Anda di halaman 1dari 34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik

secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang

dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan

dan sebagainya).1 Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi

Belajar dan Kompetensi Guru, yang mengutip dari Masud Hasan Abdul Qahhar,

bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang

sama Nasrun berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang disajikan kepada siswa.2

Prestasi siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah

pengetahuan maupun pemahaman yang diperoleh dari serangkaian proses belajar

mengajar tentang keislaman, prestasi tersebut dapat diidentifikasi dengan laporan

hasil belajar siswa dan perubahan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk-bentuk prestasi siswa secara konseptual ada tiga:

a. Prestasi Belajar merupakan perubahan ilmu pengetahuan tentang apa yang

diajarkan dan dipelajari.


1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
(Jakarta: 1999), Cet. Ke-10, hlm. 787.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, (Surabaya:
1994), cet. Ke-1, hlm. 20-21

6
7

b. Perubahan sikap dan tingkah laku

c. Perubahan keterampilan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas dan

menggunakan alat.3

Bentuk-bentuk prestasi siswa di atas spesifik terhadap hasil yang diperoleh

oleh siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan konsep

kecerdasan manusia, ketiga hal tersebut sudah mencakup kecerdasan kognitif,

afektif dan psikomotorik. Siswa yang berprestasi tidak saja ia yang nilai raportnya

tinggi dan selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya, namun lebih jauh lagi ia

yang dapat berperilaku sesuai dengan fitrah manusia dengan menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan universal, dengan demikian prestasi belajar menjadi

keniscayaan yang yang harus diraih secara baik dengan tidak menyalahi nilai-nilai

kemanusiaan, hal ini menjadi tanggung jawab guru sebagai teladan bagi siswa-

siswanya.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan,dan sebagainya).4 Prestasi

merupakan hasil dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik

secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama

seseorang tidak melakukan kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan

prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan

3
Durri Andriani, Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar dalam Pengembangan Bahan Ajar, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, (Jakarta: 2003), 10
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, 895
8

berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan

keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh

karena itu wajarlah kalau pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan

kerja.

Poerwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berpendapat,

bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya). Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian

prestasi adalah penilaian pendidikan perkembangan kemajuan murid yang

berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka

serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.5

Para insan berpendidikan mendefinisikan arti dan makna prestasi sebagai

hasil usaha seseorang untuk memahami dan mengerti serta mempelajari berbagai

disiplin ilmu baik yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Dari

berbagai pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.

Untuk itu dapat kita kita pahami bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan yang

dicapai dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan

hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik indvidu maupun kelompok

dalam bidang kegiatan tertentu.6

Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau

tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang

5
Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), 20-21.
6
Ibid., 21
9

dialami oleh siswa tersebut. Sedangkan pengertian belajar oleh beberapa pakar

dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Thursam Hakim, mendefinisikan belajar adalah suatu proses perubahan

didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya

pikir dan kemampuan yang lain.7

b. Soetomo mengartikan belajar adalah penambahan ilmu pengetahuan yang

nampak di sekolah. 8

c. Menurut Witherington dalam bukunya Educational Psiychology, belajar

adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai

suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian atau suatu pengertian9

d. Menurut James Whittaker, belajar didefinisikan sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.10

e. Menurut Crow and Crow, belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan dan sikap baru.11

f. Menurut Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan

dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek, dan pengalaman.12

7
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2001), 1
8
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Usaha Nasional, 1993), 119
9
Ngalim Purwanto, Ilmu, 84
10
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 98-99
11
Alex Shobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 220
12
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), hlm 33
10

Belajar adalah suatu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada

disekitar individu.13 Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang.14 Sedangkan pengertian belajar menurut pendapat

yang tradisional, belajar merupakan pengetahuan yang mana yang dipentingkan

adalah pendidikan intelektual. Dimana biasanya anak-anak diberi berbagai macam

mata pelajaran untuk menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya, terutama

dengan jalan menghafal.15

Sedang menurut pengertian secara psikologis, belajar mempunyai suatu

proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai dari hasil interaksi

dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut

akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar merupakan suatu hal yang sangat komplek dan banyak seluk-

beluknya, maka dari itu dapat timbul definisi-definisi yang berbeda-beda menurut

teori belajar yang dianut oleh seseorang. Namun dari berbagai pengertian belajar

di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya. 16

Setelah menelusuri hal tersebut di atas, maka dapat dipahami mengenai

makna kata prestasidan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang

13
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1996), hlm. 2
14
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru,
1996), hlm. 5
15
Abu Ahmadi, Cara Belajar Yang Mandiri dan Sukses (Solo: CV Aneka, 1993), hlm. 20
16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet
Ke-4, hlm. 2
11

diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu

proses yang mengakibatkan suatu perubahan dalam individu, yakni perubahan

tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana

mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh melalui kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri sendiri individu hasil dari

aktivitas dalam proses belajar yang berupa ketrampilan, kecakapan dan

pengetahuan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang

perlu diperhatikan, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar

individu.17

a. Faktor internal

Faktor ini dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah,

faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1) Faktor Jasmaniah

Dalam hal ini, faktor jasmaniah yang dimaksud adalah faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan cacat tubuh.

a) Kesehatan badan

17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Cet.5, hlm. 54
12

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan

dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat

menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program

studinya.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat

berupa buta, setengah buta, tuli, patah kaki, patah tangan lumpuh dan

sebagainya. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik

atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam

menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi

prestasi belajarnya di sekolah.

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa, antara lain adalah:

a) Intelligensi

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang

berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar. Seseorang yang

mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan

untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar.18 Menurut

Edward Thorndike inteligensi adalah kemampuan individu untuk

memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulus yang

18
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2001), hlm. 13
13

diterimanya. Dari sinilah dapat diambil kesimpulan bahwa intelegensi,

dapat mengkaji, menghayati, memahami, dan menginterpretasikan

pelajaran yang diterima dari guru mereka. Untuk itu perlu adanya

intelegensi yang sehat pada diri siswa sehingga mudah untuk

memperoleh prestasi belajar yang baik.

b) Perhatian

Menurut Ghazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggikan,

jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau

sekumpulan objek.19

c) Minat

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Jadi minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di

luar diri. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat besar

pengaruhnya dalam mencapai prestasi belajar, hal ini tidak usah

dipertanyakan lagi. Seseorang tidak akan melakukan sesuatu dengan

baik tanpa adanya minat untuk melakukannya.20

d) Bakat

Secara umum bakat adalah kemampuan atau potensi yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

19
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Cet.5. hlm. 56
20
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung Remaja Rosdakarya,
1999), hlm. 136
14

Sehubungan dengan hal diatas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-

rendahnya prestasi belajar di bidang-bidang studi tertentu, oleh

karenanya tidaklah bijaksana apabila orang tua memaksakan

kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian

tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya

itu.

e) Motivasi

Motivasi adalah sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan prilaku manusia termasuk prilaku belajar. Dalam

motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan

menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku

individu belajar, motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak yang

menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu. 21

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,

dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan

baru.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

21
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 42
15

melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam

proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani, kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbulnya

kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat

dilihat dari adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:

1) Faktor Keluarga

a) Cara Orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya.

Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowididjojo dengan pertanyaanya

bahwa : Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran

kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar

yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

b) Relasi antara anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua

dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota
16

keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Relasi antar

anggota keluarga berhubungan erat dengan cara orang tua mendidik.

Oleh karena itu demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu

diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.

Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan

kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-

hukuman untuk mensukseskan belajar anak.

c) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian - kejadian

yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak

termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai

dan serawutan tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang

belajar, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar

dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan

tentram.

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga sangat berhubungan erat dengan belajar

anak. Karena anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi

kebutuhan pokoknya, misalnya makan, minum, pakaian, kesehatan dan

lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,

buku, alat tulis dan lain-lain. Maka dari itu keadaan ekonomi keluarga

sangatlah mempengaruhi prestasi belajar siswa.


17

e) Pengertian Orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-

kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi

pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan

yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya,

untuk mengetahui perkembangannya.

f) Latar belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-

kebiasaan yang baik agar mendorong semangat untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar terdiri dari beberapa hal,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Metode mengajar

b) Kurikulum

c) Relasi guru dengan siswa

d) Relasi siswa dengan siswa

e) Disiplin sekolah

f) Alat pelajaran

g) Waktu sekolah

h) Standar pelajaran di atas ukuran


18

i) Keadaan gedung

j) Metode belajar

k) Tugas rumah

3) Faktor Masyarakat

Lingkungan masyarakat ada yang menunjang keberhasilan belajar ada juga

yang menghambat. Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang

keberhasilan belajar diantaranya lembaga-lembaga non formal yang melaksanakan

kursus-kursus tertentu sedangkan yang menghambat keberhasilan tertentu adalah

tempat hiburan dan keramaian. Kondisi masyarakat kumuh juga bisa

mempengaruhi aktivitas belajar siswa paling tidak, siswa tersebut akan

menemukan kesulitan ketika menemukan teman belajar atau berdiskusi.22

4) Faktor Instrumen, faktor yang adanya dan pengubahannya direncanakan.

Faktor ini terdiri dari empat macam:

a) Kurikulum

b) Guru

c) Administrasi

d) Sarana dan fasilitas.

4. Menentukan Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka indikator yang dijadikan

sebagai tolak ukur dalam meyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat

22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung Remaja Rosdakarya,
1999),hlm. 137.
19

dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurkan saat ini

digunakan adalah:

a. Daya serap terhadap bahan yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik

secara individu maupun kelompok.

b. Prilaku yang di gariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus

telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.

Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa

terhadap proses belajar yang telah dilakukan dan sekaligus juga untuk mengetahui

keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan

tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:

a. Istimewa atau maksimal, apabila sebuah bahan pelajaran yang diajarkan itu

dapat dikuasai siswa.

b. Baik sekali atau optimal, apabila bahan pelajaran (85% s/d 94%) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.

c. Baik atau minimal, apabila bahan pelajaran diajarkan hanya (75% s/d 84%)

dikuasai siswa.

d. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai

siswa.

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam

pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran

tersebut, dapatlah diketahui tingkat keberhasilan proses belajar yang telah

dilakukan siswa dan guru.


20

Mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajarnya dapat

dilakukan dengan melalui test prestasi belajar sehingga dapat dijangkau kedalam

jenis penilaian sebagai berikut:

a. Test Formatif.

Kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback),

yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki

proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Jadi,

sebenarnya penilaian formatif itu tidak hanya dilakukan pada tiap akhir

pelajaran, tetapi bisa juga ketika pelajaran sedang berlangsung.

b. Test Subsumatif

Penilaian ini meliputi sejumlah bahan mengajar atau satuan bahasan yang

telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah selain untuk

memperoleh gambaran daya serap, juga untuk menetapkan tingkat prestasi

belajar siswa. Hasilnya dipertimbangkan untuk menentukan nilai raport.

c. Test Sumatif

Penilaian ini dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana

penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah

dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun fungsi dan tujuannya

ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu siswa

dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus.23

23
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknikevaluasi pengajaran (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), cet ke-12, hlm. 26
21

5. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu,

khususnya ranah Afektif murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil

belajar itu ada yang bersifat tak dapat diraba.

Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah hanya

mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan

diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar

siswa, baik yang berdemensi kognitif dan afektif maupun yang berdemensi

psikomotor. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

sebagaimana yang telah terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar

indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang

hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar pemahaman lebih mendalam

mengenai kunci pokok tadi dan untuk memudahkan dalam penggunaan alat dan

kiat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan valid.

6. Batas Minimal Prestasi Belajar

Ranah-ranah psikologi, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataannya

sukar diungkap sekaligus bila hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah

satu ranah.24 Contoh: seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi

Pendidikan Agama Islam misalnya, belum tentu rajin beribadah salatnya, begitu

24
Ibid., hlm. 152
22

juga sebaliknya. Menetapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa selalu

berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar.

Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa

setelah mengikuti proses belajar mengajar, diantara norma-norma pengukuran

tersebut ialah :

a. Norma skala angka 0 sampai 10

b. Norma skala angka 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar skala 0 -

10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0 - 100 adalah 55 atau 60. Jadi pada

prinsipnya seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat

menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, selain itu juga

terdapat norma prestasi belajar yang menggunakan huruf A, B, C, D, dan E, yang

mana biasanya digunakan diperguruan tinggi.

B. Pembelajaran Akidah Akhlak

1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran akidah akhlak ini merupakan cabang dari pendidikan

Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.25

25
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 130.
23

Akidah dilihat dari segi bahasa (etimologi) berarti ikatan. Akidah

seseorang, artinya ikatan seseorang dengan sesuatu. Kata akidah berasal dari

bahasa arab yaitu aqoda-yaqudu-aqidatan.26

Sedangkan menurut istilah akidah yaitu keyakinan atau kepercayaan

terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang membuat hati tenang.

Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai

mana dikutip oleh Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan

dengan lidah mengakui kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan

anggota.27

Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.28 Kebenaran itu terpatri dalam hati

serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti ditolak dari segala

sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Akidah itu akan mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya

seseorang bisa saja pura-pura menyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan

mendatangkan ketentraman jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang

berlawanan dengan keyakinannya Sedangkan pengertian akhlah secara bahasa

adalah bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabiat.29 Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah keadaan jiwa

26
Taufik Yumansyah, Buku Akidah Akhlak cetakan pertama, (Jakarta: Grafindo Media Pratama,
2008), hal. 3.
27
Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal.
235.
28
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : LPPI, 2004), hlm. 2
29
Rakhmat Djatmika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996),
hlm. 26
24

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa

melalui pertimbangan pikiran lebih dulu.30

Muhaimin menggambarkan tentang ciri-ciri akidah Islam adalah sebagai

berikut:

a. Akidah didasarkan pada keyakinan hati, tidak yang serba rasional,


sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah;
b. Akidah Islam sesuai dengan fitroh manusia sehingga pelaksanaan
akidah menimbulkan keterangan dan ketentraman;
c. AkidahIslam diansumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka
dalam pelaksanaanya akidah harus penuh dengan keyakinan tanpa
disertai dengan kebimbangan dan keraguan;
d. Akidah Islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan
dengan kalimat thayyibah dan diamalkan dengan perbuatan yang
saleh;
e. Keyakinan dalam akidah islam merupakan maslah yang supraempiris,
maka dalil yang digunakan dalam pencarian kebenaran. Tidak hanya
berdasarkan indra dan kemampuan manusia melainkan membutuhkan
usaha yang dibawa oleh Rosul Allah SAW.31

Dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk jama

dari bentuk dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku

dan tabbiat.32 Kalimat tersebut mengungkap segi-segi persesuaian dengan

perkataan kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq

yang berartipencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.33

Kemudian Ibnu Athir sebagaimana yang diungkapkan oleh Humaidi

Tatapangarsa mengatakan hakekat makna khuluq itu adalah gambaran batin

manusia yang tepat (sikap dan sifatsifatnya), sedangkan kholqu merupakan

30
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm.
221

31
Muhaimin et al. Kawasan dan Wawasan Study Islam, (Jakarta: Kencana Wardana Media,2005),
hal. 259.
32
Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 1.
33
Syaikh Mustofa, Qowaidul Lughah, (Wazirotul Maarif Al-Umumiyah), hal. 41.
25

gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain

sebagainya).34

Jadi berdasarkan sudut pandang keabsahan esensi akhlak dalam pengertian

sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata krama

(versi bahasa Indonesia), sedangkan dalam bahasa Inggrisnya disamakan dengan

moral atau etika.

Menurut bahasa Yunani istilah akhlak dipengaruhi istilah Ethos, atau

Ethicos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti etika yang

bermakna usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya, pikirnya untuk

memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Dan

etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.35

Adapun secara terminologi ada beberapa pengertian yang telah

dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. Ibnu Maskawaihi memberikan pengertian akhlak sebagaimana yang dukutip

oleh Humaidi Tatapangarsa. Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan

pikiran terlebih dahulu.36

b. Hamid Yunus sebagaimana dikutip oleh Asmara mengatakan: akhlak adalah

sifat-sifat manusia yang terdidik.37

c. Ahmad Amin dikutip oleh Asmaran mengatakan: Akhlak adalah kehendak

yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu disebut

34
Ghumaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hal. 32.
35
Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak, hal. 2-3.
36
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hal.1.
37
Ibid., hal. 2.
26

akhlak, keadaan seseorang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan

tanpa melalui pertimbangan pikiran.38

d. Farid Maruf sebagaimana dikutip oleh Zahrudin dan Hasanuddin Sinaga

mengatakan bahwa Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan

perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan

pikiran terlebih dahulu.39

e. Abdullah Diros berpendapat bahwa akhlak yakni sesuatu kekuatan dalam

kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa

kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar dan yang jahat. Menurut

Diros perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari

akhlak tersebut apabila dipenuhi dua syarat yaitu:

1) Perbuatan-perbuatan yang dilakukan berulang kali dalam bentuk yang

sama sehingga menjadi kebiasaan.

2) Perbuatan tersebut bukan karena tekanan dan dilakukan atas dorongan

emosi jiwanya seperti paksaan dari orang lain menumbulkan kekuatan,

atau bujukan dengan harapan yang indah dan lain sebagainya.40

Dari beberapa paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa seseorang

yang memiliki akhlakul karimah hidupnya akan terasa tenang dan bahagia karena

terhindar dari sifat-sifat buruk. Namun sebaliknya seseorang yang akhlaknya

buruk, maka hidupnya akan merasa tidak tenang dan resah. Akhlak memang

bukanlah barang mewah yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan, tetapi akhlak

38
Zahrudin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, hal.6.
39
Humaidi Tatapangarsa, op.cit., hal. 16.
40
Humaidi Tatapangarsa, op.cit., hal. 17.
27

merupakan pokok/sendi kehidupan yang esensial, yang harus dimiliki dan menjadi

anjuran dari agama (Islam).

Djazuli dalam bukunya yang berjudul Akhlak Dasar Islam menyatakan

bahwa:

a. Akhlak yang baik harus ditanamkan kepada menusia supaya manusia

mempunyai kepercayaan yang teguh dan kepribadian yang kuat.

b. Sifat-sifat terpuji atau akhlak yang baik merupakan latihan bagi

pembentukan sikap sehari-hari, sifat-sifat ini banyak dibicarakan dan

berhubungan dengan rukun Islam dan Ibadah seperti sholat, puasa zakat,

dan sodaqoh.

c. Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia.41

Dari pengertian diatas dapat kita ketahui kegunaan akhlak yang pertama

adalah berhubungan dengan Iman manusia, sedangkan yang kedua berhubungan

dengan ibadah yang merupakan perwujudan dari Iman, apabila dua hal ini terpisah

maka, akhlak akan merusak kemurnian jiwa dan kehidupan manusia.

Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan manusia, pentingnya akidah

akhlak tidak saja bagi manusia dalam statusnya sebagai pribadi, tetapi juga berarti

bagi kehidupan keluarga dan masyarakat bahkan bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara. Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan manusia dengan

hewan. Untuk mengembangkan akidah akhlak bagi siswa atau remaja diperlukan

modofikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya dimana anak tinggal.

41
Dzajuli, Akhlak Dasar Islam, (Malang: Tunggal Murni, 1982), hal. 29-30.
28

Program pengajaran moral seharusnya disesuaikan dengan karakteristik siswa

tersebut, yang termasuk unsur moral adalah 1) Penaralan moral, 2) Prasaan, 3)

Prilaku moral serta 4) Kepercayaan eksistensial/iman.42

Pendidikan Akidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan

mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam

kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Quran dan Hadits melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan

untuk menghormati penganut agama lain dan hubunganya dengan kerukunan antar

umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa.43

Peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai landasan

bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat harus

ditingkatkan, karena jika pendidikan Agam Islam (yang meliputi: Akidah Akhlak,

Quran Hadits, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan

landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan

masyarakat akan lebih baik.

Pendidikan atau mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

sebagai bagian integral dari pendidikan Agam Islam, memang bukan satu-satunya

faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi

secara substansial mata pelajaran pelajaran Akidah Akhlak memiliki konstribusi

42
Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), hal. 10.
43
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Madrasah (Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama
RI, 2003), hal. 1.
29

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktikkan nilai-

nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam mata

pelajaran Akidah Akhlak diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu pedoman kehidupannya.44

2. Kedudukan Akidah

Dalam ajaran Islam, akidah memiliki kedudukan yang sangat penting.

Ibarat suatu bangunan, akidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang

lain, separti ibadah dan akhlak, adalah suatu yang dibangun di atasnya. Rumah

yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak

usah ada gempa bumi atau badai, bahkan sekedar menahan atau menanggung

beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama

(din) dan diterimanya suatu amal. Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 65

yang artinya: Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)

yang sebelummu. "Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan

hapuslah amalmu dan tentulah engkau Termasuk orangorang yang rugi.

Mengingat pentingnya kedudukan akidah di atas, maka para Nabi dan

Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek akhidah, sebalum

aspek yang lainya. Rasulullah SAW berdakwah dan mengajarkan Islam pertama

kali di kota Makkah dengan menanam nilai-nilai akidah atau keimanan, dalam

rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun.

44
Ibid., hal. 1.
30

Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas

Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian

terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau

landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan

pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam

rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal

ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya

akidah atau keimanan dala ajaran Islam.45

3. Dasar Akidah Akhlak

a. Dasar Akidah

Dasar akidah Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Di dalam Al-Quran

banyak disebutkan pokok-pokok akidah seperti cara-cara dan sifat Allah,

malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga dan neraka. Mengenai pokok-

pokok atau kandungan akidah Islam, antara lain disebutkan dalam Al-Quran surat

Al-Baqarah ayat 285 sebagai berikut:

45
http//ertikahuda.weebly.com/4/post/2012/05/kedudukan-akidah-dalam-islam.html, diakses tgl 16
April 2015,
31

Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."

b. Dasar Akhlak

Allah SWT telah menunjukkan tentang gambaran dasar-dasar akhlak yang

mulia, sebagaimana yang tertera dalam firma-Nya, yaitu Q.S. Al-Araf ayat 199:




Artinya: Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap

individu umat Islam. Hal ini didasarkan atas dari Rasulullah SAW yang begitu

berakhlak mulia dan kita sebagai umatnya sudah selayaknya memiliki akhlak

mulia ini.

Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada

Nabi Muhammad karena kemuliaan aqlaknya. Penggunaan istilah khuluqun

adhiim menunjukkan keagungan dan keagungan moralitas Rosul dalam hal ini

adalah Muhammad SAW yang mendapat pujian sedahsyat itu.46 Dengan lebih

tegas Allahpun memberikan penjelasan secara transparan bahwa aqlak Rasulullah

SAW sangat layak untuk dijadikan standar moral bagi umatnya. Sehingga layak

46
Tono, Ibadah dan Akhlak.,91.
32

untuk dijadikan idola yang diteladani sebagai suritauladan yang baik (Uswatun

Hasanah), melalui firman-Nya:






Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-
Ahzab:21)

Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rasulullah merupakan contoh

yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya. Disamping itu ayat tersebut

juga mengisyaratkan bahwa tidak ada satu sisi gelap (kejelekan) pun pada diri

Rasulullah SAW. Karena semua sisi kehidupanya dapat ditiru dan diteladani. Ayat

diatas juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW sengaja dijadikan oleh Allah

SWT untuk menjadi pusat akhlak umat manusia secara universal, karena

Rasulullah SAW diutus sebagai Rohmatan lil alamin.47

Karena kemudian akhlak Rasulullah SAW tersebut itulah, maka Allah

SWT memberitahukan kepada kepada Muhammad untuk menjalankan misi

menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia agar mencapai akhlak yang mulia.

4. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam

pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak

ditinjau oleh pendidikan. Demikian halnya dengan pendidikan agama Islam, maka

47
Moh. RifaI, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hal. 15.
33

tujuan pendidikan agama Islam itu adalah tujuan yang ingin dicapai oleh

pendidikan agama Islam dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan agama Islam.

Dalam pasal 3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa.

Tentang tujuan pendidikan nasional dengan tujuan pendidikan agama

Islam tidak jauh beda. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah

bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta

didik tentang Agam Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta

untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.48 Jadi mata

pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta

pengalaman siswa tentang akidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan

ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan peribadi,

48
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 135
34

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.49

5. Fungsi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Fungsi pendidikan Agama Islam merupakan kegunaan Pendidikan Agama

Islam khususnya kepada peserta didik, karena tanpa adanya fungsi atau kegunaan

Pendidikan Agama Islam maka tidak akan tercapai tujuan Pendidikan Agama

Islam. Fungsi pendidkan Agama Islam khususnya Mata pelajaran Akidah Akhlak

di madrasah berfungsi sebagai : (a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai

pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; (b) Pengembangan

keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik

seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan

keluaraga; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan

sosial melalui akidah akhlak; (d) Perbaikan kesalahan-kesalan, kelemahan-

kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengalaman ajaran agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari; (e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari

lingkunganya atau dari budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari; (f)

Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem

dan fungsionalnya; (g) Penyaluran siswa untuk mendalami Akidah akhlak ke

lembaga pendidikan yang lebih tinggi.50

49
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Madrasah (Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama
Ri, 2003), hal. 1.
50
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Madrasah (Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama
Ri, 2003), hal. 1.
35

Tentang fungsi pendidikan agama Islam telah banyak disebutkan diatas,

yang mana fungsi-fungsi tersebut harus diketahui dan dimiliki oleh peserta didik

serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik

diharapkan dapat menjadi muslim yang kaffah serta berakhlakul karimah dalam

kehidupan sehari-hari dan di lingkungan masyarakat.

Cakupan pembahasan kurikulum dan hasil belajar Pendidikan Akidah

akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi: Pertama, aspek akidah terdiri atas

keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab

Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mujizatny, dan hari Akhir. Kedua, aspek akhlak

terpuji yang terdiri atas Khauf, raja, taubat, tawadlu, ikhlas, bertauhid, inovatif,

kreatif, percaya diri, tekat yang kuat, taaruf, taawun, tasamuh, jujur, adil,

amanah, menepati janji, dan bermusyawarah. Ketiga, aspek akhlak tercela

meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan ghibah.51

C. Metode Reading Guide

1. Pengertian Metode Reading Guide

Reading Guide (penuntun bacaan) salah satu strategi yang dapat digunakan

untuk mengaktifkan peserta didik.52 Reading Guide juga merupakan salah satu

strategi pembelajaran PAIKEM.

PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan)

merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila diterapkan secara

tepat berpeluang dapat meningkatkan tiga hal, pertama, maksimalisasi pengaruh


51
Ibid., hal. 3.
52
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, hlm.
116
36

fisik terhadap jiwa, kedua, maksimalisasi pengaruh jiwa terhadap proses

psikofisik dan psikososial, ketiga, bimbingn ke arah pengalaman kehidupan

spiritual.53 Tujuan dari Reading Guide adalah membantu peserta didik lebih

mudah dan terfokus dalam memahami suatu materi pokok.54

2. Langkah-langkah Reading Guide

Dalam melaksanakan metode Reading Guide, perlu diperhatikan langkah-

langkah berikut:55

a. Ajukan pertanyaan atau serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran

siswa dan pengetahuan yang mereka miliki. Gunakan pertanyaan yang

memiliki beberapa kemungkinan jawaban, semisal Bagaimana kamu

menjelaskan seberapa cerdasnya seseorang ?.

b. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta atau kisi-kisi

dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan

bacaan yang telah dipilih.

c. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peserta.

d. Tugas peserta adalah mempelajari bahan bacaan tersebut dengan

menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktivitas ini sehingga

tidak memakan waktu yang berlebihan.

e. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawaban kepada

peserta.

53
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2009),
hlm. 5
54
ibid, hlm. 80
55
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jogjakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm.
8
37

f. Pada akhir pembelajaran, berilah ulasan atau penjelasan secukupnya.

g. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.

3. Kelebihan dan kekurangan Reading Guide

Dalam setiap metode pembelajaran pasti terdapat kekurangan dan

kelebihannyaa. Diantara kelebihan penggunaan metode Reading Guide adalah:

a. Peserta didik lebih berperan aktif

b. Materi dapat diselesaikan lebih cepat dalam kelas

c. Memotivasi peserta didik untuk senanga membaca

d. Membangkitkan minat baca peserta didik

e. Mengetahui peserta didik yang serius dan tidak di dalam kelas

f. Peserta didik dituntut untuk teliti dalam menjawab soal

g. Guru mudah mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa dalam membaca

h. Adanya keseimbangan untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik

i. Guru mudah mengetahui siswa yang malas dan tidak malas dalam kelas.

Sedangkan kekurangan metode Reading Guide adalah:

a. Kurang efektif dalam membaca karena singkatnya waktu

b. Terkadang membuat siswa menjadi jenuh

4. Penerapan Metode Reading Guide dalam Pembelajaran Akidah Akhlak

Metode reading guide dapat digunakan untuk menyelesaikan beberapa

materi yang tidak bisa dilakukan di dalam kelas, serta sangat tepat untuk

menyelesaikan materi yang sangat banyak. Sehingga untuk pembelajaaran akidah


38

akhlak yang materinya sangat banyak sangat tepat diterapkan dengan metode ini.

Langkah-langkah penerapan metode reading guide dalam pembelajaran Akidah

Akhlak pada materi Al-asma al-Husna, beriman kepada makhluk ghaib selain

malaikat, dan kalimat thayyibah (taawud), adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan bahan bacaan dan peranyaan di lembaran kertas.

b. Guru membagikan bahan bacaan dan pertanyaan kepada siswa.

c. Siswa mempelajari bahan bacaan tersebut dengan bimbingan guru.

d. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan guru.

e. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi guru.

f. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu

tindakan dilakukan dengan baik, sehingga melalui tindakan ini akan diperoleh

suatu pemecahan problem yang baik. Sedangkan hipotesis tindakan yang peneliti

ajukan adalah:

1. Metode reading guide dapat meningkatkan perhatian siswa pada materi

Akidah Akhlak pada siswa kelas III MI Bustanul Ulum Nogosari Kecamatan

Rambipuji Kabupaten Jember.

2. Metode reading guide dapat meningkatkan motivasi belajar Akidah Akhlak

pada siswa kelas III MI Bustanul Ulum Nogosari Kecamatan Rambipuji

Kabupaten Jember
39

3. Metode reading guide dapat meningkatkan prestasi belajar Akidah Akhlak

pada siswa kelas III MI Bustanul Ulum Nogosari Kecamatan Rambipuji

Kabupaten Jember

Anda mungkin juga menyukai