Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
S1 pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang
PENDAHULUAN
1
diperlukannya manajemen energi disetiap properti gedung perkantoran,
sekolah, masjid, rumah tangga dan industri.
Masjid merupakan salah satu gedung atau bangunan pelayanan sosial
yang memiliki kebutuhan energi listrik untuk menjalankan kegiatan
beragama. Semakin
2
3
besar atau tinggi kontruksi masjid tersebut maka energi yang diperlukan untuk
operasional masjid akan semakin besar.
Pemilihan Masjid Raya Baiturrahman Semarang sebagai objek
penelitian, dikarenakan masjid tersebut setiap hari dilakukan kegiatan
keagamaan oleh warga semarang ataupun pelancong dari luar kota yang
berlokasi di pusat kota semarang yang memiliki kontruksi bangunan cukup
besar. Kontruksi masjid yang besar pasti memerlukan pasokan energi
terutama energi listrik yang besar juga.
Dengan demikian, diperlukannya audit konsumsi energi listrik di
Masjid Raya Baiturrahman untuk mendapatkan efisiensi energi listrik yang
tinggi guna menurunkan biaya pengeluaran untuk energi listrik di Masjid
Raya Baiturrahman.
6
6
dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah angka tersebut masuk
dalam kategori boros.
Selanjutya (Suhendar, Ervan Efendi, 2013) melakukan penelitian Audit sistem
pencahayaan dan sistem pendingin ruangan di Gedung Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cilegon pada tahun 2013, diketahui kondisi dari sistem
pencahayaan dan sistem pendingin di RSUD Cilegon masih banyak yang tidak
sesuai standar SNI maka perlu dilakukannya pergantian lampu menjadi lampu
LED dan pergantian freon refrigerant R-22 menjadi musicool M-22, dan
melakukan pergantian jenis AC standar menjadi AC Inverter. Prediksi
perhitungan penghematan konsumsi energi listrik untuk pergantian jenis lampu,
jenis refrigerant dan jenis AC dapat hemat masing – masing 64,07% ; 41,26% ;
19,6%.
Kemudian (Hadiputra, 2007) melakukan penelitian Audit Energi pada
bangunan gedung Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang pada tahun 2007 dari data
sekunder diketahui Intensitas Konsumsi Energi (IKE) rerata terhadap luasan total
untuk gedung Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang didapati nilai IKE masih
dibawah standar IKE ASEAN-USAID tahun 1992. Penghematan dapat dilakukan
dengan menggabungkan jaringan listrik Lab Central I dan Lab Central II. Biaya
yang dapat dihemat setelah jaringan listrik kedua bangunan digabungkan yaitu
sebesar lebih kurang Rp. 11.083,- per bulan.
Energy Management System (EMS) atau yang biasa disebut konsep sistem
manajemen energi adalah tata cara yang memungkinkan organisasi untuk
membangun sistem dan proses secara manajerial dan teknis untuk mengelola
penggunaan energi secara rasional dan meningkatkan kinerjanya termasuk dalam
usaha efisiensi penggunaan energi dengan tidak mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produksi atau layanan. EMS bertujuan untuk mengurangi penggunaan
energi (penghematan energi), penurunan biaya energi, hingga dapat menjadi
peluang untuk meningkatkan daya saing sebuah organisasi. (Kencana, 2013)
Pada Gambar 2.1 adalah konsep penghematan energi yang dapat dilakukan
dengan cara 3 tahap yaitu, tahap implementasi merupakan menerapkan EMS yang
dapat menghindari kenaikan penggunaan energi; tahap pengembangan yang
mengembangkan EMS hingga biaya energi semakin berkurang; dan tahap
ekspansi yang terus melakukan konsep EMS dengan baik sehingga penghematan
energi dapat berkelanjutan secara efesien.
10
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan
untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi
11
E.a.b
BCR=
c
(2.1)
Keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat, % dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang
2. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy Audit =
PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan
efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energi awal meliputi : (Rianto,
2007)
a. Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia
b. Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi beserta
alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti :
- Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang
- Meneliti adanya kebocoran
- Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja
- Mengamati gas pembuangan pembakaran
- Dan lain-lain
c. Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam
industri/pabrik atau gedung tersebut
d. Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen
energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan
energi
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran /
kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran
fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan
ringan yang harus dilakukan.
13
3. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk
mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis
rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini untuk
mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s). (Rianto, 2007)
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya
audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup
dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan
meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar
dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan
dengan menerapkan balans energi pada komponen atau sistem. (Rianto,
2007)
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen
yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh
penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara
implementasinya. (Rianto, 2007)
Jika arus listrik mengalir pada suatu penghantar yang berhambatan R, maka
sumber arus akan mengeluarkan energi pada penghantar yang bergantung pada:
- Beda potensial pada ujung-ujung penghantar(v).
- Kuat arus yang mengalir pada penghantar(i).
- Waktu atau lamanya arus mengalir (t).
Berdasarkan pernyataan diatas, dan karena harga V= R. i, maka persamaan energi
listrik dapat dirumuskan dalam bentuk :
v
Dan karena i = , maka persamaan energi listrik dapat pula dirumuskan
R
dengan,
w = i 2. R. t = V / R2 . R . t (2.4)
2 t
w= V dalam satuan waktu – detik (2.5)
R
Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan berubah
menjadi panas (kalor) pada penghantar. Besar energi listrik yang berubah menjadi
panas (kalor) dapat dirumuskan : (Watiningsih, Kholistianingsih and Broto
Atmadi, 2014)
Jika V, i, R, dan t masing-masing dalam volt, ampere, ohm, dan detik, maka panas
(kalor) dinyatakan dalam kalori. Konstanta 0,24 didapat dari percobaan joule, di
dalam percobaan Joule menggunakan rangkaian alat yang terdiri atas kalorimeter
yang berisi air serta penghantar yang berarus listrik. Jika dalam percobaan arus
listrik dialirkan pada penghantar dalam waktu t detik, ternyata kalor yang terjadi
karena arus listrik berbanding lurus beda potensial, kuat arus yang mengalir dan
waktu arus mengalir ke beban.
Pada gambar 2.2, jika terminal atau kutub A mempunyai potensial lebih tinggi
daripada petensial di terminal atau kutub B maka ada dua istilah yang seringkali di
pakai pada rangkaian listrik, yaitu :
1. Tegangan turun / voltage drop
16
Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah dalam
hal ini dari terminal A ke terminal B.
2. Tegangan naik / voltage rise
Jika dipandang dari ptensial lebih rendah ke potensial lebih tinggi dalam
hal ini dari terminal B ke terminal A.
Maka jika beda potensial antara kedua titik tersebut adalah sebesar 5 Volt, maka
VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt
Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif. Arah arus
searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah
aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan
elektron dan menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain.
Coulomb adalah unit dasar dari International System of Units (SI) yang digunakan
untuk mengukur muatan listrik. (Ramdhani, 2005)
dq
Secara matematis arus didefinisikan : i= (2.10)
dt
Satuannya : Ampere (A)
Dalam teori rangkaian arus merupakan pergerakan muatan positif. Ketika terjadi
beda potensial disuatu elemen atau komponen maka akan muncul arus dimana
arah arus positif mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dan arah arus
negatif mengalir sebaliknya.(Ramdhani, 2005)
Dari satuan daya munculah satuan energi lain yaitu : Jika daya dinyatakan dalam
Kilowatt (kW) dan dalam satuan jam, maka satuan energi adalah Kilowatt jam
atau Kilowatt-hour (kWh). (Watiningsih, Kholistianingsih and Broto Atmadi,
2014)
Dalam satuan International (SI), satuan daya adalah watt (W) atau setara joule per
detik (J/sec). Daya listrik juga diekspresikan dalam watt (W) atau kilowatt (kW).
Konversi antara satuan HP dan watt, dinyatakan dengan formula sebagai berikut :
1 HP = 746 W = 0,746 kW
1 kW = 1,34 HP
Untuk rumus daya aktif, reaktif dan daya semu pada saluran 3 fasa adalah :
S(3 fasa) = V L × I L (VA) (2.18)
P(3 fasa) = V L × I L ×cos φ L (W) (2.19)
Q(3 fasa) = V L × I L ×sin φL (VAR) (2.20)
Keterangan :
S = Daya semu (VoltAmpere)
P = Daya aktif (Watt)
Q = Daya reaktif (Var)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
VL = Tegangan line (Volt)
IL = Arus line (Ampere)
Faktor daya sering disebut cos phi (cos φ). Phi (φ) adalah sudut antara daya aktif
(P) dengan daya nyata (S). Jika perbandingan antara daya aktif (P) dengan daya
nyata (S) lebih kecil daripada 0,85 maka PLN akan mengenakan denda. Semakin
rendah faktor daya (kurang dari tetapan cos φ = 0,85 maka semakin besar biaya
yang dibebankan kepada konsumen. Daya aktif yang dikonsumsi pelanggan
21
dicatat dengan kWh meter, sementara itu, untuk mengukur daya reaktif pelanggan
industri menggunakan kVARh meter.
Gambar 2.4 Arus, Tegangan dan GGL Induksi-Diri pada Beban Induktif
3. Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian kapasitor.
Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini
menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif (kVAR).Arus
mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan :
XC = 1 / 2πfC (2.23)
Gambar 2.5 Arus, Tegangan dan GGL Induksi-Diri pada Beban Kapasitif
5. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Kantor Pemerintah dan penerangan jalan
umum
Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua komponen, yaitu
1. Biaya Awal
Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali,
maka konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya
penyambungan dan biaya jaminan listrik. (Jufri, 2008)
2. Biaya Perbulan (Pemakaian)
Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap
bulan, biaya ini terdiri atas : (Jufri, 2008)
a. Biaya beban (Abonemen)
b. Biaya pemakaian (kWh)
c. Biaya kelebihan pemakaian kVarh
d. Biaya pemakaian trafo (jika ada)
e. Biaya lain-lain yang terdiri dari :
- Biaya Pajak Penerangan Jalan
- Biaya Materai
- Biaya Pajak Pertambahan Nilai
3163133313136661
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan nilai komsumsi energi
listrik pada Masjid Baiturrahman Semarang yang akan didapatkan peluang
penghematan guna menghemat pemakaian energi. Nilai untuk bahan acuan
penghematan energi adalah dengan cara mengukur besar energi dari pengamatan
langsung terhadap beban listrik sesuai waktu penggunan dan juga dari pengukuran
energi di panel MDP dengan alat ukur Clamp On Power Hitester 3286-20.
Proses pengamatan langsung disini di lakukan pada setiap waktu agar bisa
didapatkan data yang akurat terhadap jam penyalaan beban. Dan untuk
mendapatkan nilai beban dilakukannya wawancara terhadap pengurus masjid
yang mengerti dan paham atas nilai nilai daya setiap beban.
Perlu diketahui bahwa proses pengukuran energi melalui panel MDP
menggunakan alat ukut Clamp On Power Hitester 3286-20 dimana pada alat ukur
tersebut telah mencakup besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus, daya semu,
daya reaktif dan faktor daya dalam satu perangkat tanpa memutus jalur kabel yang
akan diukur. Waktu pengukuran juga ditentukan sesuai waktu aktif penggunaan
energi listrik di masjid Baiturrahman yaitu di waktu solat Dhuzur dan juga di
waktu solat Maghrib dikarenakan di waktu solat tersebut bertepatan dengan waktu
jam kerja, waktu jam sekolah dan juga penggunaan lampu di malam hari.
23
25
Mul
ai
Observasi Lapangan
Pengambilan data :
Mencari Data historis pembayaran listrik
Mencari Titik Beban
Mencari Data jam nyala
Mencari Data pengukuran di panel MDP
Selesai
Bagian utama tersebut didasari karena memiliki satu nomor rekening listrik
yang menjadi salah satu acuan penelitian ini.
Pengukuran daya listrik ini berguna sebagai acuan penulis untuk mengetahui
dan pembanding nilai pemakaian energi listrik di Masjid Raya Baiturrahman
Semarang. Waktu pengukuran dalam sehari adalah 2 waktu, yaitu saat waktu
solat Dhuhur dan solat Maghrib dikarenakan potensi pemakaian puncak
terdapat di waktu tersebut dan dilakukan selama 14 hari.
5. Perhitungan Daya
Perhitungan dengan data yang di dapatkan yaitu besar daya setiap beban dan
waktu penyalaan beban guna mendapatkan besar daya kesuluruhan dengan
menggunakan persamaan rumus 2.16 menurut nameplate dan jam nyala beban
dan sesuai pembagian kelompok beban atau lokasi beban.
28
P = V x I x Cos φ (W)
Setelah didapat total kebutuhan daya dalam sehari, maka nilai tersebut
dikalikan 30 hari guna mendapatkan nilai daya dalam sebulan.
Nilai tersebut selanjutnya di analisa dengan cara dibandingkan dengan nilai
energi acuan yaitu energi yang telah dibayarkan sesuai dari data historis
pembayaran listrik sebulan.
MCB Clamp
380 V
on
KWh
Power
Meter
AC Histester
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari perhitungan energi listrik yang
dihasilkan oleh Masjid Raya Baiturrahman selama sebulan dan mengacu pada
rekening listrik dari bulan Januari 2018 sampai dengan Juli 2018 yang selanjutnya
akan dilakukan analisa peluang penghematan yang bisa di terapkan di Masjid
Raya Baiturrahman.
Pada tabel 4.1 adalah kebutuhan listrik dari KWh meter yang terdiri dari
kebutuhan listrik Masjid Raya Baiturrahman, Kantor sekretariat YPKPI dan KB
TK Isriati 1,
29
32
Pada perhitungan diatas durasi jam penyalaan diasumsikan 13 jam yaitu dari
pukul 04.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB di karenakan jam tersebut adalah
waktu awal aktifitas yang rata rata beban digunakan untuk peralatan perkantoran
seperti komputer, pendingin ruangan dan beberapa pencahayaan di lingkungan
Masjid Raya Baiturrahman sampai dengan waktu selesai aktifitias perkantoran
sekretariat YPKPI dan sekolah di KB TK Isriati I.
Sedangkan dari tabel 4.4 dilakukan perhitungan total KWh dalam sehari pada
hari jumat 21 September untuk waktu malam hari dengan cara sebagai berikut dan
merujuk terhadap rumus (2.15) :
( V R × I R ×cos φR )+ ( V S × I S × cos φ S ) +¿
Total Daya
( P )=¿
( V T × I T × cos φT ) ¿
P = ((380V × 41,4A × 0,71) + (381V × 27,6A ×
0,68) +
(380V × 28,5A × 0,71))
P = 25.720 W
P = 25,72 KW
Pada perhitungan diatas durasi jam penyalaan diasumsikan 6 jam yaitu dari
pukul 17.00 WIB sampai dengan 23.00 WIB di karenakan jam tersebut adalah
waktu penyalaan titik beban yang rata rata digunakan untuk pencahayaan di
lingkungan Masjid Raya Baiturrahman
Dari perhitungan tersebut didapat besar daya dalam sehari pada hari jumat 21
September dari hasil pengukuran, yaitu :
34
Selanjutnya dari nilai daya sehari dicari besar daya dalam 30 hari dalam
sebulan. Jadi besar daya dalam sebulan adalah :
Nilai KWh Sebulan = Nilai KWh sebulan × 30 hari
= 343,30 × 30
= 10.299 KWh
Perhitungan besar KWh ini berbeda dengan jumlah rata rata daya yang
terdapat pada rekening pembayaran dalam setiap bulannya dikarenakan adanya
perubahan cos phi yang tidak menentu yang tidak terekam oleh alat ukur dalam
setiap waktunya. Perhitungan dari selisih besar daya dari rekening pembayaran
dengan nilai pengukuran tersebut mendapatkan nilai eror sebesar 13,09 %.
Masjid Raya Baiturrahman. Waktu Aktif di bagi menjadi 2 bagian waktu yaitu
siang dan malam.
3163133313131
34
Tabel 4.3 Pengukuran daya aktif, daya semu dan tegangan Masjid Raya Baiturrahman saat siang
WAKTU P (KWatt) S (KVA) V(Volt) I (Ampere) Cos Phi TOTAL Durasi jam
HARI KWH
JAM R S T R S T R S T R S T R S T DAYA nyala sehari
JUMAT, 21
12.30 9,60 4,10 3,30 13,4 5,8 16,0 387 390 392 35,9 14,9 14,7 0,68 0,71 0,36 17,00 13 221,00
SEPT SIANG
sabtu, 22 sept
13.00 10,59 4,83 2,96 13,9 6,4 7,3 379 376 380 36,8 17,8 18,8 0,77 0,72 0,41 18,38 13 238,94
siang
senin, 24 sept
11.00 6,45 4,67 4,33 11,3 6,7 7,1 376 376 377 29,9 18,3 19,0 0,55 0,68 0,60 15,45 13 200,85
siang
rabu, 26 sept
11.00 7,01 3,69 3,20 9,6 4,7 7,2 379 379 379 25,2 12,5 18,8 13,90 13 180,74
siang
Kamis, 27 Sept
10.00 6,07 3,90 2,65 8,3 5,0 5,9 376 376 380 22,0 13,3 15,5 12,61 13 163,99
Siang
Jumat, 28 Sept
12.00 10,99 4,31 4,21 15,2 5,2 6,7 377 376 378 40,1 13,5 17,8 0,72 0,85 0,57 19,51 13 253,63
Siang
Jumat, 5
12.00 11,20 4,24 4,23 14,1 5,7 6,1 387 389 392 36,1 14,5 15,3 0,78 0,69 0,68 19,67 13 255,71
Oktober Siang
Minggu, 7
13.00 7,86 4,02 4,88 9,6 4,7 7,2 379 380 380 25,2 12,5 18,8 0,81 0,75 0,65 16,76 13 217,88
Oktober Siang
Senin, 8
12.30 12,01 3,99 1,50 15,1 4,4 7,8 385 383 383 33,3 11,5 20,3 0,77 0,90 0,18 17,50 13 227,50
Oktober siang
Selasa, 9
13.00 8,44 3,97 3,87 11,5 5,1 8,6 380 380 384 30,6 13,0 22,4 16,28 13 211,63
Oktober Siang
Senin, 15
13.00 9,10 5,45 1,99 11,5 5,7 9,3 382 383 383 28,8 15,1 25,1 0,79 0,93 0,15 16,54 13 215,02
Oktober siang
RATA2
216,99
KWH Siang
37
Tabel 4.4 Pengukuran daya aktif, daya semu dan tegangan Masjid Raya Baiturrahman saat malam
SL / LHE LED
Besar Besar
Besar Besar
watt Watt
lumen Lumen
lampu lampu
8 520 580 6
14 910 1055 10,5
18 1170 1360 12
27 1755 1800 14,5
45 2925 3000 23
52 3380 4000 33
200 13000 - -
Tabel 4.6 Perbandingan besar lumen lampu neon yang terpasang dengan lampu LED
TL LED Tube
40
Besar Besar
Besar Besar
watt Watt
lumen Lumen
lampu lampu
20 1440 1600 14,5
28 2016 2100 20
32 2304 2900 23
40 2880 2900 23
45 3240 3400 25
Tabel 4.7 Rekap perhitungan beban selama sebulan sebelum dan setelah pergantian dengan lampu
LED
Total Daya Sebelum Total Daya Sesudah
No Lokasi Pergantian Selama Pergantian Selama
Sebulan (KWh) Sebulan (KWh)
1 Masjid 3753,33 3176,46
2 Aula 1418,62 1119,96
3 Kantor Sekretariat YPKPI 1512,8 1434,75
4 KB TK Isriati 1 2530,84 2385,08
Total KWh 9215,58 8116,26
41
Tabel 4.8 Jumlah pergantian lampu sesuai besar watt lampu pada Masjid
Pergantian Lampu Pada Masjid
Besar Watt Lampu Jumlah Pergantian Lampu
14 3
18 297
LHE 27 102
45 38
52 2
28 10
TL
40 146
Tabel 4.9 Jumlah pergantian lampu sesuai besar watt lampu pada Kantor Sekretariat YPKPI
Pergantian Lampu Pada Kantor Sekretariat YPKPI
Besar Watt Lampu Jumlah Pergantian Lampu
8 1
LHE 18 2
27 12
20 12
TL 28 5
32 2
Tabel 4.10 Jumlah pergantian lampu sesuai besar watt lampu pada KB TK Isriati
Pergantian Lampu Pada KB TK Isriati
Besar Watt Lampu Jumlah Pergantian Lampu
18 16
LHE 27 6
45 14
20 19
TL 28 28
45 45
42
BAB V
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam audit
konsumsi energi listrik di Masjid Raya Baiturrahman Semarang dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Besar komsumsi energi listrik yang dihasilkan Masjid Raya
Baiturrahman Semarang dari hasil pengamatan langsung sebesar 9215,58
KWh dalam sebulan
2. Hasil rata-rata pengukuran daya dari data yang didapatkan selama
sebulan sebesar 10.299 KWh dan hasil besar daya dari pengamatan
langsung selama sebulan sebesar 9215,58 KWh. Persentase selisih besar
daya yang didapatkan dari rekening listrik PLN dengan pengukuran daya
sebesar 13,09% dan persentase selisih besar daya dari pengamatan
langsung dengan besar daya yang didapatkan dari rekening listrik PLN
sebesar 22,24%.
3. Peluang penghematan yang dilakukan di Masjid Raya Baiturrahman
Semarang yakni melakukan pergantian lampu LHE dengan lampu LED
dan pergantian lampu neon dengan lampu LED tube akan menghasilkan
besar energi sebesar 8116,257 KWh. Dari pergantian lampu tersebut
didapatkan penghematan sebesar 1099,32 KWh atau sebesar 11,92 %
3.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukannya perbaikan faktor daya guna mengurangi biaya
listrik sebab daya reaktif adalah daya yang tidak termanfaatkan akibat
kecilnya faktor daya yang dihasilkan dan daya yang dibayarkan tidak
sama dengan daya yang dimanfaatkan.
2. Penggunaan alat alat listrik yang sudah tidak digunakan harap dimatikan
agar tidak terjadi pemborosan energi
40
44
DAFTAR PUSTAKA
Efficiency and Cost Saving Course. Bandung: PT. Fiqry Jaya Mandiri.
[2] Amrullah, H. (2017) Pemanfaatan dan Konservasi Energi, Manajemen
Energi, Analisis Energi dan Audit Energi. Yogyakarta.
[3] Biantoro, A. W. and Permana, D. S. (2017) ‘Analisis Audit Energi Untuk
Pencapaian Efisiensi Energi’, 06, pp. 24–32.
[4] Effendi, A. and Miftahul (2016) ‘Evaluasi Intensitas Konsumsi Energi
Listrik Melalui Audit’, 5(2252), pp. 103–107.
[5] Hadiputra, H. R. (2007) ‘Audit Energi Pada Bangunin Gedung Rumah
Sakit Dr . Karyadi Semarang’, pp. 1–18.
[6] Jufri, F. H. (2008) ‘Konservasi Energi Listrik Pada Industri Baja dengan
Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Daya Listrik’, p. 121.
[7] Kencana, B. (2013) Sistem Manajemen Energi ( SME ) Energy
Management System ( EnMS ) Hotel Benchmarking Tools and Strategic.
Jakarta: USAID - Indonesia Clean Energy Development Project.
[8] Menteri ESDM Republik Indonesia (2014) ‘Peraturan Menteri ESDM
No.09 Tahun 2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh
PT. PLN.pdf’. Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
[9] Nasional, B. S. (2011) ‘Prosedur audit energi’.
[10] Presiden Republik Indonesia (2011) Instruksi Presiden Republik
Indonesia tentang Penghematan Energi dan Air. Indonesia.
[11] Ramdhani, M. (2005) Rangkaian Listrik, Revisi Rangkaian Listrik.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. doi:
10.1145/299649.299715.
[12] Rianto, A. (2007) ‘Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan
Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika
Premiere Semarang’, p. 99.
[13] Salpanio, R., Warsito, A. and Winardi, B. (2007) ‘Audit Energi Listrik
Pada Gedung Kampus Undip Pleburan Semarang’, Transmisi, 9(2), pp.
181–190. doi: 10.12777/transmisi.9.2.181-190.
[14] Suhendar, Ervan Efendi, H. (2013) ‘Audit Sistem Pencahayaan dan
Sistem Pendingin Ruangan di Gedung Rumah Sakit Umum Daerah
( RSUD ) Cilegon’, Setrum, 2(2), pp. 21–27.
[15] Teknik Audit Energi (2006). Depok: Pusat Studi Teknologi dan Informasi
Ketenagalistrikan (PSTIK) UI.
[16] Trimunandar, C. (2005) ‘Audit Energi untuk Efisiensi Listrik di Gedung
B Universitas Dian Nuswantoro Semarang’, pp. 1–7.
46
LAMPIRAN
47