Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Analisis

Analisis yaitu sesuatu hal yang ingin dilihat kebenarannya dengan proses
mengamati dan meneliti. Di dalam buku Nana Sudjana menyatakan (2016:27)
analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian
sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya”.
Arwildayanto, Arifin Suking dan Warni Tune Sumar:
menyatakan dalam Tim Revisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
ditemukan definisi analisis sebagai berikut: 1) penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (berupa karangan atau perbuatan) guna mengetahui kondisi
faktuannya (sebab-musabab, duduk perkaranya); 2) penguraian suatu pokok
atas berbagai telaah atas bagian itu sendiri atau hubungan antar unit untuk
memperoleh pemahaman yang tepat dan menyeluruh

Lorin W. Anderson dan David R. Kratwohi (2010:10) analisis adalah:


sebagai perluasan dan memahami atau sebagai pembuka untuk
mengevaluasi atau mencipta. Menganalisis mencakup belajar untuk
menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting
(membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan
informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan dibalik
informasi itu (mengatribusikan).

Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa analisis merupakan


penguraian suatu pokok secara sistematis dalam menentukan bagian, hubungan
antar bagian serta hubungannya secara menyeluruh untuk memperoleh pengertian
dan pemahaman yang tepat. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
tes kecerdasan linguistik, akan menunjukkan kemampuan anak dalam mengolah
bahasa, membuat suatu kalimat, mudah memahami kata-kata, dan mengubah
kata-kata (bahasa) menjadikannya sesuatu yang indah. Tes kemampuan dalam
menentukan ide pokok pada wacana untuk melihat kemampuan siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, serta wawancara terhadap subjek untuk
mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menetukan ide pokok
pada wacana.

8
9

2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan usaha sadar untuk merubah afektif, koqnitif dan
psikomotorik seseorang untuk mencapai suatu bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahannya.
Mayer mendefinisikan (dalam Karwono (2017: 13) bahwa “belajar
menyangkut adanya perubahan tingkah perilaku yang relative permanen pada
pengetahuan atas perilaku seseorang karena pengalaman”. Sedangkan menurut
Suardi dan Syofrianisda (2018:11) “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur
hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan
yang ialnnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang
diharapkan”.
Ihsana El Khuluqo (2017: 46) menyatakan “Belajar adalah serangkaian
aktivitas manusia yang menyangkut: pemahaman, pendengaran dan peniruan
untuk memperoleh suatu pengalaman atau ilmu baru. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latiahn melainkan pengubahan kelakuan”. Slameto (2015:2)
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan
(psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (efektif).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan baru secara
keseluruhan yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan maupun
hasil pengalaman dan latihan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.

3. Pengertian Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Dengan belajar manusia bisa mengembangkan potensi-
10

potensi yang dibawa sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat
memenuhi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat
terjadi dimana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kebutuhan manusia akan belajar tidak akan pernah berhenti selama manusia ada
di muka bumi ini. Hal itu disebabkan karena dunia dan isinya termasuk manusia
selalu berubah.
Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat
ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa,
bagaimana, dan siapa saja. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi
perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan perubahan
sikap atau tingkah laku (afektif).
Pengertian pembelajaran yang sudah tercakup dalam Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 20 yang menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran bisa terjadi interaksi melalui berbicara, dan tepukan.
Belajar memegang peranan penting dalam pembelajaran, karena dalam
pembelajaran terdapat peristiwa belajar dan peristiwa mengajar. Belajar adalah
aktivitas psycho fisik yang ditimbulkan karena adanya aktivitas pembelajaran.
Dari beberapa definisi tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses berubahnya tingkah laku (change in behavior) yang disebabkan
karena pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan adalah aktivitas guru
sebagai pebelajar dan aktivitas siswa/peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan
perilaku tersebut dapat berupa mental maupun fisik.
Selanjutnya Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:11) “Pembelajaran
merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar
tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada
apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran”. Kemudian Ihsana
El Khuluqo berpendapat (2017:51) “Pembelajaran merupakan sebagai seperangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan
11

memperhitungkan kejadian-kejadian eskternal yang berperan terhadap rangkaian


kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik”.
Selanjutnya “Pembelajaran ditafsirkan sebagai upaya pemahiran
keterampilan melalui pembiasaan siswa secara bertahap dan terperinci dalam
memberikan respon atau stimulus yang diterimanya yang diperkuat oleh tingkah
laku yang patut dari para pengajar” (Yunus dalam Nurdyansyah 2016: 1). Dengan
demikian dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa
dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai
tujuan tertentu.

4. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Mulyono Abdurahman (2018:6) menyatakan “kesulitan belajar merupakan
terjemahan dari istilah Bahasa inggris learning disability. Terjemahan tersebut
sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya
ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang benar seharusnya adalah
ketidakmampuan belajar”

Secara garis besar faktor-faktor penyebab kesulitan belajar menurut Mulyono


Abdurrahman (2018:13) terdiri atas dua macam:
(a) Faktor Internal Siswa memungkinkan adanya disfungsi neurologis.
Faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalaah faktor genetic, luka
pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen, biokimia
yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan
saraf pusat), biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna
makanan), pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam),
gizi yang tidak memadai dan pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial
yang merugikan perkembangan anak. (b) Faktor eksternal siswa meliputi
strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat.

Syaiful Bahri Djamarah (2018:176) mengemukakan empat faktor yang


mempengaruhi proses dan hasil belajar:
a. Faktor Lingkungan. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan
diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya.
b. Faktor Instrumental.setiap sekolah memiliki tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melincinkan
kearah itu diperlukan ssperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan
12

jenisnya. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan


program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna
bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah.
c. Kondisi Fisiologis. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan
belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas
Lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Kondisi panca
indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh) terutama mata sebagai
alat untuk melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar
d. Kondisi Psikologis. Kondisi faktor dari dalam tentu saja merupakan hal
yang utama menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski
mendukung, tetapi faktor tidak mendukung, maka faktor luar akan kurang
signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa


faktor penyebab kesulitan belajar terbagi menjadi dua yaitu a) faktor internal
adalah faktor penyebab yang terjadi dalam diri siswa misalnya minat, kecerdasan,
bakat, motivasi, kondisi tubuh yang sehat. b) faktor eksternal adalah faktor
penyebab yang terjadi pada lingkungan siswa misalnya kondisi sekolah yang tidak
bagus, soaial budaya, dan pergaulan.

5. Pengertian Paragraf
Paragraf tidak terbentuk kalau hanya berisi kalimat yang digabungkan
dengan kalimat lain. Kunjana Rahardi menyatakan (2009:158) “Paragraf
merupakan bagian karangan atau tulisan yang membentuk satu kesatuan
pikiran/ide/gagasan”. Setiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok
paragraf harus dikemas dalam sebuah kalimat, yang disebut kalimat utama.
Ngalimun (2017:23) “Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam
sebuah karangan”.
Paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua
kalimat dalam paragraf tersebut mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau
topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat
ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara runtur dan sistematis,
sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat
13

lainnya dalam paragraf itu. Kunjana Rahardi (2010:102) menyatakan “Paragraf


adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat”. Berdasarkan
pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa paragraf adalah satuan bahasa
yang membentuk satu kesatuan gagasan.

6. Jenis-Jenis Paragraf
Persoalan penempatan ide pokok merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam menyusun paragraf yang baik.
Menurut Suherli Kusmana (2019:132) jenis-jenis paragraf sebagai berikut:
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif merupakan kalimat pokok ditempatkan pada awal
paragraf pada konteks ini mengacu kalimat pertama atau kalimat kedua. Dengan
menempatkan kalimat pokok pada awal paragraph. Pada paragraf berjenis
deduktif itu susunan kalimatnya dimulai dengan mengemukakan pokok persoalan.
Cara ini merupakan metode yang paling baik.
Perhatikan contoh berikut!
Pembelajaran di perguruan tinggi dewasa ini menghadapi dua tantangan.
Tantangan pertama dating dari perubahan persepsi tentang belajar
sebagai konsekuensi perubahan peminatan masyarakat terhadap lulusan
perguruan tinggi. Tantangan kedua dating dari pesatnya teknologi
informasi dan komunikasi yang mengubah tatanan dunia dan persyaratan
kompetensi sumber daya manusia.
Pada paragraf tersebut ditunjukkan bahwa kalimat pertama merupakan
kalimat pokok atau kalimat utama yang mengandung ide pokok “pembelajaran
dewasa ini menghadapi dua tantangan”. Kalimat selanjutnya merupakan perincian
dan penjelasan kalimat.
b. Paragraf Induktif
Kebalikan dari paragraf deduktif, pada paragraf induktif adalah kalimat
pokok ditempatkan pada bagian akhir. Paragraf semacam itu disusun dengan lebih
dulu dikemukakan eviden-eviden atau bukti-bukti yang merujuk pada ide pokok.
Cara ini lebih sulit, tetapi lebih efektif, terutama dalam mengemukakan
argumentasi.
Perhatikan contoh berikut!
14

Awalnya RS menyampaikan kronologis kejadian penganiayaan yang ia


alami kepada putrinya dengan maksud menghindar dari rasa malu.
Namun, selanjutnya putrinya mengabarkan peristiwa itu kepada seorang
politisi. Tidak disangka kemudian berita tentang peristiwa itu menyebar ke
berbagai media massa. Masyarakat dibuat gaduh karenanya. Niat untuk
menutupi rasa malu kepada anaknya berubah RS menjadi tersangka
penyebaran berita bohong. Memang, diperlukan kecerdasan dalam
membuat dan menerima berita.
Ide pokok tersebut pada kalimat terakhir “Memang, diperlukan kecerdasan
dalam membuat dan menerima berita” penempatan ide pokok tersebut pada akhir
bagian paragraf secara berangsur-angsur menuju klimaks atau ide pokok pada
akhir paragraf.
c. Paragraf Deduktif-induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan kalimat pokok ditempatkan pada
awal paragraf, kemudian diulang lagi pada akhir paragraf.
Perhatikan contoh berikut!
Arman sangat menyesali perbuatannya ketika polisi memborgolnya.
Narkoba telah menjerumuskannya ke dalam lubang hita, yang gelap,
penjara. Niat untuk iseng dan dianggap sebagai lelaki tulen tak
disangkanya menjadi awal kehancuran hidupnya. Kini semua telah
terlanjur terjadi. Ia sangat menyesali perbuatannya.
Dalam paragraf di atas kalimat pokoknya adalah “Arman sangat menyesali
perbuatannya”. Kalimat itu ditempatkan pada awal paragraf. Namun, pada akhir
paragraf kalimat pokok itu diulang kembali sebagai penegasan.
d. Paragraf Deskriptif-Naratif
Pada paragraf deskriptif-naratif merupakan kalimat pokok ditempatkan
berserak di semua bagian: di awal, tengah, bahkan akhir paragraf. Cara penulisan
paragraf ini lebih sulit dari ketiga jenis paragraf lainnya. Paragraf ini pada
umumnya ditulis untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu kejadian,
fenomena alam, kondisi suatu tempat, peristiwa yang terjadi, dan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut!
Burung camar terbang tinggi di awan. Kepak sayapnya menderu melawan
15

kencangnya tiupan angina. Sementara di ufuk barat sang mentari merah


merona, seperti wajah gadis yang malu-malu menatap jejaka tampan
rupawan. Langit sudah mulai kelam. Warnanya yang abu-abu menambah
suasana temaram yang sendu.
Sukar sekali menemukan kalimat terpenting dalam paragraf tersebut
karena seluruhnya berisi ide pokok. Tidak ada kalimat yang lebih penting
daripada yang lain. Semuanya sama penting dan bersama-sama membentuk
kesatuan.

7. Wacana
a. Pengertian Wacana
Di dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada kegiatan membaca, salah
satunya membaca wacana. Wacana secara umum mengacu pada artikel,
percakapan, atau dialog, karangan, pernyataan. Dalam pengertian Bahasa
Indonesia wacana adalah bacaan, percakapan atau tuturan.
Menurut Harimurti Kridalaksana (dalam Yusi Rosdiana (2014: 3.18)
“wacana adalah satuan Bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan
suatu gramatikal atau satuan Bahasa tertinggi dan terbesar”. Wacana ini
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia,
dan sebagainya), paragraf kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Adapun Samsuri (dalam Yusi Rosdiana (2014: 3.18) “memandang wacana dari
segi komunikasi. Menurutnya lagi dalam sebuah wacana terdapat konteks wacana,
topik, kohesi dan koheresi. Kohesi adalah adanya keterkaitan antar kalimat.
Sedangkan koheresi adalah adanya keterkaitan antara ide-ide atau gagasan-
gagasan kalimat.”
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan wacana adalah
susunan ujaran yang merupakan satuan Bahasa terlengkap dan tertinggi, saling
berkaitan dengan koheresi dan kohesi berkesinambungan membentuk satu
kesatuan untuk tujuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis,
wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penulis.
16

b. Jenis-Jenis Wacana
Dikemukakan oleh Yoce Aliah Darmah (2014:40) bahwa wacana memiliki
banyak jenisnya sebagai berikut:
1. Wacana Narasi
Yusi Rosdiana (2014:3.22) menyatakan Wacana narasi adalah satu jenis
wacana yang berisi cerita”. Wacana ini berusaha menyampaikan urutan terjadinya
(kronologis) dengan maksud memberi arti kepaa sebuah kajian atau serentetan
kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.
Contoh:

Myrna masuk ke dalam mobil. Dan bu Purwo yang berdiri di depan rumah,
melihat dengan panas hati. Setelah mobil itu hilang di ujung jalan sana, Bu
Purwo berbalik arah pintu yang sedang ditutup pelan-pelan oleh Satria. Bu
Purwo maju, mendorong pintu itu sehingga terbuka kembali. Dia menuding-
nuding Satria dan Kartika yang sedang berdiri di situ.

“Hei, ibu macam apa, mana kalian itu?” katanya keras. “Gaunnya serba
mengkilat, parfumnya semerbak kayak jin malam Kliwon, tapi kewajiban
bayar sewa rumah telat melulu. Bilang sama mama kalian itu, besok hari
terakhir…”

Dalman (2015:106) menyatakan “wacana narasi adalah bentuk percakapan


atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa
atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu”. Pengertian lain dari narasi yaitu
suatu paragraf yang disusun dengan tujuan menyampaikan suatu hiburan atau
pengalaman yang baik untuk para pembaca. Narasi bisa berbentuk fiksi, dan bisa
juga non fiksi. Bisa ditemukan pada karya seperti cerpen, biografi, novel dan
lainnya
Alfin (2008: 11) dalam jurnal Isroyati (2016) menjelaskan bahwa wacana
narasi berasal dari narration yang artinya bercerita. Pengertian narasi atau
naratif itu sendiri adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan
serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan kejadian (kronologis),
dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian,
sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wacana narasi atau


cerita ialah jenis karya tulis yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
17

Rangkaian ini dapat disusun menurut urutan waktu. Sedangkan peristiwanya dapat
berupa kejadian nyata atau khayalan. Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi
sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu atau dapat juga dirumuskan narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
suatu peristiwa yang telah terjadi.
Adapun ciri-ciri dari narasi berdasarkan Yoce Aliah Darma yaitu:
alur (plot), (b) penokohan, (c) latar, (d) titik pandang, (e) pemilihan detail
peristiwa. Detail-detail dalam narasi disusun dalam sekuensi (sequence)
ruang dan waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah dan akhir
cerita. Jika cerita menyangkut latar tempat, maka pengisahan mengalami
pergantian dari satu tempat ke tempat lain. Jika cerita menyangkut latar
waktu, maka pengisahan mengalami pergantian dari waktu ke waktu. Jika
cerita menyangkut perbuatan, maka tokoh pengisahan mengalami Gerakan
dari suatu adegan ke adegan lain.

Karangan narasi memiliki beberapa yang berkaitan dengan wacana narasi


berdasarkan Annisa (2015:241) meliputi: 1. Berbentuk cerita atau kisahan, 2.
Menonjolkan pelaku, 3. Menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4. Disusun
secara sistematis.

2. Wacana Prosedural
Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara
berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya, karena urgensi unsur yang
lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya. Wacana ini biasanya disusun
untuk menjawab pertanyaan bagaimana sesuatu bekerja atau terjadi atau bagaiman
cara mengerjakan sesuatu.

3. Wacana Hortatorik
Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang isinya bersifat ajakan atau
nasihat. Kadang-kadang tuturan ini bersifat memperkuat keputusan atau agar
menyakinkan.

4. Wacana Ekspositorik
18

Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu


pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih dijelaskannya lagi dengan cara
menyampaikan uraian bagian-bagian atau detilnya.

5. Wacana Deskriptif
Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau
melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan
penuturnya.
Ditinjau dari Batasan masalah yang peneliti gunakan bahwa peneliti
menggunakan wacana narasi.
c. Wacana Berdasarkan Jumlah Penuturnya
Berdasarkan jumlah penuturnya menurut Yoce Aliah Darma, wacana dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Wacana monolog adalah wacana yang diungkapkan oleh seseorang sesuai
dengan tujuan dan perasaannya yang dialamatkan kepada diri sendiri
b. Wacan dialog yaitu situasi komunikasi dari penyapa kepada pesapa.
Dalam hal ini terjadi pertukaran tuturan antara dua orang.

8. Kohesi Wacana
Yoce Aliah Darma (2014:51) menggambarkan sebuah wacana percakapan
yang bertalian tidak selalu memperlihatkan hubungan yang padu antara kedua
kalimat di da lamnya. Menurutnya kohesi terlihat pada permukaan. Kohesi adalah
hubungan di antara kalimat di dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat
gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Yoce Aliah Darma
menyatakan bahwa “kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam
Bahasa untuk menjadikan suatu „teks‟ itu memiliki kesatuan, hal ini berarti bahwa
hubungan makna baik makna leksikal maupun gramatikal, perlu diwujudkan
secara terpadu dalam kesatuan yang membentuk teks”.

9. Koherensi Wacana
Yoce Aliah Darma (2014:62) Suatu interpretasi tentang suatu teks
biasanya berdasarkan struktur sintaksis dan kosakata yang digunakan di dalam
19

teks tersebut. Namun, hal ini bukanlah satu-satunya cara, karena ternyata banyak
teks yang tidak gramatikal dan tidak berisi kosakata yang diperlukan. Suatu ujaran
dikenal sebagai koheren atau tidak dengan ujaran lain di dalam percakapan bukan
karena hubungannya antara yang satu dengan yang lain, tetapi dengan adanya
reaksi tindak ujaran yang terdapat dalam ujaran kedua terhadap ujaran
sebelumnya.

10. Ide Pokok


Ide pokok adalah inti suatu bacaan baik dalam bentuk paragraf atau
wacana. Istilah lain dari ide pokok antara lain gagasan utama, gagasan pokok,
pokok pikiran, pokok masalah, pikiran utama, inti paragraf, inti masalah, masalah
utama dan lain- lain.
Kemudian, Soedarso (2005 : 66) dalam Jurnal Rendy Triandi mengatakan:
Satu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat kunci
paragraf mengandung pernyataan tentang kata benda atau kata ganti orang
yang dominan atau yang menjadi topik (secara umum, garis besar)
paragraf itu. Kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang
menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan
contoh-contoh ide pokok.
Nurhadi (2005:73) dalam Jurnal Rendy Triandi berpendapat “ide pokok adalah
gagasan utama yang menjadi landasan dalam pengembangan karangan”. Hal
senada diungkapkan oleh Tampubolon (2008:47) yang berpendapat bahwa “ide
pokok adalah merupakan informasi fokus utama, dan jabaran pikiran pokok
merupakan informasi fokus pendukung”. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan
ide pokok adalah suatu bentuk gagasan yang berpangkal dari pikiran, kemudian
ditransformasikan ke dalam sebuah kalimat atau karangan.

Beberapa ciri dari ide pokok antara lain sebagai berikut: Berupa pikiran
utama atau gagasan utama dari sebuah paragraf. Mengandung inti persoalan yang
sedang dibahas dalam paragraf tersebut. Letak ide pokok di awal paragraf
(deduktif), akhir paragraf (induktif), awal dan akhir paragraf (deduktif-
induktif/campuran).
20

a. Letak ide pokok di awal paragraf (deduktif)


Berdasarkan letak ide pokok di awal paragraf (deduktif) menurut Quipper
adalah jenis paragraf yang bermula dengan penjabaran tentang hal-hal umum
kemudian menjurus ke hal khusus. Pada paragraf deduktif, letak kalimat utama
berada di awal paragraf.
Ciri-ciri jenis paragraf deduktif adalah sebagai berikut: 1. Kalimat utama
atau ide pokok ada pada kalimat pertama paragraf. 2. Polanya umum-khusus-
khusus-khusus. 3. Kalimat utama diperinci dengan kalimat penjelas.

b. Letak ide pokok di akhir paragraf (Induktif)

Letak ide pokok di akhir paragraf (induktif) adalah paragraf yang kalimat
utamanya terletak di akhir paragraf. Jenis paragraf induktif diawali dengan
kalimat-kalimat penjelas berupa fakta, contoh, rincian, atau bukti yang kemudian
disimpulkan pada kalimat akhir paragraf. Pada paragraf induktif, ada beberapa
jenis yakni generalisasi, analogi, sebab akibat, dan perbandingan
Ciri-ciri jenis paragraf induktif adalah sebagai beribut: 1. Diawali dengan
penjelasan khusus. 2. Digeneralisasikan atau disimpulkan berdasarkan penjelasan
khusus di akhir paragraf. 3. Kalimat utama terletak di akhir paragraf (kesimpulan).
4. Polanya khusus-khusus-khusus-umum.

c. Letak Ide Pokok di awal dan di akhir paragraf (campuran)


Letak ide pokok di awal dan di akhir paragraf adalah sebuah paragraf yang
memiliki 2 kalimat utama, yaitu terletak pada Awal Paragraf dan Akhir Paragraf.
Jenis paragraf ini sering disebut juga sebagai kombinasi dari paragraph induktif
dan paragraf deduktif. Selain dari kalimat diatas berfungsi sebagai Kalimat
Penjelas.

Dalam struktur-struktur yang terdapat didalam Paragraf Campuran


memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini, yaitu : 1. Paragraf campuran
memiliki 2 kalimat utama. 2. Kalimat utama terletak pada awal paragraf.
3. Kalimat utama kedua terletak sebagai kesimpulan pada akhir paragraf.
4. Kalimat penjelas terletak pada tengah paragraf. 5. Memiliki kalimat
pengulangan pada kata kunci dalam kedua kalimat utama.

Ruang guru menyatakan “Lima langkah menemukan ide pokok: 1) baca


paragraf dengan cermat, 2) cermati kalimat pertama hingga akhir, 3) baca
21

kalimat demi kalimat sampai kamu menemukan ide pokok paragraf.


Dalam suatu paragraf, ide pokok biasanya terletak di awal, akhir atau
awal dan akhir pargaraf, 4) tandai ide pokok tiap paragraf, 5) tandai info
penting tiap paragraf”.

Ide pokok dituangkan dalam satu kalimat dan kalimat tersebut disebut juga
kalimat utama. Biasanya kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah
melalui kata kunci kalimat utama tersebut. Kata kunci yang menunjukkan kalimat
utama antara lain: sebagai kesimpulan…, dengan demikian…, yang penting…,
intinya…, jadi…, pokoknya….dan lain-lain. Oleh karena itu, jika akan
menentukan letak kalimat utama, ada baiknya dibaca kalimat terakhir dengan
melihat kata-kata kuncinya.

11. Latihan Mengidentifikasi Ide Pokok


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:567) mengidentifikasi
adalah suatu proses menemukan informasi dalam suatu paragraf atau bentuk
tulisan lain. Jadi, mengidentifikasi adalah suatu proses mengurutkan atau
menjabarkan informasi dalam paragraf maupun bentuk tulisan lain, salah satunya
yaitu menemukan atau mengidentifikasi ide pokok dalam wacana.
Nurhadi (2005:72) dalam jurnal Rendy Triandi mengungkapkan terdapat
beberapa latihan yang dapat dilakukan yaitu: (a) Latihan menemukan letak ide
pokok sebuah paragraf atau bacaan, (b) Latihan menyatakan ide pokok sebuah
paragraf atau bacaan, (c) Latihan menangkap maksud paragraf atau bacaan, (d)
Latihan menemukan atau mengidentifikasi ide pokok dengan kecepatan membaca
yang tinggi.

12. Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ushwah Nurlizah, Habudin dan Mansur (2019) yang berjudul “Analisis Kesulitan
Siswa Dalam Menentukan Ide Pokok Suatu Paragraf Dalam Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas V SDN Pondok Jagung 01 Serpong Utara dimana dari
penelitiannya menunjukkan bahwa faktor penyebab kesulitan siswa menentukan
ide pokok antara lain: 1) siswa kurang memahami apa yang dimaksud ide pokok,
2) kurangnya metode guru dalam materi menentukan ide pokok
22

B. Kerangka Berpikir
Hasil wawancara awal peneliti dengan salah satu guru kelas V SD Swasta
Bintang Sergai, seperti yang telah disinggung dalam latar belakang menjelaskan
bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang
berkaitan dengan materi menentukan ide pokok setiap paragraf dalam wacana
narasi ungkapan tersebut dikuatkan dengan hasil observasi penilaian dari guru
kelas V SD Swasta Bintang Sergai menjelaskan bahwa terdapat permasalahan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi menentukan
ide pokok setiap paragraf dalam satu wacana, dimana hasil yang didapatkan
dibawah nilai KKM 65. Tercatat 65% siswa kelas V SD Swasta Bintang Sergai
nilainya masih di bawah standart KKM. Hal ini disebabkan karena masih banyak
masalah yang dialami baik oleh siswa maupun oleh guru dalam menerima maupun
menyampaikan materi tentang menentukan ide pokok pada setiap paragraf di
dalam wacana. Dalam mengatasi hal tersebut, strategi dan efektifitas guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam menentukan ide pokok.
Hal ini dapat mengatasi kesulitan siswa maupun guru dalam menerima
ataupun menyampaikan materi tentang isi karangan dan fokus ketika
pembelajaran berlangsung. Dari kondisi realita di SD Swasta Bintang Sergai,
maka peneliti ingin melakukan observasi lebih lanjut untuk mengetahui
permasalahan yang ada di SD Swasta Bintang Sergai, selanjutnya setelah
diketahui permasalahan yang ada di dalam kelas V peneliti mencoba untuk
mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah.

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah pada bab 1, maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok setiap
paragraf dalam wacana narasi di kelas V SD Swasta Bintang Sergai Tahun
Ajaran 2019/2020?
2. Apa kesulitan yang dialami siswa dalam menentukan ide pokok setiap
paragaraf dalam wacana narasi di kelas V SD Swasta Bintang Sergai
Tahun Ajaran 2019/2020 ?
23

3. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa sulit dalam


menentukan ide pokok setiap paragraf dalam wacana narasi di kelas V SD
Swasta Bintang Sergai Tahun Ajaran 2019/2020?

D. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan masalah penelitian yang akan diteliti maka perlu
dibuat definisi operasional yaitu :
1. Analisis adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola selain itu
analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar
bagian dan hubungannya dengan keseluruhan.
2. Belajar merupakan usaha sadar untuk merubah afektif, koqnitif dan
psikomotorik seseorang untuk mencapai suatu bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahannya.
3. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar.
4. Ide pokok adalah menentukan inti dari sebuah paragraf.
5. Hasil belajar adalah pencapain hasil seseorang dalam belajar.
6. Paragraf adalah terdiri dari kalimat utama dan kalimat penjelas.

Anda mungkin juga menyukai