Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu


perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai
dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau
tidaknya belajar itu tergantung kepada macam-macam faktor yang mempengaruhi
belajar.

Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar


dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.

Tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa
bila Guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-
hal seperti berikut, diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang
belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan
setengah hati, bahkan ada juga siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari
itu, sebagai Guru yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar
dengan baik.

Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar


seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan,
maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian
ketika Guru mengajarkan topik tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia
bercita-cita menjadi seorang ahli. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa
pengetahuan tentang masalah-masalah belajar dalam faktor-faktor belajar
merupakan hal yang sangat penting diketahui bagi seorang Guru dan calon Guru.

1
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hakikat belajar?
2. Apa saja jenis-jenis belajar ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian belajar
2. Menjelaskan jenis-jenis belajar
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat belajar


Dalam bahasa Arab, belajar sepadan dengan kata ta'allum.
Sebagaimana tercantum dalam Al-qur'an surah Al-Baqarah:102 kata
belajar menggunakan kata ta'allum yaitu proses penangkapan dan
penyerapan pengetahuan yang bersifat maknawi serta berpengaruh
terhadap perilaku.
Menurut Muhammad Baqir kata ta'allum adalah sebuah proses
penyerapan informasi tanpa batas. Ketika kita memperhatikan seorang
pembuat lemari sedang menyerut kayu, saat itulah, menurut Baqir kita
sedang belajar.1
Beberapa pengertian belajar dapat kita lihat sebagai berikut :
1. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru, berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
3. Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan,dan
sikap baru.
4. Belajar adalah proses munculnya atau berubahnya suatu perilaku
karena adanya respons terhadap suatu situasi.

1
H. Mahmud. Psikologi Pendidikan. 2010.Bandung: CV Pustaka Setia.hlm.61,66

3
5. Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil
dari pengalaman.
Dalam pengertian psikologi, belajar merupakan suatu proses yang
bersifat internal. Perubahan yang menjadi fokus dalam pengertian belajar
tidak dapat dilihat dengan kasat mata, ia terjadi dalam diri seseorang yang
sedang mengalami proses belajar. Proses perubahan tersebut terjadi pada
wilayah sikap, kecerdasan motorik dan sensorik, serta keadaan psikis.
Adapun yang dapat dilihat dengan kasat mata adalah hasil perubahannya.
Pengertian belajar terkadang ditabukan dengan pengertian teknik
belajar. Padahal, teknik belajar lebih bersifat nyata. Seperti menulis atau
membaca, itu adalah teknik belajar. Teknik belajar diterjemahkan oleh
Thabathaba'i (1991) dengan seni belajar yang bersifat konkret. Sementara
itu, belajar dalam ranah psikologi adalah proses perubahan secara internal.
Dengan demikian belajar bersifat abstrak.2
Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak
dalam hal berikut:
1. Kebiasaan, seperti peserta didik belajar bahasa berkali-kali agar supaya
ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan, seperti menulis dan olahraga, meskipun sifatnya
motorik, akan tetapi keterampilan tersebut memerlukan koordinasi
gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamanan, yaitu proses menerima,menafsirkan,dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indra-indra secara objektif sehingga
peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif,yaitu berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis.

2
H. Mahmud. Psikologi Pendidikan. 2010.Bandung: CV Pustaka Setia.hlm.61,66

4
6. Sikap,yaitu kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan
cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi, yaitu menghindari hal-hal yang mubadir.
8. Apresiasi, yaitu menghargai karya-karya bermutu.
9. Perilaku efektif, yaitu perilaku yang bersangkutan dengan perasaan.
Jadi, belajar bukan sekedar penyerapan informasi. Lebih dari itu,
belajar adalah proses pengaktifan informasi. Ia melibatkan upaya
pengaksesan informasi dan penyimpananya di dalam memory
terdalam. Proses penyimpanan informasi merupakan satu bagian dari
proses belajar.3

B. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar, dikenal bermacam-macam kegiatan yang memiliki
corak yang berbeda antara satu dengan lainnya. Keanekaragaman jenis belajar ini
muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia
yang juga bermacam-macam.4

1. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemacahan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal abstrak
diperlukan peranan akal yang sangat kuat, disamping penguasaan materi
atau prinsip, konsep, dan generalisasi. Misalnya belajar matematika, kimia,
astronomi, dan juga sebagian materi bidang studiagama seperti tauhid.
2. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-
gerakan motorik, yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot/ neuromuscular. Tujuannnya adalah memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu. Misalnya belajar jenis ini adalah belajar
3
H. Mahmud. Psikologi Pendidikan. 2010.Bandung: CV Pustaka Setia.hlm.61,66

4
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 162-165

5
olahraga, musik, menari dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti
ibadah shalat dan haji.
3. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-
masalah dan tekhnik-tekhnik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, kelompok
dan masalah yang bersifat kemasyarakatan.
4. Belajar Pemecahan Masalah

Pelajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar


menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistemati, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannnya adalahuntuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugasdan
tuntas. Dalam hal ini, hampi semua bidang studi dapat dijadikan sarana
belajar pemecahan masalah seperti matematika dan IPA sangat dianjurkan
menggunakan model dan strategi mengajar yang beriorentasi pada cara
pemecahan masalah (Lawson, 1991).5

5. Belajar Rasional
Pelajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan
berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannnya
ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-
prinsip dan konsep-konsep. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan
memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan
pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1998).6

6. Belajar Kebiasaan

5
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 162-165

6
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suritauladan dan
pengalamankhusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya
agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu. Selain itu, arti tepat dan positif diatas ialah selaras
dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius
maupun tradisional dan kultural.
7. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti
penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh
dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam
hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu
misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.7
Bidang-bidang studi ytang dapat menunjang tercapainya tujuan
belajar apresiasi antara lain; bahasa dan sastra, kerajinan tangan
(prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang studi ini, bidang
studi agama juga memunkinkan untuk digunakan sebagai alat
pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal baca tulis Al-Qur’an
dan lain-lain.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan
belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah
informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan, tertentu yang biasa lebih
rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya
dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.

7
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 162-165

7
Contoh: kegiatan siswa dalam bidang studi fisika, mengenai
”gerak” menurut hukum Newton I. Dalam hal ini siswa melakukan
eksprimen untuk membuktikan bahwa setiap benda tetap diam atau
bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang
mempengaruhinya.

C. Faktor Fakto yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa dapat kita


bedakan menjadi 3 macam, yakni:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach toh learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi materi pelajaran.8

Faktor faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving
terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal)
umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang berintelegensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya,
(faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor
tersebut di ataslah,muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi
tinggi) dan underachievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.

Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional


diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan

8
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 173

8
berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses
belajar mereka.

1. Faktor internal siswa


Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni:
1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai


tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu,
siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang bisa
terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.9

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra


pendengar dan penglihat, juga sanagt mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Untuk mengatasi kekurang sempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-
siswa tertentu ialah dengan menempatkan mereka di deretan bangku terdepan
secara bijaksana.

b. Aspek Psikologis

Banyak aspek yang termasuk aspek psikologis yang dapat


mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan dan pembelajaran siswa.
Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang
lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kecerdasan/intelegensi
siswa; 2) sikap siswa; 3)bakat siswa; 4)minat siswa; 5) motivasi siswa.

c. Intelegensi Siswa
9
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 174

9
Intelegensi pada umumnya, dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau tepat (Reber, 1998). Jadi, intelegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-
organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Hal ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka
semakin besar pula peluangnya untuk menuju kesuksesan. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh kesuksesan. 10

d. Sikap Siswa
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu
berbeda satu sama lain. Trow mendefinisiskan sikap sebagai suatu kesiapan
mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.
Disini trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang
erhadap sesuatu objek.11 Sementara itu Allpot seperti dikutip oleh Gaple
mengemukakakn bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang
tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada
renspons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan
dengan objek itu. Definisi sikap menurut Allpot ini menunjukkan bahwa sikap
itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk
mealalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon
seseorang.
Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata
pelajaran yang anda sajika merupakan pertanda awal yang baik bagi proses
belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negative siswa terhadap anda dan
mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata
pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk
mengantisipasi kemungkinanan munculnya sikap negatif siswa, guru dituntut

10
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 176-177
11
Prof. Dr. H. Djaali.Psikologi Pendidikan.2009.Jakarta.PT Bumi Aksara.hlm 114

10
untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan
terhadap mata pelajaran yang menjadi vaknya.
e. Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang


dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Chaplin, 1993; Reber, 1998). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.12

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai


kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Sehubungan dengan hal diatas,
bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang
studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila
orangtua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada
jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat anaknya
tersebut.

f. Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara dii sendiri
dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat dengan hubungan
tersebut, semakin besar minatnya.
Menurut Reber(1998), minat tidak termasuk istilah popular dalam
psikologi, karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal
lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun, terlepas dari masalah popular atau tidak, minat yang seperti dipahami
dan dipakai oleh prang selama ini, dapat mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

12
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 178-179

11
g. Motivasi Siswa
Motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu
guna pencapaian suatu tujuan. Sementara Greenberg menyebutkan bahwa
motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan
prilaku arah suatu tujuan. 13
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsic; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsic adalah keadaan yang berasal dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi
intrinsic siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi ersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Pujian/hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, dan setrusnya merupakan
contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk
belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemnagatnya
siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik
disekolah maupun dirumah.
2. Faktor Eksternal siswa

Seperti faktro internal siswa, faktor eksternnal siswa juga terdiri atas
dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsional.

A. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para gurr
yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan

13
Prof. Dr. H. Djaali.Psikologi Pendidikan.2009.Jakarta.PT Bumi Aksara.hlm 101

12
memerhatikan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya
dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya,yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan
kumuh yang serba kekurangan dan anak-penganggur, misalnya, akan
sangat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan
belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orag
tua ,praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dambak
baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai oleh
siswa . Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam
mengelola keluarga (family managemen practices) yang keliru,
seperti kelalaian orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat
menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak
tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku
menyimpang, terutama perilaku menyimoang yang berat seperti
antisosial (Patterson dan Loeber, 1984).14
B. Lingkungan Non Sosial
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsional ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.
Contoh: Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta
perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk
kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk
berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi.

14
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 181-183

13
Kondisi rumah dan perkampungan seperti iti jelas berpengaruh buruk
terhadap kegiatan belajar siswa.
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time
preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.
Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif
dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut
penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu
tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada
pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (duun et al
1986). Di antara siswa ada yang siap belajar pada pagi hari,ada pula
yang siap pada sore bahkan tengah malam.
Dengan demikian waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang
selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, tak perlu di hiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam
belajar melainkan kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap,
mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan
yang di pelajari siswa tersebut.

3. Faktor Pendekatan Belajar


Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang
lebar pada subbab sebelumnya, dapat dipahami keefektifan segala cara
atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses belajar materi tertentu.15
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagai mana
yabg telah di paparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

15
Haryu Islamuddin,Psikologi Pendidikan.2011.Jember.STAIN Jember Press.hlm 183

14
Dalam bahasa Arab, belajar sepadan dengan kata ta'allum.
Sebagaimana tercantum dalam Al-qur'an surah Al-Baqarah:102 kata
belajar menggunakan kata ta'allum yaitu proses penangkapan dan
penyerapan pengetahuan yang bersifat maknawi serta berpengaruh
terhadap perilaku. Menurut Muhammad Baqir kata ta'allum adalah sebuah
proses penyerapan informasi tanpa batas. Ketika kita memperhatikan
seorang pembuat lemari sedang menyerut kayu, saat itulah, menurut Baqir
kita sedang belajar.
Jenis-Jenis Belajar anatar lain, yaitu Belajar abstrak, belajar
keterampilan, belajar sosial, belajar pemecahan masalah, belajar rasional,
belajar kebiasaan, belajar apresiasi, belajar pengetahuan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu yang
pertama faktor internal yang meliputi aspek fisiologis, aspek psikologis,
intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa.
Dan yang kedua yaitu faktor eksternal yang meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial. Dan yang ketiga yaitu faktor pendekatan belajar
yang juga sangat berpengaruh terhadap taraf keberhasilan siswa dalam
belajar.
B. Saran

Sebagai manusia biasa penulis merasa banyak memiliki kesalahan


dan penyusunan makalah ini. Untuk melengkapi kekurangan dalam makalah
ini penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca beberapa buku
tentang psikologi pendidikan yang berisi tentang belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

15
Islamuddin, Haryu. Psikologi Pendidikan. 2011. Jember.STAIN
Jember Press.
Mahmud, Haji. Psikologi Pendidikan. 2010. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Djali, Haji . Psikologi Pendidikan. 2009. Jakarta. PT Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai