Anda di halaman 1dari 48

3163133313136661

LAPORAN TUGAS AKHIR

AUDIT KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI MASJID RAYA


BAITURRAHMAN SEMARANG

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
S1 pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang

AHMAD HISYAM ARIF


30601401528

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia telah
menghasilkan berbagai penemuan baru, antara lain peralatan-peralatan
elektronik. Penggunaan alat-alat listrik dalam kehidupan sehari-hari sangat
praktis dan efektif. Namun semakin banyak peralatan elektronik
digunakan di masyarakat juga menyebabkan konsumsi energi listrik juga
meningkat. Peningkatan konsumsi energi listrik ini tidak sebanding dengan
jumlah pasokan listrik dari pusat pembangkit.
Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah
dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun
permintaan akan energi listrik semakin meningkat. Akibat tidak adanya
keseimbangan pemenuhan (demand) dan penyediaan rawan menimbulkan
terjadinya krisis energi listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada
terhambatnya roda perekonomian masyarakat. Untuk itu maka diperlukan
managemen energi listrik agar penggunaan dan penyediaan energi listrik
tersebut dapat berjalan secara efektif. Langkah dan upaya penghematan
energi, khususnya energi listrik mendapat dukungan nyata pemerintah
dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2011 Tentang Penghematan energi dan air. Didalamnya dinyatakan
bahwa dalam upaya penghematan energi khususnya energi listrik,
diperlukan managemen energi agar pemanfaatannya menjadi lebih efisien
(Presiden Republik Indonesia, 2011).
Penggunaan lampu LED di properti di Indonesia yang masih minim
juga berdampak dengan sulitnya upaya penghematan energi listrik
termasuk juga didalamnya masjid masjid besar di Indonesia. Maka

1
diperlukannya manajemen energi disetiap properti gedung perkantoran,
sekolah, masjid, rumah tangga dan industri.
Masjid merupakan salah satu gedung atau bangunan pelayanan sosial
yang memiliki kebutuhan energi listrik untuk menjalankan kegiatan
beragama. Semakin

2
3

besar atau tinggi kontruksi masjid tersebut maka energi yang diperlukan untuk
operasional masjid akan semakin besar.
Pemilihan Masjid Raya Baiturrahman Semarang sebagai objek
penelitian, dikarenakan masjid tersebut setiap hari dilakukan kegiatan
keagamaan oleh warga semarang ataupun pelancong dari luar kota yang
berlokasi di pusat kota semarang yang memiliki kontruksi bangunan cukup
besar. Kontruksi masjid yang besar pasti memerlukan pasokan energi
terutama energi listrik yang besar juga.
Dengan demikian, diperlukannya audit konsumsi energi listrik di
Masjid Raya Baiturrahman untuk mendapatkan efisiensi energi listrik yang
tinggi guna menurunkan biaya pengeluaran untuk energi listrik di Masjid
Raya Baiturrahman.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam audit konsumsi energi listrik di Masjid Raya Baiturrahman Semarang,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan-pemilihan
pengoptimalan konsumsi energi listrik. Sehingga beberapa masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini, antara lain:
1. Berapa besar konsumsi energi listrik dalam sebulan yang dihasilkan
Masjid Raya Baiturrahman Semarang?
2. Apakah besar konsumsi energi listrik yang dihasilkan Masjid Raya
Baiturrahman Semarang hasil pengukuran dan pengamatan sama dengan
nilai energi yang terhitung oleh KWH meter PLN?
3. Bagaimana peluang penghematan energi listrik Masjid Raya Baiturrahman
Semarang?

1.3. Batasan Masalah


Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan pada tugas akhir ini
maka penulis akan membatasi masalah pada:
1. Perhitungan penggunaan energi listrik yang dilakukan ialah semua beban
listrik yang terdapat di Masjid Raya Baiturrahman Semarang
2. Perbandingan perhitungan total daya secara nameplate dan perhitungan
total daya secara aktual di Masjid Raya Baiturrahman Semarang.
3. Biaya listrik total Masjid Raya Baiturrahman Semarang dalam 6 bulan
terakhir mulai dari februari 2018 hingga Juli 2018.
4

4. Perhitungan penggunaan energi listrik hanya mengacu pada satu rekening


listrik yang terkait dengan rekening listrik Masjid Raya Baiturrahman
Semarang yang di dalamnya termasuk Menara Baiturrahman dan KB -
TK HJ. Isriati 1

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besar konsumsi energi listrik dalam sebulan yang dihasilkan
Masjid Raya Baiturrahman Semarang
2. Mengetahui besar konsumsi energi listrik yang dihasilkan Masjid Raya
Baiturrahman Semarang hasil pengukuran dan pengamatan sama dengan
nilai energi yang terhitung oleh KWH meter PLN
3. Memperoleh peluang penghematan energi listrik Masjid Raya
Baiturrahman Semarang

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai uraian latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka dari beberapa
jurnal penelitian, teori mengenai konsep dan prinsip audit energi
dan pengukuran daya, perhitungan daya dan pengukuran daya 3
fasa bangunan yang dapat mendukung memecahkan
permasalahan tugas akhir.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Pada bab ini membahas mengenai metode atau langkah kerja,
peralatan atau objek yang digunakan dan data data pendukung
yang digunakan pada tugas akhir ini.
BAB IV : HASIL DAN ANALISA
Pada bab ini membahas mengenai hasil dari perhitungan,
pengukuran konsumsi energi Masjid Raya Baiturrahman untuk
5

kemudian di analisa untuk mendapatkan peluang penghematan


terhadap konsumsi energi Masjid Raya Baiturrahman.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini akan membahas mengenai kesimpulan yang
didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
dianalisa serta saran yang berguna untuk penyempurnaan
penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Sejumlah penelitian mengenai audit energi listrik pada bangunan gedung di
Indonesia yang telah dilakukan oleh peneliti diantaranya yaitu :
(Salpanio, Warsito and Winardi, 2007) dalam penelitiannya tentang audit
energi listrik pada gedung kampus Undip Pleburan Semarang, pada tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan energi listrik setiap pelanggan
di gedung kampus sebagian termasuk kriteria efisien. Penelitian ini dilakukan
dengan menghitung nilai penggunaan energi pada masing-masing ruangan yang
ada di gedung kampus sehingga penelitian ini membutuhkan implementasi dan
pengamatan langsung di lapangan.
Selanjutnya (Effendi and Miftahul, 2016) melakukan penelitian mengenai
IKE atau intensitas konsumsi energi listrik merupakan istilah yang digunakan
untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan).
Nilai IKE ini diketahui dengan membandingkan total penggunaan energi listrik
dengan luas bangunan gedung. Proses evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan
data historis gedung RSJ. Prof. HB. Saanin Padang berupa data luas bangunan
gedung, data penggunaan energi listrik, serta anggaran yang dikeluarkan untuk
kebutuhan energi listrik. Dari hasil perhitungan, Nilai IKE Listrik tahun 2013
adalah sebesar 155,857 kWh/ m2 per tahun, nilai IKE tahun 2014 adalah 29,291
kWh/ m2 per tahun, dan tahun 2015 adalah 33,216 kWh/ m2 per tahun. Hasil ini
termasuk kategori efisien karena tidak melewati standar IKE listrik untuk gedung
rumah sakit sebesar 380 kWh/ m2 per tahun.
Kemudian (Trimunandar, 2005) dalam penelitian Audit energi di Gedung B
Kampus Dian Nuswantoro, Semarang pada tahun 2013. Dari hasil audit, diketahui
bahwa intensitas konsumsi energi pendingin atau AC Universitas berada di angka
23,10 kwh/m² dan pada pencahayaan pemakaian energi sebesar 25,04 kWh hanya
dapat memberikan pencahayaan rata-rata tiap ruang sebesar 114,76 E (lux). Sesuai

6
6

dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah angka tersebut masuk
dalam kategori boros.
Selanjutya (Suhendar, Ervan Efendi, 2013) melakukan penelitian Audit sistem
pencahayaan dan sistem pendingin ruangan di Gedung Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cilegon pada tahun 2013, diketahui kondisi dari sistem
pencahayaan dan sistem pendingin di RSUD Cilegon masih banyak yang tidak
sesuai standar SNI maka perlu dilakukannya pergantian lampu menjadi lampu
LED dan pergantian freon refrigerant R-22 menjadi musicool M-22, dan
melakukan pergantian jenis AC standar menjadi AC Inverter. Prediksi
perhitungan penghematan konsumsi energi listrik untuk pergantian jenis lampu,
jenis refrigerant dan jenis AC dapat hemat masing – masing 64,07% ; 41,26% ;
19,6%.
Kemudian (Hadiputra, 2007) melakukan penelitian Audit Energi pada
bangunan gedung Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang pada tahun 2007 dari data
sekunder diketahui Intensitas Konsumsi Energi (IKE) rerata terhadap luasan total
untuk gedung Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang didapati nilai IKE masih
dibawah standar IKE ASEAN-USAID tahun 1992. Penghematan dapat dilakukan
dengan menggabungkan jaringan listrik Lab Central I dan Lab Central II. Biaya
yang dapat dihemat setelah jaringan listrik kedua bangunan digabungkan yaitu
sebesar lebih kurang Rp. 11.083,- per bulan.

2.2. Konservasi Energi


Penghematan energi atau konservasi energi merupakan upaya mengurangi
jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
menggunakan energi lebih sedikit, ataupun mengurangi konsumsi dan kegiatan
yang menggunakan energi. Penghematan energi berdampak positif terhadap faktor
lingkungan maupun ekonomi, baik berupa berkurangnya polusi di lingkungan
yang disebabkan oleh pemakaiaan energi dan juga pengurangan biaya yang
digunakan ketika mengonsumsi energi.
Penghematan energi dan penggunaan energi secukupnya wajib dilakukan
oleh semua kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi bumi yang semakin
8

tua dan menipisnya persediaan energi yang diperlukan. Di masa mendatang,


kemajuan teknologi membutuhkan energi yang besar, sehingga penghematan
energi merupakan hal yang harus dilakukan dari sekarang.
Energi konvensional merupakan energi yang tidak dapat diperbarui,
sehingga agar keberadaanya akan tetap eksis harus dilakukan penghematan energi.
Hal-hal kecil yang dapat kita lakukan untuk menghemat energi, seperti :
(Amrullah, 2017)
- Mematikan segala alat elektronik yang tidak dipakai
- Memilih alat elektronik yang memiliki konsumsi energi yang kecil
- Tidak menggunakan kendaraan apabila jarak yang ditempuh dekat
- Menggunakan energi terbarukan yang tersedia

2.3. Manajemen Energi


Manajemen energi didefinisikan sebagai pendekatan sistematis dan terpadu
untuk melaksanakan pemanfaatan sumber daya energi secara efektif, efisien dan
rasional tanpa mengurangi kuantitas maupun kualitas fungsi utama gedung.
Langkah pelaksanaan manajemen energi yang paling awal adalah audit energi.
Audit energi ini meliputi analisis profil penggunaan energi, mengidentifikasi
pemborosan energi dan menyusun langkah pencegahan. Dengan audit energi,
dapat diperkirakan energi yang akan dikonsumsi sehingga dapat diketahui
penghematan yang bisa dilakukan (Hilmawan, 2009).
Bangunan gedung merupakan salah satu sektor negara dengan konsumsi
energi 23% dari konsumsi energi total seluruh sektor (Saptono, 2010). Konsumsi
energi kategori bangunan gedung di negara Indonesia masih tergolong boros,
dikarenakan berbagai hal baik secara teknis maupun non teknis. Secara teknis
berasal dari banyaknya pemakaian alat-alat pengkonsumsi energi listrik teknologi
tinggi yang pada umumnya menggunakan piranti elektronika dan masih
menggunakan alat-alat listrik yang boros energi. Adapun secara non teknis adalah
berasal dari perilaku konsumen PLN yang mengabaikan aspek-aspek hemat energi
sederhana, seperti memakai energi listrik secara berlebihan, buruk dalam
menggunakan alat-alat listrik dan banyak lagi yang lain.
9

2.3.1. Energy Management System

Energy Management System (EMS) atau yang biasa disebut konsep sistem
manajemen energi adalah tata cara yang memungkinkan organisasi untuk
membangun sistem dan proses secara manajerial dan teknis untuk mengelola
penggunaan energi secara rasional dan meningkatkan kinerjanya termasuk dalam
usaha efisiensi penggunaan energi dengan tidak mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produksi atau layanan. EMS bertujuan untuk mengurangi penggunaan
energi (penghematan energi), penurunan biaya energi, hingga dapat menjadi
peluang untuk meningkatkan daya saing sebuah organisasi. (Kencana, 2013)

Gambar 2.1 Konsep Penghematan Energi dengan EMS (Kencana, 2013)

Pada Gambar 2.1 adalah konsep penghematan energi yang dapat dilakukan
dengan cara 3 tahap yaitu, tahap implementasi merupakan menerapkan EMS yang
dapat menghindari kenaikan penggunaan energi; tahap pengembangan yang
mengembangkan EMS hingga biaya energi semakin berkurang; dan tahap
ekspansi yang terus melakukan konsep EMS dengan baik sehingga penghematan
energi dapat berkelanjutan secara efesien.
10

2.3.2. Audit Energi Listrik


Audit energi yang paling mudah dilakukan adalah pada penggunaan listrik suatu
bangunan. Data yang dibutuhkan adalah luas total bangunan, tingkat pencahayaan
ruang, intensitas daya terpasang, konsumsi energi, juga biaya energi bangunan.
Dari prosedur audit yang telah dilakukan selama ini, ada sejumlah aksi yang
direkomendasikan. Misalnya dengan menseting thermostat ke angka tertentu
untuk mendapatkan penghematan pada suatu ruangan dengan AC. Atau langkah
sederhana lain, mengganti lampu pijar dengan lampu fluorescence bisa menekan
15-20 persen penggunaan listrik, Menurut Magdalena ( didalam tulisan Biantoro
& Permana 2017).
Mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 6196:2011, audit energi dibagi
menjadi tiga jenis yaitu audit energi singkat, audit energi awal, dan audit energi
rinci (Nasional, 2011). Pada penelitian ini, jenis audit yang dilakukan adalah audit
energi rinci yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan
gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran lengkap, perhitungan IKE dan
kecenderungannya, potensi penghematan energi, analisis teknis dan finansial.
Audit merupakan bagian dalam melakukan konservasi energi. Audit energi listrik
adalah suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
pemakaian energi listrik di suatu tempat. Tahapan audit energi adalah sebagai
berikut :(Teknik Audit Energi, 2006)
- Survey data lapangan dan pengukuran
- Analisis peluang penghematan
- Analisa keuangan
- Implementasi proyek audit
- Evaluasi dan perkembangan proyek

Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan
untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi
11

selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat


dilakukan. (Abdurarachim et al., 2002)
2.3.3. Konsep Audit Energi
Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk meidentifikasaikan
jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu
industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara
mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi.
Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit
Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim et al., 2002)

E.a.b
BCR=
c
(2.1)
Keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat, % dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang

2.3.4. Jenis Audit Energi


1. Survei Energi (Energy Survey or Walkthrough audit)
Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit hanya
dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar. Tujuan
dari survei energi adalah : (Rianto, 2007)
a. Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang
mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan energi (Energi Conservasi Oppurtunity = ECO)
b. Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal.
Pada survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan
orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada
12

beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut kemudian


dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik pemakaian
energi pada suatu industri, pabrik atau gedung. Hasil laporan hanya
berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-bagian yang perlu
dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal penggunaan
energinya.

2. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy Audit =
PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan
efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energi awal meliputi : (Rianto,
2007)
a. Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia
b. Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi beserta
alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti :
- Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang
- Meneliti adanya kebocoran
- Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja
- Mengamati gas pembuangan pembakaran
- Dan lain-lain
c. Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam
industri/pabrik atau gedung tersebut
d. Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen
energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan
energi
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran /
kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran
fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan
ringan yang harus dilakukan.
13

3. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk
mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis
rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini untuk
mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s). (Rianto, 2007)
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya
audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup
dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan
meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar
dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan
dengan menerapkan balans energi pada komponen atau sistem. (Rianto,
2007)
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen
yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh
penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara
implementasinya. (Rianto, 2007)

2.4. Konsep Energi Listrik


2.4.1. Energi Listrik
Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber arus.
Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, Misalnya : (Watiningsih,
Kholistianingsih and Broto Atmadi, 2014)
- Energi listrik menjadi energi kalor/panas, contoh seterika, solder, dan
kompor listrik.
- Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.
- Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor listrik.
- Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,
peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain.
14

Jika arus listrik mengalir pada suatu penghantar yang berhambatan R, maka
sumber arus akan mengeluarkan energi pada penghantar yang bergantung pada:
- Beda potensial pada ujung-ujung penghantar(v).
- Kuat arus yang mengalir pada penghantar(i).
- Waktu atau lamanya arus mengalir (t).
Berdasarkan pernyataan diatas, dan karena harga V= R. i, maka persamaan energi
listrik dapat dirumuskan dalam bentuk :

w = v.i.t = ( R.i ) .i.t (2.2)


w = i 2. R. t dalam satuan waktu – detik (2.3)

v
Dan karena i = , maka persamaan energi listrik dapat pula dirumuskan
R
dengan,
w = i 2. R. t = V / R2 . R . t (2.4)
2 t
w= V dalam satuan waktu – detik (2.5)
R

Keuntungan menggunakan energi listrik :


a. Mudah diubah menjadi bentuk energi lain.
b. Mudah ditransmisikan.
c. Tidak banyak menimbulkan polusi/pencemaran lingkungan.

Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan berubah
menjadi panas (kalor) pada penghantar. Besar energi listrik yang berubah menjadi
panas (kalor) dapat dirumuskan : (Watiningsih, Kholistianingsih and Broto
Atmadi, 2014)

Q = 0,24. V. i. t kalori (2.6)


Q = 0,24. i 2 .R. t kalori (2.7)
t
Q = 0,24 V2 kalori (2.8)
R
15

Jika V, i, R, dan t masing-masing dalam volt, ampere, ohm, dan detik, maka panas
(kalor) dinyatakan dalam kalori. Konstanta 0,24 didapat dari percobaan joule, di
dalam percobaan Joule menggunakan rangkaian alat yang terdiri atas kalorimeter
yang berisi air serta penghantar yang berarus listrik. Jika dalam percobaan arus
listrik dialirkan pada penghantar dalam waktu t detik, ternyata kalor yang terjadi
karena arus listrik berbanding lurus beda potensial, kuat arus yang mengalir dan
waktu arus mengalir ke beban.

2.4.2. Tegangan Listrik


Menurut (Ramdhani, 2005) didalam buku Rangkaian Listrik tegangan listrik
adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu muatan (sebesar satu
coulumb) pada elemen atau komponen dari suatu terminal atau kutub akan
mempunyai beda potensial jika kita menggerakkan atau memindahkan muatan
sebesar satu coulomb dari satu terminal ke terminal lainnya.

Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah energi yang


dikeluarkan, sehingga perngertian diatas dapat dipersingkat bahwa tegangan
adalah energi per satuan muatan.(Ramdhani, 2005)
dw
Secara matematis : v =
dq
(2.9)
Satuannya : Volt (V)

Gambar 2.2 penggambaran beda potensial

Pada gambar 2.2, jika terminal atau kutub A mempunyai potensial lebih tinggi
daripada petensial di terminal atau kutub B maka ada dua istilah yang seringkali di
pakai pada rangkaian listrik, yaitu :
1. Tegangan turun / voltage drop
16

Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah dalam
hal ini dari terminal A ke terminal B.
2. Tegangan naik / voltage rise
Jika dipandang dari ptensial lebih rendah ke potensial lebih tinggi dalam
hal ini dari terminal B ke terminal A.

Maka jika beda potensial antara kedua titik tersebut adalah sebesar 5 Volt, maka
VAB = 5 Volt dan VBA = -5 Volt

2.4.3. Arus Listrik


Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan yang
mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i (dari kata Perancis : intensite),
dengan kata lain arus adalah muatan yang bergerak. Selama muatan tersebut
bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus
pun akan hilang. Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang
memepengaruhinya. Muatan adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari
atom. Dimana dalam teori atom modern menyatakan atom terdiri dari partikel inti
(proton bermuatan + dan neutron bersifat netral) yang dikelilingi oleh muatan
elektron (-), normalnya atom bermuatan netral. (Ramdhani, 2005)

Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif. Arah arus
searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah
aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan
elektron dan menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain.
Coulomb adalah unit dasar dari International System of Units (SI) yang digunakan
untuk mengukur muatan listrik. (Ramdhani, 2005)

Simbol : Q = muatan coulomb


q = muatan tergantung satuan waktu
muatan 1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb
muatan 1 coulomb = -6,24 x 1018 elektron
17

dq
Secara matematis arus didefinisikan : i= (2.10)
dt
Satuannya : Ampere (A)

Dalam teori rangkaian arus merupakan pergerakan muatan positif. Ketika terjadi
beda potensial disuatu elemen atau komponen maka akan muncul arus dimana
arah arus positif mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dan arah arus
negatif mengalir sebaliknya.(Ramdhani, 2005)

Macam-macam arus : (Ramdhani, 2005)


1. Arus searah (Direct Current/DC)
Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap
satuan waktu, artinya diaman pun kita meninjau arus tersebut pada waktu
berbeda akan mendapatkan nilai yang sama

Gambar 2.3 representasi arus searah (DC)

2. Arus bolak-balik (Alternating Current/AC)


Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan
waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk perioda waktu tertentu
(mempunyai perida waktu : T).
18

Gambar 2.4 representasi arus bolak-balik (AC)

2.4.4. Daya Listrik


Daya Listrik adalah banyaknya energi dalam satuan waktu dimana pekerjaan
sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Dari definisi ini,
maka daya listrik (P) dapat dirumuskan : (Watiningsih, Kholistianingsih and Broto
Atmadi, 2014)
energi
Daya = (2.11)
waktu
W
P= (2.12)
t
t
P=V . i. =V .i (2.13)
t
2
i
P= (2.14)
R
a. Satuan daya listrik : joule / detik
b. Kilowatt (kW) : 1 kW = 1000 watt

Dari satuan daya munculah satuan energi lain yaitu : Jika daya dinyatakan dalam
Kilowatt (kW) dan dalam satuan jam, maka satuan energi adalah Kilowatt jam
atau Kilowatt-hour (kWh). (Watiningsih, Kholistianingsih and Broto Atmadi,
2014)

1 kWh = 36 × 105 joule


19

Dalam satuan International (SI), satuan daya adalah watt (W) atau setara joule per
detik (J/sec). Daya listrik juga diekspresikan dalam watt (W) atau kilowatt (kW).
Konversi antara satuan HP dan watt, dinyatakan dengan formula sebagai berikut :

1 HP = 746 W = 0,746 kW
1 kW = 1,34 HP

Sedangkan menurut standar amerika (US standard), daya dinyatakan dengan


Horse Power (HP) atau (ft)(lb) / (sec). (Watiningsih, Kholistianingsih and Broto
Atmadi, 2014)
2.4.5. Faktor Daya
PLN memberikan biaya tambahan bagi kalangan industri berupa beban daya
reaktif bila peralatan listriknya berfaktor daya rendah. Faktor daya yang rendah
terjadi karena daya reaktif yang tinggi. Contoh peralatan yang dapat menimbulkan
daya reaktif adalah peralatan yang menggunakan transformator dan kumparan.
Faktor daya nilainya berkisar antara 0 hingga 1. PLN menetapkan faktor daya
harus lebih besar dari 0,85 bagi pelanggan industri agar tidak dibebani biaya
tambahan. Namun, PLN tidak membebankan biaya tersebut kepada pelanggan
rumah tangga.
Listrik bolak-balik (AC) memiliki dua buah komponen daya, yaitu daya aktif (P)
dan daya reaktif (Q). Daya aktif adalah daya yang dikonsumsi oleh bermacam-
macam peralatan listrik. Daya aktif akrab dikenal dengan dengan satuan watt.
Sedangkan daya reaktif muncul ketika arus listrik menggerakkan suatu peralatan
listrik, daya ini tidak memberi dampak apapun terhadap kerja suatu peralatan.
Biasanya, daya reaktif adalah daya yang membuat peralatan atau mesin menjadi
panas. Artinya, daya reaktif ini terbuang sia-sia. Dimana : (Watiningsih,
Kholistianingsih and Broto Atmadi, 2014)
20

Gambar 2.2 Segitiga Daya


Rumus mencari daya aktif, reaktif dan daya semu adalah :
S(1 fasa) = V x I (VA) (2.15)
P(1 fasa) = V x I x Cos φ (W) (2.16)
Q(1 fasa) = V x I x Sin φ (VAR) (2.17)

Untuk rumus daya aktif, reaktif dan daya semu pada saluran 3 fasa adalah :
S(3 fasa) = V L × I L (VA) (2.18)
P(3 fasa) = V L × I L ×cos φ L (W) (2.19)
Q(3 fasa) = V L × I L ×sin φL (VAR) (2.20)

Keterangan :
S = Daya semu (VoltAmpere)
P = Daya aktif (Watt)
Q = Daya reaktif (Var)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
VL = Tegangan line (Volt)
IL = Arus line (Ampere)

Faktor daya sering disebut cos phi (cos φ). Phi (φ) adalah sudut antara daya aktif
(P) dengan daya nyata (S). Jika perbandingan antara daya aktif (P) dengan daya
nyata (S) lebih kecil daripada 0,85 maka PLN akan mengenakan denda. Semakin
rendah faktor daya (kurang dari tetapan cos φ = 0,85 maka semakin besar biaya
yang dibebankan kepada konsumen. Daya aktif yang dikonsumsi pelanggan
21

dicatat dengan kWh meter, sementara itu, untuk mengukur daya reaktif pelanggan
industri menggunakan kVARh meter.

2.4.6. Sifat Beban Listrik


Dalam suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Bila
sumber listrik DC,maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena frekuensi
sumber DC adalah nol.Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol yang berarti
bahwa induktor tersebut akan shortcircuit. Reaktansi kapasitif (XC) akan menjadi
tak berhingga yang berarti bahwa kapasitif tersebutakan open circuit. Jadi sumber
DC akan mengakibatkan beban beban induktif dan beban kapasitif tidak akan
berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC maka beban dibedakan
menjadi 3 bagian sebagai berikut :
1. Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar,
pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya
reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara matematis dinyatakan :
R = V/I (2.21)

Gambar 2.3 Arus dan Tegangan pada Beban Resistif


2. Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang
dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor – motor listrik,
induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1
“lagging”.Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya reaktif
(kVAR).Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan :
XL = 2πf.L (2.22)
22

Gambar 2.4 Arus, Tegangan dan GGL Induksi-Diri pada Beban Induktif

3. Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian kapasitor.
Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini
menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif (kVAR).Arus
mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan :
XC = 1 / 2πfC (2.23)

Gambar 2.5 Arus, Tegangan dan GGL Induksi-Diri pada Beban Kapasitif

2.5. Tarif Listrik


Tarif listrik merupakan besar nilai yang dikenakan kepada konsumen yang
menggunakan energi listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN). Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 09 tahun 2014, tariff tenaga listrik ditetapkan
berdasarkan golongan tarif. (Menteri ESDM Republik Indonesia, 2014)
Tarif tenaga listrik dibedakan atas beberapa golongan, sebagai berikut :
1. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Pelayanan Sosial
2. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Rumah Tangga
3. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Bisnis
4. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Industri
23

5. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Kantor Pemerintah dan penerangan jalan
umum

Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua komponen, yaitu
1. Biaya Awal
Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali,
maka konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya
penyambungan dan biaya jaminan listrik. (Jufri, 2008)
2. Biaya Perbulan (Pemakaian)
Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap
bulan, biaya ini terdiri atas : (Jufri, 2008)
a. Biaya beban (Abonemen)
b. Biaya pemakaian (kWh)
c. Biaya kelebihan pemakaian kVarh
d. Biaya pemakaian trafo (jika ada)
e. Biaya lain-lain yang terdiri dari :
- Biaya Pajak Penerangan Jalan
- Biaya Materai
- Biaya Pajak Pertambahan Nilai
3163133313136661

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Umum

Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan nilai komsumsi energi
listrik pada Masjid Baiturrahman Semarang yang akan didapatkan peluang
penghematan guna menghemat pemakaian energi. Nilai untuk bahan acuan
penghematan energi adalah dengan cara mengukur besar energi dari pengamatan
langsung terhadap beban listrik sesuai waktu penggunan dan juga dari pengukuran
energi di panel MDP dengan alat ukur Clamp On Power Hitester 3286-20.
Proses pengamatan langsung disini di lakukan pada setiap waktu agar bisa
didapatkan data yang akurat terhadap jam penyalaan beban. Dan untuk
mendapatkan nilai beban dilakukannya wawancara terhadap pengurus masjid
yang mengerti dan paham atas nilai nilai daya setiap beban.
Perlu diketahui bahwa proses pengukuran energi melalui panel MDP
menggunakan alat ukut Clamp On Power Hitester 3286-20 dimana pada alat ukur
tersebut telah mencakup besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus, daya semu,
daya reaktif dan faktor daya dalam satu perangkat tanpa memutus jalur kabel yang
akan diukur. Waktu pengukuran juga ditentukan sesuai waktu aktif penggunaan
energi listrik di masjid Baiturrahman yaitu di waktu solat Dhuzur dan juga di
waktu solat Maghrib dikarenakan di waktu solat tersebut bertepatan dengan waktu
jam kerja, waktu jam sekolah dan juga penggunaan lampu di malam hari.

3.2. Flowchart Penelitian


Penelitian ini memiliki tahapan-tahapan guna mendapatkan data yang akan
dianalisis dan untuk mendapatkan peluang penghematan terhadap konsumsi
energi listrik di Masjid Raya Baiturrahman Semarang

23
25

Mul
ai

Observasi Lapangan

Pengambilan data :
Mencari Data historis pembayaran listrik
Mencari Titik Beban
Mencari Data jam nyala
Mencari Data pengukuran di panel MDP

Perhitungan beban selama sebulan

Analisa Peluang Penghematan


Energi

Rekomendasi untuk Penghematan

Pembuatan Laporan Akhir

Selesai

3.2.1. Observasi Lapangan


Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan guna mendapatkan
informasi tentang macam macam beban dan besar beban dan pengelompokan
beban di Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Observasi ini dilakukannya juga
mewawancarai pengurus masjid yang mengerti tentang titik titik beban di Masjid
Raya Baiturrahman Semarang.
26

Mengamati setiap perilaku jamaah masjid terhadap penggunan energi listrik di


area Masjid Raya Baiturrahman guna mendapatkan acuan untuk waktu
penggunaan energi listrik

3.2.2. Pengumpulan Data


1. Data Historis Rekening Listrik
Salah satu tahapan ini adalah mencari data historis pembayaran rekening listrik
selama 6 bulan sebagai acuan nilai energi yang sudah dibayarkan. Selanjutnya
adalah pengelompokan lokasi beban untuk mempermudah perhitungan jumlah
energi yang di konsumsi oleh Masjid Raya Baiturrahman Semarang.

2. Kelompok Titik Beban


Pengelompokan lokasi beban di bagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
a. Masjid (Ruang Sholat utama, aula dan tempat wudhu pria & wanita )
b. Menara (Kantor Sekretariat YPKPI)
c. KB TK Isriati 1

Bagian utama tersebut didasari karena memiliki satu nomor rekening listrik
yang menjadi salah satu acuan penelitian ini.

3. Waktu pemakaian listrik


Waktu penggunaan energi di masjid didapatkan dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung perilaku pengguna Masjid Raya Baiturrahman
guna mendapatkan pola waktu pemakaian energi listrik

4. Pengukuran Daya listrik


Pengukuran ini mengunakan alat ukur yaitu Clamp on Power 3 fasa. Alat ukur
ini dapat mengukur besar daya dalam KiloWatt, Kilovolt-Ampere, tegangan,
arus, dan besar cos phi. Perangkat Clamp On Power ditunjukkan pada gambar
3.1.
27

Gambar 3.1 Clamp meter 3 fasa

Pengukuran daya listrik ini berguna sebagai acuan penulis untuk mengetahui
dan pembanding nilai pemakaian energi listrik di Masjid Raya Baiturrahman
Semarang. Waktu pengukuran dalam sehari adalah 2 waktu, yaitu saat waktu
solat Dhuhur dan solat Maghrib dikarenakan potensi pemakaian puncak
terdapat di waktu tersebut dan dilakukan selama 14 hari.

5. Perhitungan Daya
Perhitungan dengan data yang di dapatkan yaitu besar daya setiap beban dan
waktu penyalaan beban guna mendapatkan besar daya kesuluruhan dengan
menggunakan persamaan rumus 2.16 menurut nameplate dan jam nyala beban
dan sesuai pembagian kelompok beban atau lokasi beban.
28

P = V x I x Cos φ (W)

Setelah didapat total kebutuhan daya dalam sehari, maka nilai tersebut
dikalikan 30 hari guna mendapatkan nilai daya dalam sebulan.
Nilai tersebut selanjutnya di analisa dengan cara dibandingkan dengan nilai
energi acuan yaitu energi yang telah dibayarkan sesuai dari data historis
pembayaran listrik sebulan.

3.2.3. Tempat dan Waktu Penelitian


Untuk Pembuatan laoran tugas akhir ini, penelitian dan pengukuran konsumsi
energi listrik di panel MDP Masjid Raya Baiturrahman Kota Semarang sedangkan
untuk waktu pelaksanaannya yaitu pada Bulan September dan Oktober dengan
mengambil sampel pengukuran sebanyak 15 hari di sekitar waktu solat duhur dan
solat maghrib.

3.2.4. Peralatan dan Beban


1. Peralatan
Clamp On Power Hitester Hioki 3286-20
2. Beban Listrik
Pengukuran yang dilakukan di MDP Masjid Raya Baiturrahman
Semarang memiliki beban yang berbeda beda. Terdiri dari berbagai
jenis lampu, kipas angin, air conditioner, speaker, dispenser,
komputer, televisi, pompa air, printer, kulkas dan proyektor.

3.2.5. Rangkaian Beban Pengukuran


Rangkaian Beban Pengukuran yang digunakan pada panel MDP Masjid Raya
Baiturrahman Semarang ini sudah mencakup kebutuhan listrik didalam ruang
solat Masjid, tempat wudhu pria & wanita, aula, halaman parkir, KB TK Isriati 1,
menara (Kantor Sekretariat YPKPI). Single line diagram rangkaian pengukuran
dpaat dilihat pada gambar di bawah ini
29

MCB Clamp
380 V
on
KWh
Power
Meter
AC Histester

Gambar 3.2 Single line diagram rangkaian pengukuran


30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari perhitungan energi listrik yang
dihasilkan oleh Masjid Raya Baiturrahman selama sebulan dan mengacu pada
rekening listrik dari bulan Januari 2018 sampai dengan Juli 2018 yang selanjutnya
akan dilakukan analisa peluang penghematan yang bisa di terapkan di Masjid
Raya Baiturrahman.

4.1. Kebutuhan Energi Listrik


Dari hasil penelitian didapatkan data historis rekening pembayaran listrik dari
bulan januari 2018 sampai dengan juli 2018

Tabel 4.1 Data historis kebutuhan listrik Masjid Raya Baiturrahman


No. Bulan Konsumsi Energi KWh
1 Januari 2018 9840
2 Februari 2018 10600
3 Maret 2018 11760
4 April 2018 12680
5 Mei 2018 12080
6 Juni 2018 12080
7 Juli 2018 13920
Rata-rata kebutuhan KWh 11851,43

Pada tabel 4.1 adalah kebutuhan listrik dari KWh meter yang terdiri dari
kebutuhan listrik Masjid Raya Baiturrahman, Kantor sekretariat YPKPI dan KB
TK Isriati 1,

Lalu dilakukannya observasi beban terhadap 3 lokasi tersebut yang


mencakup 1 rekening pembayaran dan juga dilakukan perhitungan terhadap jam
penyalaan beban tersebut. Hasil observasi di rekap sebagai berikut.

Tabel 4.2 Rekap perhitungan beban selama sebulan

29
32

No Lokasi Total Daya Sebulan (KWh)


1 Masjid 3753,33
2 Aula 1418,62
3 Kantor Sekretariat YPKPI 1512,8
4 KB TK Isriati 1 2530,84
Total KWh 9215,58

Perhitungan beban selama sebulan ini didapatkan dengan cara mengamati


secara langsung jam penyalaan lalu dikalikan dengan 30 hari dengan total 9215,58
KWh selama sebulan. Perhitungan beban ini berbeda dengan jumlah rata rata daya
yang terdapat pada rekening pembayaran dalam setiap bulannya dikarenakan
keterbatasan penulis dalam melakukan pengamatan secara langsung di lokasi.
Perhitungan dari selisih rekening pembayaran dengan perhitungan beban tersebut
mendapatkan nilai eror sebesar 22,24 %.

4.2. Perhitungan Daya


Dari tabel 4.3 diatas dilakukan perhitungan total KWh dalam sehari untuk
waktu siang hari pada hari jumat 21 September dengan cara sebagai berikut dan
merujuk terhadap rumus (2.16) :
( V R × I R ×cos φR )+ ( V S × I S × cos φ S ) +¿
Total Daya
( P )=¿
( V T × I T × cos φT ) ¿
P = ((387V × 35,9A × 0,68) + (390V × 14,9A ×
0,71) +
(392V × 14,7A × 0,36))
P = 17.000 W
P = 17 KW

Nilai KWh siang hari = Total Daya (P) × Waktu Penyalaan


= 17 KW × 13 jam
= 221 KWh
33

Pada perhitungan diatas durasi jam penyalaan diasumsikan 13 jam yaitu dari
pukul 04.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB di karenakan jam tersebut adalah
waktu awal aktifitas yang rata rata beban digunakan untuk peralatan perkantoran
seperti komputer, pendingin ruangan dan beberapa pencahayaan di lingkungan
Masjid Raya Baiturrahman sampai dengan waktu selesai aktifitias perkantoran
sekretariat YPKPI dan sekolah di KB TK Isriati I.

Sedangkan dari tabel 4.4 dilakukan perhitungan total KWh dalam sehari pada
hari jumat 21 September untuk waktu malam hari dengan cara sebagai berikut dan
merujuk terhadap rumus (2.15) :
( V R × I R ×cos φR )+ ( V S × I S × cos φ S ) +¿
Total Daya
( P )=¿
( V T × I T × cos φT ) ¿
P = ((380V × 41,4A × 0,71) + (381V × 27,6A ×
0,68) +
(380V × 28,5A × 0,71))
P = 25.720 W
P = 25,72 KW

Nilai KWh siang hari = Total Daya (P) × Waktu Penyalaan


= 25,72 KW × 6 jam
= 154,32 KWh

Pada perhitungan diatas durasi jam penyalaan diasumsikan 6 jam yaitu dari
pukul 17.00 WIB sampai dengan 23.00 WIB di karenakan jam tersebut adalah
waktu penyalaan titik beban yang rata rata digunakan untuk pencahayaan di
lingkungan Masjid Raya Baiturrahman

Dari perhitungan tersebut didapat besar daya dalam sehari pada hari jumat 21
September dari hasil pengukuran, yaitu :
34

Nilai KWh sehari = Nilai KWh siang + Nilai KWh malam


= 221 KWh + 154,32 KWh
= 375,32 KWh
Pada perhitungan hari hari pengukuran selanjutnya di hitung rata-rata dari
seluruh sampel pengukuran yang penulis dapat. Hal tersebut dimaksudkan karena
sampel yang didapat kurang lengkap dikarenakan keterbatasan penulis saat
melakukan pengukuran lapangan. Dari perhitungan rata-rata besar daya pada
siang hari dijumlah kan dengan perhitungan rata-rata besar daya pada malam hari.
Sesuai tabel 4.3 dan 4.4 jumlah besar daya rata-rata sehari didapat :
Nilai KWh Sehari = Nilai KWh rata-rata siang + Nilai KWh rata-rata malam
= 216,99 KWh + 126,31 KWh
= 343,30 KWh

Selanjutnya dari nilai daya sehari dicari besar daya dalam 30 hari dalam
sebulan. Jadi besar daya dalam sebulan adalah :
Nilai KWh Sebulan = Nilai KWh sebulan × 30 hari
= 343,30 × 30
= 10.299 KWh

Perhitungan besar KWh ini berbeda dengan jumlah rata rata daya yang
terdapat pada rekening pembayaran dalam setiap bulannya dikarenakan adanya
perubahan cos phi yang tidak menentu yang tidak terekam oleh alat ukur dalam
setiap waktunya. Perhitungan dari selisih besar daya dari rekening pembayaran
dengan nilai pengukuran tersebut mendapatkan nilai eror sebesar 13,09 %.

4.3. Data Pengukuran


Pengukuran yang dilakukan oleh penulis ini dilakukan selama 10 hari dengan
mengacu pada waktu paling aktif dalam pemakaian energi listrik di lingkungan
35

Masjid Raya Baiturrahman. Waktu Aktif di bagi menjadi 2 bagian waktu yaitu
siang dan malam.
3163133313131
34

Tabel 4.3 Pengukuran daya aktif, daya semu dan tegangan Masjid Raya Baiturrahman saat siang

WAKTU P (KWatt) S (KVA) V(Volt) I (Ampere) Cos Phi TOTAL Durasi jam
HARI KWH
JAM R S T R S T R S T R S T R S T DAYA nyala sehari
JUMAT, 21
12.30 9,60 4,10 3,30 13,4 5,8 16,0 387 390 392 35,9 14,9 14,7 0,68 0,71 0,36 17,00 13 221,00
SEPT SIANG
sabtu, 22 sept
13.00 10,59 4,83 2,96 13,9 6,4 7,3 379 376 380 36,8 17,8 18,8 0,77 0,72 0,41 18,38 13 238,94
siang
senin, 24 sept
11.00 6,45 4,67 4,33 11,3 6,7 7,1 376 376 377 29,9 18,3 19,0 0,55 0,68 0,60 15,45 13 200,85
siang
rabu, 26 sept
11.00 7,01 3,69 3,20 9,6 4,7 7,2 379 379 379 25,2 12,5 18,8 13,90 13 180,74
siang
Kamis, 27 Sept
10.00 6,07 3,90 2,65 8,3 5,0 5,9 376 376 380 22,0 13,3 15,5 12,61 13 163,99
Siang
Jumat, 28 Sept
12.00 10,99 4,31 4,21 15,2 5,2 6,7 377 376 378 40,1 13,5 17,8 0,72 0,85 0,57 19,51 13 253,63
Siang
Jumat, 5
12.00 11,20 4,24 4,23 14,1 5,7 6,1 387 389 392 36,1 14,5 15,3 0,78 0,69 0,68 19,67 13 255,71
Oktober Siang
Minggu, 7
13.00 7,86 4,02 4,88 9,6 4,7 7,2 379 380 380 25,2 12,5 18,8 0,81 0,75 0,65 16,76 13 217,88
Oktober Siang
Senin, 8
12.30 12,01 3,99 1,50 15,1 4,4 7,8 385 383 383 33,3 11,5 20,3 0,77 0,90 0,18 17,50 13 227,50
Oktober siang
Selasa, 9
13.00 8,44 3,97 3,87 11,5 5,1 8,6 380 380 384 30,6 13,0 22,4 16,28 13 211,63
Oktober Siang
Senin, 15
13.00 9,10 5,45 1,99 11,5 5,7 9,3 382 383 383 28,8 15,1 25,1 0,79 0,93 0,15 16,54 13 215,02
Oktober siang
RATA2
216,99
KWH Siang
37

Tabel 4.4 Pengukuran daya aktif, daya semu dan tegangan Masjid Raya Baiturrahman saat malam

TOTAL Durasi jam


WAKTU P (KWatt) S (KVA) V(Volt) I (Ampere) Cos Phi KWH
HARI DAYA Nyala sehari
JAM R S T R S T R S T R S T R S T
Jumat, 21 Sept
18.00 10,99 7,24 7,49 15,4 10,3 10,7 380 381 380 41,4 27,6 28,5 0,71 0,68 0,71 25,72 6 154,32
Malam
Sabtu, 22 Sept
18.00 9,72 7,02 4,98 14,8 10,5 10,3 382 378 379 38,5 27,3 27,1 0,65 0,67 0,48 21,72 6 130,32
Malam
Rabu, 26 Sept
19.00 10,35 6,94 5,71 15,6 9,9 10,5 383 385 383 40,7 25,4 27,9 23,003 6 138,017
Malem
Kamis, 27 Sept
18.00 9,31 7,37 6,01 14,1 10,4 11,3 384 383 383 36,5 27,1 29,4 22,692 6 136,150
Malam
Jumat, 5 Oktober
18.00 10,23 5,37 6,44 14,7 9,2 10,4 390 388 386 37,7 24,1 27,5 0,68 0,58 0,66 22,04 6 132,24
Mlm
Minggu, 7
19.00 10,54 6,45 5,22 14,3 9,5 10,1 380 382 380 37,4 25,1 26,4 0,72 0,68 0,52 22,21 6 133,26
Oktober malam
Selasa, 9 oktober
18.00 11,62 5,18 2,72 17,5 7,3 5,1 388 385 390 45,2 18,6 12,8 19,530 6 117,18
Malam
Minggu, 14
18.30 5,70 4,64 1,16 9,2 4,85 5,18 393 392 393 23,4 12,36 13,15 0,56 0,94 0,3 11,5 6 69
Oktober Malam
RATA2
KWH 126,31084
Malam
38
3163133313131
36

4.4. Peluang Penghematan Masjid Raya Baiturrahman


Setelah perhitungan daya setiap beban di Masjid Raya Baiturrahman didapat
daya yang diperlukan dalam sebulan, maka dari itu penulis merekomendasikan
untuk perbaikan atau pergantian komponen pada sistem pencahayaan karena
paling sering digunakan setiap waktunya.
Untuk mendapatkan penghematan di sistem pencahayaan penulis
merekomendasikan pergantian lampu LHE dan lampu neon yang sudah terpasang
sebelumnya dengan lampu LED. Lampu LED adalah lampu yang samapi saat ini
yang paling hemat energi dibandingkan dengan lampu LHE dan lampu neon.
Pergantian yang direkomendasikan oleh penulis ini tidak hanya memperkecil
besar daya dengan asal, tetapi mengikuti besar lumen lampu yang sudah terpasang
lalu mengganti dengan lampu LED yang besar lumennya menyamai dengan
lampu sebelumnya.
Untuk mengetahui lampu LHE dan lampu neon mana yang bisa digantikan
sesuai besar lumen terhadap lampu LED bisa dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6
dibawah ini.
Tabel 4.5 Perbandingan besar lumen lampu LHE yang terpasang dengan lampu LED

SL / LHE LED
Besar Besar
Besar Besar
watt Watt
lumen Lumen
lampu lampu
8 520 580 6
14 910 1055 10,5
18 1170 1360 12
27 1755 1800 14,5
45 2925 3000 23
52 3380 4000 33
200 13000 - -

Tabel 4.6 Perbandingan besar lumen lampu neon yang terpasang dengan lampu LED
TL LED Tube
40

Besar Besar
Besar Besar
watt Watt
lumen Lumen
lampu lampu
20 1440 1600 14,5
28 2016 2100 20
32 2304 2900 23
40 2880 2900 23
45 3240 3400 25

Dengan mengetahui macam macam daya lampu sebelumnya yang


akan diganti dengan lampu LED maka selanjutnya data yang sebelumnya
masih menggunakan lampu LHE dan lampu neon diganti dengan lampu
LED dengan titik dan jumlah yang sama atau tetap.

Dari hasil perhitungan kebutuhan daya dalam sebulan setelah lampu


sebelumnya diganti dengan lampu LED maka perbedaan kebutuhan daya
terlihat berkurang dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai penghematan = Total daya sebelum pergantian lampu –
Total daya sesudah pergantian lampu

Nilai Penghematan = 9215,58 KWh – 8116,26 KWh


= 1099,32 KWh

Untuk mengetahui besar daya yang dibutuhkan setelah dilakukannya


pergantian lampu bisa dilihat tabel 4.7 dibawah ini

Tabel 4.7 Rekap perhitungan beban selama sebulan sebelum dan setelah pergantian dengan lampu
LED
Total Daya Sebelum Total Daya Sesudah
No Lokasi Pergantian Selama Pergantian Selama
Sebulan (KWh) Sebulan (KWh)
1 Masjid 3753,33 3176,46
2 Aula 1418,62 1119,96
3 Kantor Sekretariat YPKPI 1512,8 1434,75
4 KB TK Isriati 1 2530,84 2385,08
Total KWh 9215,58 8116,26
41

Nilai penghematan yang didapat dari perhitungan tersebut


memerlukan pergantian lampu LHE menjadi LED dan lampu neon
menjadi lampu LED tube. Berikut jumlah lampu dan macam lampu yang
perlu di ganti dijelaskan pada tabel 4.8, 4.9 dan 4.10 dibawah ini :

Tabel 4.8 Jumlah pergantian lampu sesuai besar watt lampu pada Masjid
Pergantian Lampu Pada Masjid
Besar Watt Lampu Jumlah Pergantian Lampu
14 3
18 297
LHE 27 102
45 38
52 2
28 10
TL
40 146

Tabel 4.9 Jumlah pergantian lampu sesuai besar watt lampu pada Kantor Sekretariat YPKPI
Pergantian Lampu Pada Kantor Sekretariat YPKPI
Besar Watt Lampu Jumlah Pergantian Lampu
8 1
LHE 18 2
27 12
20 12
TL 28 5
32 2

Tabel 4.10 Jumlah pergantian lampu sesuai besar watt lampu pada KB TK Isriati
Pergantian Lampu Pada KB TK Isriati
Besar Watt Lampu Jumlah Pergantian Lampu
18 16
LHE 27 6
45 14
20 19
TL 28 28
45 45
42

Jumlah pergantian lampu yang diperlukan di titik-titik beban Masjid


Raya Baiturrahman terhitung sebanyak 598 buah, titik-titik beban di
kantor sekretariat YPKPI sebanyak 34 buah dan titik-titik beban di KB TK
Isriati sebanyak 128 buah. Pergantian tersebut disesuaikan dengan watt
lampu LED dan LED Tube yang sudah penulis rekomendasikan di tabel
4.5 dan 4.6.
3163133313131

BAB V
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam audit
konsumsi energi listrik di Masjid Raya Baiturrahman Semarang dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Besar komsumsi energi listrik yang dihasilkan Masjid Raya
Baiturrahman Semarang dari hasil pengamatan langsung sebesar 9215,58
KWh dalam sebulan
2. Hasil rata-rata pengukuran daya dari data yang didapatkan selama
sebulan sebesar 10.299 KWh dan hasil besar daya dari pengamatan
langsung selama sebulan sebesar 9215,58 KWh. Persentase selisih besar
daya yang didapatkan dari rekening listrik PLN dengan pengukuran daya
sebesar 13,09% dan persentase selisih besar daya dari pengamatan
langsung dengan besar daya yang didapatkan dari rekening listrik PLN
sebesar 22,24%.
3. Peluang penghematan yang dilakukan di Masjid Raya Baiturrahman
Semarang yakni melakukan pergantian lampu LHE dengan lampu LED
dan pergantian lampu neon dengan lampu LED tube akan menghasilkan
besar energi sebesar 8116,257 KWh. Dari pergantian lampu tersebut
didapatkan penghematan sebesar 1099,32 KWh atau sebesar 11,92 %

3.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukannya perbaikan faktor daya guna mengurangi biaya
listrik sebab daya reaktif adalah daya yang tidak termanfaatkan akibat
kecilnya faktor daya yang dihasilkan dan daya yang dibayarkan tidak
sama dengan daya yang dimanfaatkan.
2. Penggunaan alat alat listrik yang sudah tidak digunakan harap dimatikan
agar tidak terjadi pemborosan energi

3. Diperlukannya penelitian selanjutnya dalam penstandaran intesnsitas


komsumsi energi (IKE) untuk rumah ibadah agar bisa dengan mudah

40
44

mengetahui apakah rumah ibadah tersebut sudah masuk dalam golongan


efisien atau boros

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdurarachim et al. (2002) Audit Energi, Modul 2, Energy Conversion


45

Efficiency and Cost Saving Course. Bandung: PT. Fiqry Jaya Mandiri.
[2] Amrullah, H. (2017) Pemanfaatan dan Konservasi Energi, Manajemen
Energi, Analisis Energi dan Audit Energi. Yogyakarta.
[3] Biantoro, A. W. and Permana, D. S. (2017) ‘Analisis Audit Energi Untuk
Pencapaian Efisiensi Energi’, 06, pp. 24–32.
[4] Effendi, A. and Miftahul (2016) ‘Evaluasi Intensitas Konsumsi Energi
Listrik Melalui Audit’, 5(2252), pp. 103–107.
[5] Hadiputra, H. R. (2007) ‘Audit Energi Pada Bangunin Gedung Rumah
Sakit Dr . Karyadi Semarang’, pp. 1–18.
[6] Jufri, F. H. (2008) ‘Konservasi Energi Listrik Pada Industri Baja dengan
Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Daya Listrik’, p. 121.
[7] Kencana, B. (2013) Sistem Manajemen Energi ( SME ) Energy
Management System ( EnMS ) Hotel Benchmarking Tools and Strategic.
Jakarta: USAID - Indonesia Clean Energy Development Project.
[8] Menteri ESDM Republik Indonesia (2014) ‘Peraturan Menteri ESDM
No.09 Tahun 2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh
PT. PLN.pdf’. Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
[9] Nasional, B. S. (2011) ‘Prosedur audit energi’.
[10] Presiden Republik Indonesia (2011) Instruksi Presiden Republik
Indonesia tentang Penghematan Energi dan Air. Indonesia.
[11] Ramdhani, M. (2005) Rangkaian Listrik, Revisi Rangkaian Listrik.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. doi:
10.1145/299649.299715.
[12] Rianto, A. (2007) ‘Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan
Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika
Premiere Semarang’, p. 99.
[13] Salpanio, R., Warsito, A. and Winardi, B. (2007) ‘Audit Energi Listrik
Pada Gedung Kampus Undip Pleburan Semarang’, Transmisi, 9(2), pp.
181–190. doi: 10.12777/transmisi.9.2.181-190.
[14] Suhendar, Ervan Efendi, H. (2013) ‘Audit Sistem Pencahayaan dan
Sistem Pendingin Ruangan di Gedung Rumah Sakit Umum Daerah
( RSUD ) Cilegon’, Setrum, 2(2), pp. 21–27.
[15] Teknik Audit Energi (2006). Depok: Pusat Studi Teknologi dan Informasi
Ketenagalistrikan (PSTIK) UI.
[16] Trimunandar, C. (2005) ‘Audit Energi untuk Efisiensi Listrik di Gedung
B Universitas Dian Nuswantoro Semarang’, pp. 1–7.
46

[17] Watiningsih, T., Kholistianingsih and Broto Atmadi, P. (2014)


Pembangkit Tenaga Listrik. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu.

LAMPIRAN
47

LAMPIRAN 1. Tarif Tenaga Listrik unutk Keperluan Pelayanan Sosial

Anda mungkin juga menyukai