Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar IPA


1. Hakikat Hasil Belajar
a. Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. (Fudyartanto, 2002).
Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Menurut R.Gagne (1989), belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993 :
4), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Sementara menurut E.R Hilgard (1962), belajar
adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap
lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh
melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa
belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam
diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan
sebagainya.
Sementara Hamalik (2003) menjelaskan bahwa
belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku
melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu
hasil atau tujuan.
Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel
(2002) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif antara seseorang dengan llingkungan,
dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap
yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubhan if tetap baik dalam berpikir, merasa,
maupun dalam bertindak.
2) Tujuan Belajar
Sadirman (1994: 28-30) menyatakan bahwa tujuan
belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai.
Tujuan belajar berarti akan menghasilkan sesuatu yang
disebut sebagai hasil belajar. Dari tiga tujuan belajar
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Mendapatkan Pengetahuan
Belajar ditandai dengan kemampuan berfikir yang
bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan dan kemampuan berfikir tidak dapat
dipisahkan.seseorang tidak dapat mengembangkan
kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan,
sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya
pengetahuan. Tujuan belajar inilah yang memiliki
kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam
kegiatan belajar.
b) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga
memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat
dibedakan menjadi keterampilan jasmani dan
keterampilan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah
keterampilan–keterampilan yang dapat dilihat, diamati,
sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan
gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang
sedang belajar. Keterampilan rohani lebih rumit, karena
tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah
keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung
pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, penghayatan dan
keterampilan berfikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau
konsep. Keterampilan dapat dididik dengan banyak
melatih kemampuan.
c) Pembentukan Sikap
Guru dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan
pribadi anak didik, harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya. Guru membutuhkan kecakapan
mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh
atau model. Dalam interaksi belajar mengajar guru akan
senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua
perilakunya oleh para siswa.
Guru didalam lingkup pendidikan mempunyai tugas
untuk membentuk sikap mental dan perilaku siswa,
tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai,
transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak hanya
sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik
yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada
siswanya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan
tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk
mempraktekkan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya.
3) Ciri-ciri Belajar
Adapun ciri-iri belajar, yaitu :
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
(change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar
hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya
perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah
laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada
tidaknya hasil belajar.
2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk
waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-rubah. Tetapi,
perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati
pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan
perilaku tersebut bersifat potensial.
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat
atau dorongan untuk mengubha tingkah laku.
4) Prinsip-prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang
guru perlu memerhatikan beberapa prinsip belajar sebagaiman
yang disebutkan oleh Soekamto dan Winatapura, 1977 sebagai
berikut :
1) Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,
bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak
aktif.
2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila medapat
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajar.
4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang
dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia
diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas
belajarnya.
5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach
Bapemsi, faktor-faktor serta kondisi yang mendorong
perbuatan belajar bisa diringkas sebagai berikut:
1) Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis,
pengalaman dasar).
2) Penguasaan alat-alat intelektual.
Kecakapan-kecakapan intelektual sebenarnya berfungsi
sejak awal kehidupan. Biasanya digunakan oleh individu
ketika mengahadapi tuntuntan-tuntutan lingkungan seperti
bahasa bilangan, membaca, menulis, pengertian-pengertian
kwantitatif tingkat tinggi, mengarang, bahasa asing dan
logika. Latihan-latihan yang terpencar. Belajar akan lebih
efektif apabila periode latihan disusun terpencar, belajar 6
jam sehari akan lebih baik dipendekken menjadi 3 hari, tiap
hari 2 jam.
3) Penggunaan unit-unit yang berarti.
Belajar dikehendaki adanya pola sambutan, pola ini harus
mengandung arti dan dapat pula berarti dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Latihan yang aktif.
Sesorang tidak bisa belajar berenang, menulis, berbicara
bahasa asing, menari dan sejenisnya, hanya dengan melihat
orang lain melakukan hal-hal tersebut. Tetapi individu
hanya bisa belajar sesuatu dengan mengerjakan/ melakukan
sendiri atau berpikir sendiri.
5) Kebaikan bentuk sistem.
6) Efek penghargaan (reward) dan hukuman.
7) Tidakan-tindakan pedagogis.
8) Kapasitas dasar.

Menurut Slameto , faktor-faktor yang mempengaruhi belajar


ada dua yaitu:

1) Faktor Intern
a) Faktor jasmaniah: faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis : intrligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan.
2) Faktor Ekstern
a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan.
b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standard
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat,
massa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.

Dari faktor-faktor diatas menurut para ahli,peneliti


sependapat bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada
faktor intern dan ekstern.

b. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas
dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007:39)
yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi paelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang
relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.
Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
2) Macam-macam Hasil Belajar
Susanto (2011; 6) berpendapat bahwa hasil belajar meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses
(aspek psikomotor), dan sikap siswa (afektif). Untk lebih
jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pemahaman Konsep
Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) berpendapat bahwa
pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari
atau dapat diartikan seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana
siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca,
yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa
hasil penelitian atau obeservasi langsung yang ia
lakukan.
b) Ketrampilan Proses
Usman dan Setiawati (dalam Susanto,2013: 6)
mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan
keterampilan yang mengarah kepada pembangunan
kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam
diri individu atau siswa. keterampilan berarti
kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil
tertentu , termasuk kreativitasnya. Dalam melatih
keterampilan proses dapat dikembangkan pula sikap-
sikap, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung
jawab, dan disiplin.
c) Sikap
Sudirman (dalam Susanto, 2013: 11) berpendapat
bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk
melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan
terknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu-individu maupun objek- objek tertentu. Sikap
merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan
seseorang.
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalyono (1997: 55) berpendapat bahwa belajar merupakan
suatu tindakan untuk mecapai suatu tujuan yang berupa
hasil belajar. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari
dalam diri seseorang (faktor internal) dan berasal dari luar
diri seseorang (faktor eksternal)
a) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang memegaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan,
minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan
(Susanto, 2011: 12).
(1) Kecerdasan atau Inteligensi
Kemampuan inteligensi seseorang sangat
memepengaruhi terhadap cepat dan lambatnya
penerimaan informasi serta terpecahkan atau
tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa
sangat membantu pengajar untuk menentukan
apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang
diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa
setelah mengikuti pelajaran yang diberikan
meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya
(Susanto, 2011: 15).
(2) Minat
Minat belajar dapat timbul karena disebabkan oleh
beberapa hal , antara lain karena keinginan yang
kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh
pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan
bahagia. Minat belajar yang besar cenderung
menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat
belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi
yang rendah (Dalyono, 1997: 56).
(3) Kemauan Belajar
Guru mempunyai tugas untuk membuat anak
menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar.
Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa
tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh
positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.
Kemauan belajar merupakan salah satu penentu
dalam mencapai keberhasilan belajar (Susanto,
2011: 16).
(4) Kondisi Fisik atau Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Apabila
seorang siswa memiliki masalah terhadap
kesehatannya maka dapat mengakhibatkan tidak
bergairah untuk belajar dan akan mengganggu atau
mengurangi semangat belajar (Dalyono, 1997: 55).
b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari

luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar

yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan.


Dari faktor eksternal diatas dapat dijelaskan sebagai

berikut:

(1) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan

dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil

belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini

diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainnya tujuan-tujuan belajar yang telah

direncanakan. Faktor instrumental berupa

kurikulum, sarana dan guru (Rusman, 2016: 68).

(2) Faktor Keluarga

Keluarga adalah tempat yang penting bagi

perkembangan seseorang. Lingkungan ini sangat

mempengaruhi kegiatan belajar. Keadaan yang

terjadi didalam keluarga dapat memberi dampak

terhadap aktivitas belajar siswa (Baharuddin dan

Wahyuni, 2008: 27).

(3) Faktor Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut

mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.

Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian

kurikulum dengan kemampuan anak, fasilitas

sekolah, pelaksanaan tata tertib, semua ini turut


mempengaruhi keberhasilan belajar anak (Dalyono,

1997: 59)

(4) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil

belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan

fisik dan lingkungan sosial.

(5) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang terdiri dari

berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai

macam latar belakang pendidikan. lingkungan

masyarakat akan ikut mempengaruhi kepribadian

siswa. kehidupan modern dengan keterbukaan serta

kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk

oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga

dan sekolah.

2. Hakikat IPA

a. Pengertian IPA

IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta

melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran

sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Pembelajaran sains

juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang berdasarkan

pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan

sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Pembelajaran


IPA disekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana

dan bukan hafalan terhadap kumpulan koknsep IPA (Susanto,

2013: 170)

IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang


sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di dalam ini
(Sukarno, 1973).
Subiyanto, 1988 (dalam, Asih dan Eka 2014: 23) menyatakan
bahwa definisi IPA adalah sebagai berikut:
1) Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta
yang tersusn secara sistematis dan menunjukkan berlakunya
hukum-hukum umum.
2) Pengetahuan yang didapatakan dengan jalan studi dan
praktik.
3) Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi
dan klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan disusunnya
hukum umum dengan induksi dan hipotesis.

Menurut Sukarno dalam Wisudawati dan Sulistyowati (2017:


23) IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.
Pembelajaran IPA mengutamakan pada suatu proses penelitian
dan pemecahan masalah.

Dari Beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan definisi


IPA adalah

b. Karakteristik Pembelajaran IPA


1) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA
dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan
menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya.
2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam.
3) IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh
atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
dengan melakukan observasi,eksperimentasi,penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain .
4) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling
berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah
berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi,
yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih
lanjut.
5) IPA meliputi empat unsur, yaitu: produk, proses, aplikasi
dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan
hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian
hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan
penarikan (Kusnin 2007:41)
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air,
tanah, dan batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat
sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-
benda labit lainnya.
4) Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya.
5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan
pelestariannya (Garnida dan Budiman, 2002: 254).

Adapun tujuan pembelajaran sains di SD/MI dalam Badan


Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan
untuk:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan kebeadaan, keindahan, dan
keteraturan alam citptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan an pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari- hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi an masyarakat.
4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
3. Suhu dan Kalor
Kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak akan
lepas dari pengaruh suhu dan kalor. Misalnya pada gelas yang diisi
air panas maka akan terasa hangat, atau pada besi yang diletakkan
diluar ruangan dan terkena sinar matahari akan terasa panas.
Perpindahan energi dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda
yang bersuhu lebih rendah disebut dengan kalor. Sedangkan suhu
merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau
benda. Perubahan suhu akan menyebabkan suatu benda dapat
memuai pada siang hari dan menyusut pada malam hari
(Sumarsono, 2009: 134).
4. Metode Scramble
a. Pengertian Metode Scramble
Menurut Rober B. Taylor 2001 dalam Huda (2013: 303-304),
scramble merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa.
Metode ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak
kanan dan otak kiri. Dalam metode ini, mereka tidak hanya
diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan
cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam
menjawab soal menjadi salah satu kunci permainan metode
pembelajaan scramble. Skor siswa ditentukan oleh seberapa
banyak soal yang benar dan seberapa cepat soal-soal tersebut
dikerjakan.
Menurut Shoimin (2014 : 166) metode scramble adalah metode
pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban
dan menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara
membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai
dengan alternatif jawaban yang tersedia.
Menurut Kokom Komalasari (2010: 84) mengemukakan bahwa
scramble merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa
mencari jawaban terhadap suatu konsep secara kreatif dengan
cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga
membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep.
Suyatno (2009: 72) berpendapat bahwa scramble adalah suatu
metode belajar yang menggunakan kartu soal dan kartu
jawaban yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.
Metode scramble menjadi alternativ proses belajar mengajar
yang didasarkan pada prinsip “belajar sambil bermain”, dimana
siswa melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur
bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah diacak
susunannya
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metode scramble adalah metode pembelajaran yang mengajak
siswa belajar kreatif dan mampu berpikir cepat serta
meningkatkan konsentrasi. Metode pembelajaran kooperatif
tipe scramble menuntut siswa untuk dapat mencari dan
menyusun huruf-huruf yang telah disediakan untuk menjadi
sebuah jawaban.
b. Macam-Macam Metode Scramble
Menurut Shoimin (2014: 166-167) Metode Scramble
merupakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk
menemukan jawaban dan menyelesaikan permasalahan yang
ada dengan cara membagikan lembar soal dan lembar jawaban
yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Scramble
dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan
latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran
kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas
bermacam-macam bentuk, yakni :
1) Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-
kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya
sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna,
misalnya :
Tpeian = Petani
Kberjae = Bekerja
2) Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun
kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya
logis, bermakna, tepat, dan benar. Contohnya :
Pergi – aku – bus – ke – naik – Bandung = aku pergi ke
Bandung naik Bus
3) Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun
wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil
susunan wacana hendaknya logis dan bermakana.
c. Langkah-Langkah Metode Scramble
Langkah-langkah dalam metode scramble menurut Huda
(2013: 304 - 305) adalah sebagai berikut :
1) Guru menyajikan materi sesuai topik, misalnya guru
menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”.
2) Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru
membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak
susunannya.
3) Guru memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal.
4) Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang telah
ditentukan guru.
5) Guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan
siswa.
6) Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib
mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. Dalam hal ini,
baik siswa yang selesai maupun tidak selesai harus
mengumpulkan jawaban itu.
7) Guru melakukan penilaian, baik di kelas maupun di rumah.
penilaian dilakukan berdasarkan seberapa cepat siswa
mengerjakan soal dan seberapa banyak soal yang ia kerjakan
dengan benar.
8) Guru memberi apresiasi dan regkonisi kepada siswa-siswa
yang berhasil, dan memberi semangat kepada siswa yang
belum cukup berhasil menjawab debngan cepat dan benar.

Sedangkan menurut shoimin (2014: 167-168) berpendapat


bahwa langkah-langkah dalam metode scramble adalah sebagai
berikut :

1) Persiapan
Pada tahap ini guru menyiapkan bahan dan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Media yang digunakan
berupa kartu soal dan kartu jawaban, yang sebelumnya
jawaban telah di acak sedemikian rupa. Guru menyiapkan
kartu-kartu sebanyak kelompok yang telah dibagi. Guru
mengatur hal-hal yang mendukung proses belajar mengajar
misalnya mengatur tempat duduk sesuai kelompok yang
telah dibagi ataupun memeriksa keisapan siswa belajar dan
sebagainya.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan dalam tahap ini adalah setiap masing-masing
kelompok melakukan diskusi untuk mengerjakan soal dan
mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Sebelumnya
jawaban telah diacak sedemikian rupa.
Guru melakukan diskusi kelompok besar untuk menganalisis
dan mendengar pertanggung-jawaban dari setiap kelompok
kecil atas hasil kerja yang telah disepakati dalam masing-
masing kelompok kemudian membandingkan dan mengkaji
jawaban yang tepat dan logis.
3) Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut tergantung dari hasil belajar siswa.
Contoh kegiatan tindak lanjut antara lain :
(a) Kegiatan pengayaan berupa pemberian tugas serupa
dengan bahan yang berbeda.
(b) Kegiatan menyempurnakan susunan teks asli, jika
terdapat susunan yang tidak memperlihatkan kelogisan.
(c) Kegiatan mengubah materi bacaan (memparafrase atau
menyederhanakan bacaan).
(d) Mencari makna kosakata baru di dalam kamus dan
mengaplikasikan dalam pemakaian kalimat.
(e) Membetulkan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang
mungkin ditemukan dalam teks wacana latihan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah metode scramble adalah

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble


Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan begitu juga dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe scramble. Menurut Huda (2013: 306) metode
pembelajaran kooperatif tipe scramble ini memiliki kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe scramble
1) Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.
2) Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dengan
jawaban acak.
3) Melatih kedisiplinan siswa.

Kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe scramble:

1) Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya.


2) Siswa tidak dilatih untuk berpikir kreatif.
3) Siswa menerima bahan mentah.

Sedangkan menurut Shoimin (2014: 168-170) berpendapat


bahwa kekurangan dan kelebihan metode scramble adalah
sebagai berikut :

Kelebihan metode scramble:

1) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala


sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap anggota
kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota
mempunyai tujuan yang sama. Mereka harus berbagi tugas
dan tanggung jawab, dikenai evaluasi, dan berbagi
kepemimpinan. Selain itu, setiap anggota kelompok
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dan
nantinya akan dimintai pertanggungjawaban secara
individual tentang materi yang ditangani dalam kelompok
koorperatif. Maka dari itu, dalam teknik ini setiap siswa
tidak ada yang diam karena setiap individu diberi tanggung
jawab akan keberhasilan kelompoknya.
2) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling
belajar saling bermain. Mereka dapat berkreasi sekaligus
belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan
tidak membuat mereka stress atau tertekan.
3) Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih
keterampilan tertentu metode scramble juga dapat memupuk
rasa solidaritas dalam kelompok.
4) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan
biasanya mengesankan dan sulit unruk dilupakan.
5) Sifat kompetitif dalam metode ini dpat mendorong siswa
berlomba-lomba untuk maju.

Kekurangan metode scramble:

1) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya


karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan
dengan waktu yang telah ditentukan.
3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan guru.
4) Metode permainan ini biasanya menimbulkan suara gaduh.
Hal ini jelas mengganggu kelas yang berdekatan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


kelebihan dan kekurangan metode scramble adalah sebagai
berikut :
5. Media Tiruan
Menurut Arsyad
B. Kajian Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan peningkatan hasil belajar
melalui metode scramble adalah sebagai berikut:
1. Menurut Resta Ristiani 2015. Hasil analisis data dan pembahasan
penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar siswa pada tema 6
subtema 1 prmbelajaran 3. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan
hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen adalah 74,61 sedangkan kelas kontrol
adalah 72,00. Begitu pula dapat dilihat dari perbandingan nilai Ngain
kelas eksperimen 0,43, sedangkan nilai N-gain kelas kontrol 0,33.
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan program
SPSS.23 diperoleh nilai sig (2-tailed) 0,009, (0,009< 0,05) sehingga
Ha diterima dan H0 ditolak. Dari perhitungan tersebut dapat
diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
2. Menurut Yushefta Jane Merindha, 2011. Pada siklus I, presentase

aktivitas belajar siswa sebesar 50,45% dalam kategori cukup aktif

sedangkan pada siklus II sebesar 69,64% dalam kategori aktif.

Presentase hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 62,32% dan

presentase ketuntasan klasikal sebesar 57,14%. Pada siklus II, hasil

belajar siswa secara klasikal mencapai 72,14%, dan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 92,86% sehingga secara klasikal

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SDN Sumbersari 03.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa mengalami peningkatan

aktivitas dan hasil belajar serta ketuntasan hasil belajar pada pokok

bahasan gaya. Peningkatan persentase aktivitas siswa dari siklus I ke


siklus II sebesar 19,19%, sedangan peningkatan persentase hasil

belajar sebesar 9,82% dan ketuntasannya sebesar 35,72%. Oleh

karena itu penelitian di SDN Sumbersari 03 tuntas.

3. Menurut Nurul Hidayah, 2011. Berdasarkan analisis data nilai hasil

belajar IPS siswa diperoleh data ketuntasan belajar siswa sebelum

dilakukan pembelajaran (pra siklus) adalah 38,09%, kemudian

meningkat pada siklus I sebesar 71,42%, dan meningkat secara

signifikan pada siklus II sebesar 100%. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya, dan optimal

pada siklus II dengan hasil 100% siswa dapat memenuhi nilai KKM

70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan

metode Scramble dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi

Koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Pojok Kecamatan

Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2010 /2011.

4. Menurut Vita Septiana, 2011. Hasil belajar IPS kelas IV SD Negeri 02

Ketitang sebelum pelaksanaan tindakan siswa yang bisa mencapai nilai

ketuntasan belajar ada 13 siswa dengan presentase 40,63% setelah

pelaksanaan tindakan pada siklus I siswa yang bisa mencapai nilai

ketuntasan belajar ada 19 dengan presentase 61,29%, dan pada siklus II

terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan dengan nilai

ketuntasan belajar 84,37% atau 27 siswa. Dengan demikian penilitian ini

dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran scramble

dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Lestari Dewi, 2015. Hasil penelitian dengan menggunakan metode

pembelajaran Scramble pada mata pelajaran IPA di kelas V SD


Negeri 101766 Bandar Setia menunjukan adanya peningkatan hasil

belajar siswa yang berjumlah 30 orang siswa. Dari hasil pre test

diperoleh siswa yang tuntas belajar sebanyak 7 orang (23,3%) yang

tidak tuntas sebanyak 23 orang (76%) dengan nilai rata-rata kelas

51,33%. Setelah dilaksanakan siklus I diperoleh siswa yang tuntas

belajar 24 orang siswa 81%) yang tidak tuntas 6 orang siswa (20%)

dengan nilai rata-rata kelas 74,66. Melihat dari hasil perolehan nilai

pada siklus I maka perlu dilakukan tindak lanjut pada pada siklus II

diperoleh siswa yang tuntas belajar 28 orang siswa (93,3%) yang

tidak tuntas sebanyak 2 orang siswa (6,6%) dengan nilai rata-rata

kelas 87,66. Peningkatan hasil belajar dari keadaan awal (pre tes) ke

seiklus I sebesar 56,67% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,3%.

Hasil observasi guru diperoleh pada siklus I pertemuan pertama

dengan menggunakan metode pembelajaran scramble rata-rata 71,87

tergolong tinggi tindakan siklus II pertemuan kedua diperoleh rata-

rata nilai 90,63 tergolong sangat tinggi. Dari tindakan dan analisis

yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

metode pembelajaran scramble pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 101766

Bandar Setia Tahun Ajaran 2014/2015.

Beberapa penelitian di atas memiliki persamaan dengan


yang peneliti lakukan yaitu mengenai tema yang diteliti, sama sama
meneliti tentang metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode
pembelajaran scramble. Sedangkan perbedaannya yaitu mengenai obyek,
materi pelajran dan tempat yang diteliti, sehingga tentu saja akan berbeda
hasil penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai