PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label
minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi,
informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Adapun label
sebagai sejumlah keterangan yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apakah produk
mengandung unsur-unsur yang diharamkan atau membahayakan bagi kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Keterangan Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang tidak digunakan sebagai bahan utama yang
ditambahkan dalam proses teknologi produksi. Kebanyakan produsen tidak merinci
jenis bahan-bahan tambahan yang digunakan. Biasanya digunakan istilah-istilah
umum kelompok seperti stabilizer (jenis bahan seperti bubuk pati dan dextrin dan
lainya yang dapat menstabilkan dan mengentalkan makanan dengan suhu kelembaban
yang lebih tinggi), pewarna, flavor, enzim (senyawa protein yang digunakan untuk
hydrolysis atau sintetis bahan-bahan organik yang digunakan untuk bahan makanan),
antoi foaming, gelling agent, atau hanya menyantumkan kode Internasional E untuk
bahan tambahan.
2. Komposisi dan Nilai Gizi
Label yang menunjukan secara umum informasi gizi yang diberikan adalah kadar
air, kadar protein, kadar lemak, vitamin dan mineral.
3. Batas Kadaluwarsa
Sebuah produk harus dilengkapi dengan tanggal kedaluwarsa yang menyatakan
umur pemkaian dan kelayakan pemakaian atau penggunaan produk. Menurut PP No.
69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pasal 27, “Baik digunakan sebelum
tanggal sesuai dengan jenis dan daya tahan produk yang bersangkutan.” “Dalam hal
produk pangan yang kedaluwarsa lebih dari tiga bulan dibolehkan hanya
mencantumkan bulan dan tahun kedaluwarsa saja”.
4. Keterangan Legalitas
Keterangan legalitas memberikan informasi bahwa produk telah terdaftar dibadan
pengawasan obat dan makanan (Badan POM ), berupa kode nomor registrasi. Kode
MD dan SP adalah untuk makanan lokal dan ML untuk makanan impor. Namun
masih banyak produk yang berlabel halal, akan tetapi tidak terdaftar sebagai produk
yang telah disertifikasi halal, hal ini khususnya produk yang berkode SP atau tidak
berkode sama sekali.
1
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.
Obat memang masalah yang sangat krusial dalam kesehatan. Jangan sampai kamu salah
mengonsumsinya. Jika demikian, tubuh kamu bisa terkena efek samping yang berbahaya baik
jangka pendek maupun panjan. Akan tetapi, kamu tidak perlu khawatir.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Informasi kemasan, Label dan Brosur Pada Obat
Label merupakan keterangan yang melengkapi suatu kemasan barang yang berisi
tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membuat barang tersebut,cara
pengggunaan,efek samping dan sebagainya.
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada label atau
etiket, brosur atau kemadan obat agar penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur
atau kemasan obat selalu dicantumkan:
1. Nama obat
2. Komposisi
3. Indikasi
4. Informasi cara kerja obat
5. Aturan pakai
6. Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
7. Perhatian
8. Nama produsen
9. Nomor batch/lot
10. Nomor kode pendaftaran/ ragister
Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin edar absah yang diberikan oleh
pemerintahan pada setiapkemasan obat.
11. Peringatan efek samping
12. Kontra indikasi
13. Cara penyimpanan dan pemakaiannya
14. Tanggal kadaluwarsa perlu dicantumkan
15. Logo penggolongan obat
16. Dosis
17. Label halal, BPOM
3
1. Obat Bebas
Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket
serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit
saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga
pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli
bersama kemasannya.
Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetik- antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas
di apotek, toko obat, toko kelontong, ataupun di warung kecil. Contoh obat bebas antara lain:
Aktipet, Ikadryl, Tuseran, Sanaflu, Combantrin, Cerebrovit, Bronsolvan, Neozep, Konidin,
Inza, Paramex, Betadine, dan lain-lain.
Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi
bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri
dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotik, obat keras, psikotropika dan
narkotika.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan
garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer
(parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan
ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR).
Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau.
Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat,
indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat
pabrik, serta cara penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas
4
terbatas. Contoh obat bebas yaitu Paracetamol, Aspirin, Promethazine, Guafenesin,
Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate (CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate,
Proliver,Tripid, Gasflat, Librozym (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam
kombinasi)
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
Obat bebas terbatas merupakan suatu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
ringan saja. Pada obat bebas terbatas penggunaannya telah diatur dalam batas yang telah
ditentukan dan ditandai dengan lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam pada
kemasan. Hal tersebut sesuai dengan keputusan dari Menteri Kesehatan
No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 yang menyatakan bahwa tanda yang ada
pada obat bebas terbatas meliputi tanda peringatan.
Tanda peringatan yang dimaksud ialah tanda peringatan berupa “P. No. 1 samapai
dengan P. No. 6” dengan berbagai informasi yang menyebutkan nama obat tersebut, daftar
bahan yang digunakan beserta takarannya, nomor batch, tanggal kadaluarsa , nomor
registrasi, nama dan alamat produsen yang bersangkutan.
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Pada obat bebas terbatas telah diinformasikan bahwa obat-obatan tersebut sangat
sensitif terhadap individu yang memiliki kondisi khusus, seperti: Penderita hipertensi,
Obesitas, Lansia, Anak-anak, Balita, Bayi
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua)
sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang
seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker),
karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat
bebas terbatas.
5
Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim
antiseptik.
3. Obat Keras
Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang
termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga
termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika. obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat
diabetes. Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin. Untuk psikotropika,
obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf pusat, sehingga bisa menimbulkan
perubahan pada mental dan perilaku orang yang mengonsumsinya. Maka dari itu, obat
psikotropika hanya bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
Psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan bahaya dampaknya pada
tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat yang tidak boleh digunakan untuk terapi.
Psikotropika golongan I hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, karena
memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada penggunanya.
Psikotropika golongan II bisa digunakan untuk pengobatan maupun untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, psikotropika golongan II tetap memiliki potensi kuat
untuk menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat jenis
ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Risiko ketergantungan pada
psikotropika golongan III cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko
ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV banyak
digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu pengetahuan.
Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam kategori yang
sama. Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat keras adalah loratadine,
pseudoeedrin, bromhexin HCL, alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat
psikotropika adalah ekstasi, phenobital, sabu-sabu, diazepam.
4. Obat Narkotika
6
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti psikotropika,
narkotika menimbulkan efek ketergantungan, khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa
sakit, nyeri, dan tingkat kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus
di bawah resep dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah yang tertera di
kemasannya.
Narkotika juga memiliki golongan-golongan tertentu. Narkotika golongan I hanya
digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun tidak bisa digunakan untuk pengobatan.
Pasalnya, golongan I memiliki risiko ketergantungan yang tinggi.
Untuk narkotika golongan II, bisa digunakan untuk pengobatan dan kepentingan ilmu
pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya memberi resep narkotika golongan II sebagai
pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya, golongan II juga bisa menyebabkan
kertegantungan yang kuat.
Sementara itu, narkotika golongan III bisa digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang ringan untuk menyebabkan
ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah opium, ganja, dan heroin. Untuk golongan II,
contohnya tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan III, contohnya adalah
kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.
7
2.3 Pedoman Kemasan Obat
1. Tanda peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter,
lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai
berikut :
P no. 1 P no. 4
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk dibakar
P no. 2 P no. 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan Tidak boleh ditelan
ditelan
P no. 3 P no. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar Obat wasir, jangan
badan ditelan
8
f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Apoteker.
Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh
dipecah atau dikunyah
Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk
ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.
Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta
pilihan bentuk sediaan lain.
Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan
dengan tissue bersih.
Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha
Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi jangan
sampai air masuk ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan tissue bersih.
Jangan Ditelan
Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun
dan air hangat.
4. Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Yang perlu
diketahui tentang efek samping adalah :
• Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang
mungkin timbul.
• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan
apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
• Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal,
ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
• Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui,
lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang
fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-Apoteker.
6. Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud,
mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal
kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan
obat yang mengalami perubahan mutu, seperti :
1. Tablet
- Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
- Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak
dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
- Kaleng atau botol rusak
2. Tablet salut
- Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
- Basah dan lengket satu dengan lainnya
- Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
3. Kapsul
- Perubahan warna isi kapsul
- Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain
4. Cairan
- Menjadi keruh atau timbul endapan
- Konsistensi berubah
- Warna atau rasa berubah
- Botol plastik rusak atau bocor
5. Salep
- Warna berubah
- Pot atau tube rusak atau bocor
- Bau berubah
7. Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau
volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan
berat badan pasien.
- Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.
Contoh :
• Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
• Obat diminum sebelum atau sesudah makan
• Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet
- Bila terlupa minum obat :
• Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir
mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan
kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan.
• Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang
berdekatan.
8. Hal-hal yang harus Diperhatikan
1. Kemasan/wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa
jelas terbaca.
2. Penandaan pada wadah
- Baca zat berkhasiat dan manfaatnya
- Baca aturan pakainya, misalnya sebelum atau sesudah makan
- Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila
sebelumnya lupa minum obat
- Baca kontraindikasinya
Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui
- tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal
- Baca efek samping yang mungkin timbul
- Baca cara penyimpanannya
3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker
4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya
pada label atau etiket, brosur atau kemadan obat agar penggunaannya
tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu
dicantumkan: Nama obat, Komposisi, Indikasi, Informasi cara kerja
obat, Aturan pakai, Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas),
Perhatian, Nama produsen, Nomor batch/lot, Nomor kode pendaftaran/
ragister, Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin edar absah
yang diberikan oleh pemerintahan pada setiapkemasan obat.,
Peringatan efek samping, Kontra indikasi, Cara penyimpanan dan
pemakaiannya, Tanggal kadaluwarsa perlu dicantumkan, Logo
penggolongan obat, Dosis , Label halal, BPOM dan SNI
2. Penggolongan obat sesuai Label Obat
a. Obat dengan lingkaran hijau (Obat Bebas)
menunjukkan obat bebas. obat ini hampir sama sekali tidak
memiliki efek samping. bebas diperjual belikan sebanyak atau
sesedikit apapun. contoh vitacimin
b. Obat dengan lingkaran biru (Obat Bebas Terbatas)
termasuk dalam jenis obat bebas terbatas. dapat diperjual belikan
tanpa resep dokter namun memiliki dosis tertentu. dan dengan
catatan, jika telah mengkonsumsi obat belum sembuh, disarankan
menghubungi dokter. Contoh ultraflu
c. Obat dengan logo lingkaran merah dan huruf "K" (Obat Keras)
obat jenis ini hanya diberikan lewat resep dokter. meski sebagian
orang juga sebenarnya bisa mendapatan obat ini hanya dengan
copy resep, namun sebaiknya konsultasi ke dokter juga. terkadang,
logo"K" juga terdapat di obat psikotropika. contoh : alprazolam
d. Obat dengan palang merah (Obat Narkotika)
ini obat narkotika, hanya dilayani dengan resep dokter asli, bukan
copy resep.
DAFTAR PUSTAKA
18
Kesehatan, Kolom. “Cara Membaca Label Obat”. 14 April 2018.
http://kolomkesehatan.blogspot.com/2008/03/cara-membaca-label-
obat.html&hl=id-ID&tg=211&tk=16759651241301249715
Kesehatan, Kolom. “Cara Membaca Label Obat”. 14 April 2018.
https://phi1ipbl0g.wordpress.com/2010/05/19/cara-membaca-label-obat-serta-arti-
logo-dan-warna-lingkaran-pada-kemasan-obat/&hl=id-ID
Elkan, Michael. “Pengertian dan Jenis Label”. 17 April 2018.
www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-dan-jenis-label.html
Jurnal “Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Obat bebas terbatas”
http://farmalkes.kemkes.go.id
http://googlescholar.com
19