KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan
Belajar dan Kompetensi Guru, yang mengutip dari Masud Hasan Abdul Qahhar,
bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang
hasil belajar siswa dan perubahan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
6
7
menggunakan alat.3
afektif dan psikomotorik. Siswa yang berprestasi tidak saja ia yang nilai raportnya
tinggi dan selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya, namun lebih jauh lagi ia
yang dapat berperilaku sesuai dengan fitrah manusia dengan menjunjung tinggi
keniscayaan yang yang harus diraih secara baik dengan tidak menyalahi nilai-nilai
kemanusiaan, hal ini menjadi tanggung jawab guru sebagai teladan bagi siswa-
siswanya.
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah
merupakan hasil dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
3
Durri Andriani, Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar dalam Pengembangan Bahan Ajar, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, (Jakarta: 2003), 10
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, 895
8
keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh
karena itu wajarlah kalau pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan
kerja.
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
hasil usaha seseorang untuk memahami dan mengerti serta mempelajari berbagai
berbagai pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.
Untuk itu dapat kita kita pahami bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan yang
dicapai dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik indvidu maupun kelompok
tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang
5
Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), 20-21.
6
Ibid., 21
9
dialami oleh siswa tersebut. Sedangkan pengertian belajar oleh beberapa pakar
nampak di sekolah. 8
suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
7
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2001), 1
8
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Usaha Nasional, 1993), 119
9
Ngalim Purwanto, Ilmu, 84
10
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 98-99
11
Alex Shobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 220
12
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), hlm 33
10
Belajar adalah suatu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada
disekitar individu.13 Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai dari hasil interaksi
Belajar merupakan suatu hal yang sangat komplek dan banyak seluk-
beluknya, maka dari itu dapat timbul definisi-definisi yang berbeda-beda menurut
teori belajar yang dianut oleh seseorang. Namun dari berbagai pengertian belajar
di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya. 16
makna kata prestasidan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang
13
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1996), hlm. 2
14
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru,
1996), hlm. 5
15
Abu Ahmadi, Cara Belajar Yang Mandiri dan Sukses (Solo: CV Aneka, 1993), hlm. 20
16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet
Ke-4, hlm. 2
11
diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu
tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana
mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh melalui kesan-kesan
pengetahuan.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang
dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar
individu.17
a. Faktor internal
Faktor ini dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah,
1) Faktor Jasmaniah
Dalam hal ini, faktor jasmaniah yang dimaksud adalah faktor yang
a) Kesehatan badan
17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Cet.5, hlm. 54
12
studinya.
b) Cacat Tubuh
berupa buta, setengah buta, tuli, patah kaki, patah tangan lumpuh dan
2) Faktor psikologis
a) Intelligensi
18
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2001), hlm. 13
13
pelajaran yang diterima dari guru mereka. Untuk itu perlu adanya
b) Perhatian
jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan objek.19
c) Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Jadi minat pada dasarnya adalah
luar diri. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
d) Bakat
19
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Cet.5. hlm. 56
20
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung Remaja Rosdakarya,
1999), hlm. 136
14
itu.
e) Motivasi
f) Kematangan
baru.
g) Kesiapan
21
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 42
15
proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
3) Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani, kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbulnya
dilihat dari adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:
1) Faktor Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua
dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota
16
keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Relasi antar
Oleh karena itu demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu
c) Suasana Rumah
yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.
termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai
tentram.
buku, alat tulis dan lain-lain. Maka dari itu keadaan ekonomi keluarga
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
2) Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
b) Kurikulum
e) Disiplin sekolah
f) Alat pelajaran
g) Waktu sekolah
i) Keadaan gedung
j) Metode belajar
k) Tugas rumah
3) Faktor Masyarakat
a) Kurikulum
b) Guru
c) Administrasi
sebagai tolak ukur dalam meyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung Remaja Rosdakarya,
1999),hlm. 137.
19
digunakan adalah:
a. Daya serap terhadap bahan yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
terhadap proses belajar yang telah dilakukan dan sekaligus juga untuk mengetahui
tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:
a. Istimewa atau maksimal, apabila sebuah bahan pelajaran yang diajarkan itu
b. Baik sekali atau optimal, apabila bahan pelajaran (85% s/d 94%) bahan
c. Baik atau minimal, apabila bahan pelajaran diajarkan hanya (75% s/d 84%)
dikuasai siswa.
d. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai
siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam
dilakukan dengan melalui test prestasi belajar sehingga dapat dijangkau kedalam
a. Test Formatif.
sebenarnya penilaian formatif itu tidak hanya dilakukan pada tiap akhir
b. Test Subsumatif
Penilaian ini meliputi sejumlah bahan mengajar atau satuan bahasan yang
c. Test Sumatif
Penilaian ini dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu siswa
23
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknikevaluasi pengajaran (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), cet ke-12, hlm. 26
21
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
khususnya ranah Afektif murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil
Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah hanya
siswa, baik yang berdemensi kognitif dan afektif maupun yang berdemensi
psikomotor. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang
mengenai kunci pokok tadi dan untuk memudahkan dalam penggunaan alat dan
sukar diungkap sekaligus bila hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah
satu ranah.24 Contoh: seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam misalnya, belum tentu rajin beribadah salatnya, begitu
24
Ibid., hlm. 152
22
tersebut ialah :
10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0 - 100 adalah 55 atau 60. Jadi pada
prinsipnya seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat
menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, selain itu juga
Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada
25
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 130.
23
seseorang, artinya ikatan seseorang dengan sesuatu. Kata akidah berasal dari
terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang membuat hati tenang.
Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai
mana dikutip oleh Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan
anggota.27
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.28 Kebenaran itu terpatri dalam hati
serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti ditolak dari segala
seseorang bisa saja pura-pura menyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan
adalah bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku, atau tabiat.29 Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah keadaan jiwa
26
Taufik Yumansyah, Buku Akidah Akhlak cetakan pertama, (Jakarta: Grafindo Media Pratama,
2008), hal. 3.
27
Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal.
235.
28
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : LPPI, 2004), hlm. 2
29
Rakhmat Djatmika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996),
hlm. 26
24
berikut:
Dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk jama
dari bentuk dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku
perkataan kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq
30
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm.
221
31
Muhaimin et al. Kawasan dan Wawasan Study Islam, (Jakarta: Kencana Wardana Media,2005),
hal. 259.
32
Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 1.
33
Syaikh Mustofa, Qowaidul Lughah, (Wazirotul Maarif Al-Umumiyah), hal. 41.
25
gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain
sebagainya).34
sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata krama
Ethicos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti etika yang
bermakna usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya, pikirnya untuk
memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Dan
34
Ghumaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hal. 32.
35
Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak, hal. 2-3.
36
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hal.1.
37
Ibid., hal. 2.
26
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar dan yang jahat. Menurut
yang memiliki akhlakul karimah hidupnya akan terasa tenang dan bahagia karena
buruk, maka hidupnya akan merasa tidak tenang dan resah. Akhlak memang
bukanlah barang mewah yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan, tetapi akhlak
38
Zahrudin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, hal.6.
39
Humaidi Tatapangarsa, op.cit., hal. 16.
40
Humaidi Tatapangarsa, op.cit., hal. 17.
27
merupakan pokok/sendi kehidupan yang esensial, yang harus dimiliki dan menjadi
bahwa:
berhubungan dengan rukun Islam dan Ibadah seperti sholat, puasa zakat,
dan sodaqoh.
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui kegunaan akhlak yang pertama
dengan ibadah yang merupakan perwujudan dari Iman, apabila dua hal ini terpisah
akhlak tidak saja bagi manusia dalam statusnya sebagai pribadi, tetapi juga berarti
bagi kehidupan keluarga dan masyarakat bahkan bagi kehidupan berbangsa dan
hewan. Untuk mengembangkan akidah akhlak bagi siswa atau remaja diperlukan
41
Dzajuli, Akhlak Dasar Islam, (Malang: Tunggal Murni, 1982), hal. 29-30.
28
mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
untuk menghormati penganut agama lain dan hubunganya dengan kerukunan antar
bangsa.43
ditingkatkan, karena jika pendidikan Agam Islam (yang meliputi: Akidah Akhlak,
Quran Hadits, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan
sebagai bagian integral dari pendidikan Agam Islam, memang bukan satu-satunya
faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi
42
Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), hal. 10.
43
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Madrasah (Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama
RI, 2003), hal. 1.
29
sehari-hari. Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam mata
2. Kedudukan Akidah
Ibarat suatu bangunan, akidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang
lain, separti ibadah dan akhlak, adalah suatu yang dibangun di atasnya. Rumah
yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak
usah ada gempa bumi atau badai, bahkan sekedar menahan atau menanggung
beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama
(din) dan diterimanya suatu amal. Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 65
yang artinya: Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek akhidah, sebalum
aspek yang lainya. Rasulullah SAW berdakwah dan mengajarkan Islam pertama
kali di kota Makkah dengan menanam nilai-nilai akidah atau keimanan, dalam
rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun.
44
Ibid., hal. 1.
30
Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian
terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau
rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal
ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya
a. Dasar Akidah
malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga dan neraka. Mengenai pokok-
pokok atau kandungan akidah Islam, antara lain disebutkan dalam Al-Quran surat
45
http//ertikahuda.weebly.com/4/post/2012/05/kedudukan-akidah-dalam-islam.html, diakses tgl 16
April 2015,
31
Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."
b. Dasar Akhlak
mulia, sebagaimana yang tertera dalam firma-Nya, yaitu Q.S. Al-Araf ayat 199:
Artinya: Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
individu umat Islam. Hal ini didasarkan atas dari Rasulullah SAW yang begitu
berakhlak mulia dan kita sebagai umatnya sudah selayaknya memiliki akhlak
mulia ini.
Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada
adhiim menunjukkan keagungan dan keagungan moralitas Rosul dalam hal ini
adalah Muhammad SAW yang mendapat pujian sedahsyat itu.46 Dengan lebih
SAW sangat layak untuk dijadikan standar moral bagi umatnya. Sehingga layak
46
Tono, Ibadah dan Akhlak.,91.
32
untuk dijadikan idola yang diteladani sebagai suritauladan yang baik (Uswatun
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-
Ahzab:21)
yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya. Disamping itu ayat tersebut
juga mengisyaratkan bahwa tidak ada satu sisi gelap (kejelekan) pun pada diri
Rasulullah SAW. Karena semua sisi kehidupanya dapat ditiru dan diteladani. Ayat
diatas juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW sengaja dijadikan oleh Allah
SWT untuk menjadi pusat akhlak umat manusia secara universal, karena
menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia agar mencapai akhlak yang mulia.
pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak
ditinjau oleh pendidikan. Demikian halnya dengan pendidikan agama Islam, maka
47
Moh. RifaI, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hal. 15.
33
tujuan pendidikan agama Islam itu adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa.
Islam tidak jauh beda. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah
didik tentang Agam Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.48 Jadi mata
pengalaman siswa tentang akidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia
ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan peribadi,
48
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 135
34
Islam khususnya kepada peserta didik, karena tanpa adanya fungsi atau kegunaan
Pendidikan Agama Islam maka tidak akan tercapai tujuan Pendidikan Agama
Islam. Fungsi pendidkan Agama Islam khususnya Mata pelajaran Akidah Akhlak
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik
keluaraga; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan
kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengalaman ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari; (e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari
lingkunganya atau dari budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari; (f)
Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem
49
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Madrasah (Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama
Ri, 2003), hal. 1.
50
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Madrasah (Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama
Ri, 2003), hal. 1.
35
yang mana fungsi-fungsi tersebut harus diketahui dan dimiliki oleh peserta didik
diharapkan dapat menjadi muslim yang kaffah serta berakhlakul karimah dalam
keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab
Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mujizatny, dan hari Akhir. Kedua, aspek akhlak
terpuji yang terdiri atas Khauf, raja, taubat, tawadlu, ikhlas, bertauhid, inovatif,
kreatif, percaya diri, tekat yang kuat, taaruf, taawun, tasamuh, jujur, adil,
Reading Guide (penuntun bacaan) salah satu strategi yang dapat digunakan
untuk mengaktifkan peserta didik.52 Reading Guide juga merupakan salah satu
merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila diterapkan secara
spiritual.53 Tujuan dari Reading Guide adalah membantu peserta didik lebih
langkah berikut:55
dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan
menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktivitas ini sehingga
peserta.
53
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2009),
hlm. 5
54
ibid, hlm. 80
55
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jogjakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm.
8
37
psikomotorik
i. Guru mudah mengetahui siswa yang malas dan tidak malas dalam kelas.
materi yang tidak bisa dilakukan di dalam kelas, serta sangat tepat untuk
akhlak yang materinya sangat banyak sangat tepat diterapkan dengan metode ini.
Akhlak pada materi Al-asma al-Husna, beriman kepada makhluk ghaib selain
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu
tindakan dilakukan dengan baik, sehingga melalui tindakan ini akan diperoleh
suatu pemecahan problem yang baik. Sedangkan hipotesis tindakan yang peneliti
ajukan adalah:
Akidah Akhlak pada siswa kelas III MI Bustanul Ulum Nogosari Kecamatan
Kabupaten Jember
39
Kabupaten Jember