Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penggologan Obat..............................................................................................2
2.2 Tujuan Penggolongan Obat..................................................................................................2
2.3 Penggolongan Obat..............................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Penggolongan Obat yang benar.
2. Untuk mengetahui tujuan Penggolongan Obat.
3. Untuk mengetahui Penggolongan Obat yang sesuai dengan golongannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993
2
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000
3
Siti Hajar Nur Safita, 2017,” Penggolongan Obat “ diakses dari
https://id.scribd.com/presentation/343676292/Penggolongan-Obat, pada 19 Desember 2017 pkl 19.27
3
puyer bintang toedjoe, diatabs, entrostop, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL,
Chlorpheniramine maleate (CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat,
Librozym (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam kombinasi), Abufen C,
Acelamine, Albothyl, Aspilets, Aspir 81, Daktarin, Komix, Norit, OBH Combi, Panadol,
Ponstan, Tolak Angin, dan Voltaren.
4
P4 : Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar.
Contohnya: Sigaret Astma
P5 : Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan.
Contohnya: Amonia 10 % kebawah, Sulfanilamide steril, Bravoderm, Bufacetin,
AZA, dan Bufacort.
P6 : Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan.
Anusol Suppositoria, Molexdine, dan Laxarec.
c. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat
keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran bulat
berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang menyentuh garis tepi.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan
sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat
penenang, dan lain-lain). Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa
berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian.
Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan. Karena
itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh
Pemerintah dan hanya boleh diserahkan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek
wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.
5
d. Obat Wajib Apotek
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada
persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
a) Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama,
alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
b) Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien.
Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh
diberikan 1 tube.
c) Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta
tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-
obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit
yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit
(salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM),
obat KB hormonal.
Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan:
– Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
– Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
– Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
-Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
– Obat dimaksud memiliki khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri.
Berikut ini adalah daftar yang berisi tentang seluruh obat wajib apotek yang
disesuaikan dengan peraturan menteri kesehatan. Obat itu terdiri dari:
1. Obat Wajib Apotek
Obat ini seperti Aminofilin Supp, Asam Mefenamat, Asetilsistein, Astemizole
Betametason, Bisakodil Supp., Bromhexin, Desoksimetason, Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon, Dimethinden maleat Ekonazol, Eritromisin, Framisetna SO4, Fluokortolon,
6
Fopredniliden, Gentamisin SO4, Glafenin, Heksakklorofene, Hexetidine, Hidrokortison,
Hidroquinon, Hidroquinon dgn PABA, Homochlorcyclizin HCl Karbosistein, Ketotifen,
Kloramfenikol, Lidokain HCl, Linestrenol, Mebendazol, Mebhidrolin, dan Metampiron
2. Obat Wajib Apotek
Obat ini seperti Albendazol, Bacitracin, Benorilate, Bismuth subcitrate,
Carbinoxamin, Clindamicin, Dexametason, Dexpanthenol, Diclofenac, Diponium, Fenoterol,
Flumetason, Hydrocortison, Ibuprofen, Isoconazol, Ketokonazole, Levamizole,
Methylprednisolon, Niclosamide, Noretisteron, Omeprazole, Oxiconazole, Pipazetate,
Piratiasin Kloroteofilin, Pirenzepine, Piroxicam, Polymixin B Sulfate, Prednisolon,
Scopolamin, Silver Sulfadiazin, Sucralfate, Sulfasalazine, dan Tioconazole.
3. Obat wajib apotek no 3
Obat ini seperti Alopurinol, Aminofilin supositoria, Asam Azeleat, Asam Fusidat,
Bromheksin, Diklofenak natrium, Famotidin, Gentamisin, Glafenin, Heksetidin, Klemastin,
Kloramfenikol (Obat Mata), Kloramfenikol (Obat Telinga), Mebendazol, Metampiron +
Klordiazepoksid, Mequitazin, Motretinida, Orsiprenalin, Piroksikam, Prometazin teoklat,
Ranitidin, Setirizin, Siproheptadin, Toisiklat, Tolnaftat, dan Tretinoin.
e. Obat Narkotika
Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :
Golongan I
Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
Tidak digunakan dalam terapi
Potensi ketergantungan sangat tinggi
Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja
Golongan II
Untuk pengobatan pilihan terakhir
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi ketergantungan sangat tinggi
Contoh : fentanil, petidin, morfin
7
Golongan III
Digunakan dalam terapi
Potensi ketergantungan ringan
Contoh : kodein, difenoksilat
f. Obat Psikotropika
Menurut UU No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau
sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku.4
Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan :
Golongan I
Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
Tidak digunakan dalam terapi
Potensi sindrom ketergantungan amat kuat
Contoh : LSD, MDMA/ekstasi
Golongan II
Untuk pengobatan
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan kuat
Contoh : metamfetamin (shabu), sekobarbital
Golongan III
Untuk pengobatan atau terapi
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan sedang
Contoh : amobarbital, pentazosine
Golongan IV
Untuk pengobatan atau terapi
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan ringan
Contoh : diazepam, halozepam, triazolam, klordiazepoksida
4
Agoes Noegraha,2017,” Napza Mengenal Penggolongan Narkotika dan Psikotropika diakses dari http://agoes-
n-ff04.web.unair.ac.id/artikel_detail-35300-Napza-Mengenal%20Penggolongan%20Narkotika%20dan
%20Psikotropika.html, pada 19 Desember 2017 pkl 21.41
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya penggolongan obat yang sesuai dengan Peraturan Kementerian
Kesehatan, maka kita akan mudah untuk mengetahui dan sekaligus untuk membedakan obat
melalui tanda yang terdapat pada luar kemasan obat.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dlaiqa.com/2013/11/penggolongan-jenis-obat-berdasarkan.html
http://agoes-n-ff04.web.unair.ac.id/artikel_detail-35300-Napza-Mengenal%20Penggolongan
%20Narkotika%20dan%20Psikotropika.html
https://id.scribd.com/presentation/343676292/Penggolongan-Obat
10