Anda di halaman 1dari 8

obat bebas , obat bebas terbatas ,

obat keras
Golongan obat adalah penggolonga yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan
dibahas secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.

Akan tetapi, sebelum kita mengetahui contoh obat- obat yang tergolong dalam obat bebas terbatas, kita juga
harus mengetahui penggolongan-penggolongannya sehingga mengapa obat obat tersebut agar keamanannya
dapat terjaga.

Untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga keamanan penggunaannya, maka
pemerintah menggolongkan obat sebagai berikut  :

1.            Obat Bebas yakni obat yang dijual bebas, contoh : Tablet vitamin C, minyak kayu putih, Obat batuk
putih, Obat batuk hitam, Tablet paracetamol.

2.            Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W), yaitu obat keras
dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual
bebas.contoh : antimo,

3.            Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijik= berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang
untuk memperolehnya harus dengan resep dokter. Contoh : antibiotik

4.            Obat Narkotik (dulu disebut obat daftra O=opiat) untuk memperoleh harus dengan resep dokter dan
apotek diwajibkan melaporkan jumlah dan macamnya. Contoh : morfin, codein, heroin.

5.             Psikotropika yakni obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf
pusatdan menimbulkan kelainan perilaku. Contoh : Ectasy, sabu-sabu.

6.            OWA (Obat Wajib Apotek) yakni obat keras tertentu yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada
pasien tanpa resep dokter. Contoh : krim antiseptic
Menurut definisi yang lengkap, obat adalah bahan kimia atau paduan/campuran bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa
(fungsi diagnostik), pencegahan (fungsi profilaktik), dan penyembuhan penyakit (fungsi terapeutik), termasuk di
dalamnya peredaan gejala, pemulihan, perbaikan dan peningkatan kesehatan serta pengubahan fungsi organik,
baik pada manusia ataupun hewan. Termasuk di dalamnya kontrasepsi dan sediaan biologis lainnya (Penjelasan
atas PP RI No.72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan).

Secara garis besar, bahan dasar obat dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu berasal dari:

 Bahan-bahan yang secara alami disintesis di dalam tubuh, baik manusia, hewan, tumbuhan, atau makhluk hidup
lainnya, termasuk di dalamnya obat herbal/ tradisional (TR)

 Bahan-bahan kimia yang secara alami tidak disintesis di dalam tubuh, oleh masyarakat disebut sebagai “obat
kimia”, termasuk di dalamnya obat sintetik dan obat semi-sintetik

Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1963 tentang Farmasi, obat-obatan kimia dapat digolongkan menjadi
5 (lima) kategori, yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan distribusi masing-masing. Kelima kategori tersebut apabila diurutkan dari yang paling longgar
hingga yang paling ketat mengenai peraturan pengamanan, penggunaan, dan distribusinya adalah sebagai
berikut:

1. Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W atau ”Waarschuwing”, waspada)

3. Obat Keras (Daftar G atau ”Gevaarlijk”, berbahaya)

4. Obat Psikotropika (OKT, Obat Keras Terbatas)

5. Obat Narkotika (Daftar O atau ”Opium”)


6.

Yang termasuk di dalam kelima golongan tersebut di atas adalah obat yang dibuat dengan bahan-bahan kimia
dan/atau dengan bahan-bahan dari unsur tumbuhan dan hewan yang sudah dikategorikan sebagai bahan obat
atau campuran/paduan keduanya, sehingga berupa obat sintetik dan obat semi-sintetik, secara berturut-turut.
Obat herbal/ tradisional (TR) tidak termasuk dalam kelompok ini. Baca mengenai Penggolongan Obat Tradisional
di SINI.

Berikut penjabaran untuk masing-masing golongan tersebut:

1. OBAT BEBAS (OB)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam.

Merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan
yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atau self
medication (penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah (modern) dan
terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan.

OB dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek, counter obat di supermarket/toko swalayan,
toko kelontong, bahkan di warung, disebut juga obat OTC ( Over the Counter). Penderita dapat membeli dalam
jumlah yang sangat sedikit, seperlunya saja saat obat dibutuhkan. Jenis zat aktif pada OB relatif aman sehingga
penggunaanya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan obat. Oleh karena itu sebaiknya OB tetap dibeli bersama kemasannya.

OB digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan yang bersifat nonspesifik, misalnya: beberapa
analgetik atau pain killer (obat penghilang rasa nyeri), obat gosok, obat luka luar, beberapa antipiretik (obat
penurun panas), beberapa analgetik-antipiretik (obat pereda gejala flu), antasida, beberapa suplemen vitamin
dan mineral, dll.

2. OBAT BEBAS TERBATAS (OBT)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam.

Obat ini sebenarnya termasuk dakam kategori obat keras, akan tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat
diperjualbelikan secara bebas tanpa resep dokter. Sebagai obat keras, penggunaan obat ini diberi batas untuk
setiap takarannya. Seharusnya obat ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin yang dipegang oleh
seorang asisten apoteker, serta apotek yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker. Hal ini karena diharapkan
pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat yang termasuk golongan ini.

Sesuai dengan SK MenKes RI No.6355/Dirjen/SK/1969, pada kemasan OBT harus tertera peringatan yang berupa
kotak kecil berukuran 5×2 cm berdasar warna hitam atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan
sebagai berikut:

Contoh OBT adalah: pain relief (analgesik), obat batuk, obat pilek, obat influenza, obat penghilang rasa nyeri
dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, obat-obat
antiseptik, obat tetes mata untuk iritasi ringan, dll.

Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu, sakit yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan
pengobatan sendiri (self medication) menggunakan obat-obatan dari golongan OB dan OBT yang dengan mudah
diperoleh masyarakat. Dianjurkan untuk tidak sekali pun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat
yang seharusnya diperoleh dengan menggunakan resep dokter (SK MenKes RI No.2380 tahun 1983).

Setelah upaya self medication, apabila kondisi penyakit semakin serius, tidak kunjung sembuh setelah sekitar 3-
5 hari, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Oleh karena itulah semua kemasan OB dan OBT
wajib mencantumkan tanda peringatan“apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (SK MenKes
RI No.386 tahun1994).
Dalam rangka self medication menggunakan OB atau OBT, perhatikan kemasan dan brosur yang terdapat di
dalamnya. Berdasarkan SK MenKes No.917 tahun 1993, pada setiap kemasan/brosur OB dan  OBT harus
menyebutkan informasi obat sebagai berikut:

 Nama obat (merek dagang dan kandungannya)

 Daftar dan jumlah bahan berkhasiat yang terkandung di dalamnya

 Nama dan alamat produsen tertulis dengan jelas

 Izin beredar ditunjukkan dengan adanya nomor batch dan nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) atau Departemen Kesehatan (DepKes)

 Kondisi obat masih baik. Perhatikan tanggal kadaluwarsa (masa berlaku) obat

 Indikasi (petunjuk kegunaan obat)

 Kontra-indikasi (petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan)

 Efek samping (efek negatif yang timbul, yang bukan merupakan kegunaan obat)

 Petunjuk cara penggunaan

 Dosis (takaran) dan aturan penggunaan obat

 Cara penyimpanan obat

 Peringatan

 Informasi tentang interaksi obat yang bersangkutan dengan obat lain yang digunakan dan/atau dengan
makanan yang dikonsumsi

3. OBAT KERAS (OK)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya
bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit lain sebagai efek negatifnya,
hingga menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian.  Oleh karena itu,
golongan obat ini hanya boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan.

Yang termasuk ke dalam golongan OK adalah:

 “Daftar G”, seperti: antibiotika, obat-obatan yang mengandung hormon, antidiabetes, antihipertensi,
antihipotensi, obat jantung, obat ulkus lambung, dll.

  “Daftar O” atau obat bius/anestesi, yaitu golongan obat-obat narkotika

 Obat Keras Tertentu (OKT) atau psikotropika, seperti: obat penenang, obat sakit jiwa, obat tidur, dll.

 Obat Generik dan  Obat Wajib Apotek (OWA), yaitu obat yang dapat dibeli dengan resep dokter, namun dapat
pula diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter dengan jumlah tertentu, seperti
antihistamin, obat asma, pil antihamil, beberapa obat kulit tertentu, antikoagulan, sulfonamida dan derivatnya,
obat injeksi, dll.

 Obat yang dibungkus sedemikian rupa, digunakan secara enteral maupun parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara lain yang sigatnya invasif.

 Obat baru yang belum tercantum di dalam kompedial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia

 Obat-obatan lain yang ditetapkan sebagai obat keras melalui SK MenKes RI

4. PSIKOTROPIKA

Tanda pada kemasannya sama dengan tanda pada Obat Keras.

Obat-obatan golongan ini mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai penggunaannya diawasi
secara ketat oleh pemerintah (BPOM dan DepKes) dan hanya boleh diperjualbelikan di apotek atas resep dokter.
Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan peenggunaannya kepada pemerintah.

Psikotropika atau biasa disebut sebagai ”obat penenang” ( transquilizer), adalah zat/ obat baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh stimulatif selektif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Fungsi psikotropika adalah sebagai
berikut:

1. Antidepresan: meredakan kegiatan syaraf, menurunkan aktivitas otak dan fungsi tubuh, atau sebagai
penenang.
Contohnya: phenobarbital, diazepam, alprazolam

2. Stimulan: merangsang stimulasi kegiatan syaraf dan fungsi tubuh sehingga mengurangi rasa mengantuk,
lapar, serta menimbulkan rasa gembira dan semangat yang berlebihan (efek euforia).
Contohnya: amfetamin, metamfetamin, dan derivatnya

3. Halusinogen: menimbulkan halusinasi dan ilusi (mengkhayal), gangguan cara berpikir, perubahan alam
perasaan (mood), kesadaran diri, dan tingkat emosional terhadap orang lain sehingga tidak mampu
membedakan yang realitas dan fantasi.
Contohnya: THC, LSD, psilobisin

Berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, obat ini dapat dibagi dibagi menjadi 4 (empat)
golongan yaitu:

 Psikotropika gol. I: Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam
terapi pengobatan, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Meskalina, MDMA (ekstasi), LSD, STP

 Psikotropika gol. II: Berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Amfetamin, Metamfetamin (sabu), Fensiklidin, Ritalin

 Psikotropika gol. III: Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Pentobarbital, Amobarbital, Flunitrazepam, Pentazosina

 Psikotropika gol. IV: Berkhasiat untuk pengobatan yang sangat luas, digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantunagan.
Contoh: Alprazolam, Diazepam, Klobozam, Fenobarbital, Barbital, Klorazepam, Klordiazepoxide, Nitrazepam

Lebih lanjut, silakan baca/unduh undang-undang tentang psikotropika selengkapnya di SINI

5. NARKOTIKA

Pada kemasannya terdapat tanda seperti medali berwarna merah.

Secara awam obat narkotika disebut sebagai “obat bius”.  Hal ini karena dalam bidang kedokteran, obat-obat
narkotika umum digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa nyeri.

Seperti halnya psikotropika, obat narkotika sangat ketat dalam hal pengawasan mulai dari pembuatannya,
pengemasan, distribusi, sampai penggunaannya. Obat golongan ini hanya boleh diperjualbelikan di apotek atas
resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat dicopy. Tiap bulan apotek wajib melaporkan
pembelian dan penggunannya kepada pemerintah.

Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, obat-obatan yang tergolong sebagai Narkotika adalah
zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran (fungsi anestesia), hilangnya rasa, menghilangkan
rasa nyeri (sedatif), munculnya rangsangan semangat (euforia), halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan,
dan dapat menimbulkan efek ketergantungan bagi penggunanya.

Narkotika dapat dibedakan lagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:

 Narkotika gol.I: berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan sehingga dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan pengobatan. Dalam jumlah terbatas dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, reagensia diagnostik, dan reagensia laboratorium.
Contoh: heroin, kokain, ganja/marijuana

 Narkotika gol.II: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Dapat digunakan untuk terapi pengobatan,


namun sebagai pilihan terakhir.
Contoh: morfin, petidin, metadon

 Narkotika gol.III: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan. Banyak digunakan dalam terapi pengobatan,


namun tetap dalam pengawasan yang sangat ketat.
Contoh: kodein

Lebih lanjut, silakan baca/unduh undang-undang tentang narkotika selengkapnya di SINI

Demikian sekelumit mengenai penggolongan obat. Bagaimanapun, obat adalah racun. Hanya dalam takaran yang
sesuai dan penggunaan yang tepat maka ia akan bermanfaat. Apabila digunakan secara sembarangan, tidak
mengikuti aturan, maka ia akan merugikan bahkan menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan dan bisa
membawa Anda ke kematian. Jangan sekali-sekali mencoba menggunakan obat yang seharusnya hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter. Anda dapat berkonsultasi kepada apoteker atau asisten apoteker yang siap sedia
membantu Anda di apotek.

Jangan sekali-sekali Anda mendekati atau mencoba menggunakan narkoba karena rasa penasaran/ingin tahu. Di
samping karena berpotensi menyebabkan kecanduan, narkoba yang beredar di masyarakat sudah pasti ilegal
sehingga Anda akan dikenai sanksi hukum yang tidak main-main. Jangan pertaruhkan masa depan Anda, jangan
kecewakan orang tua, keluarga, dan orang-orang yang mengasihi Anda dan Anda kasihi.

Anda mungkin juga menyukai