Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan
atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita
dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat keras, psikotropika dan
narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.
Akan tetapi, sebelum kita mengetahui contoh obat- obat yang tergolong dalam obat bebas
terbatas, kita juga harus mengetahui penggolongan-penggolongannya sehingga mengapa obat
obat tersebut agar keamanannya dapat terjaga. Untuk mengawasi penggunaa obat oleh rakyat
serta untuk menjaga keamanan penggunanya, maka pemerintah menggolongkan obat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana definisi obat ?
2. Bagaimana macam-macam bentuk obat dan tujuan Penggunaannya?
3. Apa prinsip-prinsip dasar kerja obat?
4. Apa pengertian kecanduan obat?
5. Apa lima obat yang lazim disalahgunakan ?
6. Apa akibat dari kecanduan obat?
7. Apa saja pendekatan biopsikologi untuk teori tentang kecanduan obat?

1.3 Tujuan Penulisan


Ada beberapa tujuan penulisa makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas makalah Biopsikologi tentang obat.
2. Untuk mengetahui definisi obat.
3. Untuk mengetahui macam-macam bentuk obat dan tujuan penggunaannya.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar kerja obat.
5. Untuk mengetahui lima obat yang lazim disalahgunakan.
6. Untuk mengetahui akibat dari kecanduan obat.
7. Untuk mengetahui pendekatan biopsikologi untuk teori tentang kecanduan obat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI OBAT

Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang selain makanan yang
mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup, baik efek psikologis,
fisiologis maupun biokimiawi. Obat juga merupakan kumpulan zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup setiap manusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati
mekanisme kerja dari mulai bagaimana obat itu di absorpsi, didistribusikan, mengalami
biotransformasi dan akhirnya harus ada yang diekskresikan. Pengobatan memiliki tujuan yaitu
sebagai penetapan diagnose, untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia. sebagai tindakan pencegahan (preventif), dan penyembuhan (kuratif), simtomatik.
Pengobatan juga bisa berperan dalam proses pemulihan kembali (rehabilitatif) maupun
peningkatan kesehatan (promotif) serta sebagai kontrasepsi.
Pengertian Obat secara khusus
Obat Jadi yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan,
salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope
Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
Obat Paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
Obat Baru yaitu obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat,
ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain,
yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
Obat Asli yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, terolah
secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
Obat Esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyrakat
terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan oleh MenKes.
Obat Generik yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakop Indonesia
untuk zat yang berkhasiat yang dikandungnya.
Asal obat yang diperoleh:
Tanaman : Obat dapat bersumber dari akar, batang, daun, dan biji tanaman tertentu atau dari
kandungan tanaman seperti alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat atau protein
Hewan : Obat dari hewan dapat berupa hormon atau enzyme misalnya saja insulin
Mineral : Obat dari Mineral Dapat berupa elemen-elemen organik atau bentuk garamnya,
misalnya alumunium hidroksida, magnesium trisilat, natrium karbonat, dan garam inggris
Mikroorganisme(Penisilin),Sintesa(Sulfonamida)

2
B. Macam-Macam Bentuk Obat dan Tujuan Penggunaannya
Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut:
1) Pulvis(Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
2) Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa bahan tambahan.
3) Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan
untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih
banyak ditemukan pada seduhan jamu.
4) Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
a. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan
bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar. Mudah ditelan.
5) Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya,
tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler
dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya
yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
6) Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada
suhu 900 C selama 15 menit.
7) Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum hewan
dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat
kuman/virus/antigen.
8) Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok.

3
9) Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan
Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae
Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae
Ophtalmicae (tetes mata).
10) Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja
obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui
mulut.

2.1 Macam-Macam Obat

1) Obat Bebas
Adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran
hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat,
nama dan isi zat berkhasiat, indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi,
nama dan alamat pabrik serta cara penyimpanannya.
Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang
dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada
setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam
mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P. No.1 sampai P.No.6 dan
harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar
bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor
registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian,
peringatan serta kontraindikasi.

2) Obat Keras
Adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana Pada bungkus
luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya
terdapat huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga semua obat yang
dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral baik dengan cara suntikan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan.

3) Obat Narkotika dan Psikotropika.


Narkotika: adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
4
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan.
Psikotropika: adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

2.2 Dosis Obat


Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi
tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan
bahkan sampai kematian.

2.3 Standar Obat


Sebaiknya obat yang akan digunakan memenuhi berbagai standar persyaratan obat,
diantaranya:
1) Kemurnian, yaitu bahwa obat mengandungg unsure keaslian, tidak ada percampuran.
2) Standar potensi yang baik.
3) Memiliki bioavailability yaitu keseimbangan obat.
4) Adanya keamanan.
5) Efektivitas.
Kelima standar tersebut harus dimiliki agar menghasilkan efek yang baik terhadap kepatenan
obat sendiri.

2.4 Resep Obat


Resep Obat adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk
memberikan obat yang dikehendaki kepada pasien. Oleh karenanya pasien tidak diharuskan
mengerti tulisan resep obat. Akan tetapi apotekerlah yang wajib mengerti tulisan resep obat dan
memberikan informasi obat yang dibutuhkan oleh pasien. Mulai dari nama obat, dosis, aturan
pakai, efek samping sampai hal-hal lain yang berhubungan dengan obat dan penyakit pasien.
Dari alur tersebut jelaslah bahwa pasien mendapatkan informasi lebih dari sekedar bisa membaca
resep obat. Dalam hal ini keaktifan pasien untuk bertanya/berkonsultasi dengan apoteker ketika
menebus obat di apotik sangat dibutuhkan.

2.5 Reaksi Obat


Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh, yaitu
suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi obat (½ dari kadar puncak) dalam tubuh. Faktor yang mempengaruhi
Reaksi Obat diantaranya adalah :

5
1) Absorbsi Obat
yaitu proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui aliran darah, kecuali jenis
topical yang dipengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat,
makanan, dan keadaan pasien.
2) Distribusi obat
kedalam tubuh, setelah diabsorbsi, obat didistribusikan ke dalam tubuh melalui darah dan
system limfatis menuju sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi
oleh keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.
3) Metabolisme obat,
setelah melalui sirulasi, obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan ikut sirkulasi
kedalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami perubahan zat kimia untuk
kemudian diekskresikan.
4) Ekskresi sisa melalui obat,
setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat
dipakai dan tidak bereaksi. Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine,
intestinal dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara. Reaksi obat dalam tubuh tidak
semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi
yang lambat. Semuanya tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya usia dan
berat badan, jenis kelamin, faktor genetis, faktor psikologis, waktu, cara pemberian, dan
lingkungan.

2.6 Faktor Mempengaruhi Reaksi Obat

1.Perbedaan Genetik
Susunan genetik memengaruhi biotransformasi obat. Pola metobolik dalam keluarga
seringkali sama. Faktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada
untuk membantu penguraian obat. Akibatnya anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.

2. Variabel Fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu. Hormon
dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam
proses metabolik yang sama. Variasi diurnal dalam sekresi estrogen bertanggung jawab untuk
fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami wanita.

3. Kondisi lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respons hormonal yang akhirnya mengganggu
metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah
kecepatan aktivitas enzim. Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respons terhadap
obat. Klien Hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas

6
dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin
cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator perlu ditambah.

4. Faktor Psikologis
Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga.
Melihat orang tua sering menggunakan obat obatan dapat membuat anak menerima obat sebagai
bagian dari kehidupan normalnya. Makna obat atau signifikansi mengonsumsi obat
memengaruhi respons klien terhadap terapi. Sebuah obat dapat digunakan sebagai cara untuk
mengatasi rasa tidak aman. Pada situasi ini klien bergantung pada obat sebagai media koping
dalam kehidupan.

5. Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien. Contoh : vitamin K
terkandung dalam sayuran hijau berdaun merupakan nutrien yang melawan efek warfarin
natrium (coumadin) mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral
menurunkan absorpsi vitamin larut lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika
mengonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat
menjamin efek terapeutik obat.

2.7 Reseptor Obat


Reseptor Obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep
penting. Pertama bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan tubuh. Kedua bahwa obat
tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.Walaupun
tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap
komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi sekelompok
reseptor obat tertentu, juga berperan sebagai reseptor untuk ligand endogen (hormon,
neurotransmitor). Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis.
Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara
kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis (aginist binding site) di sebut antagonis.

C. PRINSIP-PRINSIP DASAR KERJA OBAT

1. Pengadministrasian dan Penyerapan Obat


Obat-obatan biasanya diadministrasikan dengan salah satu diantara empat cara:
1. Lewat mulut
Rute oral adalah rute pengadministrasian yang lebih dirukai untuk banyak obat. Begitu di
telan, obat itu akan larut dalam cairan perut dan dibawa keusus, tempat obat itu diserap ke dalam
aliran darah. Akan tetapi, sebagian obat dapat dengan mudah menembus dinding perut
(misalnya, alkohol) dan ini memberikan efek yang lebih cepat karena tidak harus mencapai usus
agar cepat diserap, obat-obatan yang tidak dapat diserap dengan semudah dari saluran

7
pencernaan atau yang diuraikan menjadi metabolit tidak aktif sebelum dapat diserap harus
diambil oleh rute lain.
Dua keuntungan utama rute pengadministrasian oral obat adalah kemudahan dan keamanan
relatifnya. Ketidakuntungan utamanya adalah kesulitannya untuk diprediksi. Penyerapan dari
saluran pencernaan ke dalam aliran darah bisa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sulit
diukur seperti banyaknya makanan dan tipe makanan didalam perut.

2. Lewat suntikan
Suntikan obat lazim didalam praktik medis karena efek obat yang diuntikkan kuat, cepat, dan
dapat diprediksi.suntikan obat biasanya dilakukan secara subcutaneously (SC),yaitu masuk
kedalam jaringan lemak tepat dibawah kulit, instramuscularly (IM), kedalam otot-otot besar,
atauintravenously (IV), langsung kedalam urat darah di titik-titik tempat darah itu mengalir tepat
dibawah kulit. Banyak para pecandu obat yang lebiih menyukai rute IV karena aliran darah
mengantarkan obat itu secara langsung keotak. Akan tetapi, kecepatan dan kelangsungan rute IV
ini bersifat mixed blessing ( mempunyai sifat kebaikan dan keburukan sekaligus) setelah sebuah
suntikan IV, hanya ada sedikit atau sama sekali tidak ada kemungkinan untuk menangkal efek
overdosis, ketercemaran, atau reaksi alergik.

3. Lewat inhalasi
Beberapa obat dapat diserap kedalam aliran darah melalui jaringan kapiler yang begitu
banyak dalam paru-paru. Banyak anestesiolog (obat bius) yang biasanya diberikan
melalui inhasi, seperti tembakau dan mariyuna. Dua kelemahan rute ini adalah sulitnya untuk
mengatur dengan tepat dosis obat yang dihirup, dan banyak substansi yang merusak paru-paru
bila dihirup secara kronis.

4. Penyerapan melalui membrana mucosa ( selaput lendir)


Beberapa obat dapat diadministrasikan melalui selaput lendir hidung, misalnya, biasanya
diadinistrasikan sendiri melalui selaput hidung (disedot melalui hidung)-tetap buka tanpa
merusaknya.

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat dibagi menjadi 5 jenis
penggolongan antara lain :
3. obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotik
4. obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin,
dan serum.
5. obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
6. obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,
contoh vitamin dan hormon.

8
7. pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit.
contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi,
kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

D. PENGERTIAN KECANDUAN OBAT


Ketagihan adalah perbuatan kompulsif (yang terpaksa dilakukan) dan keterlibatan yang
berlebihan terhadap suatu kegiatan tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pertaruhan (judi) atau
berupa penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan. Obat-obatan dapat menyebabkan
ketergantungan psikis saja atau ketergantungan psikis dan fisik.
Kecanduan didefinisikan sebagai ketergantungan atas zat tertentu untuk berfungsi. Dalam
arti klinis istilah, kecanduan harus berbahaya untuk kesehatan keseluruhan pecandu. Meskipun
populer bahasa sehari-hari menggunakan “kecanduan” untuk menggambarkan jenis obsesi atau
bunga, itu harus tidak benar-benar didefinisikan seperti jika tidak berbahaya. Sebagai contoh,
salah satu tidak dapat “kecanduan” cheesecake atau Los Angeles Dodgers, karena seperti
“kecanduan” tidak secara langsung menyebabkan fisik. Selain itu, sementara kita semua
“kecanduan” oksigen, itu tidak dapat diklasifikasikan seperti itu karena oksigen sehat dan
diperlukan untuk bertahan hidup.
Adapun yang dimaksud dengan “toleransi obat” yaitu keadaan kepekaan yang berkurang
terhadap obat yang berkembang akibat paparan obat tersebut. Toleransi obat dapat
didemonstrasikan dengan dua cara: dengan menunjukan bahwa dosis tertentu memiliki efek yang
lebih kecil disbanding sebelum paparan obat itu atau dengan menunjukan bahwa dibutuhkan
lebih banyak obat untuk menghasilkan efek yang sama. Esensinya, ini berarti bahwa toleransi
obat adalah pereseran kearah kanan pada dose-res-ponse curve (kurva respon-dosis, grafik
besaran efek dosis yang berbeda-beda dari sebuah obat)
Disisisi lain toleransi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk meningkatkan secara
progresif dosis obat untuk menghasilkan efek yang biasanya dapat dicapai dengan dosis yang
lebih kecil. Gejala putus obat terjadi jika pemakaian obat dihentikan atau jika efek obat dihalangi
oleh suatu antagonis. Seseorang yang mengalami gejala putus obat, merasa sakit dan dapat
menunjukkan banyak gejala, seperti sakit kepala, diare atau gemetar (tremor). Gejala putus obat
dapat merupakan masalah yang seirus dan bahkan bisa berakibat fatal.

E. LIMA OBAT YANG LAZIM DISALAHGUNAKAN


1. Tembakau
Setiap tahun, tembakau bertanggung jawab atas 3 juta kematian di seluruh dunia, dan tar
mempunya kontribusi sebesar 20% dari seluruh kematian dinegara-negara Barat. Sekitar separuh
perokok yang tidak mau berhenti akhirnya akan meninggal akibat penyakit terkait rokok.
Sekotar 70% dari seluruh perokok bereksperimen dengan rokok sebelum menjadi kecanduan
angka masing-masing sebesar 10% dan 30% berlaku untuk alkohot dan heroin. selain itu, hanya

9
sekitar 20% dari semua orang yang berusaha berhenti merokok yang berhasil menghentikan
kebiasaannya selama 2 tahun atau lebih.
Konsekuensi pemakaian tembakau dalam jangka panjang patut diwaspadai. Smoker’s
syndrome (sindroma perokok) ditandaioleh nyeri dada, sesak napas, seara yang mendesah, batuk-
batuk dan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernafasan. Para perokok kronis
sangat rentang terhadapberbagai gangguan paru-paru yang memaatikan, termasuk peumonia,
bronkitis, emfisema, dan kangker paru-paru. Perokok juga memiliki siriko yang lebih besar
untuk mengembangkan berbagai macam penyakit kardiovaskuler, yang dapat berkulminasi
menjadi serangan jantung atau strok.
2. Alkohol
Kira-kira 104 juta orang Amerika telah mengonsumsi alkohol selama sebulan terakhir. 13
juta diantaranya adalah pemakai berat. Lebih dari 100.000 orang meninggal setiap tahun akibat
penyakit dan kecelakaan terkait alkohol. Alkohol terlibat dalam lebih 3% diseluruh kematian di
Amerika serikat, termasuk kematian akibat cacat lahir, ill health, kecelakaan, dan keresahan.
Alkohol menyebabkan hilangnya kontrol yang dapat mengakibatkan berbagai tindakan yang
secara sosial tidak dapat diterima. Dosis tinggi menyebabkan hilangnya kesadaran dan bila kadar
dalam darah mencapai 0,5% ada risiko kematian akibat depresi respiratorik. Alkohol juga
bersifat diuretik, yakni meningkatkan produksi urin oleh ginjal.
Alkohol menyerang hampir setiap jaringan ditubuh. Konsumsi alkohol kronis menghasilkan
kerusakan otak ektensif. Kerusakan ini dihasilkan secara langsung dan tidak langsung. Konsumsi
alkohol kronis juga dapat menyebabkan parut ektensif, atauchirrochis, hati, yang merupakan
penyebab utama kematian dikalangan pemakai alkohol berat. Alkohol mengikis otot-otot jantung
danoleh sebab itu meningkatkan resiko serangan jantung. Alkohol mengiritasi lapisan saluran
pencernaan dan, dengan begitu meningkatkan resiko kanker oral dan kanker hati, stomach ulcers
(borok lambung), pancreatitis(inflamasi pankreas), dan grastitis (inflamasi lambung).
3. Mariyuana
Mariyuana (ganja) adalah nama yang lazim diberikan kepada daun dan bunga yang dikeringkan
dari cannabis sativa(semacam pohon rami). Mode umum konsumsinya adalah dengan menghisap
daunnya dalam bentuk joint(lintingan mariyuna) atau dengan menggunakan pipa. Tetapi
mariyuana juga efektif bila dipakai secara oral, mula mula dipanggang dalam substrat kaya-
minyak, misalnya sebagai brownie cokelat, untuk membantu penyerapan dari traktus
gastrointestinal.
Meskipun efek-efek dosis “sosisl” mariyuana tidak kentara, tetapi dosis tinggi benar-benar
menghendaya fungsi psikologis. Dua efek adversif penggunaan berat mariyuana telah banyak
didokumentasikan. Pertama, sebagian kecil penghisap mariyuana yang menghisapnya secara
reguler cenderung mengembangkan masalah pernapasan seperti batuk, bronkitis, dan asma.
Kedua, karena mariyuana menghasilkan tachycardia(detak jantung yang meningkat) dosis
tunggal yang besar dapat memicu serangan jantung pada individu-individu yang
rentan( misalnya, laki-laki lanjut usia yang belum pernah mengalami serangan jantung.
4. Kokain dan stimulan-stimulan lainnya

10
Stimulan adalah obat-obatan yang efek utamanya adalah menghasilkan peningkatan pada
aktivitas neural dan perilaku secara umum. Kokain dan derivatifnya adalah stimulan yang paling
banyak disalahgunakan. Kokain dipreparasikan dari daun semak koka, yang terutama ditemukan
di peru dan bolivia. Biasanya dikonsumsi dengan cara menyedotnya melalui hidung atau melalui
sedotan. Pecandu kokain cenderung mengalami cocaine sprees, memakai dengan tingkat asupan
yang ekstrem tinggi selama periode satu atau dua hari. Menyedot kokain melalui hidung dapat
merusak selaput hidung. Dan menghisapnya dapat merusak paru-paru. Tetapi kedua rute ini lebih
aman dibandingkan suntikan IV.
5. Opiat: heroin dan morfin
Opium-getah yang menetes dari bunga opium-memiliki kandungan psikoaktif. Yang paling
terkemuka adalah morfin dan kodein. Opiat memberikan pengaruhnya dengan meningkatkan diri
pada reseptor-reseptor yang fungsi normalnya adalah mengikatkan diri ke opiat endogen.
Meskipun opiat sangat adiktif, bahaya kesehatan langsung dari paparan kronisnya ternyata sangat
kecil. Resiko lagsung utamanya adalah konstipasi, konstriksi pupil, menstruasi tidak teratur dan
berkurangnya libido. Banyak pecandu opiat yang memakai heroin murni atau morfoin selama
bertahun-tahun tanpa efek sakit serius. Faktanya, kecanduan opiat lebih menonjol dikalangan
dokter, perawat, dan dokter gigi dibanding profesioanl-profesional lainnya.

F. AKIBAT KECANDUAN OBAT

Ketergantungan psikis merupakan suatu keinginan untuk terus meminum suatu obat untuk
menimbulkan rasa senang atau untuk mengurangi ketegangan dan menghindari
ketidaknyamanan. Obat-obatan yang menyebabkan ketergantungan psikis biasanya bekerja di
otak dan memiliki satu atau lebih dari efek berikut ini :
a) mengurangi kecemasan dan ketegangan
b) menyebabkan kegembiraan, euforia (perasaan senang yang berlebihan) atau perubahan
emosi yang menyenangkan lainnya
c) menyebabkan perasaan meningkatnya kemampuan jiwa dan fisik
d) merubah persepsi fisik.
Ketergantungan psikis dapat menjadi sangat kuat dan sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi
terutama pada obat-obatan yang merubah emosi dan sensasi, yang mempengaruhi sistim saraf
pusat.
Untuk para pecandu, aktivitas yang berhubungan dengan obat menjadi bagian yang penting
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga suatu bentuk ketagihan biasanya mempengaruhi
kemampuan bekerjanya, proses belajarnya atau mempengaruhi hubungannya dengan keluarga
dan teman.
Pada ketergantungan yang berat, sebagian besar fikiran dan aktivitas pecandu, tertuju pada
bagaimana memperoleh dan menggunakan obat.
Seorang pecandu dapat menipu, berbohong dan mencuri untuk bisa memuaskan ketagihannya.
Pecandu memiliki kesulitan untuk berhenti menggunakan obat dan seringkali kembali kepada
kebiasaannya setelah beberapa saat berhenti.
11
Bahkan jika mereka tidak membuat kecanduan fisik, obat-obatan yang paling membuat
kecanduan psikologis dalam pengguna mereka. Kecanduan psikologis adalah hasrat mental
untuk obat dan perasaan yang terkait dengannya. Keinginan berbeda dari kecanduan fisik yang
ada gejala penarikan jarang apapun jika pecandu tidak mendapatkan nya obat pilihan. Tapi
obsesi luar biasa untuk obat dapat menghancurkan sebagai kecanduan fisik dan seringkali
terbukti sama menyedihkan untuk pecandu.
Beberapa obat-obatan menyebabkan ketergantungan fisik, namun ketergantungan fisik tidak
selalu menyertai ketergantungan psikis. Pada obat-obat yang menyebabkan ketergantungan fisik,
tubuh menyesuaikan diri terhadap obat yang dipakai secara terus menerus dan menyebabkan
timbulnya toleransi; sedangkan jika pemakaiannya dihentikan, akan timbul gejala putus obat.
Fisik kecanduan memerlukan perubahan yang sebenarnya dalam tubuh para pecandu,
dimana memerlukan obat untuk fungsi. Dalam beberapa kasus, jalur otak adalah ulang,
mengubah bagaimana fungsi pikiran. Tanda umum lain kecanduan fisik adalah toleransi, dimana
tubuh memerlukan jumlah yang lebih besar dan obat untuk mencapai perasaan yang sama.
Berhenti menggunakan obat dari kecanduan fisik yang sering mengakibatkan penarikan gejala
seperti gemetar, muntah atau kejang dapat mengambil tempat.

G. PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOPSIKOLOGI UNTUK TEORI-TEORI


TENTANG KECANDUAN OBAT-OBATAN

1. Ketergantungan-fisik dan perspektif intensif-positif kecanduan


Upaya-upaya awal untuk menjelaskan fenomenon kecanduan obat mengatribusikannya
pada ketergantungan fisik. Progam penanganan dini terhadap kecanduan obat didasarkan pada
perspektif ketergantungan fisik. Mereka berusaha memutuskan lingkaran setan pemakaian obat
dengan mengurangi obat secara bertahap dari para pecandu dilingkungan rumah sakit.
Sayangnya begitu dilepaskan hampir semua pecandu yang didetoksifikasi kembali kekebiasaan
memakai obat lamanya.
2. Dari kesenangan ke kompulsi: teori sensitisasi-insentif
Prinsip sentral teori ini adalah nilai intensif-positif obat-obat adiktif meningkat (artinya
tersensitisasi) sejalan dengan pemakaian obat. Poin kunci teori sensitisasi intensif-positif
Robinson dan Barridge adalah bukan kesenangan (menyukai) pemakaian obat itu sendiri yang
menjadi dasar kecanduan, antisipasi kesenangan dari pemakaian obat adalah yang menjadi
dasarnya. Pada mulanya nilai insentif-positif sangat berkaitan dengan efek-efek menyenangkan.
Tetapi toleransi sering berkembang kepada efek-efek menyenangkan itu, sementara keinginan
pecandu akan obat itu tersensitisasi. Jadi pada pecandu kronis, nilai insentif-positif obat sering
melampaui proporsi kesenangan yang sebetulnya didapatkan darinya.
3. Kambuh dan penyebannya
Masalah paling sulit dalam menangani pecandu obat adalah bagaimana membuat mereka
berhenti memakai obatnya. Masalah utamanya adalah menghentikan si pecandu dari
kekambuhannya, kecenderungan untuk relapse(kambuh, kembali ke kebiasaan memakai obat
12
setelah periode abstinensi sukarela). Jadi memahami penyebab kekambuhan adalah satu kunci
untuk memahami kecanduan dan penanganannya. Ada tiga penyebab kekambuhan yang berbeda
secara fundamental pada para pecandu obat yang telah teridentifikasi:
a. Kebanyakan terapis dan pasien menunjuk stres sebagai penyebab utama kekambuhan.
b. Penyebab kekambuhan obat lain pada para pecandu obat adalah drug priming
(mengutamakan obat, satu paparan tunggal ke obat yang sebelumnya disalahgunakan)
c. Paparan isyarat-isyarat lingkungan (misalnya, orang, waktu, tempat, atau objek) yang
sebelumnya terkait dengan pemakaian obat.

BAB III PENUTUP

13
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Obat adalah benda atau zat yang dapat
digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam
tubuh. Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi
mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan
terapeutik / menyembuhkan.

Penyalahgunaan obat merupakan keadaan dimana suatu obat digunakan tidak untuk
mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu
karena pengaruh obat pada jiwa. Kecanduan obat itu bisa mempengaruhi ketergantungan fisik
maupun psikis. Berikut akibat dari seseorang yang mencandu obat-obatan :
a) mengurangi kecemasan dan ketegangan
b) menyebabkan kegembiraan, euforia (perasaan senang yang berlebihan) atau perubahan emosi
yang menyenangkan lainnya
c) menyebabkan perasaan meningkatnya kemampuan jiwa dan fisik

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh karena itu penulis membuka tangan lebar-lebar kepada pihak-pihak yang ingin mengkritisi
makalah ini agar penulis bisa menjadi lebih baik dalam melakukan kegiatan penulisan
selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

- Pinel, Jhon P.J, Biopsikolgi, terjemah, Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyanti Soecjipto,
Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2009
- https://makqolah.blogspot.com/2016/03/makalah-kecanduan-obat-dan-sirkuit.html?m=1
(kamis,25 1 Juni 2018, 12:00 WIB)
- Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan penyalahgunaan narkoba. Jakarta: Balai
pustaka
- Askepnurse14.blogspot.com/2014/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1
(jumat, 1 Juni 2018, 12:00 WIB)
- Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika http://id.wikipedia.org/wiki/Obat
http://www.ronywijaya.web.id/2012/05/bahaya-obat-obatan.html

15

Anda mungkin juga menyukai