Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Belajar merupakan suatu proses dimana manusia bereaksi dengan dirinya yang
biasanya berupa kecakapan, kebiasaan, kepandaian dan lain-lain. Witherington
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam diri kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian dan suatu pengertian. Dengan belajar
kita bisa mengetahui apa yang tidak diketahui sebelumnya.

Memori adalah kemampuan individu untuk menyimpan informasi dan


informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat dipergunakan beberapa
waktu kemudian. Segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Dengan
memori, individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima
sepanjang waktu. Tanpa memori, individu mustahil dapat merefleksikan dirinya
sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran yang
berkesinambungan, yang hanya dapat terlaksana dengan adanya memori.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu belajar ?
2. Apa saja teori-teori belajar ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
4. Apa saja jenis-jenis belajar ?
5. Apa itu memori ?
6. Bagaimana pembagian memori ?
7. Bagaimana proses memori?
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi memori ?
1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah
biopsikologi, serta untuk menambah wawasan dan ilmu bagi pembaca tentang apa
itu belajar dan memori, apa saja teori-teori belajar, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dan memori, dan apa saja jenis-jenis belajar itu.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BELAJAR

Chaplin menyatakan bahwa belajar memiliki dua definisi, yaitu


”...acquisition of any relatively permanent change in behaviour as a result of a
practice and experience.” (perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai akibat latihan dan pengalaman) dan ”process of aquiring responses as a
result of special practice.” (proses memperoleh respon-respon sebagai akibat
adanya latihan khusus). Adapun, Witherington mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan di dalam diri kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian dan suatu pengertian.

Dalam teori pembelajaran, arti belajar sebagaimana dirumuskan oleh G. A


Kimble adalah perubahan yang relative menetap dalam potensi tingkah laku yang
terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan, dan tidak termasuk
perubahan-perubahan karena kematagan, kelelahan, dan atau kerusakan pada
susunan saraf.

1. Teori-teori Belajar
a. Conditioning klasik (classical conditioning)
Conditioning adalah pembelajaran yang didasarkan pada pengasosian
stimulus yang biasanya tidak menimbulkan respon Papalia, 2008; 43. Percobaan
mengenai anjing yang mengeluarkan air liur oleh Pavlov, seringkali dikutip
karena dianggap sebagai bentuk percobaan conditioning formal yang pertama.

Prinsip dasar dari model kondisioning klasik adalah unconditioned


stimulus (US) yaitu respon yang secara wajar dan dan secara otomatis
menimbulkan repons pada organism, Stimulus ini tidak dikondisikan.
Unconditioned response (UR) yaitu respon yang secara wajar dan otomatis
ditimbulkan oleh unconditioned respons, Respon ini tidak dikondisikan.

2
Conditioned stimulus (CS) yaitu stimulus yang netral dan tidak menimbulkan
respon wajar dan otomatis pada organisme. Stimulus ini dikondisikan.

Pavlov adalah seorang psikolog yang mengadakan pengamatan terhadap


refleks pengeluaran air liur pada anjing. Dari percobaan yang di lakukan, anjing
bisa memperlihatkan reaksi-reaksi melalui proses-proses persyaratan. Artinya,
dari satu rangsangan di pindahkan ke rangsangan lain. Dengan demikian juga
terjadi pemindahan dari satu refleks ke refleks yang lain. Berdasarkan hasil
percobaan tersebut bisa di simpulkan mengenai hal belajar sebagai berikut:

 Laku yang satu bisa dipindahkan ke laku yang lain. Demikian pula berlaku
pada pembentukan kebiasaan dan juga kemampuan-kemampuan lain.
 Belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali atau dengan
kata lain, ulangan-ulangan dalam hal belajar adalah penting.

Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang


terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
respon. Syarat penting dalam belajar menurut teori conditioning adalah adanya
latihan-latihan yang continiu. Yang diutamakan dalam teori ini adalah belajar
yang terjadi secara otomatis.

Kelemahan teori classical conditioning :

1. Teori ini menganggap bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis,


keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak hiraukannya.
2. Peranan latihan atau kebiasaan terlalau ditonjolkan; sedangkan kita tahu
bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata
bergantung pada pengaruh diluar. Aku atau pribadinya sendiri memegang
peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan serta reaksi apa yang
akan dilakukannya.
3. Teori conditioning memang tepat jika berhubungan dengan kehidupan
binatang. Namun, pada manusia, teori ini hanya dapat kita terima dalam
hal-hal tertentu saja; contohnya dalam belajar mengenai skills tertentu dan
mengenai pembiasaan pada anak kecil.

3
b. Conditioning Operan (Operant Conditioning) / instrumental conditioning
Istilah conditioning operan diciptakan oleh Skinner dan memiliki arti
umum conditioning perilaku. Istilah “Operan” disini berarti operasi (Operation)
yang pengaruhnya mengakibatkan organisme melakukan perbuatan pada
lingkungannya. Contohnhya adalah perilaku motor yang biasanya merupakan
perbuatan yang dilakukan secara sadar (Hardy dan Heys, 1985; Reber, 1988).

Respon dalam conditioning operan terjadi tanpa didahului stimulus,


melaikan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforce adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya respons tertentu, akan tetapi tidak
sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
respondent conditioning.

Dalam berbagai eksperimen Throndike, pembelajaran adalah konsekuensi


langsung dari ganjaran. Meskipun Throndike yang menjadi pelopor dalam
pengkajian bagaimana rasa puas mendorong pembelajaran, Skinner lah yang
menyelidiki kerja terinci “hukum efek” (Sylva dan Lunt, 1986). B.F. Skinner
dianggap sebagai bapak conditioning operan. Walaupun hasil karyanya didasarkan
pada hukum efek yang dikemukakan oleh Throndike, Skinner telah memasukkan
unsur penguatan dalam hukum efek tersebut (Hardy dan Heyes, 1985:42).

Kelemahan-kelemahan teori operant conditioning:

1. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah


proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali
sebagai gejalanya.
2. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan
mesin dan robot padahal setiap individu memiliki self-direction
(kemampuan mengarahkan diri) dan self-control (pengendalian diri) yang
bersifat kognitif, sehingga ia bisa menolak untuk merespon jika ia tidak
menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kehendak
hati.

4
3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan prilaku hewan itu sangat
sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis
manusia dan hewan.

c. Teori Psikologi Gestalt


Teori ini sering disebut insight full learning atau field theory. Psikologi
Gestalt mempelajari gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dan bahwa
data-data dalam psikologi Gestalt disebut segabai fenomena.

Belajar dalam psikologi Gestalt bukan sekedar asosialsi antara stimulus


respon yang semakin kuat apabila terus terjadi pengulangan. Aliran ini
berpendapat bahwa belajar dapat terjadi jika terdapat insight atau pengertian.
Pengertian ini muncul jika setelah beberapa saat memahami sebuah masalah dan
menemukan kejelasan, dapat melihat hubungan dari setiap unsur-unsur dan
mampu memahami sangkut pautnya untuk kemudian dimengerti maknanya.

Berikut adalah prinsip-prinsip belajar yang merupakan rangkuman dari


teori psikologi Gestalt.

1. Belajar dimulai dari satu keseluruhan, selanjutnya menuju bagian-bagian.


Dari hal-hal kompleks menuju hal yang lebih sderhana.
2. Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian.
3. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar
apabila ia dapat berbuat dan bertindak sesuai dengan yang ia pelajari.
4. Belajar akan tercapai bila tercapai kematangan untuk memperoleh
pengertian. Pengertian kemampuan menghubungkan antara beberapa
faktor dalam situasi yang problematik.
5. Belajar akan tercapai jika ada tujuan yang berarti bagi individu.
6. Dalam proses belajar, individu merupakan organisme yang aktif.

d. Teori Koneksionisme
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Edward Thorndike, seorang
pendidik dan psikolog Amerika. Menurutnya, belajar merupakan peristiwa
terbentunya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus
5
dengan respon. Stimulus adalah suatu perubahan dari linkungan eksternal yang
menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat,
sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena
adanya perangsangan.
Dari hasil penelitian Thorndike pada seekor kucing, Thorndike
merumuskan hukum-hukum sebagai berikut

1. Law of readiness (hokum kesiapan)


Ketika seseorang dipersiapkan untuk bertindak, maka melakukan tindakan
merupakan imbalan (reward) dan tidak melakukannya merupakan
hukuman (punishment) (Schunk: 2012). Kegiatan belajar dapat
berlangsung secara efisien apabila si pelajar telah memiliki kesiapan
belajar. Ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya kesiapan ini,
yaitu;
a. Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan, maka
penggunaannya membawa kepuasan.
b. Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan namun tidak
digunakan, maka menimbulkan ketidakpuasan dan menimbulkan
respon lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan itu.
c. Apabila suatu unit tingkah laku belum siap tetapi dipaksakan untuk
digunakan maka akibatnya juga kerugian.
2. Law of exercise (hukum latihan)

Koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan dan
akan menjadi lemah karena kurang latihan. Dalam belajar, pelajar perlu
mengulang-ulang bahan pelajaran. Semakin sering suatu pelajaran diulangi
semakin dikuasai pelajaran tersebut. Hukum ini mengandung dua hal,
yaitu :

 Law of use (hukum kegunaan), sebuah respon terhadap stimulus


memperkuat koneksi keduanya. Respon dalam hal ini adalah latihan.
 Law of disuse (hukum ketidakgunaan), ketika respon tidak diberikan
terhadap stimulus kekuatan koneksinya menjadi menurun.
3. Law of effect (hukum akibat)
6
Kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan
cenderung akan diulangi, sedangkan kegiatan belajar yang memberikan
efek hasil belajar yang tidak menyenangkan akan dihentikan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi 2


bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faltor internal, meliputi :


a. Factor fisik
Factor fisik bisa dikelompokkan lagi menjadi beberapa bagian, yaitu
kesehatan. Contohnya adalah anak yang kurang sehat atau kurang gizi,
maka daya belajarnya akan kurang dibanding anak lain yang lebih sehat.
Faktor selanjutnya adalah cacat yang dibawa sejak lahir. Contohnya anak
yang mengalami cacat sejak lahir seperti tuli, epilepsy, atau geger otak
karena terjatuh . Kondisi ini akan mengakibatkan anak kesulitan untuk
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.

b. Faktor psikis
Ada banyak faktor psikis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
dalam memperoleh pembelajaran. Diantaranya :

1) Faktor intelegensi atau kemampuan. Intelegensi merupakan salah


satu pembeda antara satu manusia dengan manusia yang lainnya.
Tingkatan-tingkatan intelegensi menjadikan adanya perbedaan
dalam kecepatan dalam pembelajaran.
2) Faktor perhatian dan minat. Dalam mempelajari sesuatu, hal yang
menarik akan lebih mudah diterima daripada mempelajari hal yang
tidak menarik perhatian. Keinginan dan kemauan sangat
mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatakan
seseorang. Keinginan erat hubungannya dengan perhatian yang
dimiliki karena perhatian mengharahkan timbulnya kehendak pada
seseorang. Sementara kemauan erat hubungannya dengan kondisi
fisik dan psikis

7
3) Faktor bakat. Pada dasarnya bakat mirip dengan intelegensi, itulah
sebabnya anak yang superior atau very superior disebut juga
talented child.
4) Faktor motivasi. Motivasi adalah keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi menyebabkan anak kurang bersemangat dalam
melakukan proses pembelajaran materi-materi baik dirumah
maupun disekolah.
5) Faktor kematangan. Kematangan adalah tingkat perkembangan
pada individu atau organ-organnya sehingga sudah berfungsi
sebagaimana mestinya, setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila
dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.
Mengajarkan sesuatu juga berhasil apabila taraf pertumbuhan
pribadi telah memungkinkan.
6) Faktor kepribadian. Fase perkembangan seseorang tidak selalu
sama. Dalam proses pembentukan kepribadian, ada beberapa fase
yang harus dilalui. Seseorang yang belum mencapai fase tertentu
akan mengalami kesulitan jika dipaksa untuk melakukan hal-hal
yang terjadi pada fase berikutnya.
2. Faktor eksternal, secara garis besar bisa dibagi dalam 3 faktor, yaitu :
1) Faktor keluarga. Keluarga sebagai salah satu penentu yang
berpengaruh dalam belajar dapat dibagi menjadi tiga aspek. Aspek
pertama, kondisi ekonomi keluarga, kondisi ekonomi keluarga yang
rendah dapat memicu kekurangan gizi, dan kebutuhan-kebutuhan anak
yang tidak terpenuhi. Selain itu, kekurang dalam perekonomian juga
menyebabkan suasana rumah muram dan menjadikan anak kehilangan
gairah untuk belajar. Aspek kedua, hubungan emosional orang tua dan
anak. Dalam suasana rumah yang selalu ribut dengan pertengkaran
akan mengakibatkan anak terganggu dan tidak berkonsentrasi dalam
belajar. Hubumgam orang tua dan anak yang acuh tak acuh juga dapat
menimbulkan frustasi pada anak. Aspek ketiga, cara-cara orangtua
mendidik anak. Biasanya setiap keluarga memiliki pola asuh yang

8
berbeda. Ada keluarga yang menjalankan cara mendidik anak secara
diktaktor militer, demokratis, menerima pendapat anak, ada pula yang
acuh tak acuh dengan pendapat anak sehingga juga berpengaruh pada
proses belajar anak.
2) Faktor sekolah. Di sekolah, cara atau metode pengajaran, hubungan
antara guru dan murid serta disiplin sekolah akan mempengaruhi
proses pembelajaran anak.
3) Faktor lingkungan lain. Ini adalah faktor yang mempengaruhi
pembelajaran anak. Seperti jarak antara sekolah dan tempat tinggal
yang terlalu jauh, faktor teman bermain dan aktivitas dalam
masyarakat.

3. Tujuan Belajar
Menurut Dalyono (2007:49-50) tujuan belajar adalah sebagai berikut :
1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan dalam diri antara lain perubahan
tingkah laku.
2) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi baik.
3) Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak
hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang dan sebagainya.
4) Dengan belajar dapat memiliki keterampilan.
5) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
terjadinya perubahan dalam diri seseorang terhadap cara berfikir, mentalitas dan
perilakunya yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pemahaman) dan
psikomotorik (keterampilan).

4. Jenis-jenis Belajar
Dilihat hasil dan tujuan yang diperoleh dari kegiatan belajar, pada umumnya
para ahli mengemukakan delapan jenis belajar sebagai berikut :
1. Belajar abstrak (abstrack learning). Pada dasarnya adalah belajar dengan
cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah memperoleh pemerhatian dan

9
pemahaman tidak nyata. Contohnya belajar tauhid, astronomi, dan
matematika.
2. Belajar keterampilan (skill learning).. Merupakan belajara yang bertujuan
untuk memperoleh keterampilann tertentu dengan menggunakan gerakan-
gerakan motorik. Contohnya belajar cabang-cabang olahraga, melukis, dan
memperbaiki benda-benda elektronik.
3. Belajar social (social learning). Merupakan belajar yang bertujuan untuk
memperoleh kemampuan dan keterampilan terhadap permasalahan-
permasalahan social, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial, dan
sebagainya. Contohnya belajar memahami masalah keluarga dan
penyelesaian konflik antar etnis.
4. Belajar pemecahan masalah (problem solving). Pada dasarnya adalah
belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan
berbagai masalah secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk
memperoleh kecakapan kognitif guna memecahkan maaslah secara tuntas.
Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk menguasai konsep, prinsip,
dan penggeneralisasian.
5. Belajar rasional (rational learning). Merupakan belajar dengan
menggunakan kemampuan logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya
adalah memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep.
6. Belajar kebiasaan (habitual learning). Merupkan proses pembentukan
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah individu memperoleh sikap dan kebiasaan baru
yang lebih tepat dan lebih positif.
7. Belajar apresiasi (appreciation learning). Pada dasarnya adalah belajar
mempertimbangkan nilai atau arti penting suatu objek. Tujuannya adalah
individu memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa,
contohnya apresiasi sastra, music dan seni lukis.
8. Belajar pengetahuan (study). Belajar untuk memperoleh pengetahuan
dimaksud untuk memperoleh sejumlah pemahaman, pengertian, informasi,

10
dan sebagainya. Tujuannya adalah agar individu menambah atau
memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.

2.2 MEMORI
Schlessinger dan Groves 1976;325 dalam Rahmat 2000;62 mengatakan
bahwa memori adalah system yang berstruktur, yang menyebabkan organisme
mampu merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuan untuk
membimbig perilakunya.
Memori (daya ingat) adalah kemampuan individu untuk menyimpan
informasi dan informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat
dipergunakan beberapa waktu kemudian.
Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, sebab segala
bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Dengan memori, individu
dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu.
Tanpa memori, individu mustahil dapat merefleksikan dirinya sendiri, karena
pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan,
yang hanya dapat terlaksana dengan adanya memori.

1. Pembagian Memori
a. Memori jangka pendek (short term memory)
Memori jangka pendek merupakan penyimpanan sementara peristiwa atau
item yang diterima dalam waktu sekejap, yakni kurang dari beberapa menit,
biasanya malah lebih pendek (beberapa detik). Memori jangka pendek tidak
permanen, penyimpanannya akan terhapus dalam waktu pendek, kecuali kalau
diupayakan secara khusus, seperti mengulang-ulangnya.
Fungsi penting dari memori jangka pendek ada dua yaitu menyimpan
material yang diperlukan untuk periode waktu yang pendek dan berperan untuk
ruang kerja untuk perhitungan mental. Akan tetapi ada kemungkinan lain dari
fungsi memori jangka pendek, yaitu merupakan stasiun pemberhentian menuju
memori jangka panjang. Artinya, informasi mungkin berada di memori jangka
pendek sementara ia sedang disandikan menjadi memori jangka panjang. Salah
satu teori yang membahas transfer dari memori jangka pendek menjadi memori

11
jangka panjang dinamakan dual memory model. Model ini berpendapat bahwa jika
informasi memasuki memori jangka pendek, ia dapat dipertahankan dengan
pengulangan atau hilang karena penggeseran atau peluruhan.
Dalam literatur lain dituliskan bahwa memori jangka pendek berfungsi
sebagai penyimpanan transitory yang dapat menyimpan informasi yang sangat
terbatas dan mentransformasikan serta menggunakan informasi tersebut dalam
menghasilkan respon atas suatu stimulus.
Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Peterson & Peterson (1959):
Recall vs recall interval, mereka mendemonstrasikan bahwa kemampuan kita
untuk menyimpan niformasi yang baru masuk dalam bank memori sementara
sangat terbatas dan rentan terhadap kelupaan jika tidak melakukan pengulangan.
Kelupaan, atau secara lebih spesifik merupakan kegagalan dalam mengingat
kembali (recall) informasi dari memori, lebih didasarkan pada interferensi
(interference) bukannya padadecay (kerusakan) ataupun pada kurangnya
kesempatan untuk meng‐konsolidasikan peristiwa‐peristiwa (events) yang telah
dialaminya.
Jumlah informasi yang mampu disimpan dalam memori jangka pendek
relative kecil dibandingkan dengan kapasitas memori jangka panjang. Bukti
paling awal terbatasnya kapasitas memori jangka pendek (Immediate memory)
dikemukakan oleh Sir William Hamilton pada tahun 1800 (dalam Miller, 1956),
yang menyatakan bahwa: ”Apabila anda melemparkan segenggam kelereng ke
lantai, maka anda akan menemui kesulitan untuk mengamati lebih dari enam (atau
paling banyak tujuh) kelereng tanpa kebingungan”. Pernyataan serupa juga telah
dikemukakan oleh Jacobs pada tahun 1887 (dalam Miller, 1956) bahwa apabila
pada seseorang dibacakan sederetan angka yang tidak berurutan maka ia hanya
akan mampu menyebutkan kembali sekitar tujuh angka.

b. Memori jangka panjang long term memory


Artkinson dan shiffrin dalam King 2010 mendefinisikan memeori jangka
panjang sebagai suatu proses penyimpanan yang relative permanen. Hal itu
diperjelas oleh Hudmon 2006 yang menyatakan bahwa penyimpanan memori
jangka panjang sangat luas dalam artian dapat berlangsung bermenit-menit,
berjam-jam, hingga sepanjang hidup. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa
12
memori jangka panjang merupakan penyimpanan informasi yang mencakup
pengalaman dan hasil belajar yang dipertahankan dalam waktu yang lama untuk
digunakan kembali jika informasi itu dibutuhkan.
Memori jangka panjang diasumsikan sebagai tempat penyimpanan
pengetahuan secara permanen, karena pengetahuan dapat ditahan di dalam
memori ini dalam waktu lama. Memori ini juga mempunyai kapasitas yang tidak
terbatas (Pass et al., 2004; Sweller, 2004). Hal ini dapat ditunjukkan dengan
kemampuan kita untuk menyimpan informasi sejak lahir sampai akhir hayat.
Ketika kitamerasa sulit menyimpan atau mengingat informasi, yang menjadi
masalah bukan kapasitas memori jangka panjang kita terbatas. Namun, kapasitas
memori pekerja yang terbatas dalam proses kognitif meyimpan pengetahuan atau
memanggil pengetahuan. Memori ini dapat menyimpan pengetahuan deklaratif,
prosedural dan kondisional (Bruning et al., 2004).
Artkinson dan Shiffrin (Artkinson, 1998) menjelaskan pemrosesan
informasi kedalam memori jangka panjang dapat digambarkan seperti pada bagan
berikut.

Bagan1. Proses memori menurut Artkinson dan Shiffrin


13
Keterangan :
1. Rangsangan atau informasi diterima memori sensoris dengan durasi
penyimpanan sekitar satu detik. Informasi yang diperhatikan ditransfer ke
dalam memori jangka pendek, sedangkan yang tidak diperhatikan akan
terlupakan dan hilang dari penyimpanan. Memori Penginderaan (Sensory
Memory) adalah komponen paling pertama yang menerima informasi.
Untuk memberikan persepsi dan identifikasi awal informasi yang diterima,
memori ini mengubah informasi dalam bentuk signal-signal stimulus.
Penelitian menunjukkan bahwa memori ini menahan signal-signal tersebut
untuk memberikan persepsi dan identifikasi dalam waktu yang sangat
pendek (kurang dari satu mikro detik) dan signal tersebut akan segera
hilang dari memori ini karena datangnya signal-signal stimulus berikutnya
(Bruning et al., 2004).
2. Informasi yang mendapat perhatian disimpan dalam memori jangka
pendek dengan durasi penyimpanan selama 15-30 detik. Durasi
penyimpanan dapat ditingkatkan dengan pengulangan (Sternberg, 2008).
Informasi yang dapat dipertahankan lebih lama dan diproses secara
mendalam dengan makna akan ditransfer ke dalam tahap penyimpanan
selanjutnya yaitu memori jangka panjang, sedangkan yang tidak memiliki
makna akan terlupakan dari ingatan.
3. Tahap penyimpanan terakhir dari system memori adalah memori jangka
panjang. Informasi yang disimpan pada tahap tersebut adalah informasi
yang diproses secara mendalam dengan pemaknaan atau dengan
pengorganisasian. Informasi tersebut disimpan secara permanen di dalam
ingatan. Informasi dapat diakses dengan mentransfer kembali ke memori
jangka pendek untuk dikeluarkan dalam kesadaran. Informasi yang tidak
dapat diakses kembali berarti terlupakan yang disebabkan karena proses
penyandian yang kurang baik maupun kegagalan dalam proses
pengambilan kembali.

Penelitian dengan PET (Possitron Emmissions Topography) menunjukkan


bahwa daerah frontal otak berperan dalam pemprosesan informasi secara
mendalam. Studi pasien yang menderita kerusakan otak bagian frontal tersebut,
14
bahwa hippocampus, cortex, dan thalamus merupakan bagian yang esensial dari
memori jangka panjang. Memori jangka panjang yang permanen nampaknya
tersimpan dan diproses dalam cerebral cortex. Informasi dari mata dan telinga
dilewatkan ke visual cortex dan auditory cortex, dan nampaknya memori jangka
panjang yang bertipe visual dan auditori juga disimpan di sekitar lokasi tersebut.

Bagaimana otak menyimpan informasi dalam memori jangka panjang,


dapat dijelaskan melalui hasil studi neurokognitif Donald Hebb yaitu:
Informasi dalam memori jangka pendek akan diubah ke dalam memori jangka
panjang apabila informasi tersebut telah tersimpan dalam memori jangka pendek
cukup lama. Hal Ini terjadi karena dalam memori jangka pendek suatu sirkuit
bergema (Reverberating circuit) dari aktivitas neural akan terjadi di otak, dengan
suatu putaran bangkitan diri dari neuron. Apabila sirkuit tetap aktif dalam suatu
periode maka terjadilah perubahan kimiawi atau struktural sehingga memori
secara permanen akan tersimpan.

Menurut Bower (1985), ada beberapa macam informasi yang dapat di


simpan dalam memori jangka panjang manusia, yaitu :
1) Model spasial dari alam sekeliling kita, struktur simbolis yang berkaitan
dengan gambaran tentang suatu rumah, kota, Negara, atau pelanet dan
informasi tentang dimana objek-objek penting terletak dalam peta kognitif
tesebut.
2) Pengetahuan hokum-hukum fisika, kosmologi, sifat objek, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengannya.
3) Keyakinan kita terhadap orang, diri sendiri, dan bagaimana berperilaku
dalam situasi social yang berfariasi.
4) Nilai-nilai dan tujuan social yang kita cari.
5) Keterampilan motorik dalam mengemudi, bersepeda, dan sejenisnya.
Kemampuan menyelesaikan masalah dalam berbagai situasi, rencana-
rencana kita untuk mencapai sesuatu.
6) Kemampuan perceptual dalam memahami bahasa, atau
menginterpretasikan bahasa dan music.

15
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori
a. Umur
Dengan menggunakan tes memory span, terbukti bahwa rentang
memori meningkat bersamaan dengan tumbuhnya anak menjadi lebih
besar. Rentang memori anak meningkat dari sekitar 2 digit pada usia 2
hingga 3 tahun dan sampai sekitar 5 digit pada usia 7 tahun. Tetapi antara
usia 7 hingga 13 tahun, rentang memori hanya meningkat 1,5 digit.
Bila dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar atau dengan
orang dewasa, anak yang lebih kecil lebih mungkin untuk menyimpan
materi berupa visual dalam ingatan jangka pendeknya. Terjadi perbedaan-
perbedaan dalam rentang memori karena perbedaan usia salah satunya
disebabkan karena anak-anak yang lebih tua lebih banyak mengulang
angka-angka daripada anak-anak yang lebih muda. Kecepatan dan efisiensi
pemrosesan informasi juga berperan, terutama kecepatan dalam item-item
ingatan yang bisa diidentifikasi. Kecepatan pengulangan merupakan
peramal yang sangat akurat bagi rentang memori. Bahkan bila kecepatan
pengulangan dikendalikan, rentang memori anak usia 6 tahun sama dengan
rentang memori orang dewasa muda.
b. Genetic
Para peneliti dari NIH (National Institutes of Health, Amerika
Serikat) menemukan bahwa orang dengan gen “met” BDNF (brain derived
nurotrophic factor) mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes memori
episodik. Selain itu orang dengan 18 gen tsb menunjukkan aktivasi
hippokampus yang berbeda dari orang yang normal dan mempunyai
kesehatan syaraf yang lebih buruk dari orang normal. Diberi nama “met”
karena terdapat sekuens asam amino metionin pada lokasi di mana
biasanya terdapat valine pada gen BDNF orang pada umumnya.
c. Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat dialami saat prenatal maupun pasca natal.
Nutrisi yang inadekuat pada ibu hamil dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir bayi dengan berat lahir
rendah. Cacat fisik, pengulangan kelas dan gangguan belajar lebih sering

16
pada anak dengan berat lahir rendah begitu juga dengan tingkat intelegensi
serta nilai matematika dan bahasa.
Kekurangan gizi selama periode pasca natal dini menghasilkan
perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat, dengan
berat otak yang lebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis, jumlah
neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi, percabangan dendrit dan
lain sebagainya.
Anak yang menderita gangguan gizi berat memperlihatkan tanda-
tanda apatis, kurang menunjukkan perhatian terhadap sekitar dan lambat
bereaksi terhadap suatu rangsangan. Diperkirakan 10 % dari total seng
berada di otak dan berada pada neuron di hipokampus yaitu menempati
lumen vesikel sinaps yang beirisi glutamat. Seng ikut berperan dalam
neuromodulator pada glutaminergik sinaps. Telah diteliti bahwa bila
terjadi defisiensi seng maka akan terjadi gangguan terhadap penghantaran
stimulus yang diterima oleh akson dan badan neuron sehingga dapat
terjadi gangguan memori.
d. Hormon Tiroid
Defisit atau kelebihan hormon tiroid selama perkembangan dapat
berefek buruk pada fungsi neurologi saat beranjak dewasa nantinya.
Bahkan perubahan kecil kadar hormon tiroid yang bersirkulasi di dalam
ibu hamil dapat mempengaruhi keluaran neurologik anak.
Efek yang penting adalah meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama
kehidupan pascanatal. Bila janin tidak mendapat hormon tiroid dalam
jumlah cukup, maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum bayi itu
dilahirkan dan sesudahnya akan sangat terbelakang. Sebaliknya bila
hormon tiroid sangat berlebihan maka lebih cepat terjadi katabolisme
daripada timbulnya sintesis protein
e. Stimulasi
Menurut Soetjiningsih (1995) dalam periode perkembangan anak
yaitu periode kritis antara 0–3 tahun diperlukan rangsangan / stimulasi
yang berguna untuk meningkatkan potensi yang ada pada anak, termasuk

17
perkembangan memori. Telah diteliti bahwa semakin banyak stimulasi
yang diterima seorang anak di lingkungan rumah maupun formal akan
mempengaruhi fungsi kognitif anak
Otak dapat menumbuhkan koneksi yang baru dengan stimulasi
lingkungan. Bila seseorang memperkaya lingkungannya, maka otak akan
mempunyai korteks yang lebih tebal, percabangan dendrit dan
pertumbuhan spina yang lebih banyak serta tubuh sel yang lebih besar.
f. Infeksi
Infeksi tampaknya mempengaruhi perkembangan anak melalui
beberapa mekanisme yang berbeda. Masukan diet yang menurun terjadi
sekunder terhadap anoreksia atau malabsorbsi, kehilangan nutrien yang
sesungguhnya dapat terjadi sekunder terhadap protein-losing
enteropathydan peningkatan kebutuhan terjadi berhubung dengan panas
dan respon imun. Terdapat dugaan bahwa imun respon sendiri dapat
mempengaruhi secara langsung fungsi kognitif dan mood. Smith dalam
penelitian serial pada dewasa menemukan bahwa influenza mempengaruhi
fungsi kognitif dan bahkan infeksi subklinis dapat mengganggu performa
kognitif. Gangguan ini terjadi saat periode inkubasi dan beberapa saat
setelah penyembuhan ketika gejala tidak ada lagi. Infeksi juga
menyebabkan kelemahan umum di mana anak yang lemah dan apatis akan
menerima stimulasi yang lebih sedikit.
g. Brain injury
Brain injury pada anak dapat berasal dari trauma kepala atau terjadi
selama masa rawan saat periode pertumbuhan cepat otak janin dari trauma
prenatal, saat persalinan yang sulit, atau pada masa pasca natal dari
hipoksia, infeksi susunan saraf pusat (meningitis, ensefalitis), penyakit
serebrovaskular seperti stroke, gangguan metabolik (seperti
fenilketonuria), alkohol, berasal dari pengobatan (operasi atau radioterapi
otak) atau dari intoksikasi logam berat (merkuri, timbal, timah, kadmium).
Masalah yang mengikuti kerusakan otak berupa masalah yang
berhubungan dengan fungsi fisik, perilaku, emosi dan kognitif termasuk di
antaranya adalah fungsi belajar dan mengingat.

18
h. Epilepsi
Epilepsi dapat mengganggu fungsi memori melalui beberapa jalan
yaitu tumor atau lesi yang mendasari penyakit, bangkitan kejang atau
aktifitas elektrik otak yang tidak semestinya serta dapat berasal dari
pengobatan anti epilepsi.
i. Stress
Situasi stres akan menghasilkan reaksi emosional. Selain reaksi
emosional, orang seringkali menunjukkan gangguan kognitif yangcukup
berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Mereka akan sulit
berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran mereka secara logis dan
mungkin mudah terdistraksi.

2.3 Studi Kasus


1. Kasus neurokognisi
Kasus neurokognisi dan memori jangka pendek yang sangat terkenal adalah yang
menyangkut H.M., yang dipresentasikan oleh peneliti Kanada Brenda Milner
(1966). Pasien tersebut menderita epilepsy berat, dan menurut prosedur medis,
suatu operasi bilateral pada bagian medial temporal perlu dilakukan untuk
membebaskan gejala‐gejalanya. Operasi telah dilakukan untuk menghilangkan
sebagian dari temporal lobe, termasuk hippocampus. Meskipun Epilepsy pasien
tersebut membaik, namun dia menjadi penderita amnesia yang berat dan tidak
mampu menyimpan informasi baru dalam memori jangka panjang meskipun
memori jangka pendeknya tidak mengalami gangguan. Memori jangka panjang
yang telah terbentuk sebelum operasi dilakukan didapati normal, dan bahkan dia
mampu memperoleh skor yang baik pada tes IQ standar, meskipun dia tidak
mampu mengenali nama‐nama ataupun wajah‐wajah orang‐orang yang
ditemuinya secara teratur. Dia mampu berbicara normal dengan Milner Apabila
sedang menengoknya namun tidak mampu mengingat pertemuan sebelumnya.
Memori jangka pendek pasien tersebut tidak terganggu, namun tidak memiliki
kemampuan untuk membentuk memori jangka panjang yang baru. Karena Lesion
terjadi pada temporal lobe dan hippocampus, maka tentunya pada lokasi-lokasi

19
tersebut mengandung struktur memori yang penting. Secara lebih spesifik,
nampaknya hippopocampus merupakan penyimpanan sementara untuk memori
jangka panjang, dimana informasi yang baru saja diperoleh diproses dan
kemudian ditransfer ke cerebral cortex untuk penyimpanan yang lebih permanen.
Milner kemudian membuat temuan yang mengejutkan yang mengubah pandangan
tentang konsep memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang telah
dikenal saat itu. Pasien yang mengalami temporal lobe lesions seperti H.M.
Mampu mempelajari tugas implicit yang melibatkan perceptual and motor skills,
seperti tugas belajar menggambar suatu bayangan di cermin, dan mampu
menyimpan ketrampilan tersebut untuk jangka panjang. Memori Prosedural
berfungsi normal namun tidak memiliki kemampuan untuk mempelajari informasi
yang baru.

2. Amnesia
Salah satu orang yang pernah mengidap amnesia adalah Krickitt Carpenter.
Krickitt mengalami kecalakaan mobil yang mengakibatkannya koma selama
empat bulan. Ketika ia sadar, ia kehilangan memorinya, termasuk memori tentang
suaminya. Memori selama 2 tahun terakhir ketika ia berkenalan dengan suaminya
dan memutuskan untuk menikah dengannya telah terhapus akibat dari cidera otak
yang dideritanya. ia bahkan lupa cara berpakaian, gosok gigi hingga berjalan.
Dan kepribadiannya pun berubah menjadi pemarah, agresif, tidak sabar dan
sangat berlawanan dengan sikapnya sebelum kecelakaan. Meskipun telah
ditunjukan foto dan video pernikahannya, Krickitt tetap saja tidak dapat
mengingat sama sekali peristiwa tersebut. Kim, suami dari Krickitt selalu sabar
meskipun Krickitt tidak memiliki perasiaan yang sama seperti dulu. Kim selalu
berusaha agar Krickitt kembali mencintainya meskipun kini Krickitt telah berubah
menjadi seorang yang pemarah, agresif dan tidak sabaran. Sikap sabar dan rasa
sayang dan cinta dari Kim membuat Krickitt akhirnya menjadi luluh. Tiga tahun
setelah kecelakaan, mereka kembali menikah dan memulai menjalin hubungan
dari nol lagi dan membangun kenangan-kenangan yang baru lagi. Kisah mereka
berdua telah menginspirasi seorang produser film. Lalu produser film tersebut
membuat garapan film berjudul The Vow yang kisahnya mirip sekali dengan
kisah Kim dan Krickitt.
20
DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum.Bandung. CV. Pustaka Setia.


Sarwono, W. Sarlito. 2000. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh
Psikologi.
Retnowati, Endah. Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain
Metode Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.
Abdul, Halim Muhammad. Dkk. Keefektifan Teknik Mnemonic untuk
Meningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi pada
Siswa Kelas VIII SMP Al-Islam 1 Surakarta. HALIM et. al. / Keefektifan
Teknik Mnemonic Untuk Meningkatkan.

Leksono, Puji Putranto. The Effect Of Brain Gym to The Short Term Memory
Function Of Children From Low Economic Status Family. 2009.
Universitas Diponegoro Semarang.
Ali, Mohamad Zahidin, Mulyaningsih, Indrya. Teori Koneksionisme dalam
Pembelajaran Bahasa Kedua Anak Usia Dini. Journal Indonesian
Language Education and Literature Vol.1, No. 2, 2016
http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/

Syarifuddin, Ahmad. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Belajar dan


Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Fatah Palembang Jl. K.H. Zainal Abidin Fikri No. 1, km. 3,5 Palembang.

Mukhlis, Dkk. 2014. Konsep dan Teori Perkembangan. Cet. III Pekanbaru; Al-
Mujtahidah Press.

Mustikasari, Elita R. Funni. Memahami Memori.

Bhinnety, Magda. Struktur dan Proses Memori. Bulletin psikologi volume 16, no.
2, 74-88.

21

Anda mungkin juga menyukai