Sakit, dan lain-lain.)

Gambar 2.5 Skema Saluran Tie Line


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

3. Jaringan Loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua
tipe jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada
keadaan normal tipe ini bekerja secara radial dan pada saat terjadi
gangguan PMT dapat dioperasikan sehingga gangguan dapat
terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam penyaluran tenaga listrik
dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih mahal.

8
Gambar 2.6 Skema Saluran Sistem Loop
(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

4. Jaringan Spindel
Sistem spindle menggunakan express feeder pada bagian tengah
yang langsung terhubung dari gardu induk ke gardu hubung, sehingga
sistem ini tergolong sistem yang handal. Sistem jaringan ini merupakan
kombinasi antara jaringan radial dengan jaringan rangkaian terbuka
(open loop). Titik beban memiliki kombinasi alternatif penyulang
sehingga bila salah satu penyulang terganggu, maka dengan segera
dapat digantikan oleh penyulang lain. Dengan demikian kontinuitas
penyaluran daya sangat terjamin. Pada bagian tengah penyulang
biasanya dipasang gardu tengah yang berfungsi sebagai titik manufer
ketika terjadi gangguan pada jaringan tersebut.

Gambar 2.7 Skema Saluran Sistem Spindel


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

9
5. Sistem Cluster
Sistem ini mirip dengan sistem spindle. bedanya pada sistem cluster
tidak digunakan gardu hubung atau gardu switching, sehingga express
feeder dari gardu hubung ke tiap jaringan. Express feeder ini dapat
berguna sebagai titik manufer ketika terjadi gangguan pada salah satu
bagian jaringan.

Gambar 2.8 Skema Saluran Sistem Cluster


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

c. Jaringan sistem distribusi sekunder


Sistem distribusi sekunder seperti pada Gambar 2.2 merupakan salah
satu bagian dalam sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu trafo sampai
pada pemakai akhir atau konsumen.

Gambar 2.9 Hubungan tegangan menengah ke tegangan rendah dan konsumen


(Sumber: Suhadi dkk, 2018)

10
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah
sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun
konduktor tanpa isolasi.
Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung
berhubungan dengan konsumen, jadi sistem ini berfungsi menerima daya
listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga akan mengirimkan serta
mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. mengingat bagian ini
berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya
harus sangat diperhatikan.
Sistem penyaluran daya listrik pada Jaringan Tegangan Rendah dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang
dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC, kabel
ACSR.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) Jenis penghantar
yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage
Twisted Cable).ukuran kabel LVTC adalah : 2x10mm2, 2x16mm2,
4x25mm2, 3x 35mm2, 3x50mm2, 3x70mm2.
Menurut SPLN No.3 Tahun 1987, jaringan tegangan rendah adalah
jaringan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan beserta
perlengkapannya, dari sumber penyaluran tegangan rendah sampai dengan
alat pembatas/pengukur. Sedangkan STR (Saluran Tegangan Rendah) ialah
bagian JTR tidak termasuk sambungan pelayanan (bagian yang
menghubungkan STR dengan alat pembatas/pengukur).

2.2 Sistem Instalasi Listrik


Sistem instalasi listrik dibagi menjadi instalasi penerangan dan instalasi daya listrik.
Instalasi penerangan adalah seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk memberikan
daya listrik pada lampu atau peralatan listrik lainnya. Instalasi penerangan dibagi menjadi
instalasi dalam gedung dan instalasi luar gedung. Sedangkan instalasi daya listrik adalah

11
suatu jaringan atau rangkaian untuk menyuplai dan menyalurkan daya listrik dari sumber
menuju beban. Instalasi daya listrik terdiri dari beberapa bagian yaitu ; penyedia tenaga
listrik, sistem pembagian daya listrik (grouping), saluran daya listrik, pengaman dan
pentanahan (grounding).
Prinsip dasar instalasi listrik harus mempertimbangkan pemasangan suatu instalasi
listrik agar instalasi yang dipasang dapat digunakan secara optimal, efektif dan efisien.
Prinsip dasar instalasi listrik yaitu sebagai berikut :
a. Keandalan
Seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi harus handal dan baik secara mekanik
maupun secara kelistrikan.
b. Ketercapaian
Pemasangan peralatan instalasi listrik yang relatif mudah dijangkau oleh pengguna
pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik mudah untuk
dioperasikan, sebagai contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
c. Ketersediaan
Ketersediaan instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa daya, peralatan
maupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada perluasan instalasi tidak
mengganggu sistem instalasi yang sudah ada, tetapi hanya menghubungkan pada
sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman.
d. Keindahan
Pemasangan peralatan instalasi listrik haus dipasang sedemikian rupa, sehingga
terlihat rapi dan indah serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku.
e. Keamanan
Faktor keamanan dari suatu instalasi listrik, baik keamanan terhadap manusia,
bangunan atau harta benda, makhluk hidup lain dan peralatan itu sendiri.
f. Ekonomis
Biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan
dengan teliti dengan biaya sehemat mungkin.
Salah satu faktor teknis yang perlu diperhatikan dalam penyediaan dan penyaluran
daya listrik adalah kualitas daya. Faktor ini meliputi stabilitas tegangan, kontinyunitas
pelayanan, keandalan pengamanan dan kapasitas daya yang sesuai kebutuhan. Pengaman
adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melidungi komponen listrik dari

12
kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun arus hubung
singkat. Pengaman yang baik adalah pengaman yang langsung merespon atau trip ketika
terjadi gangguan. Jenis gangguan yang paling sering terjadi dalam keadaan sistem berjalan
normal adalah gangguan arus lebih atau biasa disebut beban lebih. Jenis gangguan lain
yang juga sering terjadi adalah gangguan arus hubung singkat atau short circuit.

2.2.1 Komponen Instalasi Listrik


a. Pemutus Daya
Salah satu faktor teknis yang perlu diperhatikan dalam penyediaan dan
penyaluran daya listrik adalah kualitas dari daya itu sendiri. Faktor kualitas daya
ini meliputi stabilitas tegangan, kontinyuitas pelayanan, keandalan pengaman,
kapasitas daya \ yang memenuhi (sesuai) kebutuhan dan sebagainya.
Dalam hal keandalan pengaman tidak berarti bahwa penyediaan daya yang
baik adalah penyediaan daya yang tidak pernah mengalami gangguan.
Sebaliknya pengaman yang baik adalah bila setiap terjadi gangguan akan
merespon alat-alat pengaman untuk segera memutuskan hubungan (trip)
sehingga bahaya terbakar atau bahaya yang lain dapat dihindarkan.
Jenis gangguan yang seringkali terjadi pada suatu sistem yang bekerja normal
adalah gangguan beban lebih dimana arus yang lewat pada peralatan pembatas
arusnya melebihi harga batas (rating). Sedangkan jenis gangguan lain yang
sering terjadi adalah gangguan hubung singkat. Secara umum arus gangguan
yang terjadi pada gangguan ini jauh lebih besar dari rating nominalnya. Fungsi
dari pemutus daya yaitu :
a) Isolasi, memisahkan isolasi dari catu daya listrik untuk pengaman.
b) Proteksi, pengaman terhadap kabel, peralatan listrik, manusia dari gangguan
yang terjadi.
c) Kontrol, membuka dan menutup rangkaian untuk mengontrol dan
perawatan.
b. Circuit Breaker (CB)
Fungsi dari komponen ini adalah untuk memutuskan atau menghubungkan
rangkaian pada saat berbeban atau tidak berbeban serta akan membuka dalam

13
keadaan terjadi gangguan arus lebih atau arus hubung singkat. Dengan demikian
berbeda dengfan saklar biasa, circuit breaker dapat berfungsi sebagai saklar
dalam kondisi normal maupun tidak, serta dapat memutus arus lebih dan arus
hubung singkat.
Circuit breaker dapat dipasang untuk dua tujuan dasar, yaitu:
a) Berfungsi selama kondisi pengoperasian normal, untuk menghubungkan
maupun memutus rangkaian dalam keadaan berbeban dengan tujuan untuk
pengoperasian dan perawatan dari rangkaian maupun bebannya.
b) selama kondisi operasional yang tidak normal, misalnya jika terjadi hubung
singkat ataupun arus lebih.
Arus lebih maupun arus hubung singkat dapat merusak peralatan dan instalasi
suplai daya jika dibiarkan mengalir di dalam rangkaian dalam kondisi yang
cukup lama. Komponen lain yang hampir sama dengan Circuit Breaker adalah
Disconnecting Switch yang dipasang untuk mewujudkan suatu pemisahan dari
tegangan hidup. Sesungguhnya kegunaan disconnecting switch muncul saat
dilakukan maintenance pada CB. Jadi disconnecting switch tidak untuk memutus
arus nominal dan arus short circuit.
Jenis circuit breaker yang banyak digunakan untuk perlengkapan instalasi
listrik yaitu :
1) MCB (Maintenance Circuit Breaker)
MCB (Maintenance Circuit Breaker) adalah pengaman yang digunakan
sebagai pemutus rangkaian, baik arus nominal maupun arus gangguan. MCB
merupakan kombinasi fungsi fuse dan fungsi pemutus arus. MCB dapat
digunakan sebagai pengganti fuse yang dapat juga untuk mendeteksi arus lebih.
2) MCCB (Moulded Case Circuit Breaaker)
MCCB (Moulded Case Circuit Breaaker) adalah pengaman yang digunakan
sebagai pemutus arus rangkaian, baik arus nominal maupun arus gangguan.
MCCB mempunyai unit trip dimana dengan adanya unit trip tersebut kita dapat
menggeser r I (merupakan pengaman terhadap arus lebih) dan m I (merupakan
pengaman terhadap arus short circuit).
3) ACB (Air Circuit Breaker)

14
ACB (Air Circuit Breaker) adalah pengaman yang digunakan sebagai
pemutus arus rangkaian, baik arus nominal maupun arus gangguan hampir sama
dengan MCCB tetapi menggunakan udara.
Untuk mengetahui ranting dari pengaman yang dipakai dapat diketahui dari
arus nominal yang melalui saluran tersebut kemudian disesuaikan dengan
ranting dari katalog.
Dan perlu diketahui pada arus short circuitnya:

.................. (2.1)

Isc = Arus hubung singkat prospektif pada titik instalasi (kA)


IL = Arus beban
%Z = Per unit transformer impedance

c. Saklar
Saklar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkanrangkaian listrik.
Cara kerja saklar yaitu pada saat saklar akanmembuka untuk memutuskan
rangkaian, sebuah pegas akan ditegangkan. Pegas ini yang menggerakan saklar
sehingga dapat memutuskan rangkaian dalam waktu singkat. Jadi kecepatan
pemutusan ditentukan oleh pegas dan tidak tergantung pada pelayanan. Karena
cepatnya waktu pemutusan, maka kemungkinan timbulnya besar api antara
kontak-kontak pemutusan sangat kecil. Berbeda dengan pemisah, saklar ( beban)
dapat digunakan untuk memutuskan rangkaian dalam keadaan berbeban.
Pemasangan saklar ini biasanya 1,5 m di atas lantai untuk menghindari
jangkauan ana-anak.
Pemisah digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik
dalam keadaan tidak berbeban atau hampir tidak berbeban. Pemisah tidak
memiliki pemutusan sesaat, karena itu kecepatan pemutusan tergantung pada
pelayanannya.
Saklar dan pemisah harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
a) Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu
b) Jumlahnya harus sedemikian hingga semua pekerjaan pelayanan,
pemeliharaan dan perbaikan pada instalasi dapat dilakukan dengan umum.

15
c) Dalam keadaan terbuka, bagian-bagian sakelar atau pemisah yang bergerak
harus tidak bertegangan.
d) Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya
berat.
e) Kemampuan saklar sekurang-kurangnya harus sesuai dengan daya alat yang
dihubungkan, tetapi tidak boleh kurang dari 5A.

d. Kabel
Kabel merupakan salah satu sarana dalam instalasi listrik karena kabel
menghantarkan arus ke beban yang terpasang. Oleh karena itu perlu diketahui
secara pasti berapa besar beban yang terpasang agar kapasitas kabel memadai.
Pemilihan kabel mempertimbangkan beberapa hal :
1) Electrical, meliputi ukuran konduktor, type dan tebal isolasi. Bahan yang
tepat untuk desain tegangan menengah dan rendah, mempertimbangkan
kekuatan listrik, bahan isolasi, konstanta dielektrik dan faktor daya.
2) Suhu, menyesuaikan dengan suhu lingkungan dan kondisi kelebihan beban,
pengembangan dan tahanan thermal.
3) Mechanical, meliputi kekerasan dan flexibilitas serta mempertimbangkan
terhadap kehancuran, abrasi dan kelembaban.
4) Kimiawi, stabilitas dari bahan terhadap bahan kimia, cahaya matahari.
Untuk pemilihan kabel didasarkan pada arus yang mengalir pada penghantar
tersebut. Ada dua macam arus yaitu
a) Arus bolak-balik 3 fasa:

............... (2.2)

Dimana
I = arus ( ampere)
P = daya/beban (watt)
E = tegangan antar fasa (volt)

Cos = faktor daya

b) Arus bolak-balik 1 fasa:

................(2.3)

16
Dari persamaan di atas didapat arus nominal yang tinggal dikalikan dengan
safety factor dan hasilnya disesuaikan dengan tabel dari jenis kabel yang
digunakan maka akan diketahui luas penampang dari kabel yang dipakai.
Pemilihan kabel juga harus disesuaikan dengan pemilihan rating pengaman
macam-macam kabel :
1) Kabel NYFGbY
Kabel jenis ini biasanya digunakan untuk sirkuit power distribusi, baik pada
lokasi kering ataupun basah/lembab. Dengan adanya pelindung kawat dan
pita baja yang digalvanisasi, kabel ini memungkinkan ditanam langsung
dalam tanah tanpa pelindung tambahan. Isolasi dibuat tanpa warna dan tiga
urat dibedakan dengan non strip, strip 1 dan strip 2. Kabel ini mempunyai
selubung PVC warna merah dengan penampang luar mencapai 57 mm.

1. Konduktor : Tembaga yang di-anil-kan


2. Isolasi : PVC terekstrusi
3. Filler : PVC terekstrusi
4/5. Perisai : Kawat baja dan spiral pita yang berlapis seng
6. Pelindung Terluar : PVC terekstrusi
Gambar 2.10 Kabel NYFGbY
(Sumber: Agus Priyanto, 2007/2008)

2) Kabel NYY
Kabel ini dirancang untuk instalasi tetap dalam tanah yang harus diberikan
pelindung khusus (misalnya: duct, pipa baja PVC atau besi baja). Instalasi ini
bisa ditempatkan di luar atau di dalam bangunan baik pada kondisi basah
ataupun kering. Kabel jenis ini mempunyai selubung PVC warna hitam,

17
terdiri dari 1-4 urat dengan penampang luar mencapai 56 mm.Penggunaan
kabel tanah NYY diatur dalam PUIL 2000 pasal 7.15.

1. Konduktor : Tembaga yang di-anil-kan


2. Isolasi : PVC terekstrusi
3. Filler : PVC terekstrusi
4. Pelindung Terluar : PVC terekstrusi
Gambar 2.11 Kabel NYY
(Sumber: Agus Priyanto, 2007/2008)

3) Kabel NYM
Kabel ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di dalam
bangunan yang penempatannya bisa di dalam atau di luar plester tembok
ataupun dalam pipa pada ruangan kering atau lembab. Kabel ini tidak
diijinkan untuk dipasang di luar rumah yang langsung terkena panas dan
hujan ataupun ditanam langsung dalam tanah. Penggunaan kabel instalasi
berselubung ini diatur dalam PUIL 2000 pasal 7.12.2.

1. Konduktor : Tembaga yang di-anil-kan


2. Isolasi : PVC terekstrusi
3. Filler : PVC terekstrusi

18
4. Pelindung Terluar : PVC terekstrusi
Gambar 2.12 Kabel NYM
(Sumber: Agus Priyanto, 2007/2008)

4) Kabel NYA
Kabel jenis ini dirancang dan direkomendasikan untuk digunakan pada
instalasi tetap dalam kotak distribusi atau rangkaian pada panel. Pemasangan
kabel ini hanya diperbolehkan untuk tempat yang kering dan tidak
direkomendasikan bila dipasang pada tempat yang basah atau langsung
terkena cuaca.

1. Konduktor : Tembaga yang di-anil-kan


2. Isolasi : PVC terekstrusi
Gambar 2.13 Kabel NYA
(Sumber: Agus Priyanto, 2007/2008)

5) Kabel NYAF
Kabel jenis ini fleksibel dan dirancang untuk instalasi di dalam pipa, duct
atau dalam kotak distribusi. Karena sifatnya yang fleksibel’ Kabel ini sangat
cocok untuk tempat yang mempunyai belokan yang tajam. Kabel dengan
ukuran kurang dari 1,5 mm2 hanya diperbolehkan digunakan di dalam
peralatan ataupun papan pengontrol dan tidak diperbolehkan dipasang untuk
instalasi tetap.
6) Hantaran Tembaga Telanjang (BBC)
Untuk saluran distribusi udara yang direntangkan diantara tiang-tiang dan
isolator-isolator yang khusus dirancang untuk itu. Disamping itu juga bisa
digunakan untuk hantaran pertanahan (grounding).
7) Twisted Cable Saluran Rumah (Service Enterance)

19
Kabel jenis ini khusus digunakan untuk saluran dari jaringan distribusi ke
konsumen. Dengan adanya bahan penghantar dari tembaga jenis setengah
keras atau keras, maka kabel ini memungkinkan dapat digantung antar tiang
tanpa penunjang khusus. Zat karbon hitam yang terdapat pada isolasi sangat
memungkinkan ketahanannya terhadap cuaca tropis.
8) Twisted Cable Jaringan Distribusi Tegangan Rendah (ITR)
Kabel jenis ini khusus digunakan untuk jaringan distribusi tegangan rendah
yang jauh lebih praktis dari pada hantaran talanjang. Dengan adanya
penunjang yang sekaligus sebagai netral, kabel ini memungkinkan untuk
ditegangkan. Sesuai kebutuhan kabel ini bisa dilengkapidengan saluran
penerangan jalan yang biasanya terdiri dari dua urat 16 mm2 aluminium.
9) N2XSY
Kabel jenis ini sering digunakan untuk jaringan distribusi tegangan
menengah. Dengan konduktor yang terbuat dari tembaga.

Tabel KHA (Kapasitas Hantar Arus) kabel / penghantar


Hal penting dalam penentuan luas penampang kabel adalah memahami
pembacaan tabel KHA terus menerus yang terdapat pada PUIL 2011. Jenis kabel
yang paling umum sering digunakan dalam instalasi tegangan rendah yaitu NYA
(kabel tembaga pejal berinti tunggal), kabel NYM (kabel tembaga pejal berinti 3
atau lebih) dan kabel NYY mewakili kabel yang sering digunakan untuk
instalasi outdoor atau instalasi daya motor listrik.
Dibawah ini meruapakan tabel sebagai panduan agar tidak salah dalam
menentukan luas penampang kabel dalam perencanaan instalasi. Tabel diambil
dari sumber SNI yang berlaku saat ini yaitu PUIL 2011 amandemen 1 tahun
2013.

20
21
22
2.3 Pentanahan (Grounding)
Pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam instalasi listrik. Jika tegangan
kerjanya melebihi 50 V ke tanah diberi pentanahan pengaman atau dilindungi dengan
isolasi ganda. Pentanahan pengaman bertujuan untuk mengurangi beda tegangan dan agar
arus yang timbul jika hubungan tanah terjadi dapat langsung mengalir ke titik bintang dari
jaringan suplai diharapkan pengaman-pengaman lebur yang digunakan akan putus dalam
waktu singkat.
Pentanahan terdiri dari :
1) Grounding sistem
Dipakai untuk sistem grounding artinya pentanahan untuk seluruh instalasi.

23
2) Grounding peralatan
Dipakai untuk sistem grounding equipment, artinya pentanahan untuk semua
bagian logam dari instalasi tegangan rendah di semua tempat yang pada keadaan
normal tidak boleh bertegangan, harus dihubungkan dengan tanah. Tahanan
pentanahan < = 5 ohm.
3) Elektrode tanah
Macam-macam elektroda tanah :
a) Elektroda Pita
Dibuat dari hantaran berbentuk pita atau batang bulat atau dari hamtaran yang
dipilih yang berbentuk radial, lingkaran atau kombinasi dari bentuk tersebut.
Harus disusun simetris dengan jumlah jari-jari tidak perlu lebih dari enam karena
tidak terlalu berpengaruh.

Gambar 2.14 Elektroda tipe Pita


(Sumber: Hasanulaini, 2015)
b) Elektroda Batang
Terbuat dari pipa atau besi baja profil yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah.
Panjang elektroda yang digunakan disesuaikan dengan tahanan pentanahan yang
diperlukan.

Gambar 2.15 Elektroda tipe Batang


(Sumber: Hasanulaini, 2015)

24
c) Elektroda Pelat
Terbuat dari lempengan pelat logam, pelat logam berlubang atau terbuat dari
kawat kasa. Pelat ini ditanam tegak lurus di dalam tanah, dengan tepi atasnya
sekurang-kurangnya satu meter dibawah permukaan tanah.

Gambar 2.16 Gambar Elektroda Tipe Pelat


(Sumber: Hasanulaini, 2015)

Pemilihan Kawat Pentanahan


Untuk pemilihan luas penampang dari kawat pentanahan atau grounding
dapat kita gunakan standar dari PUIL 2000 pada halaman 77 tabel 3.16-1 "Luas
penampang penghantar proteksi tidak boleh kurang dari nilai yang tercantum
dalam tabel 3.16-1. Jika penerapan tabel 3.16-1 menghasilkan ukuran yang
tidak standar, maka dipergunakan penghantar yang mempunyai luas penampang
standar terdekat.
Tabel 2.1
Luas Penampang Penghantar Fasa Luas Penampang Minimum
Instalasi S (mm2) Penghantar Proteksi Yang Berkaitan
SP (mm2)
S≤ 16 S
16<S ≤ 32 16
S>32 S/2
(Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. page 77 tabel 3.16-1)

2.4 Jatuh Tegangan


Jatuh tegangan didefinisikan sebagai perbedaan antara tegangan ujung kirim dan
tegangan ujung terima dari penyulang. Jatuh tegangan merupakan perbedaan nilai mutlak
dari tegangan ujung kirim dan tegangan ujung terima. Jatuh tegangan ini terjadi akibat
adanya impedanzi dari sistem tersebut.

25
Secara pendekatan jatuh tegangan atau ΔV adalah:

.......................... (2.4)

(untuk sistem satu fasa)................(2.5)

(untuk sistem tiga fasa)...............(2.6)


................................................(2.7)

Dimana
A = luas penampang penghantar nominal, dalam m2
I = kuat arus dalam penghantar, dalam ampere
V = rugi tegangan dalam penghantar, dalam volt
L = jarak dari permulaan penghantar hingga ujung, dalam m
Ρ = daya hantar jenis dari penghantar yang digunakan,
dalam ohm mm/m = ohm mm/m

X = reaktansi penghantar, dalam ohm


R = tahanan penghantar, dalam ohm

2.5 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011


Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 merupakan hasil revisi dari PUIL 2000.
PUIL ini sekarang telah diterbitkan dengan versi paling baru tahun 2011. BSN merilisnya
dengan judul SNI 0225:2011 tentang PUIL 2011. Kemudian sudah dilakukan lagi
amandemen 1 pada tahun 2013, sehingga judulnya sudah berubah menjadi SNI
0225:2011/Amd 1:2013. Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Manusia
(ESDM), telah mengeluarkan Permen ESDM no. 36 tahun 2014 tentang pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia 0225:2011 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2011
(PUIL 2011) dan standar nasional Indonesia 0225:2011/Amd:2013 mengenai persyaratan
umum instalasi listrik 2011 (PUIL 2011) amandemen 1 sebagai standar wajib. Peraturan
ini ditandatangani oleh menteri Sudirman Said, pada tanggal 24 Desember 2014.
Kemudian melalui siaran persnya no. 02/SJI/2015 pada tanggal 23 Januari 2015 yang
ditandatangani oleh Saleh Abdurrahman, selaku kepala pusat komunikasi publik,
menyiarkan bahwa SNI PUIL 2011 telah diberlakukan secara wajib.

26
Sebagaimana Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini ialah agar
instalasi listrik dapat dioperasikan dengan baik, untuk menjamin keselamatan manusia,
terjaminnya keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, terjaminnya keamanan
gedung serta isinya dari bahaya kebakaran, dan tercapainya tujuan dari pencahayaan yaitu
terwujudnya interior yang efisien dan nyaman

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Hotel Neo Eltari Kupang. Waktu penelitian
dijadwalkan selama 4 bulan terhitung sejak proposal ini diseminarkan yaitu pada bulan
Oktober 2020 sampai bulan Januari 2021 dengan perincian sebagai berikut.
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Oktober November Desember Januari
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Seminar Proposal dan
Perbaikan Proposal
2 Persiapan
Perlengkapan
Penelitian
3 Pengumpulan Data
dan Analisa Data
4 Penyusunan Hasil
Penelitian dan
Konsultasi Penulisan
serta Perbaikan
5 Seminar Hasil dan
Perbaikan
6 Ujian Skripsi

3.2 Jenis Dan Sumber Data


Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh
dengan melakukan pengamatan langsung pada sistem jaringan listrik, sifat dan macam
beban, sistem pengamanan, pemilihan kabel, grounding dan susut tegangan pada Hotel
Neo Eltari Kupang.

28
3.3 Analisa Data
A. Sistem Jaringan Listrik
Dari data yang diambil dapat dianalisa sistem distribusi energi listrik apa yang
digunakan di Hotel Neo Eltari Kupang, suplai listrik utama, sumber listrik
cadangan serta peralatan untuk memback up suplai listrik pada saat terjadi
perpindahan suplai listrik dari suplai listrik utama ke suplai listrik cadangan.
B. Pemilihan Kabel
Perhitungan luas penampang penghantar
Untuk menentukan seberapa besar penampang penghantar yang dibutuhkan
maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah Kemampuan Hantar Arus dari
penghantar tersebut. Berdasarkan PUIL 2000 pasal 7.3.2 dinyatakan bahwa semua
penghantar harus mampunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan arus yang
mengalir melaluinya, ialah yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan arus
maksimum yang dihitung atau ditaksir menurut pasal 4.3.2 dan 4.3.3.
Untuk analisa kabel atau penghantar didasarkan pada arus yang mengalir pada
penghantar tersebut yang dapat diketahui dengan persamaan (2.2) dan (2.3). Setelah
mendapatkan nilai arus listrik yang terpasang, selanjutnya dapat diketahui
penampang jenis yang digunakan sudah sesuai dengan PUIL 2000 atau tidak.

C. Sitem Pengaman

Untuk analisa sistem pengaman, dari data yang diperoleh akan ditentukan
apakah jenis pengaman yang digunakan pada Hotel Neo Eltari Kupang sudah
memenuhi Kualifikasi Pengaman dalam hal ini Jenis pengaman yang digunakan
sesuai dengan Kapasitas Daya yang terpasang pada beban.

D. Grounding
Setelah data dari penghantar untuk Pentanhan diproleh, akan dianalisa apakah
penghantar yang digunakan pada sistem pentanahan sudah sesuai berdasarkan
bagaimana menentukan besar kawat Grounding yang dapat dilihat pada PUIL 2000
halaman 77 Table 3.16-1 ‘Luas penampang nominal minimum penghantar
pengaman’.

29
E. Perhitungan Susut Tegangan
Perhitungan berdasar PUIL 2000 pasal 4.2.3 dinyatakan bahwa susut tegangan
antara PHB utama dan setiap titik beban tidak boleh lebih dari 5 % dari tegangan
PHB utama, bila semua penghantar instalasi dilalui arus maksimum yang
ditentukan berdasarkan pasal 4.2.3. Secara pendekatan jatuh tegangan atau ΔV
ditentukan dengan rumus (2.4) sampai ke rumus (2.7).

3.4 Alat Dan Bahan Penelitian


Peralatan atau instrumen yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Multimeter Digital

3.5 Susunan Tahap Penelitian

Mulai

PENGUMPULAN DATA
1. Data MDP dan SDP Hotel
2. Data Kabel/Penghantar
3. Pengaman
4. Data Grounding
5. Daya Listrik Beban yang
terpasang

Perhitungan Manual Rating


Pengaman, Ukuran Kabel , Susut
Tegangan.

Analisa Instalasi Listrik Pada Hotel


Neo Eltari Kupang sesuai dengan
standar PUIL 2011

Selesai

30
DAFTAR PUSTAKA

Agus Priyanto.(2007). Studi Analisis Sistem Distribusi Dan Instalasi Hotel Gran
Mahakam: Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

BSN, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011),” SNI 0225:2011/Amd
1:2013.

Eko Wahyu Pramono, Karnoto, Titik Nurhayat.(2017). Evaluasi Instalassi Listrik


pada Gedung Multi Centre of Excelent (MCE) Rumah Sakit Sultan Agung Semarang :
Program Studi Fakultas Teknik Elektro Universitas Pakuan.

Fr1ely Didit Sukardi, Abdul Zain, Arief Muliawan.(2019). Prototipe Pengaman


Peralatan Instalasi Listrik dan Tegangan Sentuh Bagi Manusia dengan ELCB ( Earth
Leakege Circuit Breaker ): Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi
Bontang (STITEK) Bontang.

Hasanulaini.(2015). Evaluasi Sistem Pentanahan Pada Gedung Kuliah 1 Teknik Sipil


Poiteknik Negeri Sriwijaya, Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

Moh Rifki Binol, Sabhan Kanata, Tri Pratiwi Handayani.(2014). Evaluasi Instalasi
Listrik Gedung Di Hotel Maqna Gorontalo, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Ichsan Gorontalo.

Panitia Revisi PUIL-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Persyaratan Umum


Instalasi Listrik. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2000.

Suhadi dkk.(2008). Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Hal 11. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.

31
32

Anda mungkin juga menyukai