OLEH:
NIM : O1A114006
KELAS :A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak
Penyusun
DAFTAR ISI
2.3 Resep...........................................................................................................
1. Obat Jadi
Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau capuran (serbuk,
cairan, salep, tablet, pil, suppositoria, dll) yang mempunyai teknis
sesuai FI/lain yang ditetapkan pemerintah.
2. Obat Paten
Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama sipembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus
asli pabrik yang memproduksinya.
3. Obat Baru
Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian
yang berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya: lapisan,
pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal
sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4. Obat Asli
Obat asli adalah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
5. Obat Essensial
Obat essensial adalah obat yang paling dibuuhkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat
Esensial yang ditetapkan oleh MENKES.
6. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada masyarakat
tanpa resep dokter, tidak termasik dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, dan obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Obat bebas disebut juga obat OTC (Over The Counter).
Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin,
supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli
dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat
golongan ini relatif aman sehingga pemakaiannnya tidak memerlukan
pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya obat golongan ini tetap dibeli
dengan kemasnnya.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K MenKes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas
terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan
garis tepi warna hitam.
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai
dengan tanda peringatan. Obat bebas terbatas atau obat yang termasuk dalam
daftar “W”, Menurut bahasa belanda “W” singkatan dari “Waarschuwing”
artinya peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,
berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima)
sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna
putih.
Seharusnya obat jenis ini hanya dijual bebas di toko obat berizin
(dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi
jika ada apoteker (No Pharmacist No Service), karena diharapkan pasien
memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas.
3. Obat Keras
Obat keras disebut juga obat daftar “G”, yang diambil dari bahasa
Belanda. “G” merupakan singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakainnya tidak
berdasarkan resep dokter.
Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi
dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di
dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat
Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk di dalamnya narkotika dan psikotropika
tergolong obat keras.
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras Daftar “G” adalah
“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf
K yang menyentuh garis tepi”.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan
narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP (Susunan
Saraf Pusat) yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.
Untuk penandaan psikotropika sama dengan penandaan untuk obat keras,
hal ini sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika,
maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada di
bawah ordonansi.
Sehingga untuk psikotropika penandaanya: lingkaran bulat berwarna
merah, dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna
hitam.
Golongan I : Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika terdiri dari 26
macam, antara lain Brolamfetamin, Etisiklidina, Psilobina, Tenosiklidina.
5. Obat Narkotika
b. Pelayanan Resep
1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola
apotek.
3. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
4. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam
resep dengan obat paten.
5. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker dapat mengganti obat paten dengan obat generik atas
persetujuan pasien.
c. Copie Resep
1. Kopi resep salinan tertulis dari suatu resep.
2. Copie resep = apograph, exemplum atau afschrift.
3. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam
resep asli, harus memuat pula informasi sbb :
4. Nama & alamat apotek
5. Nama & nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
6. Tanda tangan / paraf apoteker pengelola apotek
7. Tanda det. = detur utk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det =
ne detur utk obat yang belum diserahkan.
8. Nomor resep & tanggal pembuatan.
d. Ketentuan Tambahan
1. Salinan resep harus ditandatangani apoteker. Apabila berhalangan,
penandatanganan atau paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh
apoteker pendamping atau apoteker pengganti dengan mencantumkan
nama terang dan status yang bersangkutan.
2. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik selama
3 tahun.
3. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep, pasien yang bersangkutan, petugas kesehatan atau
petugas lain yang berwenang menurut peraturan UU yang berlaku.
4. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau pengganti
diizinkan untuk menjual obat keras yang disebut obat wajib apotek
(OWA)
5. OWA ditetapkan oleh menteri kesehatan.
6. OWA obat keras yang dpt diserahkan oleh apoteker kepada pasien
di apotek tanpa resep dokter.
7. Pelaksanaan OWA tersebut oleh apoteker harus sesuai yang
diwajibkan pd diktum kedua SK. Menteri Kesehatan Nomor :
347/Menkes/SK/VII/1990 tentang OWA yaitu sbb :
• Memenuhi ketentuan & batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
• Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
• Memberikan informasi tentang obat yang diperlukan pasien.
e. Pengelolaan Resep
1. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan
nomor penerimaan / pembuatan resep.
2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep
lainnya, tandai garis merah di bawah nama obatnya.
3. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan
cara pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain
yang memadai
4. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker pengelola bersama dengan
sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
5. Pada saat pemusnahan harus dibuat berita acar pemusnahan yang
mencantumkan :
Hari & tanggal pemusnahan
Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.
2. Kapsul
Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau
bahan lainnya yang sesuai. Tujuan dibalik dibuatnya bentuk sediaan kapsul antara
lain :
1. Menghindari rasa pahit/tidak enak dari bahan obat.
2. Dapat membagi obat dalam dosis yang tepat.
3. Melindungi obat dari pengaruh luar (oksidasi dari O2.
Ada dua jenis kapsul yang ada saat ini antara lain :
a. Kapsul keras
Terbuat dari gelatin
Biasanya berisi : serbuk, butiran, granul, tablet kecil, bahan semi padat/cairan
b. Kapsul Lunak
Dibuat dari campuran gelatin, gliserol, sorbitol/metilselulosa
Biasanya berisi : cairan, suspensi, bahan bentuk pasta
Berikut variasi ukuran-ukuran bentuk sediaan kapsul :
000 1,36
00 0,95
0 0,67
1 0,48
2 0,38
3 0,27
4 0,20
5 0,13
3. Kaplet
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan
lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini
selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari
pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari keasaman
lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa
cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
4. Pulvis(Serbuk)
Campuran obat dan atau bahan kimia dalam bentuk kering halus dan
homogen . Pulvis = Bulk Powder = serbuk yang tak terbagi Contoh: Caladine
powder, enbatic serbuk tabur. Ada dua cara penggunaan pulvis antara lain :
1. Sebagai Obat Luar
a. Sebagai antiseptic
b. Sebagai anti fungal
2. Sebagai Obat Dalam
a. Pemakaian memalui mulut, krongkongan dan saluran pencernaan
5. Pulveres
Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1 atau lebih bahan obat
yang dibuat dalam bentuk terbagi-bagi , yang kering , halus dan homogen.
Tujuan dibuatnya pulveres adalah sebagai berikut :
1. Diinginkan dosis tertentu
2. Diinginkan beberapa macam obat pada satu sediaan sesuai dengan
kepentingan pengobatan
3. Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan
Kekurangan sediaan pulveres:
2. Krim
Sediaan setngah padat berupa emulsi mengandung air, dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci.
Krim cocok untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang
baru terbentuk.
Terdapat dua jenis krim yaitu :
1. Tipe emulsi minyak dalam air O/W : lebih sesuai untuk digunakan pada
daerah lipatan
2. Tipe emulsi air dalam minyak W/O : efek lubrikasi lebih baik
3. Pasta
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep)
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi). Mengandung serbuk
dalam jumlah besar (40-50%) dengan vaselin/paraffin cair/bahan dasar yang
tidak berlemak dengan perbandingan 1:1. Serbuk yang banyak digunakan
adalah ZnO, Talk, Amilum, Bentnit, AlO2, dll.
Keuntungan dari menggunakan salep antara lain :
Mengikat cairan sekret (eksudat)
Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. Sehingga mengurangi
rasa gatal lokal.
Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama
4. Sabun
Sediaan setengah padat yang didapat dengan melalui proses penyabunan alkali
dengan asam lemak atau asam lemak tinggi.
2. Eliksir
Cairan jernih, dan rasanya yang enak, larutan hidroalkohol yang digunakan
untuk pemakaian oral, umumnya mengandung flavuoring agent untuk
meningkatkan rasa enak. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga
stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol. Pelarut utama yaitu
etanol dengan maksud untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol dalam
eliksir yaitu 5-10%. Pemanis yang digunakan antara lain : gula atau sirup gula,
sorbitol, gliserin, dan sakarin.
Dibandingkan dengan sirup, eliksir :
- kurang manis dan kurang kental
- lebih mudah dalam pembuatannya
- Dan lebih stabil
Pembagian Eliksir antara lain :
1. Medicated Elixirs : Eliksir yang mengandung bahan berkhasiat obat Pemilihan
cairan pembawa zat aktif obat harus mempertimbangkan kelarutan &
kestabilannya dalam air dan alkohol.
2. Non Medicated Elixirs : Eliksir yang digunakan sebagai bahan tambahan
Ditambahkan pada sediaan dengan tujuan: Meningkatkan rasa/menghilangkan
rasa, Sebagai bahan pengencer eliksir yang mengandung bahan aktif obat.
Kelebihan menggunakan eliksir antara lain :
3. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan
yang lain berupa campuran padatyang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Berikut adalah jenis-jenis suspensi yang ada, antara lain :
1. Suspensi Oral : ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal : ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Tetes Telinga : ditujukan untuk diteteskan pada telingan bagian luar.
4. Suspensi Optalmik : ditujukan untuk penggunaan pada mata.
5. Suspensi Untuk Injeksi : sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi Untuk Injeksi Terkontinyu : sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Keuntungan dari menggunakan suspensi antara lain :
1. Bahan obat tidak larut dapet bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat
2. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,
karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kekurangan dari menggunakan suspensi antara lain :
4. Emulsi
Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam
cairan pembawadistabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok suatu
sistem heterogen yang tidak stabil secaratermodinamika, yang terdiri dari paling
sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunyaterdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan– tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm,
yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Komponen-komponen
emulsi antara lain :
Komponen Dasar
Fase Dispersi / Fase Internal / Fase Diskontinyu adalah zat cair yang terbagi-
bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
Fase Kontinyu / Fase Eksternal / Fase luar adalah zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut
Emulgator adalah zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
Komponen Bahan Tambahan
Komponen yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik, misalnya colouris, presertatif (pengawet), antioksidan.
Presertatif : metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol,
dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.
Antioksidan → asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam
gallat.
Tipe Emulsi
Tipe O/W (Minyak dalam Air)
Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air fase eksternal.
Tipe W/O (Air dalam Minyak)
Emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai
fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
Pemakaian Emulsi
Dipergunakan sebagai obat dalam Umumnya tipe emulsi O/W
Dipergunakan sebagai obat luar Bisa tipe O/W maupun W/O
b. Sublingual
Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah
(sublingual), tempat berlangsungnya rebsorpsi oleh selaput lender setmpat ke
dalam vena lidah yang banyak di lokasi ini. Keuntungan cara ini ialah obat
langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui hati. Oleh karena itu,
cara ini digunakan bila efek yang pesat dan lengkap diinginkan, misalnya pada
serangan angina (suatu penyakit jantung), asma atau migrain (nitrogliserin,
isoprenalin, ergotamin juga metiltesteron). Kebertannya adalah kurang praktis
untuk digunakan terus-menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat
yang bersifat lipofil saja yang dapat diberikan dengan cara ini.
c. Injeksi
Pemberian obat secara parenteral (berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila
diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang
atau dirusak oleh getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus
(streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau tidak mau kerja sama.
Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh
pasien sendiri. selain itu ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan
bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan
tepat.
- Subkutan (hipodermal)
Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak
merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat
injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya
insulin pada pasien penyakit gula.
- Intrakutan
Absorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari Mantoux.
- Intramuscular
Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10-30
menit. Guna memperlambat resorpsi dengan maksud memperpanjang kerja
obat, sering kali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, misalnya
suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih
pada otot bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.
- Intravena
Injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan menghasilkan efek tercepat:
dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar
ke seluruh jaringan. Tetapi lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini
digunkan untuk mencapai pentakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau
efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah.
Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
kolida darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini ‘benda asing’
langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi , misalnya tekanan darah mendadak
turun dan timbul shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu
cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat.
Oleh karena itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan,
antara 50 dan 70 detik lamanya.
Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di rumah sakit
pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan
ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi.
- Intra-arteri
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjiri” suatu
organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau
terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.
- Intralumbal
Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke dalam ruang
selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru), intracardial (jantung) ddan
anti-artikuler (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya
untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.
- Implantasi subkutan
Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang berbentuk pellet steril
(tablet silindris kecil) ke bawah kulit dengan menggunkan suatu alat
khusus (trocar). Obat ini terutama digunakan untuk efek sistemis lama,
misalnya hormon kelamin (estradiol dan testosteran. Akibat resorpsi yangh
lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5
bulan lamanya. Bahkan dewasa ini tersedia implantasi obat antihamil
dengan lama kerja 3 tahun (Implanon, Norplant).
- Rektal
Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang layak untuk
obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya
dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang sebagai cairan (klisma: 2-10
mL, lavemen: 10-500 mL). Obat ini terutama digunakan pada pasien yang
mual atau muntah-muntah (mabuk jalan atau migrain) atau yang terlampau
sakit untuk menelan tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat,
misalnya laksans (suppose, bisakodil/gliserin) dan klisma (prednisone atau
neomisin).
Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak yang meleleh
pada suhu tubuh (k.l. 36,80C), yakni oleum cacao dan gliserida sintetis (Estarin,
Wittepsol). Demikian pula zat-zat hidrofil yang melarut dalam getah rectum,
misalnya tetrasiklin, kloramfenikol dan sulfonamida (hanya 20%). Karena ini
sebaiknya diberikan dosis oral dan digunakan pada rectum kosong (tanpa tinja).
Akan tetapi, setelah obat diresopsi, efek sistemiknya lebih cepat dan lebih kuat
dibandingkan pemberian per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari
rectum tidak tersambung pada system porta dan obat tidak melalui hati pada
peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan First Pass
Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap di bagian atas rectum dan oleh vena
porta dan kemudian ke hati. Misalnya thiazianium.
Dengan demikian, penyebaran obat di dalam rectum yang tergantung dari
basis suppositoria yang digunakan, dapat menentukan rutenya ke sirkulasi darah
besar. Suppositoria dan salep juga sering digunakan untuk efek local pada
gangguan poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah dapat menimbulkan
peradangan bila digunakan terus-menerus.
2. Efek Lokal
a. Intranasal
Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam
tubuh, dapat menyerap obat dengan baik dan menghasilkan terutama efek
setempat. Secara intranasal (melalui hidung) digunakan tetes hidung pada
selesma untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin, ksilometazolin).
Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek sistemis, misalnya
vasopressin dan kortikosteroida (heklometason, flunisolida).
b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)
Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit mata
atau telinga. Pada penggunaan beberapa jenis obat tetes harus waspada, karena
obat dapat diresorpsi ke darah dan menimbulkan efek toksik, misalnya atropin.
c. Inhalasi (Intrapulmonal)
Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai inhalasi
(aerosol), yaitu obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol.
Semprotan obat dihirup dengan udara dan resorpsi terjadi melalui mukosa
mulut, tenggorokan dan saluran napas. Tanpa melalui hati, obat dapat dengan
cepat memasuki predaran darah dan menghasilkan efeknya. Yang digunakan
secara inhalasi adalah anestetika umum (eter, halotan) dan obat-obat asam
(adrenalin, isoprenalin, budenosida dan klometason) dengan maksud mencapai
kadar setempat yang tinggi dan memberikan efek terhadap brochia. Untuk
maksud ini, selain larutan obat, juga dapat digunakan zat padatnya
(turbuhaler) dalam keadaan sangat halus (microfine: 1-5 mikron), misalnya
natriumkromoglikat, beklometason dan budesonida.
d. Intravaginal
Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia salep, tablet atau
sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam vagina
dan melarut di situ. Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis (radang
vagina) akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula digunakan
sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk mencegah kehamilan, di
mana zat spermicide (dengan daya mematikan sel-sel mani) dimasukkan
dalam bentuk tablet busa, krem atau foam.
e. Kulit (topical)
Pada penyakit kulit, obat yang digunakam berupa salep, krim, atau lotion
(kocokan). Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat, tetapi
resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis yang
menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti degan dengan kortikosterida
(kortison, betametason, dll), terutama bila digunakan dengan cara occlusi.
Secara umum, keuntungan dan kerugian dalam jalur pemberian obat adalah.
1. Oral
Keuntungan
- Sangat menyenangkan
- Biasanya harganya terjangkau
- Aman, tidak merusak pertahanan kulit
- Pemberian biasanya tidak menyebabkan stress
Kerugian
- Sulit bagi yang enggan menelan obat
- Rasa cenderung pahit
- Proses cenderung lama
2. Sublingual
Keuntungan
- Proses absorpsi cepat, langsung pada vena mukosa
- Bentuk kecil tidak ribet diletakkan pada bawah lidah atau pipi
Kerugian
- Pemakaian bisanya hanya untuk seseorang yang pingsan
- Dapat merangsang mukosa mulut
3. Rectal
Keuntungan
- Terhindar dari rasa pahit
- Absorpsi cepat karena langsung memasuki vena mukosa
- Cepat melebur pada suhu tubuh
Kerugian
- Pemakaian kurang menyenangkan
- Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya dari mikroorganisme.
4. Topical
Keuntungan
- Memberikan efek local
- Efek samping sedikit
Kerugian
- Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian
- Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek sistematik
5. IM
Keuntungan
- Nyeri akibat iritasi kurang
- Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari pemberian SC
- Obat diabsorpsi dengan cepat
Kerugian
- Merusak barier kulit
- Dapat menyebabkan kecemasan
6. Sub Cutan
Keuntungan
- Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral
Kerugian
- Harus menggunakan teknik steril karena merusak barier kulit
- Diberikan hanya dalam jumlah kecil
- Lebih lambat dari pemberian intaramuscular
- Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat mengiritasi jaringan kulit dan
menyebabkan nyeri
- Dapat menimbulkan kecemasan
7. Intar Dermal
Keuntungan
- Absorpsi lambat
- Digunakan untuk melihat reaksi alergi
Kerugian
- Jumlah obat yang digunakan harus kecil
- Merusak barier kulit
8. IV
Keuntungan
- Efek kerja cepat
Kerugian
- Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi
- Distribusi obat mungkin dihambat oleh sirkulasi darah yang menurun
9. Inhalasi
Keuntungan
- Pemberian obat melalui saluran pernapasan
- Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar
Kerugian
- Obat dimaksudkan pada efek setempat
- Menghasilkan efek sistemik
- Hanya digunakan untuk saluran pernapasan
Tepat Pemberian Obat
3.1. Kesimpulan
Golongan obat yang beredar adalah Obat Jadi, Obat Paten, Obat
Generik, Obat Generik Berlogo, Obat Esensial, Obat Wajib Apotek, Obat
Asli/Tradisional, Oba Baru. Penggolongan Obat ada beberapa cara
penggolongan obat menurut kegunaannya, menurut cara penggunaan, menurut
cara kerjanya, menurut Undang-undang kesehatan.
Resep adalah permintaan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek
(APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita dari dokter,
dokter gigi, atau dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Ada berbagai macam jenis obat, Jalur Pemberian obat dikelompokkan
berdasarkan efeknya. Efek sistemis meliptuti; oral, sublingual, injeksi,
implantasi dan rectal. Sedangkan efek local meliputi; intranasal, inhalasi,
intravaginal dan topical. Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan
kerugian.Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu, dosis,
rute dan dokumentasi. Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk
sediaan tertentu yang mendukung jalur pemberian tersebut.
3.2. Saran
Diharapkan agar pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan juga pembaca pada
umumnya.