Anda di halaman 1dari 20

LABOATORIUM POWER SYSTEM

PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

“PENGUJIAN VECTOR GROUP TRANSFORMATOR”

OLEH :

KELOMPOK VI

MUH. ARDIANSYAH LATIF


4D RPL D4 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
I. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini, praktikan diharapkan mampu untuk:

1. Mengetahui vector group pada transformator.

2. Mengetahui bagaimana cara menentukan vektor grup pada transformator 3

phasa.

3. Mengetahui cara menentukan angka jam dengan 2 metode.

II. Teori Dasar

Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang

disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan

sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu

hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan

sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Wye

dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus yaitu hubungan open-

delta (VV connection). Dalam pekerjaan yang berhubungan baik langsung

ataupun tidak langsung dengan sebuah trafo 3 phase pasti sudah familiar dengan

istilah vektor group trafo. Vektor group tersebutdisimbolkan dengan hubungan

belitan trafo beserta angka yang mewakili pergeseran sudut phase antara primer

dan sekunder dimana angka tersebut bisa dianalogikan pada deretan angka jam

yang mewakili 30 derajat pada setiap kenaikan 1 angkanya, oleh sebab hal itu

vektor group trafo ini dikenal juga sebagai jam trafo.


1. Transformator hubungan segitiga-segitiga (delta-delta)

Gambar 1. Hubungan delta-delta (segitiga-segitiga)

Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta.

Belitan primer terminal 1U, 1V dan 1W dihubungkan dengan suplai tegangan 3

fasa. Sedangkan belitan sekunder terminal 2U, 2V dan 2W disambungkan dengan

sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak ada titik netral, yang diperoleh

ketiganya merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3.

Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1), tegangan pada sisi primer

(sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran) adalah dalam satu fasa. Dan pada

aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3,

maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line

imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta,

bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar dari masing-masing arus Ip (arus

primer) dan Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder.

Power rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating transformator

tunggal.
Gambar 2. Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan
Pembangkit Listrik dan Beban (Load)

2. Transformator hubungan bintang-bintang (wye–wye)

Gambar 3. Hubungan Belitan Bintang-bintang.

Ketika transformator dihubungkan secara bintang-bintang, yang perlu

diperhatikan adalah mencegah penyimpangan dari tegangan line ke netral (fase ke

netral). Cara untuk mencegah menyimpangan adalah menghubungkan netral untuk

primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (ground), seperti

ditunjukkan pada Gambar 4. Cara lain adalah dengan menyediakan setiap

transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan ” tertiary”. Lilitan tertiary

untuk tiga transformator dihubungkan secara delta seperti ditunjukkan pada


Gambar 5, yang sering menyediakan cabang yang melalui tegangan dimana

transformator dipasang. Tidak ada beda fasa antara tegangan line transmisi

masukan dan keluaran (primer & sekunder) untuk transformator yang

dihubungkan bintang-bintang.

Gambar 4. Hubungan bintang-bintang.

Gambar 5. Hubungan Bintang-bintang dengan belitan tertier.

3. Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye).

Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap

lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran

keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap

transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan
sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan

sekunder.

Gambar 6. Hubungan Segitiga-Bintang (Delta-wye)

Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30° antara tegangan

saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line

keluaran E12 adalah 30° mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat

dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban

terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel

dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda phasa 30° mungkin akan

membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran

tegangannya sebaliknya identik.

Keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan

menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang dihasilkan di dalam transformator.

Lilitan HV (high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya 1/1,73

atau 58% dari tegangan saluran.


Gambar 7. Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram Phasor

4. Trafo Hubung Bintang Segi tiga (Wye - Delta)

Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai secara bintang (wye)

dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada trafo untuk

jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan (Step- Down).

Perbandingan tegangan jala- jala 1/√3 kalinperbandingan lilitan transformator.

Tegangan sekunder tertinggal 300 dari tegangan primer.

Gambar 8. Trafo Hubungan Bintang Delta


5. Transformator hubungan Zig-zag

Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan

primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa

digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa

tidak sama, ada yang lebih besar atau lebih kecil.

Gambar 9. Hubungan Bintang-zigzag (Yzn5)

Gambar 9 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang

L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan hubungan

Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang satu

dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2

mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan Zig-

zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi bergeser dengan sudut 60°.
Vektor Bilangan Jam Trafo Tiga Fasa

Vektor grup trafo dinyatakan dalam bilangan jam (searah putaran jam/ clock

wise). Tiap satu bilangan jam mewakili beda sudut 30 derajat. Vektor grup

menentukan pergeseran sudut arus pada belitan primer dan sekunder.

Trafo 3 fasa 2 belitan memliki beberapa macam konfigurasi belitan. Apabila

dilihat dari jenis penyusunan belitan antar fasa maka ada dua macam tipe belitan

yaitu : belitan Wye (star) dan belitan delta. Sedangkan berdasarkan pergeseran

sudut fasa antara arus pada kumparan primer dan kumparan sekunder maka ada

beberapa macam tiep jenis belitan seperti terlihat pada gambar 10.

Gambar 10. Tipe belitan berdasarkan pergeseran sudut fasa

Trafo dengan vektor grup Yd1 berarti belitan primer terangkai Wye (Y)

sedangkan belitan sekunder terangkai delta, angka 1 menunjukkan bahwa arus

pada kumparan primer dan kumparan sekunder berbeda 30 derajat. Sedangkan

pada trafo dengan vektor grup Yd5 arus pada kedua belitan berbeda 150 derajat (5

x 30 derajat).
Cara menggambar vektor grup Yd1 dan rangkaian belitan trafo adalah sebagai

berikut:

1. Menggambar

vektor A,B,C (arus pada belitan primer) dalam lingkaran jam. dalam

lingkaran jam.

2. Menggambar

vektor bantu yang menunjuk jam 1.

3. Menggambar

vektor a (arus pada belitan sekunder a) searah dengan vektor A dengan

kepala vektor menuju arah jam 1 (perhatikan gambar 2).

4. Menggambar

vektor b (arus pada belitan sekunder b) searah dengan vektor B dengan

pangkal vektor berada pada vektor a.

5. Menggambar

vektor c (arus pada belitan sekunder c) searah dengan vektor C dengan

pangkal vektor berada pada vektor b dan kepala vektor berada pada pangkal

vektor a.

6. Memberi notasi

tambahan 1 pada tiap kepala vektor a,b, dan c serta notasi 2 pada pangkal

vektornya.
Gambar 11. Vektor grup Yd1

Sedangkan untuk menggambar rangkaian belitan trafonya, tinggal kita lihat

gambar vektor grup yang telah kita beri notasi tambahan seperti tamapak pada

gambar 11.

1. Menggambar rangkaian belitan Wye pada sisi primer.

2. Fasa r pada belitan sekunder terhubung pada a1 dan c2.

3. Fasa s pada belitan sekunder terhubung pada a2 dan b1.

4. Fasa t pada belitan sekunder terhubung pada b2 dan c1.

Gambar 12. Rangkaian belitan transformator Yd1


Pembuktian pergeseran sudut ini bisa kita lakukan dengan melihat gambar 3.

Gambar 13. Arus pada belitan primer dan sekunder trafo dengan belitan Yd1

Arus fasa R yang mengalir pada belitan A adalah 115.6 A dengan sudut 0

derajat dengan arah dari A1 menuju A2, sedangkan arus pada belitan sekunder a

adalah 867 A dengan sudut 0 derajat, sedangkan arus pada belitan yang lain

adalah sebagai tampak pada gambar. arus yang mengalir pada fasa r merupakan
penngurangan vektor arus yang mengalir pada belitan a dan belitan c (perhatikan

arah vektor yang ditunjukkan dengan tanda panah. Pada titik disekitar a1 berlaku

hukum kirchoff :

arus keluar (meninggalkan a1) = arus masuk (menuju a1)

Ir + Ic = Ia

Dengan: 

Ir = arus pada fasa r 

Ia = arus pada belitan a 

Ic = arus pada belitan c ,

sehingga diperoleh:

Ir + 867 < 120 = 867 < 0

Ir = 867 < 0 – 867 <120

Ir = 1501.688 < –30

Terbukti bahwa ketika arus R mempunyai sudut 0 derjat maka arus r

mempunyai sudut –30 derajat. Beda sudut sebesar 30 derajat ini hanya berlakau

ketika arus pada fasa R, S dan T mempunyai besar yang sama serta memliki beda

sudut 120 derajat (dalam kondisi yang seimbang). APabila arus pada fasa R, S , T

tidak berada  dalam kondisi seimbang maka pergeserean sudut pada sisi primer

dan sekunder akan bervariasi tergantung besar arus yang mengalir pada tiap fasa
III. Alat dan Bahan

1. Transformator 3 phasa 1 Buah

2. Voltmeter 1 Buah

3. Kabel penghubung Secukupnya

I. Rangkaian Percobaan

Gambar 14.Rangkaian Yyo Gambar 15. Rangkaian Yz1


Gambar 16.Rangkaian Yz5 Gambar 17. Rangkaian Yd5

II. Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Merangkaia rangkaian percobaan, dimulai dari percobaan hubung Yy0.

3. Menghubungkan R-r (atau U-u) sebagai referensi.

4. Menghubungkan rangkaian primer dangan sumber tegangan.

5. Mengukur tegangan sesuai tabel hasil percobaan.

6. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil percobaan.

7. Mengecek hasil pengukuran apakah telah sesuai dengan tabel .

8. Mengulangi langkah percobaan no.2-4 untuk vektor group lainnya.


III. Data Percobaan

Hasil Pengukuran (V)


Titik Ukur
Yy0 Yz1 Yz5 Yd5
R-S 400 404 403 403
R-T 397,7 402 400 400
S-T 403 407 407 407
R-r 68,7 0,02 0,02 0,02
R–s 69,8 208,4 121,1 70,5
R–t 69,7 210,7 123,3 69,6
S –r 461 403 404 404
S –s 341,2 244,8 358 466
S –t 406 456 476 466
T –r 458 401 400 400
T –s 404 242,8 279,1 405
T –t 338,1 241,8 353,3 462
r-s 120,7 204,4 120,9 70,6
r-t 120,1 210,8 123,2 69,6
s-t 122,1 212,2 122 70,2

R-N 228 227,6 228 -


S-N 233,7 233,8 233,8 -
T-N 232,7 232,6 232,1 -
r-n 69,2 120,9 69,8 -
s-n 70,5 122 69,6 -
t-n 70,2 123,3 70,6 -
IV. Analisis

Praktikum kali ini tentang vector group. Pada percobaan ini, dilakukan

pengujian vector group transformator dengan hubung Yy0, Yz1, Yz5, dan Yd5

yang dilakukan pada sisi primer-primer, primer sekunder, sekunder-sekunder,

primer-netral, dan sekunder-netral.

Vector group trafo dinyatakan dalam bilangan jam. Tiap satu bilangan jam

mewakili beda sudut 30 derajat. Vector group menentukan pergeseran sudut arus

pada belitan primer dan sekunder.

Setelah melakukan percobaan, diperoleh beberapa data hasil percobaan.

Pada sisi primer-primer baik pada hubung Yy0, Yz1, Yz5, maupun Yd5
menghasilkan tegangan yang tidak jauh berbeda yakni berkisar antara 400 V

sampai dengan 407 V. Pada sisi primer-sekunder baik pada hubung Yy0, Yz1,

Yz5, maupun Yd5 menghasilkan tegangan yang bervariasi yakni antara 0,02 V

sampai dengan 466 V. Hal ini karena primer-sekunder pada kondisi R-r dihubung

singkat sehingga tegangan yang dihasilkan adalah 0 V. Pada sisi sekunder-

sekunder baik pada hubung Yy0, Yz1, Yz5, juga menghasilkan tegangan yang

bervariasi yakni antara 120 V sampai dengan 212,1 V. Sedangkan hubung Yd5

berkisar antara 69,6 V sampai 70,6 karena terjadi pergeseran sudut sebesar -150˚.

Pada sisi primer-netral baik pada hubung Yy0, Yz1, dan Yz5 juga menghasilkan

tegangan yang bervariasi yakni antara 228 V sampai dengan 233,8 V. Pada sisi

sekunder-netral baik pada hubung Yy0, Yz1, dan Yz5, juga menghasilkan

tegangan yang bervariasi yakni antara 69,2 V sampai dengan 123,3 V.

Tujuan dilakukannya pemeriksaan vector group adalah untuk

mengetahui apakah polaritas terminal-terminal trafo positif atau negatif.

Standar dari notasi yang dipakai adalah addictive dan subtractive (warna

spektrum dan warna bahan/pigmen). Belitan dapat dihubungkan dengan

hubung delta, bintang, atau saling berhubungan-bintang (zigzag). Winding

polaritas juga penting, karena membalikkan koneksi di satu set gulungan

mempengaruhi fase pergeseran antara primer dan sekunder.

Berdasarkan data hasil percobaan, rangkaian menunjukkan

perbedaaan hasil tegangan karena vektor tidak mencapai nilai optimal.

Untuk mendapatkan nilai akurat dari vektor, maka arus pada phasa harus

mempunyai sudut tertentu. Besar sudut optimal hanya berlaku ketika arus
pada phasa R , S dan T mempunyai sudut yang sama serta memiliki beda

sudut derajat yang seimbang. Phasa R,S,dan T tidak berada pada kondisi

seimbang sehingga menyebabkan pergerseran sudut pada sisi primer dan

sekunder yang bervariasi tergantung besar arus pada tiap phasa.


V. Kesimpulan

1. Vektor grup bertujuan untuk mengetahui apakah polaritas terminal-terminal

trafo positif atau negatif.

2. Tegangan tertinggi pada pengujian vector grup yaitu pada sisi primer-

sekunder (S-t) dengan hubung Yz5 sebesar 476 V.

3. Tegangan terendah pada pengujian vector grup yaitu pada sisi primer-

sekunder (R-r) dengan hubung Yz1 sebesar 0,02 V.

Anda mungkin juga menyukai