Anda di halaman 1dari 10

B.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian belajar

2. Apa saja jenis-jenis belajar

3. Apa saja teori-teori tentang belajar?

4. Apa saja prinsip-prinsip belajar?

5. Apa saja ciri-ciri belajar

Pembahasan

1. Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,bterlebih dahulu akan
dikemukakan bebrapa definisi.

.a Belajar adalah suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.

.b Definisi belajar menurut Hilgar dan Bower dalam bukunya “Theories of Learning” (1975), belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan.

.c Menurut Gagne dalam buku The Condition of Learning (1977) belajar terjadi apabila sesuatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.

.d Drs. M. Ngalim Purwanto, MP memberikan definisi belajar dari beberapa elemen :


- Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau tidak dianggap sebagai hasil belajar.
Seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

- Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.

- Belajar adalah perubahan relatif mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang
cukup panjang.
- Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik
maupun psikis. Seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
.e Morgan dalam buku Induction to Pshycologie(1978) mengemukakan adalah sikap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

.f Witherington, dalam buku Educational Pshycology, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Belajar itu membawa perubahan baik aktual maupun potensial .

2. Perubahan itu didapatkan dari kecakapan baru .

3. Perubahan itu terjadi karena usaha ( dengan sengaja ) .

2. Jenis-jenis Belajar

Keanekaragaman jenis belajar itu muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia
yang juga bermacam-macam.

1. Belajar Abstrak

Belajar Abstrak ialah belajar dengan menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan maslah-maslah yang tidak nyata. Dalam mempelajari
generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan
juga sebagian materi bidang agama seperti tauhid.

2. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat
diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis,
memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti shalat dan
haji.

3. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami maslah-masalah dan teknik-teknik untuk
memecahkan tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah
kelompok dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu belajar sosial juga
bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada
orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhan secara berimbang dan profesional.
4. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau
berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecagkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu
kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep prinsip-prinsip dan generalisasi serta Insight (titik
tilikanakal) amat diperlukan.

5. Belajar Rasional

Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai
dan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-
prinsip dan konsep-konsep. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional
problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan
strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988).

6. Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-
kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan gagasan. Tujuannya agar siswa memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras
dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).

7. Belajar Apresiasi

Belajar Apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya
adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam
hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra,
apresiasi musik, dsb.

8. Belajar Pengetahuan

Belajar Pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap
objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana
untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan Investigasi dan keperimen (Reber 1988).
Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman
terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam
mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratoium dan penelitian lapangan.

Teori-Teori Belajar
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan
penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.

Ada 4 macam teoeri yang sangat menonjol yaitu :

1. Koneksionisme
Teori koneksionisme (connctionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.
Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an, Eksperimen
Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Thorndike berkesimpulan bahwa belajar asalah hubungan antara stimulus dan respons menghasilkan
effect yang memuaskan, hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat disamping law of effect,
Thorndike juga mengemukakan dua macam hukum lainnya, yang masing-masing disebut law of
readiness dan law of exercise. Law of readiness (hukum kesiapsiagaaan) pada prinsipnya hanya
merupakan asumsi bahwa kepuasaan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction units
(satuan perantaraan). Law of exercisse (hukum latihan) ialah generalisasi atas law of use dan law of
disuse. Menurut Hilgard dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau
digunakan maka ekstensi perilaku tersebut akan semakin kuat (law of use). Sebaliknya, Jika perilaku tadi
tidak sering dilatih atau tidak digunakan maka akan terlupakan atau sekurang-kuranya akan menurun
(law of disuse).

2. Pembiasaan Klasik

Teori pembiasaan klasik (clasical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Parlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah
nobel pada tahun 1909. pada dasarnya, clasical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks
baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (terrace, 1973).

3. Pembiasaan Perilaku Respons

Operant adalah sejumlah perilaku atau respon yang memabawa efek yang sama terhadap lingkungan
yang dekat (reber, 1988). Tidak seperti dalam respondent conditioning terjadi tanpa didahului oleh
stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak
sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya s eperti dalam classical respondent Conditioning.

4. Teori Pendekatan Kognitif


Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam
pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental, seperti motivasi kesengajaan keyakinan dan sebagainya. Dalam perspektif
psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang
bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap
peristiwa belajar siswa.

Prinsip-prinsip Belajar

Banyak teori dan prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli . prinsip dan teori tersebut antara yang
satu dengan yang lain memiliki persamaan namun juga ada perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajarn, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru
dalam upaya meningkatkan metode mengajarnya. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut ini :

1. Prinsip Perhatian dan Motivasi


Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk
menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Perhatian mempunyai peranan yang penting
dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tidak mungkin terjadi belajar (Gagne and Berliner 1984 : 355). Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran
itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya.
Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut
perlu dibangkitkan perhatiannya.

Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Hamalik (2001), mengemukakan
bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).

Motivasi juga dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi
tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan :
a. Bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk
ikut serta dalam kegiatan belajar.
b. Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut.
c. Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

2. Prinsip Keaktifan
Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk
berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang
lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya
sebagai pembimbing dan pengarah. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal,
baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka
pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita
terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi (Gagne and Berliner, 1984 : 267).
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak
mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses
belajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisi, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam
belajar dengan hukum "law of exercise"nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan
berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya
latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering
berlatih maka akan semakin paham.

3. Prinsip Keterlibatan Langsung/Pengalaman

Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada
orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang
paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan (direct performance), bukan hanya
melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating), apalagi hanya mendengar cerita bagaimana
cara pembuatan tempe (telling). Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil
bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta
dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga
sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang
masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan
potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba,
menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri.

4. Prinsip Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori
ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat,
mengamati, manghafal, menanggapi, merasakan, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan
maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam,
maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna. Begitu pula
sebaliknya, semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat
perkembangannya.
Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat
pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya
pengulangan bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam
otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting
adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat
ringkasan.

5. Prinsip Tantangan

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam
suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan
itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan
belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut
teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri
anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus
menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk
mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar
secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangka.

6. Prinsip Balikan dan Penguatan

Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang
dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari
Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat
apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Artinya jika
suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika
perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi.
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya
baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku
yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku pada waktu yang lain. Sumantri
dan Permana (1999 : 274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan,
yaitu:
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik.

c. Menimbulkan perhatian peserta didik.


d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.

e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar.

7. Prinsip Perbedaan Individual

Peserta didik merupakan individu yang memiliki keunikan, yang mana masing- masing mempunyai
perbedaan yang khas dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar.
Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual
ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi,
tingkah laku maupun sikap. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi
dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat
melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka
guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karenanya, perbedaan
individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasik yang
dilakukan di sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan individual. Umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan
yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat klasikan
yang mengabaikan perbedaan-perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cara
yang dapat ditempuh oleh guru antara lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi
sehingga semakin besar memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang
perbedaan individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu belajar
bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang
memiliki kemampuan lebih dari yang lain.

Ciri-ciri Belajar
Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku. Menurut Syaifull Bahri Djamarah (2002:15) dan Moh
Surya (1997) belajar yang menghasilkan perubahan perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Belajar adalah Perubahan yang Terjadi Secara Sadar dan Disengaja (Intensional)

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.
Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin
meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa
sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari
tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.

2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional


Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang
bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang
mahasiswa belajar tentang Psikologi Pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam
Psikologi Pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya
sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia
menjadi guru.

3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif


Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang
mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam proses
belajar mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan
perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia
memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-
prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

4. Perubahan dalam Belajar Bersifat Aktif

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang Psikologi Pendidikan, maka
mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku Psikologi Pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang Psikologi Pendidikan dan sebagainya.
5. Perubahan dalam Belajar Tidak Bersifat Sementara (Permanen)

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang
melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan
keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
6. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar Psikologi Pendidikan,
tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan tentang Psikologi Pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan
memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan
memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
7. Perubahan mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk
memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang
teori-teori belajar. Di samping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang teori-eori belajar, dia
juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai teori-teori belajar. Begitu juga, dia
memperoleh keterampilan dalam menerapkan teori-teori belajar.

8. Perubahan dalam Belajar Berkesinambungan


Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang
hakekat belajar. Ketika dia mengikuti perkuliahan strategi belajar mengajar, maka pengetahuan, sikap
dan keterampilannya tentang hakikat belajar akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti
perkuliahan strategi belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai