TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Sejarah perkembangan pendidikan manusia dari satu generasi ke generasi
berikutnya pradigma pembelajaran telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan, terutama dalam kaitan dengan cara anak didik sebagai komponen
utama kegiatan pembelajaran. Selama ini siswa ditempatkan sebagai objek
pembelajaran yang hanya menerima apa saja yang diajarkan kepadanya, ibarat
kertas putih yang dapat ditulisi apa saja yang diinginkan penulisnya atau tong
kosong yang dapat diisi apapun yang diinginkan pengisinya. Konstruktivisme
berpandangan bahwa belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan
yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan
menginterprestasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dalam format yang baru (Wahab, 2015).
Pendidikan adalah sebagai sebuah proses dengan motedo-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan. Usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu
(pengajaran, bimbingan, latihan serta ada interaksi antara individu dengan
lingkungan untuk mencapai usaha seutuhnya. Pada hakekatnya, belajar adalah
suatu proses perubahan yang sesuai dengan cita-cita dan falsafah hidupnya (Syah,
2010).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010).
Sardiman (2011) menyebutkan beberapa defenisi tentang belajar, antara lain
dapat diuraikan diantaranya: (1) Cronbach memberikan definisi: Belajar
11
12
merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, (2) Harold Spears
memberikan batasan : Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti arah, dan (3) Geoch, Mengatakan :
Belajar adalah perubahan dalam kinerja sebagai hasil dari praktek.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar
merupakan suatu sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau
perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan
perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Belajar adalah proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya untuk mengubah tingkah laku
seseorang agar dapat memperoleh pemahaman-pemahaman misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya sehingga
tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-
masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Jihad (2013) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Menurut Benyamin S. Bloom Inti dari pembelajaran adalah interaksi dan
tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu
sistem pemroresan masukan (input).
Dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan
perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris
dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya, Benyamin
13
Kriteria ini merupakan suatu rangkaian sehingga untuk menjadi Tim Sangat
Baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor diatas skor awal mereka,
dan untuk menjadi Tim Super sebagian besar anggota tim harus memiliki skor
setidaknya sepuluh poin diatas skor dasar mereka (Slavin, 2005).
20
Sintaks NHT
(Numbered
Aktivitas / Deskriptor Penilaian
Head
Together)
Fase I 1. Menyimak penjelasan guru 1 jika deskriptor tidak tampak
Penomoran 2. Mendengar arahan guru 2 jika deskripot mulai tampak
3. Bergabung dengan kelompok 3 jika deskriptor tampak
Fase II 1. Berdiskusi dengan kelompok 1 jika deskriptor tidak tampak
Pengajuan 2. Mencari jawaban dari 2 jika deskripot mulai tampak
Pertanyaan Pertanyaan yang diberi guru 3 jika deskriptor tampak
Bersama kelompok
3. Mencari informasi dari buku
Pelajaran
21
sedikit, benda segera kembali ke bentuk awalnya ketika gaya tekan atau gaya tarik
ditiadakan. Jika benda tegar diubah bentuknya melampaui batas elastisnya, benda
tidak akan kembali ke bentuk awalnya ketika gaya ditiadakan, melainkan akan
berubah bentuk secara permanen.
Setiap benda memiliki batas elastisitasnya masing-masing. Bahkan, jika
perubahan bentuknya jauh melebihi batas elastisnya, benda akan patah. Karet
merupakan benda yang elastis dan karet memikiki batas elastisitas. Jika karet terus
ditarik melebihi batas elastisitasnya maka karet akan putus dan tidak mampu
kembali ke bentuk semula.
Sebagi contoh, sebuah mobil yang menabrak pohon pada kelajuan rendah
mungkin tidak rusak, tetapi pada kelajuan yang lebih tinggi, mobil bisa
mengalami kerusakan yang permanen dan pengemudinya bisa patah tulang.
Besaran-besaran yang berkaitan dengan elastisitas zat padat yang terjadi akibat
adanya gaya yang diberikan kepada suatu benda yaitu tegangan (stress), regangan
(strain), dan modulus elastisitas (modulus Young).
1. Tegangan
Tegangan adalah hasil bagi gaya antara gaya Tarik F yang dialami suatu
benda dengan luas penampang (A) tertentu. Tegangan juga didefinisikan sebagai
gaya yang bekerja pada benda tiap satu satuan waktu. Suatu benda mengalami
tegangan karena suatu benda berusaha mempertahankan keadaan awalnya.
Tegangan adalah besaran scalar yang memiliki satuan N/m2 atau Pascal (Pa).
Keterangan :
σ = tegangan/stress (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
(a) (b)
Gambar 2.3 (a) Pegas yang mengalami regangan dan (b) Kawat yang
mengalami perubahan panjang.
Keterangan :
e = regangan (strain)
ΔL = perubahan panjang (m)
L0 = panjang mula-mula (m)
3. Grafik Tegangan
terhadap Regangan
Tegangan
Regangan
24
E= (2-3)
(2-4)
Modulus elastis bergantung hanya pada jenis zat dan tidak pada ukuran atau
bentuknya seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.4 Modulus Elastis Berbagai Zat
Zat Modulus Elastis E
(N/m2)
Besi 100 x 109
Baja 200 x 109
Perunggu 100 x 109
Aluminium 70 x 109
Beton 20 x 109
Batu bara 14 x 109
Marmer 50 x 109
Granit 45 x 109
Kayu 10 x 109
Nilon 5 x 109
Tulang muda 15 x 109
Jika persamaan di atas kita olah hingga di ruas kiri hanya terdapat gaya tarik F,
dan persamaan tersebut kita identikkan dengan Hukum Hooke persamaan (2-5),
kita peroleh rumus umum untuk menghitung tetapan gaya k suatu benda elastis.
(2-6)
Dengan E adalah modulus elastis bahan (N/m2), L adalah panjang bebas benda
(panjang benda tanpa ditarik), dan A adalah luas penampang (m2).
2.4.2.2 Hukum Hooke untuk Susunan Pegas
a. Susunan Seri Pegas
27
atau (2-7)
Gaya tarik yang dialami tiap pegas yang disusun secara seri adalah sama
besar dangaya tarik ini sama dengan gaya tarik yang dialami pegas pengganti.
Misalkan, gaya tarik yang dialami tiap pegas adalah F1 dan F2 maka gaya tarik
pada pegas pengganti adalah F.
(2-8)
Pertambahan panjang pegas pengganti seri Δx sama dengan total pertambahan
panjang tiap-tiap pegas.
(2-9)
Untuk membuktikan persamaan (2- 7), dengan memasukkan nilai Δx,
Δx1, dan Δx2 di atas ke dalam persamaan (2-9), kita peroleh :