Anda di halaman 1dari 13

LABOATORIUM POWER SYSTEM

PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

“PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO”

OLEH :

KELOMPOK VI

MUH. ARDIANSYAH LATIF


4D RPL D4 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
I. Tujuan Percobaan
1 Untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo.
2 Untuk mengetahui kemungkinan adanya ganguan hubung singkat
3 Untuk memastikan transformator cukup aman untuk diberi dioperasikan

II. Teori Dasar


Setiap kawat listrik dalam suatu sistem tenaga listrik - baik itu motor,
generator, kabel, switch, dan transfrmator dilindungi / ditutupi oleh suatu
isolasi listrik. Kawat yang digunakan biasanya tembaga (copper) atau
aluminium, yang dikenal sebagai penghantar listrik yang baik. Isolasi adalah
kebalikan dari konduktor, dimana isolasi tahan terhadap arus dan tetap menjaga
agar arus mengalir pada konduktor saja.
Untuk memahami tujuan isolasi disekitar konduktor maka hal tersebut
dapat dianalogikan seperti pipa yang mengalirkan air. Gambar 4.1
memperlihatkan perbandingan antara hokum Ohm terhadap pengaliran air.
Tekanan air dari pompa menghasilkan pengaliran air sepanjang pipa, jika pada
pipa terdapat kebocoran maka air akan terbuang dan mengurangi tekanan air
dalam pipa.
Dalam listrik, tegangan bertindak seperti tekanan pompa, menyebabkan
pengaliran listrik sepanjang kawat tembaga/ aluminium. Dan seperti halnya
pada pipa, maka akan ada tahanan pengaliran, namun jauh lebih kecil
dibandingkan tahanan sepanjang isolasi.

Gambar 4.1 Perbandingan pengaliran air (a) dan arus listrik (b).

Semakin kecil tahanan pada penghantar, maka semakin besar arus yang
mengalir pada tegangan yang sama. Seperti dinyatakan dalam hokum Ohm:
V=IxR
Keterangan :
V = Tegangan dalam Volt
I = Arus dalam Ampere
R = Tahanan dalam Ohm

Sebagai catatan bahwa tidak ada isolasi yang sempuna – tahanan tak
terbatas – jadi akan ada pengaliran arus melalui isolasi atau melalui ground.
Namun sangat kecil (boleh jadi sekitar satu mikroampere) tetapi itulah dasar
dari peralatan pengukuran isolasi. Semakin besar tegangan yang diberikan ke
isolasi maka semakin besar pula arus yang akan melalui isolasi. Sejumlah kecil
arus ini tidak akan membahayakan isolasi yang masih baik akan tetapi menjadi
suatu masalah bagi isolasi yang telah mulai buruk/ rusak (deteriorated).
Pertanyaannya yang akan muncul “apakah isolasi yang baik itu?”
Pada dasarnya “baik” berarti relatif untuk tahanan yang tinggi tehadap arus,
dan untuk bahan isolasi, “baik” juga dapat berarti kemampuan untuk menjaga
tahanan tinggi. Sehingga, pengukuran tahanan isolasi yang tepat dapat
memberikan kita informasi tentang bagaimana kondisi isolasi dari suatu bahan.
Serta dengan melakukan pengecekan tahanan isolasi secara teratur dapat
diperoleh kecenderungan terjadinya deteriorated.
Peralatan listrik yang baru seharusnya memiliki tahanan isolasi yang
baik (memenuhi standar nilai tahanan isolasi, sesuai tegangan kerjanya).
Namun seiring waktu operasi, ada banyak faktor yang menyebabkan tahanan
isolasi menjadi menurun, antara lain karena kerusakan mekanik, vibrasi, panas
atau dingin yang berlebihan, kotor, minyak, korosif atau hanya karena
kelembaban dan semuanya ini akan ter-kombinasi oleh faktor tekanan listrik
(electrical stresses).
Jadi isolasi yang baik itu adalah yang memiliki tahanan yang tinggi sedangkan
isolasi yang buruk cenderung memiliki tahanan yang rendah. Tinggi rendahnya
tahanan isolasi sangat dipengaruhi oleh factor-faktor yang disebutkan
sebelumnya. Gambar 4.2 memperlihatkan rangkaian tipikal untuk pengukuran
tahanan isolasi. Alat ukur tahanan isolasi (Insulation Resistance Test) akan
mengukur tahanan isolasi secara langsung dengan memberikan nilainya dalam
satu Ohm. Tahanan isolasi yang baik biasanya terukur dalam level MegaOhm
bahkan sampai dengan GigaOhm.

Gambar 4.2 Tipikal Alat ukur tahanan isolasi

Untuk alat ukur tahanan isolasi analog, maka skala


pengukurannya akan terlihat seperti gambar 4.3.

Gambar 4.3. Tipikal skala suatu alat ukur


tahanan isolasi.

Tipe-Tipe Pengujian Tahanan Isolasi


Short-Time atau Spot-Reading Test Method
Dalam metode ini, kita menghubungkan alat ukur dengan terminal yang
akan dites dan dioperasi secara singkat (biasanya direkomendasikan selama 60
detik). Seperti pada gambar 4.4, maka tahanan isolasi semakin lama semakin
meningkat, sampai dengan 60 detik, baca dan catat hasil pengukura. Perlu
diketahui bahwa hasil pembacaan ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.
Gambar 4.4. Tipikal kurva tahanan isolasi dengan metode pengetesan
short time atau spot reading

Time-resistance Method
Metode ini tidak dipengaruhi oleh suhu dan dapat memberikan kita
informasi pasti akan kondisi isolasi peralatan tanpa membutuhkan data pengetesan
yang lampau/ sebelumnya. Kita hanya melakukan pembacaan pada interval waktu
tertentu, lihat gambar 4.5. Pengetesan ini terkadang didasari pada pengetesan
penyerapan (absortion test). Tahanan isolasi yang baik akan memiliki kurva
pembacaan yang meningkat dan tidak terputus, namun jika isolasi telah
terkontaminasi, maka aka nada arus bocor tinggi, sehingga pembacaan tahanan
menjadi rendah (R = V/I).

Gambar 4.5. Tipikal kurva tahanan isolasi dengan “time-resistance test” (biasanya
digunakan pada motor dengan belitan besar)
Namun dalam percobaan ini, yang akan kita gunakan adalah short- time method.
Dengan pertimbangan keamanan peralatan praktikum, karena pada dasarnya
pengetesan tahanan isolasi adalah pengetesan “merusak”.
Untuk memudahkan penentuan baik tidaknya tahanan isolasi, para
professional pemeliharaan telah lama menggunakan aturan bahwa “tahanan
isolasi seharusnya mendekati 1 megaohm untuk setiap 1000 Volt tegangan
operasi, dengan nilai minimum 1 megaohm.

Tegangan Pengujian Tehadap Rating peralatan


Umumnya pengujian tahanan isolasi menggunakan tegangan DC dengan besar
tegangan tergantung rating tegangan peralatan , seperti pada tabel di bawah ini”

Tabel 1.

Penggunaan tegangan dc ini dikarenakan kelebihannya dibandingkan pengetesan


dengan tegangan ac , yakni:
- Biaya yang lebih murah
- Lebih ringan
- Ukuran yang lebih kecil
- Tidak merusak

Pengukuran tahanan isolasi pada transformator, meliputi:


- Kumparan primer – Ground (R – G, S – G, T – G)
- Kumparan primer – primer (R – S, R – T, S – T)
- Kumparan primer – sekunder (R – r, R – s, R – t, S – r, S – s, S – t, T – r, T – s, T – t)
- Kumparan sekunder – ground (r – G, s – G, t - G)
- Kumparan sekunder – sekunder (r – s, r – t, s - t)
III. Rangkaian Percobaan
1. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Primer – Ground

2. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Primer – Primer


3. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Primer – Sekunder

4. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Sekunder – Ground


5. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Isolasi, Sekunder –
sekunder

IV. Alat dan Bahan

- 1 unit transformator 3 fase

- Alat ukur tahanan isolasi (Insulation Tester)

- Kabel penghubung secukupnya.

V. Langkah Kerja
1 Menyiapkan alat dan bahan

2 Memastikan modul transformator tidak bertegangan

3 Memeriksa kondisi battery dari insulation tester, jika telah kurang dari
50%, menghubungkan power supplay ke alat test.
4 Membuat rangkaian seperti pada rangkaian percobaan, dimulai dengan
tahanan isolasi primer – ground.
5 Memilih tegangan injeksi sesuai tegangan operasi transformator
(Memilih 500 Vdc atau maksimal 1000 Vdc)
6 Menekan tombol test, memperhatikan display alat ukur, setelah
pembacaan mencapai waktu periode injeksi, membaca dan mencatat
hasil pengukuran (memperhatikan satuan pengukuran, MOhm atau
Gigaohm)
7 Mengulangi langkah 4 – 6 untuk titik percobaan selanjutnya.
8 Menganalisa data dan menyimpulkannya.

VI. Data Percobaan

No Titik Pengukuran Tahanan Isolasi (M atau G) *)


1 Primer - Ground R–G 823 M
S–G 818 M
T–G 804 M
2 Primer - Primer R–S 1,60 G
R–T 1,70 G
S–T 1,68 G
3 Primer - Sekunder R–r 2,68 G
R–s 2,45 G
R–t 2,86 G
S–r 2,39 G
S–s 2,32 G
S–t 2,72 G
T–r 2,35 G
T–s 2,28 G
T–t 2,53 G
4 Sekunder – Ground r–G 1,53 G
s–G 1,42 G
t–G 1,50 G

5 Sekunder – Sekunder r–s 3,08 G

r–t 3,42 G
s–t 3,06 G
VII. Analisis Data
Praktikum kali ini tentang tahanan isolasi pada trafo. Pada praktikum
ini, dilakukan pengukuran pada 5 parameter uji tahanan isolasi yaitu uji
tahanan isolasi pada sisi primer dan grounding, tahanan isolasi pada sisi
primer dan sekunder, tahanan isolasi pada sisi sekunder dan grounding,
tahanan isolasi pada sisi sekunder dan sekunder, serta tahanan isolasi pada
sisi primer dan primer.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tahanan isolasi yang
disebut Insulation Resistance Tester. Dalam penggunaannya, Insulation
Resistance Tester diinjeksikan tegangan DC ke titik pengukuran yang
nilainya bergantung pada tegangan kerja trafo tersebut. Tegangan DC
tersebut akan menghasilkan arus bocor yang akan melewati isolasi belitan
sehingga besar arus yang ditimbulkan menjadi hasil pembacaan alat ukur
dalam nilai tahanan dengan satuan MegaOhm atau GigaOhm. Tiap-tiap
pengujian parameter, diberikan tegangan pengujian DC selama 15 detik
untuk mendapatkan hasil pengujian yang tepat dan akurat. Setelah 15 detik,
maka secara otomatis alat ukur yang kami gunakan menampilkan nilai hasil
tahanan isolasinya.
Pada percobaan ini, trafo yang digunakan untuk pengukuran tahanan
isolasi memiliki tegangan kerja sebesar 400√ 3 volt sehingga tegangan DC
pengujian yang diberikan sebesar 500 volt. Pemberian tegangan pengujian
tidak boleh melebihi batas toleransi rating tegangan pengujian tahanan
isolasi karena hal itu dapat merusak belitan pada trafo itu sendiri. Untuk
toleransi rating tegangan pengujian tahanan isolasi dapat dilihat pada tabel.
Untuk peralatan listrik tegangan rendah, nilai tahanan isolasi normal
harus lebih besar dari 1 MegaOhm (>1MΩ). Jika hasil pengukuran lebih
rendah dari 1 MegaOhm, maka belitan trafo tersebut perlu diganti atau
dilakukan perbaikan karena akan menimbulkan short circuit atau hubung
singkat. Dari data percobaan pengujian tahanan isolasi yang kami diperoleh
yang dapat dilihat pada tabel data percobaan di atas, maka tahanan
isolasinya berkisar antara 1,60 – 3,50 GΩ. Hal ini menandakan bahwa trafo
yang kami uji tahanannya isolasinya masih dalam keadaan normal.

VIII. Kesimpulan
Setelah praktikum ini, maka praktikan dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengujian tahanan isolasi bertujuan untuk mendeteksi apakah kondisi
trafo apakah layak operasi atau tidak.
2. Trafo yang digunakan pada praktikum ini layak dan aman untuk
dioperasikan.
3. Gangguan hubung singkat bisa diketahui dengan melalukan pengujian
tahanan isolasi trafo.

Anda mungkin juga menyukai