PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAN
Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi adalah suatu profesi di
bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan,dan distribusi obat. Dalam ilmu
farmasi ada empat bidang yang dipelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi industri,
farmasi sains, dan farmasi obat tradisional. Kemampuan penunjang yang harus
dimiliki adalah senang dan familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika;
ketelitian dan kecermatan; hapalan dan kemampuan analisa; dan suka bekerjadi
laboraturium.
Farmasetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,
karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. (FI III, 23)
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk
serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas
B. RUMUSAN MASALAH
1. Hal- hal apa saja yang termuat pada kopi resep?
2. Apa saja yang termasuk dalam penggolongan obat berdasarkan undang-undang,
kegunaan obat, sumber obat,dan bentuk kesediaan obat?
3. Bagaimana ketentuan umum F1 edisi III tentang dosis? Macam-macam dosis?
Penghitungan dosis?
4. Apa pengertian dari pulvis dan pulveres?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian kesediaan bentuk serbuk? Jenis serbuk?
Persyaratan serbuk? Pengayakan dan derajat halus serbuk?
6. Bagaimana cara meracik obat serbuk menurut F1 III dan cara mencampur serbuk
secara umum?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja yang termuat pada kopi konsep
2. Mengetahui apa yang tergolong dalam obat berdasarkan undang-undang, kegunaan
obat, cara penggunaan obat, sumber obat, dan bentuk kesediaan obat.
3. Untuk mengetahui ketentuan umum F1 edisi III tentang dosis, macam-macam dosis
dan perhitungan dosis
4. Mengetahui pengertian pulvis dan pulveres
5. Dapat mengetahui keuntungan dan kerugian serbuk, jenis-jenis serbuk, persyaratan
serbuk, pengayakan dan derajat halus serbuk
6. Dapat memahami cara meracik obat serbuk menurut F1 III dan cara mencampur
serbuk secara umum
BAB II
PEMBAHASAN
Resep asli tidak boleh diberikan setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat
diberikan copy resep atau salinan resep. Resep asli tersebut harus disimpan di apotek
dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali diminta oleh:
1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya.
2. Pasien yang bersangkutan.
3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa, serta
a). Bagian-bagian dari resep dan copy resep
1. Resep harus memuat :
Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.Tanggal
penulisan resep (superscriptio/inscriptio)
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi
obat (invocatio/inscriptio)
Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio
Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio)
Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis.
2. Salinan resep memuat :
Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
Nama dan alamat apotek
Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek
Tanda tangan atau paraf APA
Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur
untuk obat yang belum diserahkan
Nomor resep dan tanggal peresepan
B. Penggolongan obat
a). Berdasarkan undang-undang
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun
zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek
terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari
obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan
narkotika.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000, obat digolongkan
dalam (5) golongan yaitu :
1. Obat Bebas,
2. Obat Bebas Terbatas,
3. Wajib Apotek,
4. Obat Keras,
5. Obat Psikotropika dan Narkotika.
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut obat
OTC (Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. penandaan
obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang
tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Di Indonesia, obat golongan
ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2
(dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
4. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan
keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras
dengan lingkaran bulat berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K
yang menyentuh garis tepi
4. Obat Keras
Semua obat injeksi, obat antibiotik (chloramphenicol, penicillin, tetracyclin,
ampicillin), obat antibakteri (sulfadiazin, sulfasomidin), amphetaminum (O.K.T),
hydantoinum = obat anti epilepsi, reserpinum = obat anti hipertensi, Vit. K = anti
perdarahan, Yohimbin = aphrodisiaka, Isoniazidum = anti TBC, nitroglycerinum =
obat jantung
digolongkan ke dalam:
Untuk diagnosis (diagnostic).
Untuk mencegah (prophylactic).
Untuk menyembuhkan (terapeutic).
D. Penggolongan obat berdasarkan penggunaannya
1. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi,
membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic, aurical,
collutio/gargarisma/gargle, diberi tiket biru.
2. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, diberi tiket putih.
E. Penggolongan obat berdasarkan sumbernya
1. Obat alamiah
obat yang berasal dari alam (tanaman ,hewan, atau mineral)
Contoh : kuinin, atropin, hormon, belerang, KBr.
2. Obat semisintetik
obat hasil sintesis dengan bahan dasar dari alam
Cotoh : kodein dari morfin, progesteron dari diosgenin
1. Obat sintetik murni
obat dari hasil sintesis yang bahan dasar tidak berkhasiat namun setelah disintesis
memiliki efek farmakologi tertentu
Contoh : obat antihistamin, diuretik, analgetik-antipiretik, dsb.
e). Penggolongan obat berdasarkan kesediaan obat
Menurut bentuk sediaan obat di bagi :
1. Bentuk padat: tablet, serbuk, pil, kapsul, suppositoria.
2. Bentuk setengah padat: salep, krim, pasta, gel.
3. Bentuk cair : Solutiones, Suspensi, Guttae, Injectiones, sirup, infus
4. Bentuk gas: inhalasi/spray/aerosol
1. Bentuk Padat
a. Tablet
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
Macam-macam tablet :
1) Tablet Kempa : Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung design cetakan
2) Tablet Cetak : Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam
lubang cetakan.
3) Tablet Trikurat : Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah
jarang ditemukan.
4) Tablet Hipodermik : Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna
dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
5) Tablet Sublingual : Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakkan tablet di bawah lidah.
6) Tablet Bukal : Digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
7) Tablet Efervescen : Tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup
rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis tidak untuk langsung ditelan.
8) Tablet Kunyah : Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di
rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
Bentuk tablet :
1. Tablet berbentuk pipih
2. Tablet Berbentuk bulat
3. Tablet berbentuk persegi .
4. Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk membagi tablet)
b. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau bahan kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaiam oral atau untuk pemakaian luar. Macam serbuk :
1. Serbuk terbagi
2. Serbuk tak terbagi :
a) Serbuk oral tidak terbagi
b) Pulveres adspersorium (serbuk tabur)
c) Powder for injection (serbuk)
c. Pil (Pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
d. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Keuntungan atau tujuan sediaan kapsul yaitu:
1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3) Lebih enak dipandang
4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
5) Mudah ditelan.
e. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:
1) Penggunaan lokal : Memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
2) Penggunaan sistemik : Aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti
muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
2. Bentuk Setengah Padat
a. Krim
Sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air, dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci. Krim cocok
untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang baru terbentuk.
contoh: salep
Ada 2 jenis tipe krim yaitu :
1) Tipe emulsi minyak dalam air O/W: lebih sesuai untuk digunakan
pada daerah lipatan .
2) Tipe emulsi air dalam minyak W/O: efek lubrikasi lebih baik.
b. Pasta
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep) yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi).
Keuntungan:
1) Mengikat cairan sekret (eksudat)
2) Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. Sehingga mengurangi rasa gatal
local.
3) Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama.
c. Gel (Jelly)
Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut.
Lebih encer dari salep, mengandung sedikit atau tidak lilin. Digunakan pada
membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan
umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh
rendah. Dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi
sebagai basis.
3. Bentuk cair
a. Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya
(Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).
b. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga
(telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
1). Dosis terapi adalah dosis (takaran) yang diberikan dalam keadaan
biasa dan dapat menyembuhkan si sakit.
2). Dosis adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan
maksimum kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari
tanpa membahayakan.
3). L.D.50 adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian
pada 50% hewan percobaan.
4). L.D.100 adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada
100 % hewan percobaan
Daftar dosis maksimal menurut FI digunakan untuk orang dewasa berumur
20 - 60 tahun, dengan berat badan 58 60 kg. Untuk orang yang sudah berusia lanjut
dan pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian dosis lebih kecil
dari pada dosis dewasa.
Umur Dosis
4
60-70 tahun /5 x dosis dewasa
70-80 tahun x dosis dewasa
2
80-90 tahun /3 x dosis dewasa
90 tahun keatas x dosis dewasa
d. Rumus Thermich
n : berat badan dalam kilogram
Persentase DM sehari :
K. Jenis Pulvis
Jenis pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis.
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak), serbuk ringan untuk pengunaan topical,
dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan
derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
Syarat :
a) Harus halus, tidak boleh ada butiran butiran kasar (harus melewati ayakan 100
mesh)
b) Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium
tetani,C. welcii, Bacillus antracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering).
c) Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
2.Pulvis dentrificius Serbuk gigi, biasanya mengunakan carmin sebagai pewarna yang
dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform/etanol 90 %.
3. Pulvis sternutatorius Serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melaluihidung, sehingga
serbuk tersebut harus halus sekali.
4. Pulvis effervescent Merupakan serbuk biasa yang sebelum digunakan dilarutkan
terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan
mengeluarkan gas CO2, kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih.
Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat)
dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium bicarbonate).