OLEH :
KELOMPOK VI
phasa.
disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan
sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu
hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan
sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Wye
dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus yaitu hubungan open-
ataupun tidak langsung dengan sebuah trafo 3 phase pasti sudah familiar dengan
belitan trafo beserta angka yang mewakili pergeseran sudut phase antara primer
dan sekunder dimana angka tersebut bisa dianalogikan pada deretan angka jam
yang mewakili 30 derajat pada setiap kenaikan 1 angkanya, oleh sebab hal itu
Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta.
sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak ada titik netral, yang diperoleh
Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1), tegangan pada sisi primer
(sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran) adalah dalam satu fasa. Dan pada
aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3,
maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line
imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta,
bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar dari masing-masing arus Ip (arus
primer) dan Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder.
tunggal.
Gambar 2. Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan
Pembangkit Listrik dan Beban (Load)
primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (ground), seperti
transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan ” tertiary”. Lilitan tertiary
transformator dipasang. Tidak ada beda fasa antara tegangan line transmisi
dihubungkan bintang-bintang.
lilitan primer adalah sama dengan tegangan line masukan. Tegangan saluran
keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang melalui setiap
transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan
sekunder. Arus line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan
sekunder.
saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line
keluaran E12 adalah 30° mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat
dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban
terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel
dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda phasa 30° mungkin akan
Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai secara bintang (wye)
dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada trafo untuk
primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa
digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa
L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan hubungan
Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang satu
dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2
mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan Zig-
zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi bergeser dengan sudut 60°.
Vektor Bilangan Jam Trafo Tiga Fasa
Vektor grup trafo dinyatakan dalam bilangan jam (searah putaran jam/ clock
wise). Tiap satu bilangan jam mewakili beda sudut 30 derajat. Vektor grup
dilihat dari jenis penyusunan belitan antar fasa maka ada dua macam tipe belitan
yaitu : belitan Wye (star) dan belitan delta. Sedangkan berdasarkan pergeseran
sudut fasa antara arus pada kumparan primer dan kumparan sekunder maka ada
beberapa macam tiep jenis belitan seperti terlihat pada gambar 10.
Trafo dengan vektor grup Yd1 berarti belitan primer terangkai Wye (Y)
pada trafo dengan vektor grup Yd5 arus pada kedua belitan berbeda 150 derajat (5
x 30 derajat).
Cara menggambar vektor grup Yd1 dan rangkaian belitan trafo adalah sebagai
berikut:
1. Menggambar
vektor A,B,C (arus pada belitan primer) dalam lingkaran jam. dalam
lingkaran jam.
2. Menggambar
3. Menggambar
4. Menggambar
5. Menggambar
pangkal vektor berada pada vektor b dan kepala vektor berada pada pangkal
vektor a.
6. Memberi notasi
tambahan 1 pada tiap kepala vektor a,b, dan c serta notasi 2 pada pangkal
vektornya.
Gambar 11. Vektor grup Yd1
gambar vektor grup yang telah kita beri notasi tambahan seperti tamapak pada
gambar 11.
Gambar 13. Arus pada belitan primer dan sekunder trafo dengan belitan Yd1
Arus fasa R yang mengalir pada belitan A adalah 115.6 A dengan sudut 0
derajat dengan arah dari A1 menuju A2, sedangkan arus pada belitan sekunder a
adalah 867 A dengan sudut 0 derajat, sedangkan arus pada belitan yang lain
adalah sebagai tampak pada gambar. arus yang mengalir pada fasa r merupakan
penngurangan vektor arus yang mengalir pada belitan a dan belitan c (perhatikan
arah vektor yang ditunjukkan dengan tanda panah. Pada titik disekitar a1 berlaku
hukum kirchoff :
Ir + Ic = Ia
Dengan:
sehingga diperoleh:
mempunyai sudut –30 derajat. Beda sudut sebesar 30 derajat ini hanya berlakau
ketika arus pada fasa R, S dan T mempunyai besar yang sama serta memliki beda
sudut 120 derajat (dalam kondisi yang seimbang). APabila arus pada fasa R, S , T
tidak berada dalam kondisi seimbang maka pergeserean sudut pada sisi primer
dan sekunder akan bervariasi tergantung besar arus yang mengalir pada tiap fasa
III. Alat dan Bahan
2. Voltmeter 1 Buah
I. Rangkaian Percobaan
Praktikum kali ini tentang vector group. Pada percobaan ini, dilakukan
pengujian vector group transformator dengan hubung Yy0, Yz1, Yz5, dan Yd5
Vector group trafo dinyatakan dalam bilangan jam. Tiap satu bilangan jam
mewakili beda sudut 30 derajat. Vector group menentukan pergeseran sudut arus
Pada sisi primer-primer baik pada hubung Yy0, Yz1, Yz5, maupun Yd5
menghasilkan tegangan yang tidak jauh berbeda yakni berkisar antara 400 V
sampai dengan 407 V. Pada sisi primer-sekunder baik pada hubung Yy0, Yz1,
Yz5, maupun Yd5 menghasilkan tegangan yang bervariasi yakni antara 0,02 V
sampai dengan 466 V. Hal ini karena primer-sekunder pada kondisi R-r dihubung
sekunder baik pada hubung Yy0, Yz1, Yz5, juga menghasilkan tegangan yang
bervariasi yakni antara 120 V sampai dengan 212,1 V. Sedangkan hubung Yd5
berkisar antara 69,6 V sampai 70,6 karena terjadi pergeseran sudut sebesar -150˚.
Pada sisi primer-netral baik pada hubung Yy0, Yz1, dan Yz5 juga menghasilkan
tegangan yang bervariasi yakni antara 228 V sampai dengan 233,8 V. Pada sisi
sekunder-netral baik pada hubung Yy0, Yz1, dan Yz5, juga menghasilkan
Standar dari notasi yang dipakai adalah addictive dan subtractive (warna
Untuk mendapatkan nilai akurat dari vektor, maka arus pada phasa harus
mempunyai sudut tertentu. Besar sudut optimal hanya berlaku ketika arus
pada phasa R , S dan T mempunyai sudut yang sama serta memiliki beda
sudut derajat yang seimbang. Phasa R,S,dan T tidak berada pada kondisi
2. Tegangan tertinggi pada pengujian vector grup yaitu pada sisi primer-
3. Tegangan terendah pada pengujian vector grup yaitu pada sisi primer-