Disusun Oleh :
Kelompok 1
Fuad Azhar Musiran 02311640000117
Azania Arnada Auludyah 02311745000011
Rizky Mangaratua Simatupang 02311745000033
Endlys Devira Yonando 02311745000034
Dimas Gerry Ainul Wafa 02311745000057
Asisten Pembimbing :
Mashuri 02311750010009
Menyetujui,
Asisten Pembimbing,
Mashuri
NRP. 02311750010009
Iwan Cony
NIP xxxxxxxxx
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan telur setiap tahunnya semakin meningkat, hal ini membuktikan bahwa
semakin banyak masyarakat yang mengkonsumsi telur. Namun perlu diketahui, tidak semua
telur memiliki kualitas yang bagus. Telur utuh sekalipun dapat mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik maupun tidak. Beberapa penyebab kerusakan telur dapat dikarenakan
tumbuhnya bakteri/mikroba, tempat penyimpanan pada suhu kamar, dan tercemarnya telur
oleh kotoran. Beberapa mikroba yang dapat merusak telur antara lain, Pseudomonas
(Rachmawan 2001), Aloaligenes (Moats 1980), Escherichia(Moats 1980, Coufal et al. 2003),
dan Salmonella (Coufal et al. 2003, Lu et al. 2003). Mikroba tersebut masuk ke dalam telur
melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur, baik melalui air, udara, maupun kotoran
ayam.
Kerusakan telur green rot yang disebabkan oleh Pseudomas ditandai dengan isi telur
menjadi encer, kadang-kadang dijumpai warna kehijauan, kuning telur tertutup oleh lapisan
berwarna merah jambu keputih-putihan, putih telur kadang-kadang menjadi hitam, serta telur
berbau busuk dan rasanya agak asam (Rachmawan 2001). Bakteri ini juga menyebabkan
kerusakan telur yang disebut red rot yang ditandai dengan timbulnya warna merah pada
kuning telur, putih telur menjadi encer dan berwarna keabu-abuan mendekati merah.
Aloaligenes dan Escherichia menyebabkan black rot, yaitu telur menjadi sangat busuk, isinya
berwarna coklat kehijauan, encer dan berair, serta kuning telur berwarna hitam. Kontaminasi
Salmonella terjadi jika telur tidak disimpan pada suhu rendah, bakteri ini dapat tumbuh dan
berkembang biak di dalam membran kulit, dan akan mengkontaminasi isi telur sewaktu telur
dipecahkan untuk diolah. (Coufal et al. 2003, Lu et al. 2003)
Penyimpanan terlur pada suhu kamar dapat menyebabkan telur mengalami penurunan
berat, pembesaran kantung udara di dalam telur, dan pengenceran putih dan kuning telur. Hal
tersebut mengakibatkan timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk,
timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri pembentuk warna (bintik-
bintik hijau, hitam, dan merah), dan bulukan yang disebabkan oleh kapang. Pencucian telur
dengan air tidak menjamin telur menjadi lebih awet, karena jika air pencuci yang digunakan
tidak bersih dan tercemar oleh bakteri, maka akan mempercepat terjadinya kebusukan pada
telur.
Kebusukan telur dapat menimbulkan beberapa penyakit salah satunya keracunan.
Menurut Sarwono (1995), telur segar memiliki daya simpan yang relatif pendek, jika
dibiarkan dalam udara terbuka (suhu ruang sekitar 27oC) hanya dapat bertahan kurang lebih
14 hari. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencuci telur menggunakan air bersih yang hangat
dan segera dikeringkan dan menyimpan telur utuh dalam keadaan bersih dan kering sehingga
dapat bertahan dalam kondisi baik selama 3-4 minggu. Setelah batas jangka waktu tersebut
maka akan muncul tanda-tanda kerusakan secara signifikan. Terdapat beberapa parameter
untuk mengetahui kondisi dari telur secara langsung, yaitu pH telur yang mengakibatkan bau
busuk, bentuk cangkang telur, intensitas cahaya pada telur apabila dikenai cahaya,
menimbulkan suara apabila digoyang/dikocok, posisi telur apabila direndam di air.
Selama ini untuk mengetahui kondisi telur masih dilakukan secara manual yaitu dengan
menggunakan cahaya senter yang diarahkan pada cangkang telur. Namun cara tersebut dirasa
kurang efektif dan masih terkesan subjektif. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian tentang
1
“Analisis Kondisi Telur Ayam Menggunakan Sensor LDR (Light Dependent Resistor) di
Peternakan Bapak Toha Kota Blitar”. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi telur
dengan kualitas yang baik.
1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari Final Project ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk merancang suatu alat pendeteksi kondisi telur dengan sistem fotonika
2. Untuk mengetahui parameter yang dapat menentukan kualitas telur
2
Gambar 2.1 Telur
3
2.3 Arduino UNO
Arduino Uno yang ditunjukan gambar 2 adalah papan mikrokontroler berdasarkan
ATmega328. Dalam bahasa Itali Uno berarti satu, maka peluncuran Arduino 1.0 diberi nama
Uno. Arduino ini berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, untuk
mengaktifkan cukup menghubungkannya ke komputer dengan kabel USB dengan adaptor
AC-DC atau baterai.
2.4 LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika
yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED
merupakan keluarga dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna cahaya
yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga
menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor
adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang
murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Pada percobaan kali
ini LED digunakan sebagai sumber cahaya dimana akan menyinari telur.
4
2.5 Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran
listrik menjadi getaran suara getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip
kerja buzzer hampir sama dengan loudspeaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang
terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi
elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus
dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan
kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara
bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer bisa digunakan sebagai indikator bahwa
proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm), dimana pada
percobaan kali ini buzzer digunakan sebagai indikator ketika telur dalam keadaan busuk atau
tidak layak untuk dikonsumsi
5
Tabel 3.1 Karakteristik Listrik LDR Cadmium Sulfida CdS
6
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN
Berikut merupakan serangkaian metode penelitian yang akan kami lakukan dalam
merealisasikan final project mata kuliah sistem fotonika
7
Gambar 4.1 Diagram Alir Final Project
Transformator Regulator
Dioda Penyearah Rangkaian filter
step down tegangan
Gambar 4.2 Blok diagram perancangan sistem alat pendeteksi kualitas telur
9
cahaya
Sebagai
Buzzer 2 buah 9.000 18.000
indikator
Sebagai tempat
Duplex 1 lembar 10.000 10.000
telur
Sebagai
Kabel Penghantar 5 meter 5.000 25.000
Listrik
SUB TOTAL (Rp) 275.800
DAFTAR PUSTAKA
1. http://achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/bios-logos-
Kerusakan%20Telur.pdf
2. Rachmawan O. 2001. Penanganan Telur dan Daging Unggas [terhubung berkala]
bos.fkip.uns.ac.id/pub/.../penanganan_telur_dan_daging_unggas.pdf [9 Oktober 2009]
3. Coufal CD, Chavez C, Knape KD, Carey JB. 2003. Evaluation of a Method of
Ultraviolet Light Sanitation of Broiler Hatching Eggs. J. Poultry Science 82:754–759
4. Moats WA. 1980. Classification of Bacteria from Commercial Egg Washers and
Washed and Unwashed Eggs. J. App & Envi Microbiol 40 (4): 710-714.
5. http://e-journal.uajy.ac.id/11271/3/2BL01264.pdf suwarno, 1995
10