Anda di halaman 1dari 5

Teori Belajar dan Pembelajaran di SD

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam
pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahamandan definisiyang berbeda-beda,
walaupun secara praktis masing-masing kita sudah sangat memahami apa yang dimaksud belajar
tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahamanyang beragam tersebut, berikut akan
dikemukakan berbagai definisi belajar menurut para ahli.

Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana
terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.

Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai
suatu upaya memperoleh pengetahuan

Atau keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan
bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Selanjutnya, Gagne dalam teorinya yang disebut The
domains of learning, menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi
menjadi lima kategori, yaitu:

1. Keterampilan motoris (motor skill); adalah keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai
gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuktangan, berlari,dan loncat.
2. Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi
seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan berbicara,
menulis,menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang tampak (verbal).
3. Kemampuan intelektual; selain menggunakan simbol verbal, manusia juga mampu melakukan
interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan
warna, bentuk, dan ukuran.
4. Strategi kognitif; Gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal
organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan
kognitif ini lebih ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari dengan sekali saja
memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus yang serius.
5. Sikap (attitude); sikap merupakan faktor penting dalam belajar; karena tanpa kemampuan ini
belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat
memengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut.Sikap akan sangat tergantung pada
pendirian, Kepribadian, dan keyakinannya, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu
kesadaran diri yang penuh.

Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993: 4), belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu lain dan individu dengan lingkungannyasehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.

Sementara menurut E.R.Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi
terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan,
tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa
belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
pembiasaan, pengalaman dan sebagainya.

Kingsley membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan
kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; dan (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Djamarah
dan Zain (2002: 120) menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua
indikator berikut, yaitu:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa
baik secara individu maupun kelompok.

Sementara Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau


memperteguhperilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or
strengtheningof

Behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu


proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian,
belajar itu bukan sekadar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu
merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar
disebabkan oleh pengalaman atau latihan.

Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (2002) adalah suatu aktivitas mental
yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Jadi, kalau seseorang dikatakan belajar
matematika adalah apabila pada diri orang ini terjadi suatu kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan ini
terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep matematika ini, dan mampu menggunakannya
dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa,
maupun dalam bertindak.

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkutaspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan
di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan
pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil
dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat
diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94), bahwa evaluasi
merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program
telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat
dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari

Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian
hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.

MACAM-MACAM HASIL BELAJAR


Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif),
keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (1979: 89) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi
atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh
mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia
rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

Adapun menurut Carin dan Sund (1980: 285), pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh
tahapan kemampuan, yaitu:

1) Translate major ideas into own words.


2) Interpret the relationship among major ideas.
3) Extrapolate or go beyond data to implication of major ideas.
4) Apply their knowledge and understanding to the solution of new problems in new situation. 6
5) Analyze or break an idea into its part and show that they understand their relationship.
6) Synthesize or put elements together to form a new pattern and produce a unique
communication, plan, or set of abstract relation.
7) Evaluate or make judgments based upon evidence.

Dari definisi yang diberikan oleh Carin dan Sund di atas dapat dipahami bahwa pemahaman dapat
dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu; ini


berarti bahwa seseorang yang telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman
akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi
mereka yang telah memahami tersebut, maka ia mampu memberikan interpretasi atau
menafsirkan secara luas sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya, ia mampu
menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang.
b. Pemahaman bukan sekadar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali
pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari. Bagi orang yang benarbenar telah
paham ia akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan
memadai.
c. Pemahaman lebih dari sekadar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang
dinamis; dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih
kreatif, tidak hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu memberikan
gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.
d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai
kemampuan tersendiri, seperti, menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.

Menurut Dorothy J. Skeel dalam Nursid Sumaatmadja (2005: 2-3), konsep merupakan
sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi,
konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam
pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang
tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu konsep atau citra mental tentang
sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.

Dalam hubungannya dengan studi sosial, konsep didefinisikan oleh James G. Womack
(1970: 30) sebagai kata atau ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu yang menonjol, sifat
yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada penguasaan
sifat yang melekat tadi, pengertian umum kata yang bersangkutan. Konsep memiliki pengertian
denotatif dan konotatif.

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat
melakukan evaluasi produk. Sehubungan dengan evaluasi produk ini, W.S. Winkel (2007: 540)
menyatakan bahwa melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan
instruksional telah tercapai; semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya
diperoleh siswa. Berdasarkan pandangan Winkel ini, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
erat hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai