Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKAN
Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi adalah suatu profesi di
bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan,dan distribusi obat. Dalam ilmu
farmasi ada empat bidang yang dipelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi industri,
farmasi sains, dan farmasi obat tradisional. Kemampuan penunjang yang harus
dimiliki adalah senang dan familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika;
ketelitian dan kecermatan; hapalan dan kemampuan analisa; dan suka bekerjadi
laboraturium.
Farmasetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,
karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. (FI III, 23)
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk
serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas

B. RUMUSAN MASALAH
1. Hal- hal apa saja yang termuat pada kopi resep?
2. Apa saja yang termasuk dalam penggolongan obat berdasarkan undang-undang,
kegunaan obat, sumber obat,dan bentuk kesediaan obat?
3. Bagaimana ketentuan umum F1 edisi III tentang dosis? Macam-macam dosis?
Penghitungan dosis?
4. Apa pengertian dari pulvis dan pulveres?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian kesediaan bentuk serbuk? Jenis serbuk?
Persyaratan serbuk? Pengayakan dan derajat halus serbuk?
6. Bagaimana cara meracik obat serbuk menurut F1 III dan cara mencampur serbuk
secara umum?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja yang termuat pada kopi konsep
2. Mengetahui apa yang tergolong dalam obat berdasarkan undang-undang, kegunaan
obat, cara penggunaan obat, sumber obat, dan bentuk kesediaan obat.
3. Untuk mengetahui ketentuan umum F1 edisi III tentang dosis, macam-macam dosis
dan perhitungan dosis
4. Mengetahui pengertian pulvis dan pulveres
5. Dapat mengetahui keuntungan dan kerugian serbuk, jenis-jenis serbuk, persyaratan
serbuk, pengayakan dan derajat halus serbuk
6. Dapat memahami cara meracik obat serbuk menurut F1 III dan cara mencampur
serbuk secara umum

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi resep dan copy resep


Resep adalah permintaan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA)
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita dari dokter, dokter gigi,
atau dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Jika tidak jelas atau tidak lengkap,
apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep tersebut. Resep ditulis dalam
bahasa latin :
1. Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science
2. Menjaga kerahasiaan
3. Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)

Resep asli tidak boleh diberikan setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat
diberikan copy resep atau salinan resep. Resep asli tersebut harus disimpan di apotek
dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali diminta oleh:
1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya.
2. Pasien yang bersangkutan.
3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa, serta
a). Bagian-bagian dari resep dan copy resep
1. Resep harus memuat :
Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.Tanggal
penulisan resep (superscriptio/inscriptio)
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi
obat (invocatio/inscriptio)
Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio
Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio)
Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis.
2. Salinan resep memuat :
Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
Nama dan alamat apotek
Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek
Tanda tangan atau paraf APA
Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur
untuk obat yang belum diserahkan
Nomor resep dan tanggal peresepan

B. Penggolongan obat
a). Berdasarkan undang-undang
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun
zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek
terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari
obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan
narkotika.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000, obat digolongkan
dalam (5) golongan yaitu :
1. Obat Bebas,
2. Obat Bebas Terbatas,
3. Wajib Apotek,
4. Obat Keras,
5. Obat Psikotropika dan Narkotika.

1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut obat
OTC (Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. penandaan
obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang
tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Di Indonesia, obat golongan
ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

2. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2
(dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:

3. Obat Wajib Apotek


OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA) kepada pasien.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,
maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi
kebanyakan penyakit yang diderita pasien.

4. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan
keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras
dengan lingkaran bulat berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K
yang menyentuh garis tepi

5. Obat Psikotropika dan Narkotika


Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai
dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan
alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Logonya berbentuk seperti palang ( +
)
Contoh-Contoh Obat
1. Obat Bebas
Tablet Vit. C 100 mg, 250 mg; tablet B complex, tablet Bi 100 mg, 50 mg,
25mg; tablet multivitamin. Boorwater, 2-4 salap, salep boor. Julapium, buikdrank,
staaldrank. promag, bodrex, biogesic, panadol, puyer bintang toedjoe, diatabs,
entrostop, dan sebagainya.

2. Obat Bebas Terbatas


Tinctura Iodii (P3) = antiseptik, lequor burowi (P3) = obat kompres,
gargarisma kan (P2) = obat kumur, rokok asthma (P4) = obat asthma, tablet
Ephedrinum 25 mg (P1) = obat asthma, tablet santonin 30 mg (P1) = obat cacing,
tablet Vit. K 1,5 mg = anti pendarahan, ovula sulfanilamidun (P5) = anti inveksi di
vagina, obat batuk, obat pilek, krim antiseptic, neo rheumacyl neuro, visine, rohto,
antimo
3. Obat Wajib Apotik
Clindamicin 1 tube, obat luar untuk acne; Diclofenac 1 tube, obat luar untuk
anti inflamasi (asam mefenamat); flumetason 1 tube, obat luar untuk inflamasi;
Ibuprofen tab. 400mg, 10 tab. Tab. 600mg, 10 tab; obat alergi kulit (salep
hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik
(CTM), obat KB hormonal

4. Obat Keras
Semua obat injeksi, obat antibiotik (chloramphenicol, penicillin, tetracyclin,
ampicillin), obat antibakteri (sulfadiazin, sulfasomidin), amphetaminum (O.K.T),
hydantoinum = obat anti epilepsi, reserpinum = obat anti hipertensi, Vit. K = anti
perdarahan, Yohimbin = aphrodisiaka, Isoniazidum = anti TBC, nitroglycerinum =
obat jantung

5. Obat Psokotropika dan Narkotika


Psikotropika adalah Ecstasy dan Sabu-sabu. Narkotika adalah opium, sediaan
opium (tinctura, extractum,pulv. deveri), kikain kasar dan ecgonin, morfin, diasetil
morfin, kokain dan garamny, cannabis indicac = ganja dan sediaannya, kodein,
thebain dan juga, obat bius sintetis (dolantin, pethidin, demerol, amidon, methadon,
symoron)

C. Penggolongan obat berdasarkan kegunaan dalam tubuh

digolongkan ke dalam:
Untuk diagnosis (diagnostic).
Untuk mencegah (prophylactic).
Untuk menyembuhkan (terapeutic).
D. Penggolongan obat berdasarkan penggunaannya
1. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi,
membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic, aurical,
collutio/gargarisma/gargle, diberi tiket biru.
2. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, diberi tiket putih.
E. Penggolongan obat berdasarkan sumbernya
1. Obat alamiah
obat yang berasal dari alam (tanaman ,hewan, atau mineral)
Contoh : kuinin, atropin, hormon, belerang, KBr.
2. Obat semisintetik
obat hasil sintesis dengan bahan dasar dari alam
Cotoh : kodein dari morfin, progesteron dari diosgenin
1. Obat sintetik murni
obat dari hasil sintesis yang bahan dasar tidak berkhasiat namun setelah disintesis
memiliki efek farmakologi tertentu
Contoh : obat antihistamin, diuretik, analgetik-antipiretik, dsb.
e). Penggolongan obat berdasarkan kesediaan obat
Menurut bentuk sediaan obat di bagi :
1. Bentuk padat: tablet, serbuk, pil, kapsul, suppositoria.
2. Bentuk setengah padat: salep, krim, pasta, gel.
3. Bentuk cair : Solutiones, Suspensi, Guttae, Injectiones, sirup, infus
4. Bentuk gas: inhalasi/spray/aerosol

1. Bentuk Padat
a. Tablet
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
Macam-macam tablet :
1) Tablet Kempa : Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung design cetakan
2) Tablet Cetak : Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam
lubang cetakan.
3) Tablet Trikurat : Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah
jarang ditemukan.
4) Tablet Hipodermik : Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna
dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
5) Tablet Sublingual : Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakkan tablet di bawah lidah.
6) Tablet Bukal : Digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
7) Tablet Efervescen : Tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup
rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis tidak untuk langsung ditelan.
8) Tablet Kunyah : Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di
rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.

Bentuk tablet :
1. Tablet berbentuk pipih
2. Tablet Berbentuk bulat
3. Tablet berbentuk persegi .
4. Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk membagi tablet)

b. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau bahan kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaiam oral atau untuk pemakaian luar. Macam serbuk :
1. Serbuk terbagi
2. Serbuk tak terbagi :
a) Serbuk oral tidak terbagi
b) Pulveres adspersorium (serbuk tabur)
c) Powder for injection (serbuk)

c. Pil (Pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
d. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Keuntungan atau tujuan sediaan kapsul yaitu:
1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3) Lebih enak dipandang
4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
5) Mudah ditelan.
e. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:
1) Penggunaan lokal : Memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
2) Penggunaan sistemik : Aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti
muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
2. Bentuk Setengah Padat
a. Krim
Sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air, dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci. Krim cocok
untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang baru terbentuk.
contoh: salep
Ada 2 jenis tipe krim yaitu :
1) Tipe emulsi minyak dalam air O/W: lebih sesuai untuk digunakan
pada daerah lipatan .
2) Tipe emulsi air dalam minyak W/O: efek lubrikasi lebih baik.

b. Pasta
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep) yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi).
Keuntungan:
1) Mengikat cairan sekret (eksudat)
2) Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. Sehingga mengurangi rasa gatal
local.
3) Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama.

c. Gel (Jelly)
Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut.
Lebih encer dari salep, mengandung sedikit atau tidak lilin. Digunakan pada
membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan
umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh
rendah. Dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi
sebagai basis.

3. Bentuk cair

a. Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya
(Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).
b. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga
(telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.

c. Guttae (Obat Tetes)


Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain:
Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga),
Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
d. Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
e. Sirup
Merupakan sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali
disebutkan lain kadar sakarosanya antara 64% sampai 66%.
f. Infus
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit.
4. Bentuk gas
Terdiri dari inhalasi/spray/aerosol

C. Ketentuan Umum FI edisi III tentang dosis


Ketentuan umum F1 edisi III mencantukan 2 dosis yakni:
1. Dosis Maksimal ( maximum), berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari.
Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan
membubuhi tanda seru dan paraf dokter penulisan resep, diberi garis dibawah nama
obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap.
2. Dosis Lazim (Usual Doses), merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi
digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa / umum digunakan).

D. Macam Macam Dosis


Ditinjau dari dosis (takaran) yang dipakai, maka dapat dibagi sebagai berikut :

1). Dosis terapi adalah dosis (takaran) yang diberikan dalam keadaan
biasa dan dapat menyembuhkan si sakit.
2). Dosis adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan
maksimum kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari
tanpa membahayakan.
3). L.D.50 adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian
pada 50% hewan percobaan.
4). L.D.100 adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada
100 % hewan percobaan
Daftar dosis maksimal menurut FI digunakan untuk orang dewasa berumur
20 - 60 tahun, dengan berat badan 58 60 kg. Untuk orang yang sudah berusia lanjut
dan pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian dosis lebih kecil
dari pada dosis dewasa.

Perbandingan dosis orang usia lanjut terhadap dosis dewasa :

Umur Dosis
4
60-70 tahun /5 x dosis dewasa
70-80 tahun x dosis dewasa
2
80-90 tahun /3 x dosis dewasa
90 tahun keatas x dosis dewasa

E. Rumus Perhitungan Dosis Obat


Ilmu Farmasi : Dosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien yang
dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) yang diinginkan. Secara umum
penggunaan dosis dalam terapi dibagi menjadi : dosis lazim dan dosis
maksimum/maksimal. Dosis lazim adalah dosis yang digunakan sebagai pedoman
umum pengobatan (yang direkomendasikan dan sering digunakan) sifatnya tidak
mengikat (biasanya diantara dosis mimimum efek dan dosis maksimum), sedangkan
dosis maksimum adalah dosis yang terbesar yang masih boleh diberikan kepada
pasien baik untuk pemakaian sekali maupun sehari tanpa membahayakan (berefek
toksik ataupun over dosis). Untuk terapi sebaiknya menggunakan pedoman dosis
lazim.
Takaran dosis yang ada dalam farmakope umumnya untuk dosis orang
dewasa, sedangkan untuk anak-anak memerlukan rumus perhitungan khusus, sperti
dibawah ini:
Cara menghitung dosis untuk anak-anak :
1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)
n: umur dalam tahun

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)


n : umur dalam tahun

c. Rumus Fried (untuk bayi)


n : umur dalam bulan

2. Berdasarkan berat badan


Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai
dengan kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat
badan, bila memungkinkan hitung dosis melalui berat badan

d. Rumus Thermich
n : berat badan dalam kilogram

3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat


Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

F. Pengertian pulvis dan pulveres


Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian
oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Diameter 1,2 1,7 m dengan atau tanpa
vehikulum serta untuk penggunaan oral atau topikal.
Bentuk serbuk lebih efektif karena ;
- Luas permukaan yang lebih luas
- Mudah terdispersi
- Lebih larut dari bentuk lain yang dipadatkan (capsul, tablet, pil)
Digunakan untuk : anak anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet.
Cara penggunaan ; dapat dicampur dengan air minum.
Bentuk serbuk
1. Terbagi (pulveres/divided powder/chartulae).
2. Tak terbagi (pulvis/bulk powder). Terbatas pada obat yang relative tidak poten
seperti laksansia, antasida, makanan diet, analgetika tertentu, serbuk gigi, serbuk
tabur.
Kemasan : kertas perkamen, kertas selofan atau sampul polietilena.

G. Keuntungan dan kerugian persediaan bentuk serbuk


1. Keuntungan bentuk serbuk
a. lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan.
b. Anak anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan.
c. Masalah stabilitas yang sering di hadapi dalam sediaan cair , tidak ditemukan dalam
sediaan serbuk.
d. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk
serbuk.
e. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam bentuk serbuk
f. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan penderita.
2. Kerugian bentuk serbuk
a. Tidak tertutupinya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di lidah, amis
dan lain lain)
b. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.
H. Syarat syarat serbuk :
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot sediaan) atau keseragaman
kandungan (keseragaman jumlah zat dalam sediaan), yang berlaku untuk serbuk bagi
/pulveres yang mengandung bahan obat keras, narkotika, dan psikotropika.
Uji keseragaman bobot untuk serbuk terbagi :
1. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu.
2. Campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus
3. Hitung rata ratanya.
I. Persyaratan serbuk
Syarat : penyimpangan yang diperbolehkan antara penimbangan satu persatu
terhadap bobot isi rata rata, tidak lebih dari 15 % untuk 2 bungkus dan tidak lebih
dari 10 % untuk 18 bungkus.
Serbuk oral tidak terbagi, hanya terbatas pada obat yang relative tidak poten,
seperti laksansia, antasida, makanan diet, dan beberapa analgetika tertentu sehingga
pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain.
Serbuk tabur, pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat
halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
J. Pengayakan dan derajad halus serbuk
Derajat Kehalusan Serbuk
Menurut Materia Medika Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor
pengayak. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut.
Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa
semua serbuk dapat dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih
dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Menurut Farmakope Indonesia Dalam penetapan derajat halus serbuk
simplisia nabati dan simplisia hewani, tidak ada bagian dari obat yang dibuang
selama penggilingan atau pengayakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi. Untuk penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia,
cara yang boleh dilakukan dengan menggunakan pengayak baku yang memenuhi
persyaratan. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan menyebabkan peningkatan
derajat halus serbuk selama penetapan.
Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar, Masukkan 25-100 g
serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang mempunyai panci penampung dan
tutupyang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran horizontal dan ketukkan
secara vertikal pada permukaan keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai
pengayakan praktis sempurna. Timbang seksama jumlah yang tertinggal pada
pengayak dan dalam panci penampung.
Untuk serbuk halus atau sangat halus. Lakukan penetapan seperti pada serbuk
kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 g dan pengayak yang digunakan digoyang
selama tidak kurang 30 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna.
Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang cenderung menggumpal dan dapat
menyumbat lubang, sikat pengayak secara berkala hati-hati selama penetapan.
Hancurkan gumpalan yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus serbuk obat
dan bahan kimia dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada pengayak yang
dapat digoyang secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan ketukan
seperti pada pengayak yang menggunakan tangan; tetapi dengan gerakan mekanik
yang seragam, mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat pengayak
Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan
penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan
dengan nomor (5, 8, 10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 85, 100, 120, 150, 170, 200, 300) yang
meninjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searang dengan panjang kawat.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran
derajat halus serbuk untuk sebagian besar keperluan farmasi, walaupun
penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel yang
bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna.

Derajat Halus Serbuk Yang dimaksud dengan :


# Serbuk sangat kasar -> serbuk (5/8)
# Serbuk Kasar -> serbuk (10/40) coarse powder
# Serbuk agak kasar -> serbuk (22/60) moderately fine powder
# Serbuk agak halus -> serbuk (44/85) moderately fine powder
# serbuk halus -> serbuk (85) fine powder
# Serbuk sangat halus -> serbuk (120/200 atau 300) fery fine powder yang
dimaksud dengan (5/8) contohnya, adalah ketika serbuk dapat melalui seluruhnya
dalam ayakan no.5 dan 40% dapat dilalui serbuk dalam ayakan no.8 (2)(3)Untuk
simplisia nabati, tidak boleh menggunakan bagian pertama yang terayak, tetapi harus
terayak habis dan dicampur homogen, karena zat berkhasiat tidak terbagi rata pada
semua bagian simplisia. Sebagai contoh daun kering yang digerus halus dan diayak,
maka muka daun yang terayak dulu, setelah itu baru urat daun dapat terayak.Serbuk
Secale cornuti harus dibuat baru dan tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun.

K. Jenis Pulvis
Jenis pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis.
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak), serbuk ringan untuk pengunaan topical,
dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan
derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

Syarat :
a) Harus halus, tidak boleh ada butiran butiran kasar (harus melewati ayakan 100
mesh)
b) Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium
tetani,C. welcii, Bacillus antracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering).
c) Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.

2.Pulvis dentrificius Serbuk gigi, biasanya mengunakan carmin sebagai pewarna yang
dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform/etanol 90 %.
3. Pulvis sternutatorius Serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melaluihidung, sehingga
serbuk tersebut harus halus sekali.
4. Pulvis effervescent Merupakan serbuk biasa yang sebelum digunakan dilarutkan
terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan
mengeluarkan gas CO2, kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih.
Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat)
dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium bicarbonate).

Anda mungkin juga menyukai