1. Pengertian Belajar
1
3) H.C. Witherington dalam Educational Psychology
Menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau
suatu pengertian. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat dari pengalaman.
4) Harold Spears
Mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang
lebih detail. Menurut Spears learning is to observe, to read, to
imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction
(Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu
pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan.
5) Sementara Singer (1968)
Mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang
relatif tetap yang disebabkan praktek atau pengalaman yang sampai
dalam situasi tertentu.
6) Gagne (1977)
Pernah mengemukakan perspektifnya tentang belajar. Salah
satu definisi belajar yang cukup simple namun mudah diingat
adalah yang dkemukakan oleh Gagne: “Learning is relatively
permanent change in behavior that result from past experience or
purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku
yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu
ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/ direncanakan.
Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan
lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang
direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat
relatif menetap.
2
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya
terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1) bertambahnya
jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,
(3) ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan
dan mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai
pribadi. Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental
(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.
3
Dengan memahami kesimpulan di atas setidaknya belajar memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
4
berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah
kata dalam urutan yang tepat
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan
reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai
kesamaan.
6. Belajar konsep (concept learning).Belajar mengklasifikasikan
stimulus, atau menempatklan obyek-obyek dalam kelompok
tertentu ysng membentuk suatu konsep. (Konsep: satuan arti yang
mewakili sejumlah obyek yang memiliki kesamaan ciri).
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk
menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan
beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan
dalam bentuk kalimat.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini
merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih
tinggi (higher order rule).
5
4. Keterampilan motorik: seseorang belajar melakukan gerakan secara
teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya
adalah otomatisme, yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan
berjalan dengan lancar dan luwes.
5. Sikap: keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.
6
Bila digambarkan dalam bentuk matriks, maka taksonomi Bloom yang
direvisi oleh Anderson Dalam Revised Taxonomy.
Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang tujuan belajar yakni :
1. Fakta (factual knowledge): berisi unsur2 dasar yang harus dikethui siswa
jika mereka akan diperkenalkan dengan satu mata pelajaran tertentu atau
untuk memecahkan suatu masalah tertentu (low level abstraction)
2. Konsep (conceptual knowledge): meliputi skema, model mental atau teori
dalam berbagai model psikologi kognitif.
3. Prosedur (procedural knowledge): pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau langkah2
yang harus diikuti.
7
4. Metakognitif (metacognitive knowledge): Pengetahuan tentang
pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu & pengetahuan
tentang pemahaman pribadi seseorang.
8
4) pengorganisasian (organization): meliputi memilah dan
menghimpun system nilai yang akan digunakan, misalnya
berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai
yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan
dan lain-lain
5) karakterisasi (characterization): karakteristik meliputi
perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai
yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya
hidup seseorang sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang
jujur; keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang
sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana.
9
9. Belajar dan Penerimaan Informasi
10
b. Lakukan pengulangan dengan berbicara keras dengan cukup sering.
Buatlah kalimat lengkap dengan kata-kata sendiri.
c. Bicaralah dengan suara keras.
d. Bentuklah kelompok belajar, sehingga kita dapat bertanya, dan
berlatih menyampaikan pemahaman kita secara lisan.
e. Bila mengikuti kuliah, fokuslah untuk memperhatikan dosen.
f. Terangkan secara lisan apa yang kita pelajari kepada seorang yang
imajiner. Penjelasan lisan ini merupakan umpan balik terhadap
tingkat pemahaman kita.
g. Ciptakan nada-nada lagu untuk mengingat informasi tertentu.
11
Pertama, ada semacam dorongan rasa ingin tahu yang kuat.
Dorongan ini berasal dari dalam dirinya untuk mengetahui sesuatu . Biasanya
rasa ingin tahu ini diwujudkan dengan munculnya sejumlah pertanyaan-
pertanyaan.
12
mendorong seseorang untuk belajar. Hampir bisa dipastikan tidak mungkin
seseorang mau belajar tanpa ada cita-cita terlebih dahulu.
Kedelapan, sebagian orang ada yang mau belajar hanya karena untuk
mengisi waktu luang. Hal ini terjadi karena adanya waktu luang yang belum
bisa dimanfaatkan dengan baik oleh orang tersebut, karena itu untuk mengisi
kegiatan ia mau mengisi waktu luangnya dan digunakan untuk belajar sesuatu
yang dinilainya bermanfaat.
a) Belajar Responden
Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam
belajar seperti ini, suatru respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang
telah dikenal. Atau suatu bentuk belajar dengan memberikan stimulus
sehingga muncul suatu respon dari peserta didik. Beberapa contoh belajar
responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli
psikologi Rusia yang terkenal Ivan P. Pavlov.
Contoh : saat guru bahasa inggris masuk kelas. Maka terlebih
dahulu menanyakan kabar How are you my student? Maka guru menulis
dipapan tulis terlebih dahulu kalau ada pertanyaan How are you my
student maka jawabannya adalah “I am fine, thank you”. Awal
pertemuan masih menggunakan bantuan tulisan di papan tulis agar
peserta didik bisa merespon stimulus yang diberikan. Dan jika stimulus
berupa pertanyaan tersebut dilakukan setiap awal pertemuan maka
13
setelah beberapa kali dilakukan pendidik tidak perlu lagi menulis dipapan
tulis karena peserta didik sudah bisa merespon stimulus yang diberikan.
b) Belajar Operant
c) Belajar Observasional
14
ditunjukkan orang lain diduplikasi. Bisa saja si pengamat justru
melakukan sesuatu yang sebaliknya dari yang dilakukan model karena ia
telah mempelajari konsekuensi dari perilaku tersebut pada si model.
Dalam hal ini adalah belajar untuk tidak melakukan sesuatu dan ini
berarti terjadi belajar observasional tanpa adanya imitasi.
d) Belajar Kontiguitas
e) Belajar Kognitif
Dalam belajar kognitif mengatakan bahwa proses-proses
kognitif yang terjadi selama belajar, proses-proses ini menyangkut
15
“insight”, atau berfikir dan “reasoning”, atau menggunakan logika
deduktif dan induktif.
Novak and Gowin (1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat
atau cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah
diketahui oleh siswa. Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar
Ausabel. Ausabel sangat menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep
yang telah dimiliki oleh siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung.
Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-
konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak) siswa. Bila
dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep relevan, pengetahuan
baru yang telah dipelajari hanyalah hapalan semata.
16
penerimaan/penemuan dan dimensi belajar bermakna/ hapalan. Berlangsung
atau tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur-struktur kognitif
yang ada, serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna, dan
kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.
17
sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka
siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Dengan mengacu pada peta konsep maka guru dapat membuat suatu
program pengajaran yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa
terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya serap siswa berdasarkan
menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa akan
lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-
konsep yang telah dipelajarinya.
18
konsep sederhana yang membentuk proposisi yang sahih tentang konsep
”langit” dan ”biru”. Dengan demikian siswa dapat mengorganisasi konsep
pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara
komponennya. Hubungan satu konsep (informasi) dengan konsep lain disebut
proposisi. Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas
dalam bab yang bersangkutan. Konsep yang dinyatakan dalam bentuk istilah
atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata
penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi
mengandung dua konsep dan kata menghubung. Konsep yang satu
mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata
lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Keseluruhan
konsep-konsep tersebut disusun menjadi sebuah tingkatan dari konsep yang
paling umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep yang paling
khusus. Tingkatan dari konsep-konsep ini disebut dengan hierarki.
19
2) Hierarki, adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai
konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang
lebih umum dituliskan di atas dan konsep yang lebih khusus
dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika urutan
penenmpatan konsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih
diberi skor 5.
3) Kaitan silang, adalah hubungan yang bermakna antara suatu
konsep pada satu hierarki dengan konsep lain pada hierarki yang
lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata
penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep
pada hierarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang
dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung
yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara
kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan
silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan
silang yang kurang sahih diberi skor 2
4) Contoh, adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai
dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh
tersebut tidak dituliskan di dalam kotak karena contoh bukanlah
konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.
20
2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari
suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah
yang memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar
konsep-konsep.
3. Cara menyatakan hubungan antar konsep-konsep. Tidak semua
mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa
konsep yang lebih umum dari pada konsep-konsep yang lain.
4. Hirarki, Bila dua atau lebih konsep yang digambarkan di bawah
suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hirarki pada peta
konsep itu.
21
g. Setelah seluruh peta konsep terbentuk, menandai konsep khusus
yang terutama menarik bagi siswa atau tingkat kesulitannya tepat
bagi siswa.
22
panca indra, juga otak melakukan proses Asimilasi pengetahuan baru
terhadap pengetahuan yang sudah mengendap sebelumnya.
Setelah peta konsep itu jadi, maka kemampuan otak kanan secara
visual dan holistik serta Gestalt yang memicu “Kayaknya ada yang kurang
dan saya bisa tambahkan lebih lanjut” akan meneruskan pengembangan peta
tersebut. Kemampuan alami otak kanan yang Random akan tersalurkan ketika
ada sebuah konsep baru muncul, maka otak kiri mulai bekerja menganalisa
sebaiknya diletakkan di mana.
Ketika melihat peta secara keseluruhan dari jauh maka otak kanan
bekerja (seperti seseorang menilai/ mengagumi lukisan) dan ketika tertarik
pada suatu lokasi maka otak kiri mulai bekerja secara logis dan analitik.
Sinergis antara dua belahan otak kanan dan kiri inilah yang membuat
mengapa Peta Konsep itu sedemikian powerfulnya. Harus sering
menggunakan baru bisa merasakan manfaatnya. Karena sepintas peta konsep
yang digambar secara manual berantakan tidak beraturan.
23
dari tiap-tiap kelompok untuk menampilkan peta konsepnya di papan tulis
untuk dikritik secara bersama-sama untuk menghindari miskonsepsi.
24
4. Membantu siswa menghindari miskonsepsi.
5. Membantu untuk mempelajari sains secara bermakna.
6. Secara tidak langsung mengajak siswa belajar kooperatif.
7. Bagi pengembang dan perencana kurikulum, peta konsep
dapat digunakan untuk memilah-milah konsep-konsep
yang penting dan konsep-konsep yang tidak penting.
8. Bagi lingkungan, peta konsep membantu siswa memahami
peranannya sebagai pelajar, juga menjelaskan peranan
guru serta menciptakan iklim belajar yang saling
menghargai antara guru dan siswa. Peta konsep dapat juga
membantu guru dan siswa dalam bekerja sama untuk
mengatasi informasi-informasi yang keliru atau tidak
bermakna.
25