Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penggologan Obat..............................................................................................2
2.2 Tujuan Penggolongan Obat..................................................................................................2
2.3 Penggolongan Obat..............................................................................................................2

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang, obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit luka, atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia atau hewan. Jenis, bentuk, warna, kegunaan, dan harga obat pun bermacam-macam.
Obat digunakan saat orang yang benar-benar membutuhkannya. Obat ada yang terbuat dari
bahan alami, bahan kimia, dan percampuran antara bahan alami dan bahan kimia.
Seluruh masyarakat tau obat, saat sakit pasti minum obat atau saat sakit pasti beli ke
warung terdekat atau ke apotek terdekat. Tetapi persoalannya adalah kebanyakan dari obat
tersebut mereka tidak paham akan penggolongannya obat. Oleh karena itu, di dalam makalah
ini, akan dibahas mengenai Penggolongan Obat berseta penjelasan-penjelasannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Penggolongan Obat?
2. Apa tujuan Penggolongan Obat?
3. Bagaimana Penggolongan Obat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Penggolongan Obat yang benar.
2. Untuk mengetahui tujuan Penggolongan Obat.
3. Untuk mengetahui Penggolongan Obat yang sesuai dengan golongannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penggolongan Obat


Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-
paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.1
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan
dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat
bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000.2

2.2 Tujuan Penggolongan Obat


Tujuan dari Penggolongan Obat adalah untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi obat dari produsen ke konsumen.3

2.3 Penggolongan Obat


Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 dan diperbarui menjadi Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000, penggolongan obat terdiri dari obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek, obat narkotika, dan obat
psikotropika.
a. Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai
dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam kemasan obat
disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan
pakai, efek samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama, dan alamat pabrik, serta cara
penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas terbatas.
Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik atau pain killer (parasetamol),
vitamin/multivitamin dan mineral. Contoh lainnya, yaitu promag, bodrex, biogesic, panadol,

1
PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993
2
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000
3
Siti Hajar Nur Safita, 2017,” Penggolongan Obat “ diakses dari
https://id.scribd.com/presentation/343676292/Penggolongan-Obat, pada 19 Desember 2017 pkl 19.27

3
puyer bintang toedjoe, diatabs, entrostop, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL,
Chlorpheniramine maleate (CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat,
Librozym (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam kombinasi), Abufen C,
Acelamine, Albothyl, Aspilets, Aspir 81, Daktarin, Komix, Norit, OBH Combi, Panadol,
Ponstan, Tolak Angin, dan Voltaren.

Gambar1.1 Tanda Obat Bebas

b. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam. Dulu obat ini disebut daftar W = Waarschuwing (Peringatan), tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang
berwarna hitam berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat pemberitahuan berwarna
putih.
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang
seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker, no
pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai
saat membeli obat bebas terbatas.
Tingkat peringatan Obat bebas terbatas terbagai ke dalam enam golongan (P1-P6)
yaitu :
 P1 : Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya.
Contohnya: Antimo, Decolgen, Vicks Formula 44 DT, Ultraflu, Fatigon, Parazon,
Zevit-C, Xepavit, Zevibex, Upixon, Konvermex, dan Molexdine.
 P2 : Awas! Obat keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan.
Contohnya: Gargarisma Kan, Enkasari, Listerine, Ttanflex, Alphadine, Isodine
mundipharma, dan Biosepton.
 P3 : Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan.
Contohnya: Aqua Plumbii Goulardi, Tinctura Jodii, Neo ultrasiline, Minoscrub, dan
Spitaderm.

4
 P4 : Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar.
Contohnya: Sigaret Astma
 P5 : Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan.
Contohnya: Amonia 10 % kebawah, Sulfanilamide steril, Bravoderm, Bufacetin,
AZA, dan Bufacort.
 P6 : Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan.
Anusol Suppositoria, Molexdine, dan Laxarec.

Gambar 2.1 Tanda Obat Bebas Terbatas

c. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat
keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran bulat
berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang menyentuh garis tepi.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan
sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat
penenang, dan lain-lain). Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa
berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian.
Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan. Karena
itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh
Pemerintah dan hanya boleh diserahkan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek
wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.

Gambar 3.1 Tanda Obat Keras

5
d. Obat Wajib Apotek
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada
persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
a) Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama,
alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
b) Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien.
Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh
diberikan 1 tube.
c) Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta
tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-
obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit
yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit
(salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM),
obat KB hormonal.
Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan:
– Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
– Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
– Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
-Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
– Obat dimaksud memiliki khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri.
Berikut ini adalah daftar yang berisi tentang seluruh obat wajib apotek yang
disesuaikan dengan peraturan menteri kesehatan. Obat itu terdiri dari:
1. Obat Wajib Apotek
Obat ini seperti Aminofilin Supp, Asam Mefenamat, Asetilsistein, Astemizole
Betametason, Bisakodil Supp., Bromhexin, Desoksimetason, Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon, Dimethinden maleat Ekonazol, Eritromisin, Framisetna SO4, Fluokortolon,

6
Fopredniliden, Gentamisin SO4, Glafenin, Heksakklorofene, Hexetidine, Hidrokortison,
Hidroquinon, Hidroquinon dgn PABA, Homochlorcyclizin HCl Karbosistein, Ketotifen,
Kloramfenikol, Lidokain HCl, Linestrenol, Mebendazol, Mebhidrolin, dan Metampiron
2. Obat Wajib Apotek
Obat ini seperti Albendazol, Bacitracin, Benorilate, Bismuth subcitrate,
Carbinoxamin, Clindamicin, Dexametason, Dexpanthenol, Diclofenac, Diponium, Fenoterol,
Flumetason, Hydrocortison, Ibuprofen, Isoconazol, Ketokonazole, Levamizole,
Methylprednisolon, Niclosamide, Noretisteron, Omeprazole, Oxiconazole, Pipazetate,
Piratiasin Kloroteofilin, Pirenzepine, Piroxicam, Polymixin B Sulfate, Prednisolon,
Scopolamin, Silver Sulfadiazin, Sucralfate, Sulfasalazine, dan Tioconazole.
3. Obat wajib apotek no 3
Obat ini seperti Alopurinol, Aminofilin supositoria, Asam Azeleat, Asam Fusidat,
Bromheksin, Diklofenak natrium, Famotidin, Gentamisin, Glafenin, Heksetidin, Klemastin,
Kloramfenikol (Obat Mata), Kloramfenikol (Obat Telinga), Mebendazol, Metampiron +
Klordiazepoksid, Mequitazin, Motretinida, Orsiprenalin, Piroksikam, Prometazin teoklat,
Ranitidin, Setirizin, Siproheptadin, Toisiklat, Tolnaftat, dan Tretinoin.

e. Obat Narkotika
Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :
 Golongan I
Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
Tidak digunakan dalam terapi
Potensi ketergantungan sangat tinggi
Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja
 Golongan II
Untuk pengobatan pilihan terakhir
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi ketergantungan sangat tinggi
Contoh : fentanil, petidin, morfin

7
 Golongan III
Digunakan dalam terapi
Potensi ketergantungan ringan
Contoh : kodein, difenoksilat

f. Obat Psikotropika
Menurut UU No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau
sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku.4
Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan :
Golongan I
Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
Tidak digunakan dalam terapi
Potensi sindrom ketergantungan amat kuat
Contoh : LSD, MDMA/ekstasi
 Golongan II
Untuk pengobatan
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan kuat
Contoh : metamfetamin (shabu), sekobarbital
 Golongan III
Untuk pengobatan atau terapi
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan sedang
Contoh : amobarbital, pentazosine
 Golongan IV
Untuk pengobatan atau terapi
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Potensi sindrom ketergantungan ringan
Contoh : diazepam, halozepam, triazolam, klordiazepoksida

4
Agoes Noegraha,2017,” Napza Mengenal Penggolongan Narkotika dan Psikotropika diakses dari http://agoes-
n-ff04.web.unair.ac.id/artikel_detail-35300-Napza-Mengenal%20Penggolongan%20Narkotika%20dan
%20Psikotropika.html, pada 19 Desember 2017 pkl 21.41

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan adanya penggolongan obat yang sesuai dengan Peraturan Kementerian
Kesehatan, maka kita akan mudah untuk mengetahui dan sekaligus untuk membedakan obat
melalui tanda yang terdapat pada luar kemasan obat.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.dlaiqa.com/2013/11/penggolongan-jenis-obat-berdasarkan.html
http://agoes-n-ff04.web.unair.ac.id/artikel_detail-35300-Napza-Mengenal%20Penggolongan
%20Narkotika%20dan%20Psikotropika.html
https://id.scribd.com/presentation/343676292/Penggolongan-Obat

10

Anda mungkin juga menyukai