Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN LENGKAP

ILMU RESEP

R/ Pct 500 mg, CTM 4 mg, Ambroxol 2 tab, Cefadroxil 500 mg


R/ Pct 500 mg, Codein 20 mg, CTM 4 mg

Oleh:
Kelas D3 A 2020 Kelompok 1

Asisten: Hernawati

LABORATORIUM FARMASETIKA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang disebut
dengan meracik adalah mencampur beberapa bahan untuk dijadikan
obat dan jamu. Dengan demikian, ilmu meracik obat adalah ilmu
tentang bagaimana mencampur beberapa bahan untuk dijadikan obat.
Ilmu ini penting, terutama bagi apoteker dan asistennya, karena tidak
semua obat yang tertulis dalam resep dokter bisa langsung disediakan
oleh apotek. Tidak jarang obat yang tertera dalam resep dokter masih
perlu diracik lebih dulu sebelum diberikan kepada pasien. (Moh. Anief,
1999)

Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan


obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai
obat. Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung sedikit kesenian,
maka dapat dikatakan bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari
seni meracik obat (art of drug compunding), terutama ditujukan untuk
melayani resep dari dokter. (Herlambang Rahmadhani, 2019)

Pada waktu seseorang mulai terjun masuk kedalam pendidikan


kefarmasian berarti dia mulai mempersiapkan dirinya untuk melayani
masyarakat dalam hal memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman
dan bermutu, pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang
berada di masyarakat, serta meningkatkan peranan dalam bidang
penyelidikan dan pengembangan obat-obatan. (Syamsuni, 2006)

Ilmu resep sebenarnya telah ada dikenal yakni semenjak timbul


penyakit.Mempelajari resep berarti mempelajari penyediaan obat-
obatan untuk kebutuhan si pasien. Seseorang akan sakit bila
mendapatkan serangan dari bibit penyakit. (Syamsuni, 2006)

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,


mercacik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-
sifat obat serta mendistribusikan dan penggunaanya secara aman.
Farmasi dalam bahasa yunani (Greek) disebut farmakon yang berarti
medika atau obat.

(Syamsuni, 2005)
Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni
dan ilmu dalam hal penyediaan dan pengolahan bahan sumber alam
serta bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk
didistribusikan serta digunakan dalam pengobatan dan pencegahan
suatu penyakit.

(Syamsuni, 2005)
I.2. Maksud dan Tujuan
I.2.1. Maksud
Adapun maksud dari pembelajaran ilmu resep yaitu mengetahui
bagaimana cara meracik dan membuat obat dalam berbagai bentuk,
seperti serbuk terbagi, tidak terbagi dan kapsul.

I.2.2. Tujuan
1. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri.

2. Mampu untuk membuat obat dalam bentuk serbuk.


3. Mampu untuk meracik obat untuk suatu penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan
dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Umi Athijah, 2011)

Sedangkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan


Nomor 58 Tahun 2014, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. (M.Fadhol Romdhoni, 2012)

Resep elektronik adalah metode yang kuat untuk mencegah


medication error yang disebabkan oleh kesalahan interpretasi seperti
pada resep yang ditulis tangan. Resep elektronik dapat memastikan
bahwa dosis, bentuk sediaan, waktu pemberian yang tertulis adalah
benar dan dapat juga mengetahui adanya interaksi obat, adanya alergi
terhadap obat tertentu dan kesesuaiannya dengan kondisi pasien misal
pada pasien gangguan fungsi ginjal. (Syamsuni, 2006)

II.1.2 Bagian – bagian resep


Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian – bagian yang disebut:
II.1.2.1. Inscriptio
Inscriptio adalah sebagai identitas dokter penulis resep. Format
inscriptio suatu resep dari rumah sakit berbeda dengan resep pada
praktik pribadi, untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota
provinsi.

Inscriptio terdiri dari:


1. Nama dokter
2. Alamat dokter
3. Nomor SIP
4. Nomor telepon dokter
5. Tempat dan tanggal penulisan resep
II.1.2.2 Invocatio
Invocatio adalah permintaan tertulis dokter yang penulisannya
terdapat pada bagian kiri penulisan resep. Berfungsi sebagai kata
pembuka komunikasi antara dokter penulis resep dengan apoteker di
apotek.

Invocatio terdiri dari:


1. Tanda R/ = Recipe yang artinya ambillah, yang maksudnya kita
diminta untuk menyiapkan obat - obat yang nama dan jumlahnya tertulis
didalam resep.

II.1.2.3 Praescriptio
Praescriptio adalah nama obat dan kekuatan sediaan obat yang
mutlak harus ada dalam resep.

Praescriptio terdiri dari:


1. Nama obat
2. Kekuatan sediaan obat
II.1.2.4 Signatura
Signatura adalah tanda cara pakai obat, regimen dosis pemberian
serta rute dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan
penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

Signatura terdiri dari:


1. Tanda cara pakai obat atau aturan pemakaian obat
2. Nama pasien
3. Umur pasien
4. Alamat pasien
II.1.2.5 Subscriptio
Subscriptio adalah penutup bagian utama resep, di tandai dengan
penutup yaitu tanda tangan atau paraf dokter yang menuliskan resep
tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep yang
mengandung injeksi golongan narkotika harus ditanda tangani oleh
dokter tidak cukup hanya dengan paraf dokter.
Subscriptio terdiri dari:
1. Tanda tangan atau paraf dokter yang menulis resep tersebut
(Soetopo,
2004) II.1.3 PENGGOLONGAN OBAT

Menurut Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib


Daftar Obat Jadi Golongan obat adalah : penggolongan yang
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi yang terdiri dari Obat bebas, Obat bebas
terbatas, Obat keras, Obat wajib apotek (OWA), Obat Psikotropika dan
Obat Narkotika.

II.1.3.1 OBAT BEBAS


Obat bebas adalah: obat dengan tingkat keamanan yang luas, yang
dapat diserahkan tanpa resep dokter. Contoh: Enzyplex caplet, Asam
mefenamat tablet. Penandaan khusus pada kemasannya untuk
golongan obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis hitam
ditepinya.

Gambar 10. Logo golongan obat bebas (Tati Suprapti, 2016)


II.1.3.2 OBAT BEBAS TERBATAS
Obat bebas terbatas (daftar W = Waarschuwing) adalah: obat
keras yang dalam jumlah tertentu dapat diserahkan tanpa resep dokter.
Pada kemasan obatnya selain terdapat tanda khusus lingkaran biru
dengan garis hitam ditepinya. Selain penandaan khusus lingkaran biru
dengan garis hitam di tepinya juga terdapat tanda peringatan P. No. 1
hingga P.
No.6.

Contoh golongan obat bebas terbatas: Decolgen tablet.

Gambar 11. Logo golongan obat bebas (Tati Suprapti, 2016)


II.1.3.3 OBAT KERAS
Definisi Obat Keras ada empat:
1. Obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter (antibiotika,
obat hipertensi, obat jantung, hormon, obat kanker, antihistamin
untuk obat dalam dll);

2. Obat yang penggunaannya dengan cara disuntikkan atau dengan


merobek rangkaian asli dari jaringan seperti sediaan obat dalam
bentuk injeksi, larutan infus, sedian implan (sedian yang
mengandung hormon untuk KB)

3. Semua obat baru yang belum terdaftar di Depkes (yang tidak


mempunyai kode registrasi dari Depkes/ Badan POM);

4. Semua obat dalam keadaan subtansi atau semua obat yang


terdapat dalam daftar obat keras (keadaan subtansi = bahan baku
obat). Penandaan khusus untuk obat jadi golongan obat keras:
Lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam, didalamnya
terdapat huruf K yang menyentuh lingkaran hitam. Obat keras: bila
dilihat pada buku

Indeks Spesialite Obat (ISO) ada tulisan K, dan di buku MIMS ada
tulisan
G disebelah kanan nama obatnya. Contoh golongan obat keras:
Chloramphenicolum capsul, Captopril tablet, Gentamycin injeksi

Gambar 12. Logo golongan obat Bebas obat Bebas (Tati Supriati, 2016)
II.1.3.4 OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
Obat Wajib Apotek adalah Obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. Contoh OWA obat jerawat:
Clindamycin cream, Methampyron tablet, Omeprazol capsul. Tujuan
ditetapkannya keputusan ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan perlu ditunjang
dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara
tepat, aman dan rasional;

2. Bahwa pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat


dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri yang sekaligus menjamin penggunaan obat
secara tepat, aman dan rasional;

3. Untuk meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan


KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), serta pelayanan obat
kepada masyarakat. (Tati Suprapti, 2016)

II.1.3.5 OBAT GOLONGAN NARKOTIKA


Definisi Narkotika menurut UU no. 35 tahun 2009 tentang
narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibeda-bedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana yang terlampir dalam undang-undang ini aatau yang
kemudian ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan. Contoh obat
Narkotika golongan II: Morfin injeksi, Morfin tablet; contoh narkotika
golongan III: Codein Tablet, Coditam Tablet, Doveri Tablet. Penandaan
khusus pada kemasan sediaan jadi narkotika adalah palang medali
merah.

Gambar 13. Logo golongan obat narkotika (Tati Suprapti, 2016)


II.2.6 OBAT GOLONGAN PSIKOTROPIKA
Definisi Psikotropika menurut Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun
1997 tentang Psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat, yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh: Mazindol

(Teronac), Klonazepam (Rivotril), Alprazolam (Alganax), Braxidin


(mengandung klordiazepoxide), Klobazam (Frisium),
Phenobarbital/Luminal (Bellaphen tablet mengandung phenobarbital).
(Tati Supriati, 2016)
II.1.4 SINGKATAN LATIN
Sesuai dengan definisinya resep adalah permintaan tertulis dari
Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek
(APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien.
Karena resep juga merupakan informasi yang terkait dengan keadaan
penyakit pasien dan agar lebih singkat dalam menuliskan aturan
penggunaan obat, biasanya dokter menuliskannya dengan
menggunakan singkatan latin.

(Suprapti, 2016)
II.1.4.1 Aturan Penggunaan
Singkatan Kepanjangan Arti
S Signa Tandai
a.c. ante coenam Sebelum makan
d.c. durante coenam Pada waktu makan
p.c. post coenam Setelah makan
a.p. ante prandium Sebelum sarapan pagi
a.h. alternis horis Selang satu jam
abs.febr absente fibre Bila tidak demam
h.v. hora vespertina Malam hari
N Nocte Malam hari
h.s. hora somni Waktu tidur
h.m. hora matutina Pagi hari
s.d.d. semel de die Sekali sehari
b.d.d. bis de die Dua kali sehari
t.d.d. ter de dir Tiga kali sehari
q.d.d quarter de dir Empat kali sehari
s.n.s si necesse sit Bila perlu
s.o.s si opus sit Bila perlu
u.p usus propius Untuk dipakai sendiri

u.c usus cognitus Cara pakai sudah diketahui

i.m.m In manus medici Berikan kepada dokter


gtt. Guttae Tetes
C atau Cochlear Sendok makan (15ml) Kadang
cochl. tertulis C.besar

C.p cochlear parvum Sendok bubur (8ml)


C.th cochlear theae Sendok the
Ukuran 5 ml, namun Farmakope
Belanda menulis 3 ml.

C.orig Cochlear original Sendok dari pabrik


C.kecil Sendok 5 ml
(Andi Nur Aisyah,
2020)
II.1.4.2 Aturan Peracikan
Singkatan Kepanjangan Arti
m.f misce fac Campur dan buatlah
a.a. Ana Masing-masing
aa p.aeq. ana partes aequales Masing-masing sama
banyak
a.d. Ad Sampai
Add Adde Tambahkan
ad.libit. ad libitum Sesukanya
q.s quantum satis Secukupnya
d.t.d da tales doses Berikan dalam dosis
demikian

d.i.d da in dimidio Berikan setengahnya

Cito Cito Segera


p.i.m periculum in mora Berbahaya jika ditunda
div.in.part.aeq. Divide in partes Bagilah dalam bagian
aequales bagian yang sama

G Gramma Gram
gr Grain Kurang lebih 65 mg
d.c.f da cum formula Berikan dengan resepnya

(Suprapti,
2016)
II.1.4.3 Lokasi penggunaan
Singkatan Kepanjangan Arti
a.d. auris dextrae Telinga kanan
a.l. auris laevae Telinga kiri
i.o.d in oculo dextro Pada mata kanan
i.o.s In oculo sinistro Pada mata kiri
us. ext. u.e. usus externum Untuk pemakaian luar
ext.ut. externe untendum Pemakaian sebagai obat luar
us.int. usus internum Untuk pemakaian dalam
loc.dol locus dolens Tempat yang nyeri
i.v intra vena Ke dalam pembuluh darah
i.m Intra muscular Ke dalam jaringan otot
p.o per oral Melalui mulut
s.c sub cutan Di bawah kulit
Oris Oris Mulut
Fl Flesh Botol
(Suprapti,
2016)
II.1.4.4 Bentuk sediaan
Singkatan Kepanjangan Arti
ampl. Ampula Ampul
aurist. Auristillae Obat tetes telinga
bol. Boli Pil besar
caps. Capsule Kapsul
collut. Collutio Obat cuci mulut
garg. Gargarisma Obat kumur
crem. Cremor Krim
emuls. Emulsum Emulsi
pulv. Pulveres Serbuk terbagi
narist. Naristillae Obat tetes hidung
oculent. Oculentum Salep mata
past.dentifr. pasta dentrificia Pasta gigi
pil. Pilula Pil
pot. Potio Obat minum
pulv. Pulvis Serbuk
pulv.adsp. pulvis Serbuk tabor
adspersorius

sol. Solution Larutan


tinc. Tincture Tingtur
(Suprapti, 2016)
II.1.4.5 Angka
No Angka Romawi Latin Arti
1 I Unus Satu
2 II Duo Dua
3 III Tress Tiga
4 IV Quattuor Empat
5 V Quindecim Lima
6 VI Sex Enam
7 VII Septem Tujuh
8 VIII Octo Delapan
9 IX Novem Sembilan
10 X Decem Sepuluh
11 XI Undecim Sebelas
12 XII Duodecim Dua belas
13 XIII Tressdecim Tiga belas
14 XIV Quatuuordecim Empat belas
15 XV Quindecim Lima belas
16 XVI Sedecim Enam belas
17 XVII Septendecim Tujuh belas
18 XVIII Duodeviginti Delapan belas
19 XIX Undeviginti Sembilan belas
20 XX Viginti Dua puluh
30 XXX Triginta Tiga puluh
40 XL Quadraginta Empat puluh
50 L Quinquaginta Lima puluh
60 LX Sexaginta Enam puluh
70 LXX Septuaginta Tujuh puluh
80 LXXX Octoginta Delapan puluh
90 XC Nonaginta Sembilan puluh
100 C Centum Seratus
200 CC Ducenta Dua ratus
300 CCC Trecenta Tiga ratus
400 CD Quadrigenta Empat ratus
500 D Quingenta Lima ratus
600 DC Sescenta Enam ratus
700 DCC Septingenta Tujuh ratus
800 DCCC Octingenta Delapan ratus
900 CM Nongenta Sembilan ratus
1000 M Mille Seribu
2000 MM Duo millia Dua ribu
3000 MMM Tria millia Tiga ribu
4000 MMMM Quattoure millia Empat ribu
5000 MMMMM Quinque millia Lima ribu
(Andi Nur Aisyah,
2020) II.1.5 PERHITUNGAN DOSIS DAN
PERHITUNGAN BAHAN
Menurut (Syamsuni, 2006) Dosis obat adalah takaran yang cukup
agar dapat menekan timbulnya efek samping), tidak berlebihan yang
dapat mencapai efek terapeutik optimal.

II.1.5.1 Beberapa rumus perhitungan dosis


a. Berdasarkan Umur
1. Rumus Young

Dosis =

(untuk anak umur dibawah 8 tahun)


2. Rumus Fried

Dosis =

( untuk anak umur 0-2 tahun )


3. Rumus dilling

Dosis =

( untuk umur diatas 8 tahun )


4. Rumus Cowling
Dosis =

(untuk anak umur diatas 8 tahun)


b. Berdasarkan bobot badan
Rumus Clark
Dosis =

Dosis =

Dimana : W = Berat badan anak dalam kilogram


c. Berdasarkan luas permukaan tubuh
Rumus Catzel

Selain 3 cara perhitungan dosis anak di atas, ada pula cara perhitungan
dosis lain yang perlu diketahui dimana perhitungan ini berlaku untuk
anak dan orang dewasa, yaitu:

1. Dosis dengan Pemakaian Berdasarkan Jam


a. Menurut Farmakope Edisi-III
Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari
dihitung 24/n kali: dimana n = selang waktu pemberian.
Misalnya: S.o.4.h (setiap 4 jam) = 24/4 kali = 6 x sehari
semalam.

b. Menurut Van Duin


Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotik
dihitung sehari semalam 24 jam. Dengan contoh yang sama
pemakaian dihitung sebagai berikut: (16/4+1) kali = (4+1) kali =
5 kali sehari semalam.

2. Dosis maksimum gabungan/kombinasi


Dosis maksimum gabungan/kombinasi harus dihitung kedalam
suatu resep terdapat dua obat atau lebih yang kerjanya searah dan
tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obatan yang searah
tersebut, baik sekali maupun sehari pakai. Misalnya: Atropine Sulfat
dengan Ekstrak Belladonae, Pulvis Opii dengan Pulvis Doveri,
Kofein dengan Aminofilin.

Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


merupakan perhitungan dosis yang lebih akurat ketimbang
menggunakan rumus perhitungan umur saja, atau dengan berat badan
saja, perhitungan dosis BSA (Body Surface Area) ini sebaiknya
dilakukan terutama untuk pasien pediatric/anak-anak. Rumus
perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du bois and Du
Bois. (Syamsuni, 2006) Rumus:

𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊(𝒄𝒎)×𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕(𝒌𝒈)
Luas permukaan Tubuh( 𝒎𝟐 = √( )
𝟑𝟔𝟎𝟎
Setelah luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan
kedalam rumus dibawah ini untuk melakukan konversi/penyesuaian dari
dosis dewasa ke dosis anak-anak. Dosis perkiraan konversi = Luas
permukaan tubuh (LPT) Anak/LPT Dewasa x Dosis Dewasa, seperti
dibawah ini:

𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 (𝒎𝟐)


Dosis perkiraan = × 𝑫𝒐𝒔𝒊𝒔 𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂
𝟏,𝟕𝟑(𝒎𝟐 )

II.1.6 PENGENCERAN
Menurut (Syamsuni, 2006) Pengenceran obat atau pemicikan obat
merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk meningkat keakuratan
takaran obat dalam resep disebabkan takaran obat <50 mg, sehingga di
khawatirkan alat tidak akurat dalam menimbangnya, sehingga
diperlukan pengenceran obat. Pengenceran obat harus dilakukan
dengan menambahkan bahan yang inert (tidak bereaksi) dan tidak
memiliki efek farmakologi). Pengenceran obat bisa dilakukan untuk
membuat sediaan padat (solid) maupun sediaan cair (liquid), untuk
bahan padat misalnya saccharum lactis dan untuk bahan cairan
aquadest.

Aturan umum pengenceran atau aturan perbandingan obat dan


pengencer:
a. Ketika berat obat dalam resep 10-50 mg maka dibuat perbandingan
pengenceran 1:10, artinya bahan ditimbang 50 mg, eksipien 450
mg, total 500 mg

b. Jika berat obat dalam resep 1-10 mg maka dibuat perbandingan


pengenceran 1:50, artinya bahan ditimbang 50 mg, eksipien
pengencer 2450 mg, total 2500 mg.

c. Jika berat obat dalam resep 0,1-1 mg maka dilakukan


pengenceran bertingkat (dua kali pengenceran)

II.1.6.1 Metode Pemicikan Sediaan Padat


a. Ketentuan batas penimbangan terendah adalah 50 mg
b. Timbang obat yang akan diencerkan sebesar 50 mg
c. Tambahkan saccharum lactis (SL) (tergantung perbandingan
pengenceran) misalnya 1:10 artinya 1 bagian obat (50 mg)
diencerkan hingga 10 kalinya menjadi (500 mg) berarti jumlah
saccharum lactis

(SL) 9 bagian
d. Rumus pengenceran obat (pemicikan) rentang 10 mg sampai 50
yang harus ditimbang 500 mg - 50 mg = 450 mg atau dengan cara
perhitungan 9/10 x 500 mg.

e. Gerus campuran SL dan Obat sampai homogen.


II.1.5.2 Rumus Pengenceran Obat (pemicikan) rentang 1 mg sampai
10 mg:

II.1.7 Ketentuan Umum Farmakope


1. Dosis Maksimum (DM)
Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat
dilakukan dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter
penulis resep, memberi garis bawah nama obat tersebut dan
menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap. (Syamsuni,
2006)

2. Dosis Lazim
Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi
digunakan sebagai pedoman umum. Misalnya, obat CTM
(4mg/tablet) disebutkan dosis lazimnya 6-16 mg/hari dan dosis
maksimumnya 40 mg/hari, bila seseorang minum 3 sehari 2 tablet,
berarti dosis maksimumnya belum dilampaui. Akan tetapi, ini
dianggap tidak lazim karena hanya dengan 3 sehari 1 tablet
sudah dapat mencapai efek terapi yang optimal. (Syamsuni, 2006)

3. Istilah Kelarutan untuk Melarutkan 1 Bagian Zat


Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat

sangat mudah larut Kurang dari 1


Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
(FI III, 1979 hal. 31)
4. Persen

a. Persen bobot per bobot, % b/b, menyatakan jumlah g zat dalam


100 g bahan atau hasil akhir.

b. Persen bobot per volume, % b/v, menyatakan jumlah g zat dalam


100 ml bahan atau hasil akhir

c. Persen volume per volume, % v/v, menyatakan jumlah ml zat


dalam
100 ml bahan atau hasil akhir
d. Persen volume per bobot, % v/b, menyatakan jumlah ml zat dalam
100 g bahan atau hasil akhir. (Syamsuni, 2006)
II.1.8 Copy Resep dan Etiket
1. Copy Resep
Copy resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh
apotek. Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep
asli juga harus memuat:

a. Nama dan alamat apotek

b. Nama dan nomor S.I.K Apoteker Pengelola Apotek


c. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek
d. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan atau tanda ne
det = nedetur untuk obat yang belum diserahkan.

e. Nomor resep dan tanggal pembuatan.


Istilah lain dari copy resep adalah apograph,
exemplum, afschrif. Apabila Apoteker Pengelola apotik berhalangan
melakukan tugasnya, penandatangan atau pencantuman paraf pada
salinan resep yang dimaksud di atas dilakukan oleh Apoteker
pendamping atau Apoteker pengganti dengan mencantumkan nama
terang dan status yang bersangkutan. (Seno Soetopo, 2004)

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis


resep atau yang merawat penderita, penderita sendiri dan petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-
undangan yang berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan
untuk suatu perkara. (Seno Soetopo, 2004)

2. Etiket obat
Penyerahan suatu obat, baik obat bebas, obat bebas terbatas, maupun
obat yang berdasarkan resep doketr harus dilengkapi dengan etiket. Etiket
adalah kertas yang berisi keterangan cara pemakaian suatu obat. (MGMP
KORWIL Pati, 2015)

Etiket berdasarkan fungsinya terdiri dari 2:


a. Etiket putih adalah etiket yang digunakan untuk obat yang
dikonsumsi melalui saluran pencernaan. Adapun bagian-
bagiannya terdiri dari :

1) Logo fasilitas pelayanan kesehatan


2) Nama fasilitas pelayanan kesehatan
3) Alamat dan nomor telepon fasilitas pelayanan kesehatan
4) Nomor resep yang berisi nomor urutan resep tersebut atau
nomor rekam medis pasien
5) Tanggal resep tersebut diberikan pada pasien
6) Nama pasien yang mengonsumsi obat
7) Aturan pakai obat
8) Bentuk sediaan obat
9) Waktu menelan obat
10) Paraf yang memberikan informasi dan obat kepada pasien
11) Nama obat yang diberikan sesuai permintaan
12) Jumlah obat yang diberikan seuai permintaan
13) Batas kadaluwarsa obat
b. Etiket biru adalah etiket yang digunakan untuk obat yang tidak
dikonsumsi melalui saluran pencernaan. Adapun bagian-
bagiannya terdiri dari :

1) Logo fasilitas pelayanan kesehatan


2) Nama fasilitas pelayanan kesehatan
3) Alamat dan nomor telepon fasilitas pelayanan kesehatan
4) Nomor resep yang berisi nomor urutan resep tersebut atau
nomor rekam medis pasien

5) Tanggal resep tersebut diberikan pada pasien


6) Nama pasien yang mengonsumsi obat
7) Aturan pakai obat
8) Nama bentuk sediaan
9) Tulisan “Obat Luar” yang menerangkan bahwa obat tersebut
bukan untuk diminum

10) Nama obat atau alat kesehatan yang diberikan sesuai


permintaan
11) Jumlah obat atau alat kesehatan yang diberikan sesuai
permintaan.

12) Batas kadaluwarsa obat atau alat kesehatan


13) Paraf yang memberikan informasi dan obat atau alat kesehatan
kepada pasien.

Prosedur penulisan etiket


1. Petugas menulis etiket obat berupa : nama pasien, tanggal
penulisan etiket, nomor resep/nomor rekam medis, aturan pakai,
nama obat, jumlah obat dan expired date, dan paraf petugas

2. Petugas menempelkan etiket pada obat/alat kesehatan tersebut.


(MGMP KORWIL Pati,2015)
II.1.9 Skrining Resep
Skrining resep atau biasa dikenal pengkajian resep merupakan
kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang melipui
pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik.
Berdasarkan PMK No.74 Tahun 2016 Kegiatan pengkajian/skrining
resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan

(Wahyuning setyani, 2019)


Persyaratan administrasi meliputi nama pasien, umur, jenis
kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep,
dan ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi bentuk
dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan
ketersediaan, aturan dan cara penggunaan, serta Inkompatibilitas
(ketidakcampuran Obat). Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi,
dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi
interaksi, efek samping obat, kontra indikasi dan efek adiktif.
(Wahyuning setyani, 2019)

Berdasaran Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4


Tahun 2018 tentang Pengawasan, Pengelolaan Obat, Bahan Obat dan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, menyatakan bahwa resep yang diterima dalam rangka
penyerahan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi wajib
dilakukan Skrining.Resep harus memuat Nama, surat Izin Praktek
(SIP), tanggal penulisan resep, nama, potensi dosis dan jumlah obat,
Aturan pemakaian yang jelas, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap, tidak
dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi, termasuk fotokopi
blanko resep, dan resep narkotika harus disimpan terpisah dari resep
dan/atau surat permintaan tertulis lainnya (Peraturan BPOM No. 4
Tahun, 2018)

II.1.10 Uraian Bahan


1. PARASETAMOL (FI edisi III 1979 hal.38)

Nama resmi : ACETAMINOPHENUM


Nama lain : Asetaminofen / Parasetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih;tidak
berbau;rasa pahit

Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian


etanol ( 95%) P, dalam 40 bagian gliserol
P dan dalam bagian propilenglikol P;larut
dalam larutan alkali hidroksida

Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari


cahaya
Kegunaan : Analgetikum;antipiretikum.
2. CTM (FI edisi III 1979 hal.153)
Nama resmi : Chlorpeniramin maleat.
Nama lain : CTM.
Rumus molekul : C16H19CLN2,C4H4O4.
Berat molekul : 390,87.
Pemerian : Serbuk hablur;putih;tidak
berbau;rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air,dan 10 bagian


etanol ( 95% ) P dan dalam bagian
kloroform P;sukar Larut dalam eter P

Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,terlindung


dari cahaya
Kegunaan : Anthihistaminikum
3. CODEIN (FI edisi III 1979 hal.172)
Nama resmi : CODEINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Kodeina Hidroklorida
Rumus molekul : C18H21NO3HCL2H2O
Berat molekul : 371,85
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hablur jarum
tidak berwarna

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air,dan dalam lebih


kurang 90 bagian etanol ( 95% ) P Larut
dalam 20 bagian air,dan dalam lebih
kurang 90 bagian etanol ( 95% ) P

Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari


cahaya

Kegunaan : Anagesik opioid


4. AMBROXOL (Martindale:1565)
Nama resmi : AMBROXOL HYDROCHLORIDE
Nama lain : Ambroksol HCL
Rumus molekul : C13H18Br2N2O. HCL
Berat molekul : 414,6
Pemerian : Putih atau kekuningan,bubuk Kristal
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut
dalam Diklorometana, larut dalam metil
alkohol. Solusi 1 % dalam air memiliki pH

4,5 – 6,0
Peyimpanan : Simpan terlindung dari cahaya
Kegunaan : Obat batuk mengencerkan dahak
5. LONGSEF (FI edisi V Jilid 2 hal .1142)
Nama resmi : CEFADROXIL
Nama lain : Cefadroxil
Rumus molekul : C16H12N3O5.H2O
Berat molekul : 381,40
Pemerian : Serbuk hablur putih ,atau sisik mengkilap
tidak berwarna kasar,tidak berbau ,rasa
asam dan pahit kemudian manis

Kelarutan : Sukar larut dalam air,praktis tidak larut


dalam etanol,dalam kloroform dan dalam
eter

Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Antibiotik
6. SACCHARUM LACTIS (FI edisi III 1979 hal.338)
Nama resmi : LACTOSUM
Nama lain : Laktosa,saccharum lactis
Rumus molekul : C12H22O11H2O
Berat molekul : 36,30
Pemerian : Serbuk hablur,putih,tidak
berbau,rasa agak manis

Kelarutan : Sukar larut dalam air,praktis tidak larut


dalam etanol,dalam kloroform dan dalam
eter P
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pemanis

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Resep Lengkap
III.1.1 RESEP 1
Dr. Supriyadi
SIP. No. 228/K/84

Inscriptio
Jl. Budi Kemayoran, No. 8A. Telp:1234567
Jakarta
No. 5 Jakarta, 16 November 2020
invocatio

R/ Pct 500 mg
Codein 20 mg
CTM 4 mg

Prescriptio
S.L qs
m. f. pulv. dtd. No. XV
da.in.caps
s.t.dd cap I. p.c
Signatura

Subscriptio
Dr. Supriyadi
Pro : Tn. Jefry
Alamat : Jl. Merdeka 10 Jakarta
Telfon : 123456789
(Andi Nur Aisyah, 2020)
III.1.1.2 Bahasa latin
Bahasa latin Kepanjangan Arti
M Misce Campur
F Fac Buatlah
Pulv Pulveres Serbuk terbagi
Dtd Da tales dosis Sesuai takaran dosis
No Numero Sebanyak
Da in caps Da in capsulae Dalam bentuk kapsul
Stdd Signa ter de die 3 kali sehari
Caps I Capsulae unum Satu kapsul
Pc Post coenam Sesudah makan
(Syamsuni, Apt
2006)
III.1.1.3 Penggolongan obat
Nama obat Indikasi Golongan
Paracetamol Nyeri ringan sampai sedang, demam. Obat bebas

CTM Gejala alergi seperti hay fever, Obat bebas


urtikaria; pengobatan darurat reaksi terbatas
anafilaktik.

Codein Nyeri ringan sampai sedang: sebagai Psikotropika


antitusif

(MMN, 2019)
III.1.2.4 Perhitungan bahan
Paracetamol 500 mg
Perhitungan bahan:

15 bungkus x 500 mg = 750 0mg


Codein 20 mg
Perhitungan bahan:
15 bungkus x 20 mg = 300 mg
Chlorpheniramine 4 mg
Perhitungan bahan:

15 bungkus x 4 mg = 60 mg
III.1.5 Perhitungan dosis
Paracetamol 500 mg (DL 1 x p = 100 – 200 mg)
(dd=400 – 80 mg)
• Menurut resep
Dosis 1 x pct = 500 mg > 100 mg
Dosisi sehari = 3 x 500 mg = 1500 > 200 mg
• Presentase dosis pct terhadap Dm
Dosis 1 x = 500 mg/100 mg x 100 % = 500 % over
Dosisi 1 hari = 1500 mg/200 mg x 100 % = 750 % over
Codein 20 mg (Dm: 60/300 mg)
• Menurut resep
Dosis 1 x codein = 20 mg < (Dm 60 mg)
Dosis sehari = 3 x 20 mg = 60 mg < (Dm 300 mg)
• Presentase dosis codein terhadap Dm
Dosis 1 x = 20 mg/60 mg x 100 % = 30 % Aman
Dosis 1 hari = 3 x 20 mg/300 mg x 100 % = 20 % Aman
Chlorpheniramine 4 mg (- /40 mg)
• Sesuai resep
Sehari = 3 x 4 mg = 12 mg < (Dm 40 mg)
• Presentase resep
• Sehari = 12mg/40mg x 100 % = 30 % Aman
III.1.1.6 Pengenceran
Buatlah pengenceran
Codein 20 mg
Timbang codein 50 mg + pewarna qs + lactosum sampai 500 mg.
Campur dan gerus halus aduk hingga homogen, timbang dari campuran
tersebut sebanyak = 20 mg/50 mg x 500 mg = 200 mg

Chlorpheniramine 4 mg
Timbang CTM 50 mg + pewarna qs + lactosum sampai 600 mg.
Campur dan gerus halus aduk hingga homogen, timbang dari campuran
tersebut sebanyak = 4 mg/50 mg x 800 mg = 64 mg

III.1.2.7 copy resep dan etiket obat


III.1.1.7.1 Copy resep
Untuk copy resep tidak dapat dijadikan copy resep karena codein
termasuk obat psikotropika yang perlu perhatian khusus agar tidak
disalahgunakan.
III.1.1.7.2 Etiket obat
APOTEK SETIA HUSADA
Jl. Pengayoman no. 221 surabaya
Telp.(0312)5647473
Apoteker : Vanadhi S. Fram, Apt
NO.SIPA : 71/508.12/22/X/2015
No.2 Tgl, 20 januari 2018
Nama: HIKMAH
Umur: 8 thn
3 x 1 sehari Tablet
BungkusBungkus
Kapsul
Sebelum /
Sesudah makan
(Andi Nur Aisyah, 2020)

III.1.2.8 Skrining resep


1. Skrining Administratif
a. Informasi pasien
1) Nama pasien => Ada
2) Umur pasien => Tidak ada
3) Jenis kelamin => Ada
4) Berat badan => Tidak ada
b. Informasi dokter
1) Nama dokter => ada
2) Sip => ada
3) Alamat => ada
4) No. telp => ada
5) Paraf => ada
6) Tanggal penulisan => ada
c. Skrining farmasetis
1) Bentuk sediaan => ada
2) Kekuatan sediaan => ada
3) Stabilitas sediaan => tidak ada
4) Komatibilitas => tidak ada
III.1.2 RESEP 2
III.1.2.1 Resep Asli

Inscriptio
Dr. Supriyadi
SIP. No. 228/K/84
Jl. Budi Kemayoran, No. 8A. Telp:1234567
Jakarta
No. 5 Jakarta, 16 November 2020
invocatio

Praescriptio
R/ Paracetamol 500mg
CTM 4mg
Ambroxol 2 tab
Cefadroxil 500mg
m.f.pulv.dtd.No.X
s.t. dd.Pulv I

Subscriptio
Dr. Supriyadi
Signatura

Pro : Hikmah
Umur : 8 tahun
Alamat : Jl. Merdeka 10 Jakarta
Telp : 2345678
(Andi Nur Aisyah, 2020)
II.2.2 Bahasa Latin
Singkatan Nama Latin Arti
R/ Recipe Ambillah
m.f Misce fac Campur dan buatlah
Pulv Pulveres Serbuk bagi
d.t.d Da tales doses Serahkan sesuai takaran/dosis
No Nomero Sebanyak
X Decim Sepuluh
s.t.d.d Signa ter de die Tandai 3 x sehari
I unus,a,um Satu
(Syamsuni.Apt, 2006)
III.2.3 Penggolongan Obat
Nama obat Indikasi Golongan
Paracetamol Nyeri ringan sampai sedang, demam. Obat bebas
Chlorpheniramine Gejala alergi seperti hayfever,urtikaria; obat bebas
pengobatan darurat reaksi anafilaktik. terbatas
Ambroxol Sebagai sekretolitik pada gangguan Obat keras
saluran napas akut dan kronis

Cefadroxil Pengobatan infeksi yang disebabkan Obat keras


oleh bakteri gram positif yang sensifif
terhadap cefadroxil (lihat keterangan
diatas).

Infeksi saluran napas, Infeksi kulit dan


jaringan lunak, Infeksi saluran kemih dan
kelamin; Infeksi lain (osteomielitis,
artritis, septikemiaperitonitis, sepsis).

(MMN, 2019)
III.2.4 Perhitungan Bahan
Paracetamol 500 mg
Perhitungan bahan = 500 mg/bungkus x 10 bungkus = 5.000
Pct yang di ambil = yang diinginkan / yang tersedia x 1 tablet = 500 mg /
500 mg x 1 tablet = 1 tablet
Chlorpheniramine 4 mg
Perhitungan bahan = 4 mg/bungkus x 10 bungkus = 40mg
CTM yang di ambil = yang diinginkan / yang tersedia x 1 tablet = 4 mg /
4 mg x 1 tablet = 1 tablet

Cefadroxil 500 mg
Perhitungan bahan : 500 mg/ bungkus x 10 bungkus = 5.000 mg
Cefadroxil yang di ambil = yang diinginkan / yang tersedia x 1 tablet =
500 mg / 500 mg x 1 tablet = 1 tablet
III.2.5 Perhitungan Dosis
Paracetamol 500 mg (DL1xp = 100–200mg)
(dd = 400–800mg)
Perhitungan dosis:
Digunakan rumus young: n/n+12 x DM dewasa, sehingga:
1 x p= 8/8 + 12 x 100/200 mg
= 8/20 x 100/200 mg
= 40/80 mg
Dd = 8/8 + 12 x 400/800 mg
=8/20 x 400/800 mg
=160/320 mg
Chlorpheniramine 4 mg (DM: -/40 mg)
Perhitungan dosis:

Digunakan rumus young: n/n+12 x DM dewasa


Sehingga = 8/8 + 12 x 40 mg
=8/20 x 40 mg
=16 mg
Pemakaian sehari = 3 x 4 mg = 12 mg
Persentase sehari = 12mg/16mg x 100% = 75% aman
Cefadroxil 500 mg (DM:1-2g)
Perhitungan bahan: 500 mg/bungkus x 10 bungkus = 5.000 mg
Perhitungan dosis :Digunakan rumus young: n/n + 12 x DM dewasa
Sehingga = 8/8 +12 x (1-2g)
= 8/20 x (1-2g) = 0,4/0,8 g
Pemakaian sekali = 1 x 500 mg = 500 mg
Pemakaian sehar = 3 x 500 mg = 1.500 mg
Kesesuaian dosis:1 x p = 500 mg < 1.000 mg
Kesesuaian dosis: 3 x p = 1.500 mg < 2.000 mg
Persentase untuk sekali = 500 mg/1.000 mg x 100% = 50%
Persentase untuk sehari = 1.500mg/2.000mg x 100% = 75%
III.2.6 Pengenceran
Chlorpheniramine 4 mg
Timbang CTM 50mg + pewarna qs + lactosum sampai 600mg. Campur
dan gerus halus aduk hingga homogen, timbang dari campuran
tersebut sebanyak = 4mg/50mg x 800mg = 64mg

Ambroxol 2 tab
Timbang 1 tab + lactosum ad 500mg, tab digerus dengan lactosum ad
halus dan homogeny, hasilnya diambil sebanyak: 2tab/1tab x 500mg =
1000 mg

III.2.7 Copy Resep dan Etiket Obat


Copy Resep
Keterangan : Untuk resep ini tidak boleh dibuatkan copy resep karena
terdapat golongan obat keras yaitu obat Ambroxol dan obat Cefadroxil.
Kandungan dari obat Longcef yang perlu perhatian khusus dikarenakan
dapat menimbulkan efek yang berbahaya apabila di salah gunakan,
sehingga tidak boleh diulang tanpa resep dokter.

Etiket Obat
Dr. MF Romdhoni
Jl.L.A.Sucipto, no. 23 Malang Telp.
(0312)5647473

Apoteker : Reski S. Fram, Apt


NO.SIPA : 23/x/223
No.2 Tgl, 20 Januari 2018
Nama: HIKMAH
Umur: 8 thn
3 x 1 sehari

Bungkus
Tablet / Kapsul
Sebelum makan /
Sesudah makan
(Andi Nur Aisyah, 2020)
III.2.7 Skrinning
Resep Skrining
administratif a.
Informasi pasien

1. Nama pasien =>Ada


2. Umur pasien =>Tidak ada
3. Jenis kelamin =>Ada
4. Berat badan =>Tidak ada
b. Informasi dokter
1. Nama dokter =>ada
2. Sip =>ada
3. Alamat =>ada
4. No.telp =>ada
5. Paraf =>ada
6. Tanggal penulisan =>ada
c. Skrining farmasetis
1. Bentuk sediaan =>ada
2. Kekuatan sediaan =>ada
3. Stabilitas sediaan =>tidak ada
4. Kompatibilitas =>tidak ada

BAB IV
PENUTUP
IV.1. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dijelaskan mengenai mengerjakan resep
menghitung dosis, bahasa latin, penggolongan obat, ketentuan umum
farmakope, penulisan copy resep dan etiket obat, sampai skrining resep
yang sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Dan pembuatan laporan ilmu resep ini untuk membuat mahasiswa lebih
paham dan mengingat lebih tentang apa yang di praktikumkan.

IV.2. SARAN
VI.2.1 Saran untuk dosen
Saran untuk dosen adalah dosen yang aktif, memberikan motivasi
dan semangat yang bagus, menerapkan metode pembelajan yang baik
dan mudah dipahami. VI.2.2 Saran untuk asisten

Saran untuk asisten, kami harapkan asisten lebih memperhatikan


praktikannya di setiap pertemuan dan adanya koordinasi yang baik
antara asisten dan praktikannya. VI.2.3 Saran untuk laboratorium

Saran untuk laboratorium kami harap lebih baik lagi dan selalu
dalam keadaan bersih dan fasislitas laboratorium lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, A.Nur. 2020. Copy Resep dan Etiket. Makassar: STIFA
Makassar
Anief, Moh. 2019. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University press.
Yogyakarta

Athijah, Umi. 2011. Obat dan Resep.Surabaya: Airlangga University


press
Basic Pharmacology & Drug Notes Edisi 2019. Makassar: MMN
publishing 2019
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Herlambang, Rahmadhani. 2019. Ilmu Resep Teori Jilid 1. Deepublish.
MGMP KORWIL Pati. 2015. Ilmu Resep Teori Jilid 1. Yogyakarta :
Deepublish Publisher
Romdhoni, M. Fadhol. 2012. Kaidah Penulisan Resep. Yogyakarta: CV
Budi Pekerti.

Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori Jilid 1.Jakarta: Kesehatan


Pusdinakes.
Supapti, T. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum
Farmasetika Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Syamsuni, H.A. 2006. Farmasetika Dasar Dan Perhitungan Farmasi.


Jakarta: EGC

Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran; Jakarta.


Syamsuni, H.A. 2006. Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai