Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI I

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

OBAT SISTEM SARAF OTONOM (ADRENERGIK)

DI SUSUN OLEH :

ANNISA AMALIA MOKOGINTA

AULYA RYANDA

AYUK KARTIKA

DILHA OCTAVIANI

DWI PRATIWI

DYAH RESTI FAUZIA

EEN.S

EKA OKTAVIANI FAISAL


KATA PENGANTAR

               Puji syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Obat Sistem Saraf Otonom”, dapat

diselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Farmakologi. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat tantangan

dan teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua  pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

 Penulis berharap setelah menyusun makalah ini pengetahuan serta  pemahaman

baik penulis maupun pembaca akan lebih berkembang. Semoga makalah ini dapat

memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun

materinya.

Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membangun guna perbaikan dan

penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat dan memenuhi harapan  pembaca.

Makassar, 07 November 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makin tinggi makhluk hidup berkembang, makin besar kebutuhan akan

sistem penghantar informasi, sistem kordinasi dan sistem pengaturan, disamping

kebutuhan akan organ pemasok dan organ ekskresi. Pada manusia, sistem saraf,

khususnya otak, mempunyai kemampuan berfungsi yang jauh lebih berkembang

daripada sistem saraf makhluk hidup lain. fungsi dari sistem saraf itu sendiri y aitu

untuk menerima rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi didalam

tubu, mengubah rangsangan, menghantarkannya dang memprosesnya, serta

mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang dibebaskan

dari pusat ke perifer.

Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf

otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro-

intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas

lainnya.Ada sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian

saja.

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi

viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak

di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri
khususnyakorteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih

rendah sehingga demikian mempengaruhi pengaturan otonomik.

Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna untuk

memperkirakan efek farmakologi obat-obatan sistem saraf simpatis maupun

parasimpatis. Yang meneruskan rangsangan dari saraf simpatis pascaganglion ke sel

efektor adalah zat yang dikenal sebagai simpatin. Simpatin ini ternyata adalah NE,

transmitter adrenergik selain NE termasuk dopamine, transmitter terpenting system

ekstrapiramidal dan epinefrin yang dihasilkan oleh medulla adrenal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian adrenergic?

2. Bagaimana penggolongan mekanisme kerjanya?

3. Apa kontraindikasinya?

4. Apa efek samping dan interaksi obat dari obat SSO?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang pengertian adrenergic

2. Menjelaskan bagaimana penggolongan mekanisme kerja

3. Menjelaskan apa kontraindikasinya

4. Menjelaskan efek samping dan interaksi obat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disebut sistem saraf vegetatif, meliputi antara

lain saraf – saraf dan ganglia (=majemuk dari ganglion = simpul saraf) yang

merupakan persarafan ke semua otot polos dari berbagai organ (bronchia,

lambung, usus, pembuluh darah, dan lain – lain). Termasuk dalam kelompok

ini adalah beberapa kelenjar (ludah, keringat dan pencernaan) dan juga otot

jantung, yang sebagai pengecualian bukan merupakan otot polos, tetapi otot

lurik. Dengan demikian, SSO tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya

adalah mengatur secara otomatis unsur – unsur fisiologi yang konstan, seperti

suhu badan, tekanan dan peredaran darah, serta pernapasan.

SSO dapat dipecah lagi dalam dua cabang, yakni Sistem (Orto)

simpatis (SO) dan Sistem parasimpatis (SP). Pada umumnya dapat dikatakan

bahwa kedua susunan ini bekerja antagonistis: bila satu sistem merintangi

fungsi tertentu, sistem saraf lainnya justru menstimulasinya. Tetapi, dalam

beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau bahkan bersifat

sinergistik.

B. Pengertian dan penggolongan Obat Sistem Saraf Otonom (Adrenergik)


Adrenergika atau simpatomimetika adalah zat – zat yang dapat

menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi Susunan

Simpaticus (SS) dan melepaskan noradrenalin (NA) di ujung – ujung

sarafnya. SS berfungsi meningkatkan penggunaan zat oleh tubuh dan

menyiapkannya untuk proses disimilasi. Adrenergika dapat dibagi dalam dua

kelompok, yaitu :

a. Zat – zat yang bekerja langsung. Kebanyakan katecholamin bekerja

langsung terhadap reseptor dari organ tujuan, antara lain adrenalin, NA

dan isoprenalin. Dikenal pula sejumlah zat yang bekerja menurut kedua

prinsip, seperti efedrin dan dopamine.

b. Zat – zat dengan kerja tak langsung. Noradrenalin disintesis dan

disimpan di ujung – ujung saraf adrenergik dan dapat dibebaskan dari

depotnya dengan merangsang saraf bersangkutan atau dapat juga denan

perantaraan obat – obat seperti efedrin, amfetamin, guanetidin dan

reserpine.

Penggolonan dapat dilakukan menurut jenis reseptor yang khusus

distimulasi oleh obat, sebagai berikut :

a. Efek-α + β : adrenalin, efedrin dan dopamine.

b. Efek-α : NA, fenilefrin, nafazolin dan turunan.

c. Efek-α2 : metildopa, klonidin, guanfasin, mungkin juga reserpine,

dengan efek hipotensif.

d. Efek-β1 + β2 : adrenalin, efedrin, isoprenalin, isoksuprin.


e. Efek-β1 : NA, oksifedrin dan dobutamin, dengan efek utama terhadap

jantung (inotrope/kronotrop positif)

f. Efek-β2 : salbutamol, terbutalin, fenoterol dan turunannya, juga ritodrin

dengan khusus efek bronchodilatasi dan relaksasi Rahim.

Secara kimiawi, adrenergika dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu

derivat feniletilamin dan derivate imidazolin.

a. Derivat feniletilamin (C6H5-C-C-NH2) yang bias didiferensiasi lagi dalam

3 kelompk, yang menurut urutan kebawah berkurang sifat adrenergic

tetapi efeknya lebih panjang. Efek stimulasinya terhadap SSP bertambah

kuat dan terkuat pada amfetamin.

- Katecholamin : adrenalin, NA serta isoprenalin dan turunannya, yang

memiliki 2 gugus –OH dan cincin-benzen.

- Zat – zat dengan 1 gugus –OH (posisi meta) : fenilefrin.

- Zat – zat tanpa gugus –OH : efedrin, amfetamin dan turunannya.

b. Derivat imidazolin : ksilometazolin, nafazolin dan turunannya,yang

berkhasiat dekongestif (menciutkan) lebih lama terhadap mukosa hidung

tetapi dengan efek sentral ringan sekali.

C. Mekanisme kerja Obat Sistem Saraf Otonom (Adrenergik)

1. Menghambat sintesis transmitter : α-metiltirosin.

2. Menghambat penyimpanan transmitter : reserpin.

3. Menghambat pelepasan transmitter : guanetidin, guanadrel, bretilium

4. Menyebabkan penglepasan transmitter : Tiramin, efedrin, amfetamin.


5. Mengosongkan transmitter vesikel saraf : reserpin, guanetidin.

6. Hambatan ambilan kembali transmitter : kokain, imiprani.

7. Perangsangan reseptor (agonis) :

- Umum : epinefrin

- α1 : fennilefrin

- α2 : klonidin

- β1, β2 : isoproterenol

- β1 : dobutamin

- β2 : terbutalin, salbutamol

- α, β : labetalol

- α1, α2 : fenoksibenzamin, fentolamin

- α1 : prazosin, doxazosin

- α2 : yohimbin

- β1, β2 : propranolol

- β1 : metoprolol, atenolol

8. Hambatan pengrusakan transmitter : MAOI

D. Kontraindikasi Obat Sistem Saraf Otonom

Obat-obat system saraf otonom ini tidak boleh digunakan pada ibu

hamil, tidak boleh digunakan pada penderita Sternosis subaorta, aneoreksia,

insomnia, dan estenia, pada pendertia yang mendaoatkan α-bloker nonselektif,

karena kerjanya yang tidak terimbangi pada reseptor α pembuluh darah dapat
menyebabkan hipertensi yang berat dan pendarahan otak. Dan harus

disesuaikan dosisnya pada penderita antidepresi trisiklik.

E. Efek Samping dan Interaksi Obat Obat Sistem Saraf Otonom

Pada dosis biasa, adrenergika dapat menimbulkan efek samping

terhadap jantung dan SSP, yaitu tachycardia dan jantung berdebar, nyeri

kepala, gelisah dan sebagainya. Oleh karena itu, adrenergika harus digunakan

hati-hati pada pasien yang mengidap infark jantung, hipertensi, dan

hipertirosis.

Tachyfylaxis, bila digunakan lama seperti pada asma, adrenergika bisa

menimbulkan tachyfylaxis, semacam resistensi yang terjadi dengan pesat bila

obat diberikan berulang kali dalam waktu yang singkat. Yang terkenal adalah

efedrin dan obat-obat lain dengan kerja langsung akibat habisnya persediaan

NA. Karena itu, obat-obat ini janganlah digunakan terus-menerus melainkan

diselingi dengan obat-obat asma lainnya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur

fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-

pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus.

Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna untuk

memperkirakan efek farmakologi obat-obatan sistem saraf simpatis maupun

parasimpatis.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan

jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan

berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka

dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan

makalah dalam kesimpulan di atas.


DAFTAR PUSTAKA

Neal, J Michael. Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1995.Farmakologi


dan Terapi Edisi IV. Jakarta: Gaya Baru.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1987.Farmakologi


dan Terapi Edisi III. Jakarta: Gaya Baru

Tjay, Tan Hoan. 2010. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.Farmakologi


dan Terapi Edisi V. Jakarta: Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai