Anda di halaman 1dari 118

Farmaseutika dasar

Kls I11.
Sumber bacaan/Pustaka
1. UU Kes no 36 th 2009 tentang
Kesehatan
2. Farmakope Indonesia edisi IV
3. USPDI (United States Pharmacopeia
Dispensing Information)
4. Pharmaceutical Preformulation and
Formulation: A Practical Guide from
Candidate Drug Selection to Commercial
Dosage Form
Obat
 Adalah bahan atau paduan bahan yang
digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
pemulihan, dan peningkatan kesehatan
termasuk kontrasepsi dan sedian biologis.
( Penjelas atas PP RI No. 72 Th 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan)
UUKes 36 th 2009
 Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia.
Sediaan farmasi adalah:

 Obat,
Bahan obat, Obat tradisional, dan
Kosmetika
 (UURI No 36 th 2009 tentang kesehatan)
Obat: (jadi)
 Adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap
untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
(PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993)

Adalah zat yang digunakan untuk:


– Diagnosis
– Mengurangi rasa sakit
– Mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
 (Ansel, 1985)
Bahan Obat / Bahan Baku
 Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun
tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak
berubah; yang digunakan dalam pengolahan
obat walaupun tidak semua bahan tersebut
masih terdapat di dalam produk ruahan.

 Produk ruahan ????


Obat Tradisional
 Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. (UU RI No 36
Th 2009, tentang Kesehatan)
 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. UUKes 36 2009
Kosmetik
Menurut Keputusan Kepala BPOM RI No.
HK.00.05.4.1745 th 2003 tentang Kosmetik,

kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan


untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Tujuan Penggunaan Kosmetik
DAHULU :
 1.Melindungi tubuh dari alam (panas sinar matahari –
terbakar, dingin – kekeringan, iritasi – gigitan nyamuk).
 2. Tujuan Religius : Bau dari kayu tertentu-cendana –
mengusir mahluk halus
SEKARANG : Personal hygiene, meningkatkan daya tarik-
make up, meningkatkan kepercayaan diri &
ketenangan,melindungi kulit-rambut dari uv yg merusak,
polutan dan faktor lingkungan lain, menghindari penuaan
Secara umum : membantu manusia untuk menikmati hidup
yang lebih bermanfaat
Nomor Registrasi Kosmetik
Nomor Registrasi Kosmetik sebagai berikut:
Depkes RI/POM CD 10 digit: untuk kosmetika dalam negeri
Depkes RI/POM CL 10 digit: untuk kosmetika import

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :
1. Digit 1,2 : Kategori
2. Digit 3,4 : Sub Kategori
3. Digit 5,6 : Tahun Pendaftaran (pembacaan dibalik).
4. Digit 7,8,9,10: Nomor Urut Pendaftaran produk
di Badan POM
 Produk impor biasanya juga
mencantumkan kode lain selain kode CL,
Kode CA (kosmetik Asia),
kode CE (kosmetik Amerika) dan
kode CC (kosmetik Eropa)
beserta angka 11 digit.
Penggolongan Obat
Obat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu
 Obat Bebas,

 Obat Bebas Terbatas

 Obat Keras

 Obat Narkotika
Obat Narkotika,
 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangin sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat mnimbulkan
ketergantungan , yang dibedakan kedalam golongan-
golongan sebagai mana terlampir dalam undang-
undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan. (UURI No 22 Th
1997 tentang Narkotika )
obat ini pada kemasan nya ditandai dengan
lingkaran yang di dalamnya terdapat palang (+)
berwarna merah.
 Obat narkotika bersifat adiksi dan
penggunaannya diawasi dengan ketat, sehingga
obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh
di Apotek dengan resep dokter yang asli
(tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh
dari obat narkotika antara lain: Opium, coca,
ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain
sebagainya. Dalam bidang kedokteran, obat-
obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetika/obat
penghilang rasa sakit.
Hal-hal khusus pada Obat Narkotika :
 Pada Resep, Obat Narkotika harus digaris
bawahi dengan tinta merah.
 Pada resep harus tertera alamat pasien yang
jelas.
 Pada etiket obat harus tertera etiket “Tidak
Boleh diulang tanpa resep dokter”
 Resep obat Narkotika diarsip tersendiri,
terpisah dari resep lainnya
 Penyimpanan obat narkotika harus dalam
almari khusus yang sesuai dengan peraturan
Menkes.
 Penandaan khusus obat bebas terbatas
P. No 1. P. No 2.
Awas ! Obat Keras, Awas ! Obat Keras,
Bacalah Aturan Memakainya Hanya untuk dikumur, jangan
ditelan

P. No 3. P. No 4.
Awas ! Obat Keras, Awas ! Obat Keras,
Hanya untuk bagian luar dari Hanya Untuk dibakar
badan

P. No 6.
P. No 5. Awas ! Obat Keras,
Awas ! Obat Keras, Obat Wasir Jangan ditelan
Tidak boleh ditelan
Psikotropika
 Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahn
khas pada aktifitas mental dan perilaku. (UURI
No 5 Th 1997 tentang Psikotropika)
 Obat psikotropika ini termasuk golongan obat
keras tertentu (OKT)
 Contoh : diazepam, lorazepam, klordiazepoksid, luminal
Obat Wajib Apotek (OWA)

 OWA No. 1, OWA No 2, OWA No 3.


Bentuk sediaan obat
Berkenaan dengan cara pemberian obat
Cara pemberian obat Berpengaruh pada
kecepatan obat mencapai kadar puncak
dalam darah
PULVIS (SERBUK)

 Campuran kering bahan obat atau zat


kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian
luar.
 Syarat : ?????
Keuntungan:
Penyebaran obat lebih luas dan cepat dari
sediaan kompak.
Lebih cepat diabsorbsi

Mengurangi lokal iritasi

Memberikan kebebasan bagi dokter untuk


pemilihan:
– Obat-obat atau kombinasi
– Dosis
 Untuk anak-anak atau orang dewasa yang sukar
menelan lebih menguntungkan
Hal khusus dalam pulvis
Ekstrak kental
– Dilarutkan dalam larutan penyarinya dalam
mortin hangat + zat pengering  aduk
hingga kering dan homogen

Ekstrak cair / tinctura


Timbang dlm cawan wb panaskan
ad 1/3 + pengering
Pulvis obat dalam
biasanya di kemas pada botol bermulut
lebar, jika ada DM, perlu dihitung per
satuan dosis, misalnya 1 sendok teh
Pulvis Obat luar,
disebut juga ???????
Zat tambahan pada pulvis adspersorius
– Mempertahankan kontak dengan kulit
 Al. Stearat
– Menambah mudah serbuk free flowing
 Talkum
– Mengabsorbsi keringat
 Bentonik
PULVERES
Serbuk bagi :
 Adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum
 Contoh :
 Kertas perkamen
 Kertas dilapisi parafin

 Kertas Selofan
Contoh :
R/ Ampisillin 7,5
GG 1,5
Ephedrin 0,3
CTM 0,060
Mf caps no XV
S. tdd caps I
Pro Ananda 12 tahun
R/ Ampisilin 0,5
GG 0,1
Ephedrin 0,25
CTM 0,04
Mf. Caps dtd no XV
S. tdd Caps I
Pro Andi 15 tahun
Elaeosacchara (Gula minyak)
Campuran dari:
– 2 gram Saccharum album (dapat diganti
laktosa)
– 1 tetes Minyak menguap (missal ol. Menthae
piperitae)
 Sebagai Corigen Saporis / odoris
 Tidak boleh disimpan untuk persediaan
TABLET
(COMPRESSI)

DEFINISI FI ed IV
 TABLET adalah sediaan padat kompak
dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua
permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai :

 Zat pengisi
 Zat pengembang

 Zat pengikat

 Zat pelicin

 Zat pembasah

 Zat lain yang cocok


Macam Tablet
 Tab Sub lingual
 Tab Buccal

 Tab Vaginal

 Tab Effervescen

 Tab Lepas lambat

 Tab Kunyah

 Tab Hisap
Pembuatan Tablet
1. Tablet Cetak
2. Tablet Kempa
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Kempa langsung
TABLET KEMPA

KOMPONENNYA
 Bahan Obat (Zat aktif)
 Bahan Pengisi
 Bahan Pengikat
 Disintegran
 Lubrikan
 Selain itu dapat pula mengandung:
– Bahan Warna
– LAK (bahan warna yang diadsorpsikan pada Al(OH)3 yang
tidak larut
– Bahan pengaroma
– Bahan pemanis
BAHAN PENGISI

 Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat


aktif sedikit atau zat aktif sulit dikempa
 Contoh bahan pengisi:
– Laktosa
– Amilum / Pati
– Kalsium fosfat dibase (CaHPO4)
– Selulosa mikrokristal
 Untuk tablet kunyah bahan pengisinya khusus:
Sukrosa, manitol, atau Sorbitol
BAHAN PENGIKAT
 Penambahan bahan pengikat dapat dalam
bentuk kering tetapi lebih efektif “Dalam
bentuk larutan”
 Contoh bahan pengikat:
 Gom akasia, Metilselulosa, Gelatin
karboksimetiselulosa(CMC), Sukrosa
Povidon (PVP), Pasta Pati terhidrolisa
 Contoh bahan pengikat kering yang paling
efektif
– “Selulosa Mikrokristal” (untuk “Tablet kempa
Langsung”)
DISINTEGRAN

Peran desintegran
“Membantu Hancurnya Tablet Setelah Ditelan”
 Contoh disintegran
– Amilum (Pati) : paling banyak digunakan. Selain pati :
– Pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia
– Asam Alginat
– Selulosa Mikrokristal
LUBRIKAN
Fungsi : Mengurangi gesekan selama proses
pengempaan, Mencegah massa tablet melekat
pada cetakan
 Contoh lubrikan:
– Magnesium Stearat
– Talk
 Sifat : Biasanya hidrofobik  cenderung
menurunkan
– Kecepatan disintegrasi dan
– Kecepatan Disolusi Tablet
GLIDAN

Fungsi meningkatkan kemampuan alir serbuk,


sehingga serbuk menjadi free flowing.
 Penggunaan :

Biasanya digunakan dalam pembuatan “Tablet


kempa langsung” (tanpa proses granulasi)
Sifat : hidrofobik

 Contoh Glidan: “Silika Pirogenik Koloidal”


CARA PEMBUATAN TABLET

Ada 3 cara umum pembuatan Tablet


1. Granulasi Basah
2. Granulasi Kering (dengan mesin rol atau mesin slag)
3. Kempa Langsung

Tujuan Granulasi
 Meningkatkan sifat air (free flowing)
 Meningkatkan kemampuan kempa (Kompresibilitas)
Tablet Salut
 Tab Salut gula
 Tab salut selaput (film coating)

 Tab salut enterik

 Tab Lepas Lambat


PILULAE
(PIL)
 MERUPAKANBENTUK SEDIAAN
PADAT BUNDAR DAN KECIL
MENGANDUNG BAHAN OBAT DAN
DIMAKSUDKAN UNTUK PEMAKAIAN
ORAL
Berdasarkan Berat

 Boli > 300mg


 PIL 60 – 300 mg
 Granul < 60 mg. Ph.Ned < 30 mg
ATURAN UMUM PEMBUATAN PIL
BERAT
 Apabila memungkinkan berat zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat tiap pil 100 – 150 mg
 + 120 mg

BAHAN PENGISI
– Umumnya Radix liquiritiae
– Untuk zat aktif yang sedikit dan menggunakan
bahan pengikat: Succus liquiritiae, maka:
 Radix = 2 X Succus
– Pulvis Pro Pilulis (PPP)
 Jumlah Succus dan Radix sama banyak
BAHAN PENGIKAT
– Succus Liquiritae, 2 gram untuk 60 pil

– PULV GUMMOSUS
Merupakan campuran Saccharum, PGA,
Tragacantha
Dengan berat 500 mg untuk 60 Pil

Pembasah - Aqua Glycerinata (campuran gliserin


dan air sama banyak)
- Sirup simplex

Kerugian  Pil keras


- Campuran succus dan Saccharum
Pembasah : Aq. Glycerinata
Yang dipakai : 75 gram untuk 1000 pil
- Ekstrak kental
- Glycerin Cum tragakan dalam Glycerin
- Adeps Lanae & Vaselin album
 Untuk bahan yang peka terhadap air
 Bahan yang bereaksi satu dengan yang lain
dengan adanya air.
 Misal ; suatu asam dan bikarbonat (Meditreen,
aspirin dan bikarbonat)
Bahan-bahan yang peka air
misalnya folia digitalis dengan adanya air
glikosidanya aktif terurai karena
fermentennya (enzim) aktif
Sehingga sering pula dibuat dengan:
R/ Fol. Digitalis 6
ol. Cacao 12
ol. Amygdal 1,7
mf. Pil no. 60
 Asetosal, dengan adanya air dari bahan
pengikat/pembasah dapat menyebabkan
terhidrolisanya asetosal menjadi asam salisilat
yang toksik pada lambung dan asam asetat,

 sehingga jika ingin dibuat sediaan pil,


menggunakan pengikat yang tidak mengandung
air,

 misalnya Oleum cacao, adeps lanae dll.


CAPSULAE
FI ed IV
 Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari
obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut.
 Bahan Dasar Cangkang:
 Gelatin
 Pati
 Bahan lain yang cocok
Ukuran kapsul:
5. 4. 3. 2. 1. 0. 00. 000
semakin besar
Keuntungan sediaan Kapsul

 Menutupi bau dan rasa yang tidak enak.


 Menghindari kontak langsung dengan udara
dan Sinar Matahari
 Lebih enak dipandang.
 Dapat untuk 2 sediaan yang tak tercampur
secara fisis (incomp fisis), dengan pemisahan
antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih
kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk
lain kedalam kapsul yang lebih besar.
 95 %

Bahan yang dapat dimasukkan


dalam kapsul

Serbuk
Granul
Minyak Lemak
alkohol dengan kadar >95 %
Minyak menguap
Bahan cair dalam sediaan capsul
Jika harus dimasukkan kedalam capsul dengan cara
diteteskan, maka pipet tetes yang digunakan
harus ditara terlebih dahulu dengan cara :
 Pipet baku memberikan tetesan pada air suling sebanyak
20 tetes per gramnya.
 Pipet biasa ditara dengan cara air dimasukkan kedalam
pipet yang akan ditera, kemudian diteteskan dalam wadah
pada timbangan hingga 1 gram, hitung jumlah tetesan yang
diperlukan.
 Penetesan harus dilakukan pada posisi tegak lurus

 Misalkan pipet biasa membutuhkan 22 tetes untuk 1 gram


air suling
 Jika pada resep dibutuhkan 10 tetes per capsul, maka
cairan yang harus diteteskan adalah :
 22/20 x 10 tetes = 11 tetes piper biasa.
SOLUTIONES (LARUTAN)
 Dalam istilah Kimia Farmasi, larutan disiapkan dari
campuran padat – cair – gas
Definisi :
 Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air,
yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan
produk lainnya. (Ansel)

Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih


zat kimia yang larut, Misalnya terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV)
Menurut Cara penggunaan

 Larutan Oral

 Larutan topical
Larutan oral
 adalah sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahwa pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran konsolven – air.
 Larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain kadar tinggi  sirup
 Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air 
sirup simplek (64 %)
 Larutan yang mengandung etanol sebagai
kosolven disebut eliksir
Larutan Topikal

 Adalah larutan yang biasanya


mengandung air tetapi seringkali
mengandung pelarut lain, seperti Etanol
dan Poliol, untuk penggunaan topikal pada
kulit.
Lotio
 adalah sedian larutan atau suspensi yang digunakan
secara topical,
Contohnya : Lotio Kumerfeldi

R/ Sulfur praecip 10
Camphora 1
Gummi Arabicum 1,5
Sol. Calcii Hidroxid 50
Aquae aa
S. b.dd. ue.
Pro : Fatimah
Spirit adalah

 Larutan yang mengandung Etanol atau


hidro alkohol dari zat mudah menguap,
umumnya berupa larutan tunggal atau
campuran bahan. Spirit harus disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat tidak
tembus cahaya. Jika pelarutnya air
disebut AIR AROMATIK.
Sirup

 Adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau


pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan
pewangi dan zat obat.
 Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak
mengandung zat obat  pembawa bukan obat atau
pembawa yang wangi
 Misalnya: Syrup akasia, syrup-jeruk, dll.
 Sirup yang mengandung bahan obat/terapeutik 
sirup obat
 Misalnya: antitussif, anti histamin
Contoh Pengawet sirup
- Asam Benzoat (0,1 – 0,2)%
- Na Benzoat (0,1 – 0,2)%
- Campuran Metil, Propil, dan Butil
Paraben (Total + 0,1%)
Saturasi

 Adalah solutio yang dibuat dengan cara


mereaksikan bagian asam dan suatu
bikarbonat, yang didalamnya jenuh
dengan CO2, biasanya digunakan sebagai
penyegar.
 Contoh : Potio Riveri
 Definisi:
Emulsi adalah sistem 2 fase,
yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk
tetesan kecil.distabilkan dengan
menggunakan emulgator

 Tipe Emulsi:
A/M; M/A ;
A/M/A; M/A/M
TEORI EMULSI

 Semua cairan mempunyai kecenderungan untuk


mempunyai luas permukaan terkecil, bentuk yang luas
permukaannya terkecil  bulat.
 Dalam tetesan cairan yang bulat ada kekuatan dalam
yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-
molekul zat untuk menahan distorsi dari tetesan
menjadi bentuk yang kurang bulat.
 Jika lingkungan tetesan adalah udara : Tegangan
Permukaan Cairan
 Jika lingkungan tetesan adalah cairan lain : Tegangan
Antar Muka
Emulgator/pengemulsi

1. Emulgator Alam
2. Emulgator buatan
A. Emulgator Alam
1. Kuning telur
2. Pulvis Gummi Arabicum (PGA), setelah penambahan
minyak, PGA diaktifkan dengan penambahan air 1,5
kalinya.
3. Jumlahnya jika tidak dikatakan lain adalah 50 % dari
jumlah minyak. Untuk oleum Iecoris ???? untuk Oleum
Ricini ????????
4. Tragakan, harus diaktifkan dulu dengan air 20 kalinya,
1 gram tragakan setara dengan 10 gram PGA
5. Pulvis Gummosus, diaktifkan dengan penambahan air
sekaligus sebanyak 7 kalinya, 1 g Pulv. Gumosus setara
dengan 4 g PGA
6. dll
Emulgator buatan
Emulgator ionik
– Emulgator Anionik, mis Sabun alkali : Na
palmitat, Na oleat
– Emulgaton Kationik, mis Amonium
kuartener
Emulgator non ionik, mis: Setil alkohol,
Stearil alkohol
Emulgator amfoter, Misal : Protein,
Lesitin
STABILISASI EMULSI

 Adalah sifat Emulsi untuk mempertahankan


distribusi halus dan teratur dari fase
terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang
 Kerusakan sebuah Emulsi ditunjukkan oleh
penurunan stabilitasnya dan merupakan proses
yang sangat banyak.
Tahap Kerusakan Emulsi

1. Dalam beberapa waktu akan terbentuk 2


lapisan. Lapisan bawah/atas hanya
mengandung sebagian kecil fase
terdispersi (creaming) (reversible).

Untuk mengatasi hal ini dapat berpatokan


pada hukum Stokes
D  1   2  g
2
v
18
2. Penggabungan bola kecil yang tidak
reversibel  Koalesensi  Emulsi
pecah (Breaking)
bersifat Irresversible
3. inversi, terjadi pembalikan tipe emulsi
disebabkan penambahan fase internal
terlalu banyak
PENGUJIAN JENIS EMULSI
1. Metode Warna
 Metilen Biru (larut dalam air)  warna seragam  M/A
 Sudan III (larut dalam lemak)  warna seragam  A/M
2. Metode Pengenceran
 Tipe M/A  dapat diencerkan dengan air
 A/M dapat dikeringkan dengan minyak
3. Metode pencucian
 Hanya Emulsi M/A yang mudah dicuci dengan air
4. Percobaan Cincin
 1 tetes Emulsi  kertas saring
 Tipe M/A  membentuk cincin air di sekeliling tetesan
5. Daya Hantar Listrik
 Tipe M/A  yang menghantarkan
Metode pembuatan emulsi :

 Metode Continental
 Metode Anglosaxon

 Metode langsung
Metode Continental
 yaitumetode pembuatan emulsi dengan
terlebih dahulu membuat corpus emulsi,
dengan perbandingan
 Emulgator (PGA) : Air: Minyak =

 1 : 1,5 : 2
Cara pembuatan :
emulgator ditambahkan kedalam minyak di dalam
mortir yang kering dan di homogenkan, kemudian
air yang telah di ukur ditambahkan sekaligus dan
diaduk cepat hingga terbentuk corpus emulsi,
dengan ciri corpus berwarna lebih putih dan
kental, berbunyi khas bila diaduk. Jika jumlah
minyak melebihi 2 kali jumlah PGA maka sisa
minyak ditambahkan setelah corpus emulsi jadi
dengan sedikit demi sedikit.
Metode Anglosaxon
 yaitu metode pembuatan emulsi dengan
terlebih dahulu membuat mucillago, yaitu
emulgator ditambahkan pada sejumlah air yang
telah ditentukan sesuai dengan masing-masing
emulgator, di aduk hingga terbentuk mucillago,
baru kemudian minyak ditambahkan sedikit
demi sedikit, metode ini jika tidak hati-hati
emulsi sering tidak jadi.
Metode langsung
 yaitumetode pembuatan emulsi dengan
cara langsung dibuat di dalam botol,
sering disebut dengan metode botol.
Metode ini biasanya sering digunakan
untuk bahan-bahan yang mudah menguap.
Definisi
FI ed IV adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
 Suspensi Sirup kering
– Ada tanda “….. untuk suspensi oral”
– Misal : sirup kering antibiotik
 Untuk suspensi topikal sering disebut
Lotio
Alasan dibuat Suspensi antara lain

1. Obat-obat tertentu tidak stabil secara kimiawi bila ada


dalam bentuk larutan, tetapi stabil dalam bentuk suspensi
2. Kloramfenikol Base adalah sediaan yang larut dalam air
tetapi berasa Pahit sehingga tidak dapat digunakan secara
peroral. Kloramfenikol palmilat merupakan sediaan yang
tidak larut dalam air, tetapi tidak berasa pahit sehingga
dapat digunakan secara peroral dengan demikian harus
dibuat sediaan dalam bentuk suspensi
3. Obat (yang tidak larut) lebih disukai bentuk larutan daripada
Padat
4. Untuk anak-anak
5. Dosis dapat diatur
Sifat-sifat yang diinginkan pada suspensi

1. Relatif Stabil dalam penyimpanan,


Mengendap secara lambat dan harus
homogen kembali bila dikocok ringan.
2. Ukuran partikel dari Suspensoid tetap
agak konstan dalam waktu lama dalam
penyimpanan.
3. Dapat dituang dari wadah dengan cepat
dan homogen.
 Laju Endapan Berdasarkan Hukum
Stokes
 Suspensi yang baik mempunyai Diameter
1-50 mikron
> 50 mikron = mudah mengendap
< 1 mikron = mudah terjadi cake
D  1   2  g
2
v
18
Bahan Pensuspensi
 PGA untuk zat berkhasiat keras 2-4 %,
untuk zat tidak berkhasiat keras 1 –2 %
 Pulv. Gumosus, untuk zat berkhasiat
keras 2 %, untuk zat tidak berkhasiat
keras 1 %
 CMC Na kadar 0,5 %

 dll
Sulfur praecip
Camphora
PGA
Aq Rosae
Sol cal hydroksidi
STABILISASI

 Pada suspensi – proses sedimentasi tidak dapat


dicegah  butuh bahan pendispersi.
 Bahan pendispersi berguna untuk mempertahankan
stabilitas suspensi dengan cara:
– Mencegah / memperlambat terjadinya agregasi.
– Flotasi : Fase dispers seluruh atau sebagian berkumpul pada
permukaan medium (agregasi terbuka)
– Flokulasi : penggumpalan bersama partikel tunggal dalam
cairan (Agregasi tertutup)
Ketidakstabilan suspensi
 Cakingyakni melekatnya sedimen secara
bersamaan
 dalam waktu yang lama / singkat
 susah untuk dihomogenkan kembali
 disebut pula sementasi.
Incompatibilitas/
Ketidaktercampurnya obat
(interaksi farmasetis)
Incompatibilitas :
1.Fisis
2.Khemis
Pada sediaan Serbuk
1. Campuran serbuk menjadi basah
disebabkan karena :
a. Terbebasnya air kristal
b. Terbentuk Campuran yang lebih higroskopis
cara mengatasi :
a. Tidak dicampur langsung
b. Dibuat terpisah, 2 sediaan
2. Serbuk yang terjadi Meleleh
Disebabkan karena terjadi penurunan titik
lebur
campuran
Cara mengatasi :
a. Tidak dicampur langsung
b. Dibuat terpisah 2 sediaan

Contoh : Hexamin dan asam salisilat


Camphora – salol
Camphora - menthol
 Contoh lain, serbuk yang bila dicampur
melebur &/ meleleh :
 Ephedrin HCl dengan :
– Acetosal
– Luminal
– Menthol
 Euchinin dengan
– Acetosal
– Resorcinol
 Antalgin dengan :
– Vit C
– Coffein Citrat
– Zat lain yang bereaksi asam
 Acetosal dengan :
– Hexamin
– Ephedrin HCl
– Antipyrin
 Hexamin dengan :
– Acetosal
– Phenol
– Salol
– Thymol
– Antipyrin
– Menthol
– As. Salisilat
3. Serbuk yang satu khasiatnya diabsorbsi serbuk yang lain
Cara mengatasi :
* Tidak diberikan secara bersamaan, diberikan
terpisah selang 3-4 jam
* Konsultasi ke dokter penulis resep
Contoh : Obat lain dan Carbo adsorben

4. Terjadinya reaksi kimia yang tidak diinginkan


misal : perubahan warna,
penguapan,
Pengaruh asam basa,
reaksi oksidasi reduksi
Cara mengatasi :
a. Tidak dicampur langsung
b. Dibuat terpisah 2 sediaan
c. Tidak diberikan secara bersamaan,
tapi dengan selang waktu 3-4 jam
5. Memang bahan obatnya Higroskopis
Misalnya, Ferrosi sulfas, Magnesium
Sulfat, Natrium Sulfat dll
Cara mengatasi : diganti garam
anhidratnya dengan perhitungan BM
BM anhidrat
____________ x berat yg ada dlm resep
BM hidrat
100 bag hidrat Bagian anhidrat

Tawas 67 bagian

Ferrosi Sulfas 67 bagian

Magnesium Sulfas 67 bagian

Natrium Sulfas 50 bagian

Natrium Karbonat 50 bagian


Pada sediaan Pil
R/ Paracetamol 0,100
Vit C 0.050
Luminal 0,020
Na Bic 0,100
Mf pil dtd No XXX
Vit C reaksi Asam ada Na Bic dan Air jadi bereaksi, terbentuk gas CO2
maka pil dapat pecah

R/ Kalii Bromida 5
Na. Subcarb 2
Extr. Gentian 2,5
Mf. Pil No XXX

Ektr. Gentian Bereaksi asam + Na Subcarb keluar gas CO2, pil dapat pecah
Dalam Sediaan Kapsul
Problem yang timbul
Isi kapsul meleleh
Misalnya pada bahan yang bereaksi satu dengan yang lain
Diatasi dengan dua bahan tersebut dipisah secara fisik
Misal,
salah satu dikeluarkan dalam capsul dipisah dengan bahan inert
Salah satu dibuat pil/capsul kecil lalu dimasukkan dalam kapsul
yg lebih besar
Isi kapsul bereaksi dengan cangkang kapsul
Misal Kreosot,  naftol, thymol
Diatasi dengan diencerkan dengan minyak lemak, sehingga obat
tidak lebih dari 40 %
Dalam Sedian larutan

Fisis :
Tidak dapat bercampur, misal pada bahan polar dan non polar,
diatasi dgn cara dibuat emulsi
Bahan tidak larut dan tidak dapat diganti dgn bahan yang larut,
misalnya Kloramfenikol palmitat, diatasi dengan cara dibuat suspensi
Terjadi endapan
Larutan camphora dlm spiritus, bila ditambah air sedemikian banyak,
camphora akan mengkristal kembali
Perubahan viskositas
Mis larutan Gom/CMC dengan pemanasan viskositas akan menurun
 Khemis
– Bikarbonat, dalam air/ larutan bersifat
asam akan terurai mengeluarkan gas CO2
– Borat, Garamnya yang larut dalam air
adalah garam alkali, akan mengendap
dengan adanya Zn Sulfat
R/ Zn Sulfas 0,04
Borat 0,1
Aqua ad 10 ml
m.d.s. t.d.d. gtt.opt II
 Dalam sediaan Salep
 Keluarnya air
– Karena sistem emulsi rusak, dapat disebabkan karena suhu, alkohol,
fenol
– Adanya air/larutan yg tak terserap basis
 Diatasi dengan cara :
– Jangan sampai sistem emulsi rusak
– Sebagian basis diganti dengan yang mempunyai kemampuan menyerap
air, misalnya adepslanae
 Misalnya salep basis krim dicampur dengan basis hidrokarbon
 Terbentuknya senyawa lain karena terjadi reaksi
 Diatasi dengan memisahkan obat menjadi 2 massa, kemudian baru
dicampur (secara tidak langsung)

Anda mungkin juga menyukai