Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label
minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi,
informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Adapun label
sebagai sejumlah keterangan yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apakah produk
mengandung unsur-unsur yang diharamkan atau membahayakan bagi kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Keterangan Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang tidak digunakan sebagai bahan utama yang
ditambahkan dalam proses teknologi produksi. Kebanyakan produsen tidak merinci
jenis bahan-bahan tambahan yang digunakan. Biasanya digunakan istilah-istilah
umum kelompok seperti stabilizer (jenis bahan seperti bubuk pati dan dextrin dan
lainya yang dapat menstabilkan dan mengentalkan makanan dengan suhu kelembaban
yang lebih tinggi), pewarna, flavor, enzim (senyawa protein yang digunakan untuk
hydrolysis atau sintetis bahan-bahan organik yang digunakan untuk bahan makanan),
antoi foaming, gelling agent, atau hanya menyantumkan kode Internasional E untuk
bahan tambahan.
2. Komposisi dan Nilai Gizi
Label yang menunjukan secara umum informasi gizi yang diberikan adalah kadar
air, kadar protein, kadar lemak, vitamin dan mineral.
3. Batas Kadaluwarsa
Sebuah produk harus dilengkapi dengan tanggal kedaluwarsa yang menyatakan
umur pemkaian dan kelayakan pemakaian atau penggunaan produk. Menurut PP No.
69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pasal 27, “Baik digunakan sebelum
tanggal sesuai dengan jenis dan daya tahan produk yang bersangkutan.” “Dalam hal
produk pangan yang kedaluwarsa lebih dari tiga bulan dibolehkan hanya
mencantumkan bulan dan tahun kedaluwarsa saja”.
4. Keterangan Legalitas
Keterangan legalitas memberikan informasi bahwa produk telah terdaftar dibadan
pengawasan obat dan makanan (Badan POM ), berupa kode nomor registrasi. Kode
MD dan SP adalah untuk makanan lokal dan ML untuk makanan impor. Namun
masih banyak produk yang berlabel halal, akan tetapi tidak terdaftar sebagai produk
yang telah disertifikasi halal, hal ini khususnya produk yang berkode SP atau tidak
berkode sama sekali.
1
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.
Obat memang masalah yang sangat krusial dalam kesehatan. Jangan sampai kamu salah
mengonsumsinya. Jika demikian, tubuh kamu bisa terkena efek samping yang berbahaya baik
jangka pendek maupun panjan. Akan tetapi, kamu tidak perlu khawatir.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja informasi yang ada pada kemasan, label atau brosur obat?
2. Bagaimana penggolongan obat sesuai dengan label pada kemasan?
3. Bagaimana pedoman membca kemasan obat?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Informasi kemasan, Label dan Brosur Pada Obat
Label merupakan keterangan yang melengkapi suatu kemasan barang yang berisi
tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membuat barang tersebut,cara
pengggunaan,efek samping dan sebagainya.
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada label atau
etiket, brosur atau kemadan obat agar penggunaannya tepat dan aman. Pada setiap brosur
atau kemasan obat selalu dicantumkan:
1. Nama obat
2. Komposisi
3. Indikasi
4. Informasi cara kerja obat
5. Aturan pakai
6. Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
7. Perhatian
8. Nama produsen
9. Nomor batch/lot
10. Nomor kode pendaftaran/ ragister
Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin edar absah yang diberikan oleh
pemerintahan pada setiapkemasan obat.
11. Peringatan efek samping
12. Kontra indikasi
13. Cara penyimpanan dan pemakaiannya
14. Tanggal kadaluwarsa perlu dicantumkan
15. Logo penggolongan obat
16. Dosis
17. Label halal, BPOM

2.2 Penggolongan Obat

3
1. Obat Bebas

Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket
serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit
saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga
pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli
bersama kemasannya.
Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetik- antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas
di apotek, toko obat, toko kelontong, ataupun di warung kecil. Contoh obat bebas antara lain:
Aktipet, Ikadryl, Tuseran, Sanaflu, Combantrin, Cerebrovit, Bronsolvan, Neozep, Konidin,
Inza, Paramex, Betadine, dan lain-lain.
Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi
bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri
dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotik, obat keras, psikotropika dan
narkotika.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan
garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer
(parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan
ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR).
Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau.
Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat,
indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat
pabrik, serta cara penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas

4
terbatas. Contoh obat bebas yaitu Paracetamol, Aspirin, Promethazine, Guafenesin,
Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate (CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate,
Proliver,Tripid, Gasflat, Librozym (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam
kombinasi)
2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
Obat bebas terbatas merupakan suatu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
ringan saja. Pada obat bebas terbatas penggunaannya telah diatur dalam batas yang telah
ditentukan dan ditandai dengan lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam pada
kemasan. Hal tersebut sesuai dengan keputusan dari Menteri Kesehatan
No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 yang menyatakan bahwa tanda yang ada
pada obat bebas terbatas meliputi tanda peringatan.
Tanda peringatan yang dimaksud ialah tanda peringatan berupa “P. No. 1 samapai
dengan P. No. 6” dengan berbagai informasi yang menyebutkan nama obat tersebut, daftar
bahan yang digunakan beserta takarannya, nomor batch, tanggal kadaluarsa , nomor
registrasi, nama dan alamat produsen yang bersangkutan.
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Pada obat bebas terbatas telah diinformasikan bahwa obat-obatan tersebut sangat
sensitif terhadap individu yang memiliki kondisi khusus, seperti: Penderita hipertensi,
Obesitas, Lansia, Anak-anak, Balita, Bayi
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua)
sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang
seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker),
karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat
bebas terbatas.

5
Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim
antiseptik.
3. Obat Keras

Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang
termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga
termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika. obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat
diabetes. Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin. Untuk psikotropika,
obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf pusat, sehingga bisa menimbulkan
perubahan pada mental dan perilaku orang yang mengonsumsinya. Maka dari itu, obat
psikotropika hanya bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
Psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan bahaya dampaknya pada
tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat yang tidak boleh digunakan untuk terapi.
Psikotropika golongan I hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, karena
memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada penggunanya.
Psikotropika golongan II bisa digunakan untuk pengobatan maupun untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, psikotropika golongan II tetap memiliki potensi kuat
untuk menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat jenis
ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Risiko ketergantungan pada
psikotropika golongan III cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko
ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV banyak
digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu pengetahuan.
Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam kategori yang
sama. Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat keras adalah loratadine,
pseudoeedrin, bromhexin HCL, alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat
psikotropika adalah ekstasi, phenobital, sabu-sabu, diazepam.
4. Obat Narkotika

6
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti psikotropika,
narkotika menimbulkan efek ketergantungan, khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa
sakit, nyeri, dan tingkat kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus
di bawah resep dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah yang tertera di
kemasannya.
Narkotika juga memiliki golongan-golongan tertentu. Narkotika golongan I hanya
digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun tidak bisa digunakan untuk pengobatan.
Pasalnya, golongan I memiliki risiko ketergantungan yang tinggi.
Untuk narkotika golongan II, bisa digunakan untuk pengobatan dan kepentingan ilmu
pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya memberi resep narkotika golongan II sebagai
pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya, golongan II juga bisa menyebabkan
kertegantungan yang kuat.
Sementara itu, narkotika golongan III bisa digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang ringan untuk menyebabkan
ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah opium, ganja, dan heroin. Untuk golongan II,
contohnya tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan III, contohnya adalah
kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.

7
2.3 Pedoman Kemasan Obat

1. Tanda peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter,
lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai
berikut :

P no. 1 P no. 4
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk dibakar

P no. 2 P no. 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan Tidak boleh ditelan
ditelan

P no. 3 P no. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar Obat wasir, jangan
badan ditelan

2. Cara Pemilihan Obat


Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
a) Gejala atau keluhan penyakit
b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus
dan lain-lain.
c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum.

8
f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Apoteker.

3. Cara Penggunaan Obat


a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap,
tanyakan kepada Apoteker.

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat


Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam
jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.

Minum obat Bila anda hamil atau


sesuai waktunya menyusui tanyakan Gunakan obat sesuai dengan cara
obat yang sesuai penggunaannya

Minum obat sampai habis

Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)


ƒ Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Yang
terbaik adalah minum obat dengan segelas air
ƒ Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)

Minum obat saat makan

Minum obat sebelum makan

Minum obat setelah makan

ƒ Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh
dipecah atau dikunyah

ƒ Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran untuk
ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.
ƒ Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta
pilihan bentuk sediaan lain.

Petunjuk Pemakaian obat oral untuk bayi/anak balita :


ƒ Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar
dalam kemasan obatnya.
ƒ Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang terasa
tidak enak/pahit,

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata


ƒ Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan selalu
ditutup rapat setelah digunakan.
ƒ Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan
harus diikuti dengan benar.
ƒ Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk
kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung
konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-
2 menit, jangan mengedip.
ƒ Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
ƒ Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan

Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata


ƒ Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata).
ƒ Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata bagian
bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata
ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata ditutup selama
1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah.
ƒ Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan
dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat.
ƒ Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung


ƒ Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan
sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja.
ƒ Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit
agar obat dapat tersebar di dalam hidung
ƒ Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha

ƒ Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan
dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hidung


ƒ Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat disemprotkan ke
dalam lubang hidung sambil menarik napas dengan cepat.

ƒ Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha

ƒ Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi jangan
sampai air masuk ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Telinga


ƒ Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga
ƒ Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga
ƒ Bersihkan bagian luar telinga dengan ”cotton bud”
ƒ Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu
ƒ Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang akan
ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga
mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan ke
belakang, sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke bawah dan ke belakang.
Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5 menit
ƒ Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.
Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria
ƒ Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria dibasahi
dengan air.

Jangan Ditelan

ƒ Penderita berbaring dengan posisi miring dan suppositoria dimasukkan ke dalam


rektum.

ƒ Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan


ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan
1 inchi pada dewasa.
ƒ Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum
digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit
kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka
ƒ Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rektal


ƒ Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan salep atau krim
secara perlahan ke dalam rektal.
ƒ Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya adalah aplikator
dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka, kemudian
dimasukkan ke dalam rektum dan sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar.
Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun.

ƒ Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih

Petunjuk Pemakaian Obat Vagina


ƒ Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan
petunjuk penggunaan dari industri penghasil sediaan.
ƒ Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan profesional perawatan kesehatan.
ƒ Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan dengan menggunakan
aplikator obat dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan
biarkan selama beberapa waktu.

Posisi Cara memegang Cara mengambil


Cara penggunaan
aplikator obat dengan
aplikator

ƒ Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun
dan air hangat.

4. Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Yang perlu
diketahui tentang efek samping adalah :
• Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang
mungkin timbul.
• Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan
apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
• Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal,
ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
• Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui,
lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang
fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-Apoteker.

5. Cara Penyimpanan Obat


1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung
atau seperti yang tertera pada kemasan.
3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.
4. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,
kecuali jika tertulis pada etiket obat.
5. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

6. Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud,
mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal
kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan
obat yang mengalami perubahan mutu, seperti :
1. Tablet
- Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
- Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak
dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
- Kaleng atau botol rusak
2. Tablet salut
- Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
- Basah dan lengket satu dengan lainnya
- Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
3. Kapsul
- Perubahan warna isi kapsul
- Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain
4. Cairan
- Menjadi keruh atau timbul endapan
- Konsistensi berubah
- Warna atau rasa berubah
- Botol plastik rusak atau bocor
5. Salep
- Warna berubah
- Pot atau tube rusak atau bocor
- Bau berubah

7. Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau
volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan
berat badan pasien.
- Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.
Contoh :
• Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
• Obat diminum sebelum atau sesudah makan
• Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet
- Bila terlupa minum obat :
• Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir
mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan
kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan.
• Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang
berdekatan.
8. Hal-hal yang harus Diperhatikan
1. Kemasan/wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa
jelas terbaca.
2. Penandaan pada wadah
- Baca zat berkhasiat dan manfaatnya
- Baca aturan pakainya, misalnya sebelum atau sesudah makan
- Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila
sebelumnya lupa minum obat
- Baca kontraindikasinya
Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui
- tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal
- Baca efek samping yang mungkin timbul
- Baca cara penyimpanannya
3. Bila ragu tanyakan pada Apoteker
4. Bila sakit berlanjut hubungi dokter
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya
pada label atau etiket, brosur atau kemadan obat agar penggunaannya
tepat dan aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu
dicantumkan: Nama obat, Komposisi, Indikasi, Informasi cara kerja
obat, Aturan pakai, Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas),
Perhatian, Nama produsen, Nomor batch/lot, Nomor kode pendaftaran/
ragister, Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin edar absah
yang diberikan oleh pemerintahan pada setiapkemasan obat.,
Peringatan efek samping, Kontra indikasi, Cara penyimpanan dan
pemakaiannya, Tanggal kadaluwarsa perlu dicantumkan, Logo
penggolongan obat, Dosis , Label halal, BPOM dan SNI
2. Penggolongan obat sesuai Label Obat
a. Obat dengan lingkaran hijau (Obat Bebas)
menunjukkan obat bebas. obat ini hampir sama sekali tidak
memiliki efek samping. bebas diperjual belikan sebanyak atau
sesedikit apapun. contoh vitacimin
b. Obat dengan lingkaran biru (Obat Bebas Terbatas)
termasuk dalam jenis obat bebas terbatas. dapat diperjual belikan
tanpa resep dokter namun memiliki dosis tertentu. dan dengan
catatan, jika telah mengkonsumsi obat belum sembuh, disarankan
menghubungi dokter. Contoh ultraflu
c. Obat dengan logo lingkaran merah dan huruf "K" (Obat Keras)
obat jenis ini hanya diberikan lewat resep dokter. meski sebagian
orang juga sebenarnya bisa mendapatan obat ini hanya dengan
copy resep, namun sebaiknya konsultasi ke dokter juga. terkadang,
logo"K" juga terdapat di obat psikotropika. contoh : alprazolam
d. Obat dengan palang merah (Obat Narkotika)
ini obat narkotika, hanya dilayani dengan resep dokter asli, bukan
copy resep.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. “Obat”. 14 April 2018. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Obat

18
Kesehatan, Kolom. “Cara Membaca Label Obat”. 14 April 2018.
http://kolomkesehatan.blogspot.com/2008/03/cara-membaca-label-
obat.html&hl=id-ID&tg=211&tk=16759651241301249715
Kesehatan, Kolom. “Cara Membaca Label Obat”. 14 April 2018.
https://phi1ipbl0g.wordpress.com/2010/05/19/cara-membaca-label-obat-serta-arti-
logo-dan-warna-lingkaran-pada-kemasan-obat/&hl=id-ID
Elkan, Michael. “Pengertian dan Jenis Label”. 17 April 2018.
www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-dan-jenis-label.html
Jurnal “Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Obat bebas terbatas”
http://farmalkes.kemkes.go.id
http://googlescholar.com

19

Anda mungkin juga menyukai