Anda di halaman 1dari 11

PENGGOLONGAN OBAT

Dosen Pengampu :

Moh. Benny Perdana., S.Farm., Apt.

Disusun Oleh :

Nama : Andrian Prakarsa

Npm : 225140032

Kelas : K1 Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW,
sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah
" PENGGOLONGAN OBAT ". Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah
farmakologi.

Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,oleh
karena itu saya akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 20 maret 2023

Penyusun
PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN KEAMANAN

 Obat Bebas

Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter,
ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala
penyakit yang ringan. Misalnya: parasetamol, suplemen, aspirin (tidak termasuk untuk yang
thrombo).

Contoh Obat Bebas :

 Parasetamol (penurun demam dan pereda sakit kepala)


 Suplemen
 Aspirin
 Antasid (untuk sakit maag) Ex : promag, Mylanta
 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-obatan yang dalam jumlah
tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter ataupun obat keras yang masih dijual
bebas, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo),
anti flu (Noza), anti radang (proris), dekongestan (decolgen), bronkodilator (neo napacin), obat
batuk, betadine, dan beberapa jenis antihistamin.
Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berkaitan
dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis dalam kotak, supaya pasien/masyarakat dapat
menggunakan obat ini dengan benar. Ada 6 macam tanda peringatan antara lain :

Contoh obat bebas terbatas :


 Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat yang bisa digunakan dalam swamedikasi salah satunya yaitu Obat Wajib Apotek
(OWA). OWA merupakan beberapa obat keras yang dapat diberikan tanpa resep dokter. Namun,
obat wajib apotek hanya bisa diberikan dan digunakan di bawah pengawasan apoteker. Peraturan
mengenai daftar obat wajib apotek tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan.

Peraturan tentang OWA meliputi:

1. Kepmenkes no 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib
Apotek No. 1.
2. Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.
3. Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1, memuat
perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA
berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas.
4. Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

Contoh obat wajib apotek :


 Obat Keras

Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, dan resep hanya
dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah Sakit, Puskesmas, maupun Klinik.
Namun demikian ada beberapa macam obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu
obat-obat yang masuk dalam Obat Wajib Apotek (OWA).

Penandaan pada kemasan berupa dot lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam
dan huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi. Obat keras ini hanya boleh diperjualbelikan di
apotek, klinik atau rumah sakit dengan resep dokter.

Contoh obat keras :


 Obat Narkotika

Penandaan pada kemasan berupa palang berwarna merah di dalam lingkaran bergaris tepi merah.

Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika umum digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa nyeri. Seperti halnya psikotropika, obat narkotika sangat ketat
dalam hal pengawasan mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai penggunaannya.

Narkotika (Daftar O atau ”Opium atau opiat”) hanya boleh diperjualbelikan di apotek atau rumah
sakit dengan resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat dicopy. Tiap
bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan penggunannya kepada pemerintah.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Berdasarkan potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan, Narkotika digolongkan menjadi


3 (tiga) yaitu :

Narkotika Golongan I
Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi
kesehatan/pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom ketergantungan yang sangat
tinggi. Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L, Opium mentah, Opium masak, tanaman koka
(Erythroxylum coca), daun koka, kokain mentah, kokain, tanaman ganja, Heroin, THC dll.

Narkotika Golongan II
Berkhasiat untuk pengobatan tetapi digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan.Contoh : Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol
dll.

Narkotika Golongan III


Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll. Kodein dan Doveri
biasa digunakan untuk obat batuk yang parah.
 Obat Psikotropika

Psikotropika merupakan zat kimia atau obat-obatan yang dapat mengubah fungsi otak, persepsi,
suasana hati, kesadaran, pikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Ini Fakta Psikotropika dalam
Dunia Medis – Alodokter, Dalam bidang medis, beberapa jenis obat golongan psikotropika
dimanfaatkan untuk pengobatan gangguan mental tertentu, seperti depresi, gangguan kecemasan,
gangguan bipolar, gangguan tidur, dan skizofrenia.

Di Indonesia, obat psikotropika terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:


Golongan I
Zat dan obat psikotropika golongan I merupakan psikotropika dengan daya adiktif atau efek
candu yang sangat kuat. Contoh psikotropika golongan I adalah MDMA/ekstasi, LSD, dan DOM.
Psikotropika jenis ini dilarang digunakan untuk terapi dan hanya untuk kepentingan
pengembangan atau penelitian ilmu kedokteran.

Golongan II
Psikotropika golongan II juga memiliki efek candu yang kuat, tetapi bisa digunakan untuk
kepentingan riset dan pengobatan (dalam supervisi dokter). Contoh obat psikotropika golongan II
adalah amfetamin, deksamfetamin, ritalin, dan metilfenidat.

Golongan III
Psikotropika golongan III merupakan psikotropika yang memiliki efek adiksi sedang dan bisa
digunakan untuk penelitian dan pengobatan. Contoh obat-obatan psikotropika golongan III adalah
kodein, flunitrazepam, pentobarbital, buprenorfin, pentazosin, dan glutetimid.

Golongan IV
Psikotropika golongan IV memiliki daya adiktif atau efek candu ringan dan boleh digunakan
untuk pengobatan. Contoh jenis psikotropika golongan ini adalah diazepam, nitrazepam,
estazolam, dan clobazam.

Psikotropika termasuk dalam Obat Keras Tertentu (OKT) yang logonya sama dengan obat keras
yaitu lingkaran berwarna MERAH dengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K (warna
hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi pada kemasannya sehingga
untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter.
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa obat adalah benda atau zat yang dapat
digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam
tubuh. Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fiologi tubuh dan berpotensi
mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan
terapeutik / menyembuhkan. Untuk memperoleh obat-obatan tersebut sebaiknya membeli di Toko
Obat Berizin atau Apotek, dikarenakan di sarana tersebut mutu obat lebih terjaga (karena
penyimpanan yang tepat, pemeriksaan masa kadaluarsa yang rutin) serta terhindar dari obat-obat
palsu yang beredar.

Anda mungkin juga menyukai