Anda di halaman 1dari 4

Aklil shalahuddin

2210231032

Hakikat Pendidik Dalam Pembelajaran

Jika kita berbicara tentang pendidikan, filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
pemikiran manusia. Meneliti diri sendiri sebagai bagian dari pendidikan adalah cara untuk
menemukan maknanya. Jika kita melihat pendidikan sebagai suatu proses yang melibatkan
manusia, pendidikan itu sendiri sebenarnya adalah suatu proses yang melibatkan
kemanusiaan dan pemanusiaan. Secara leksikal, istilah "kemanusiaan" mengacu pada proses
menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, atau bertindak
dalam logika berpikir sebagai manusia. Istilah "kemanusiaan" juga mengacu pada sifat-sifat
manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika
berpikir sebagai manusia. Hakikat pendidikan itu sendiri lebih berfokus pada pembentukan
karakter individu, atau kepribadian atau jati diri. Setiap fase pendidikan dievaluasi dan
dipantau dengan cermat sehingga jelas apa yang menjadi potensi unggul dan faktor negatif
yang harus diperhatikan.
Sumber karakter adalah pola pikir dan perasaan seseorang. Menurut perspektif ini,
pendidikan adalah segala situasi hidup yang memengaruhi pertumbuhan seseorang, dan itu
adalah proses belajar yang berlangsung sepanjang hidup dan di segala lingkungan. Menurut
perspektif ini, pendidikan adalah segala situasi hidup yang memengaruhi pertumbuhan
seseorang, dan itu adalah proses belajar yang berlangsung sepanjang hidup dan di segala
lingkungan. Belajar biasanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menghasilkan
perubahan tingkah laku, menurut Darsono (2000:24). Pada dasarnya, pembelajaran adalah
proses interaksi antara siswa dan lingkungan mereka untuk mengubah perilaku mereka ke
arah yang lebih baik. Tugas guru adalah mengatur lingkungan agar siswa dapat mengubah
perilaku mereka. Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai upaya pendidik untuk
membantu siswa mereka belajar sesuai keinginan mereka. Di sini, pendidik bertindak sebagai
fasilitator dan menciptakan lingkungan yang mendukung peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam belajar. Pembelajaran, menurut Gagne, Briggs, dan Wegner
(dalam Winataputra, 2004), adalah kumpulan kegiatan yang memungkinkan siswa melakukan
proses belajar. Fungsi pembelajaran adalah Pembelajaran sebagai sistem: sistem terdiri dari
berbagai komponen yang terorganisir, seperti tujuan pembelajaran, materi, strategi dan
metode pembelajaran, media pembelajaran (remedial dan pengayaan).
Namun, menurut Muhaimin, ada lima prinsip pembelajaran, yaitu:
1. Prinsip kesiapan: Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan subjek. Kesiapan belajar
adalah kondisi fisikpsikis (jasmani-mental) seseorang yang memungkinkan individu untuk
belajar.
2. Prinsip motivasi: Motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang
mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Siswa harus dimotivasi, baik dari
sumber internal maupun eksternal, agar pembelajaran berhasil.
3. Prinsip Perhatian: Perhatian adalah komponen yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Dengan memberikan perhatian yang besar, siswa dapat fokus pada tugas,
melihat masalah, dan memilih dan fokus pada masalah yang harus diselesaikan.
4. Prinsip Persepsi: Sekali siswa memiliki pemahaman yang salah tentang apa yang
dipelajari, mereka akan sulit untuk mengubah pemahaman ini, yang menyebabkan struktur
kognitif yang salah.swa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
5. Retensi: Apa yang tertinggal dan dapat diingat setelah dipelajari disebut retensi. Ini
memungkinkan apa yang telah dipelajari tetap tertanam dalam struktur kognitif seseorang dan
dapat diingat kembali saat diperlukan. Kesiapan individu sebagai subjek kegiatan belajar
sangat memengaruhi proses belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisikpsikis (jasmani-
mental) seseorang yang memungkinkan individu untuk belajar. Siswa harus memiliki
kemampuan berpikir yang luar biasa, menunjukkan minat yang kuat dalam pelajaran,
memiliki bakat dan minat khusus, dan memahami metode belajar di sekolah dan di luar
sekolah. Tenaga pendidik juga harus memberi siswa kesempatan untuk berpartisipasi secara
aktif selama proses pembelajaran. Hal ini perlu dicatat karena banyak guru saat ini berfokus
pada pencapaian tujuan materi kurikulum daripada pemahaman siswa. Guru selalu
mendominasi kegiatan pembelajaran dalam kelas, menyebabkan suasana pembelajaran tidak
kondusif bagi siswa.
Proses pendidikan didefinisikan sebagai upaya untuk mendorong individu atau
kelompok untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati yang mengacu pada
agama, filosofi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Paula
Freire menganggap pendidikan sebagai proses pengaderan, dan tujuannya adalah
pembebasan. Kemampuan untuk mendidik diri sendiri adalah inti dari pendidikan.
Perkembangan pendidikan multikultural melibatkan penghargaan terhadap
keanekaragaman dan pluralitas (Ibrahim, 2015). Pendidikan nasional berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan dan pembentukan karakter dalam rangka memperbaiki kehidupan
berbangasa bertujuan untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manfaat pendidikan
umumnya berkaitan dengan mendapatkan pendidikan menyeluruh untuk anak balita (Dewi,
2017). Tujuan pendidikan masa depan termasuk teknik analisis data visual, semantik,
clustering, dan hubungan (Suhartono, 2017). Kehidupan masyarakat Indonesia sangat
dipengaruhi oleh manfaat pendidikan (Maulana & Supriyanto, 2020). Perkembangan karakter
dan kecerdikan etika seorang siswa dalam hidup bermasyarakat disebut peran pendidikan
(Setiawan, 2013). Nilai dari peran pendidikan termasuk menanamkan nilai-nilai agama,
tingkah laku, dan budi pekerti (Djaelani, 2013).
Pada dasarnya, belajar adalah proses berinteraksi dan berkomunikasi dengan semua
situasi di sekitar seseorang. Dalam interaksi mereka, seseorang diarahkan untuk
mendapatkan pengalaman melalui proses melihat, mendengar, mengamati, dan memahami
sesuatu. Belajar adalah tindakan yang disengaja dilakukan oleh seseorang untuk mengubah
diri mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka sendiri, karena dengan belajar
seseorang akan mengalami perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
paham menjadi paham, dari yang tidak mengalami menjadi mengalami, dan dari yang tidak
tahu menjadi tahu.
Pendidikan pada dasarnya memiliki dua tujuan: membantu orang menjadi cerdas,
pintar, dan baik (Sudrajat, 2011). Menjadikan. Menurut Aqil (2017), pendidikan adalah
upaya sadar dan terarah dari sejumlah orang untuk merubah pengetahuan dan perilaku
kelompok tersebut. Pada dasarnya, pembelajaran saing memberikan pemahaman tentang
penciptaan manusia dan unsur-unsurnya, yang dapat membantu anak-anak mengembangkan
karakter yang baik (Verawati & Prayogi, 2016)(Muna et al., 2017).
Guru dan siswa adalah satu sama lain dalam proses pendidikan. Ini adalah tempat di
mana proses pembelajaran terjadi. Belajar adalah proses dan merupakan komponen penting
dari setiap jenjang pendidikan.Belajar pada dasarnya adalah upaya untuk mendapatkan
pengetahuan atau pengetahuan, berlatih, atau mengubah perilaku atau tanggapan berdasarkan
pengalaman. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui
pengalaman, yang berpusat pada kemampuan individu untuk belajar sendiri dengan bantuan
pendidik. Pembelajaran sebenarnya adalah interaksi siswa dengan lingkungan mereka untuk
mengubah perilaku mereka. Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai upaya sadar
pendidik untuk membantu peserta didik mereka belajar. Selain itu, guru harus mengatur
lingkungan agar mendorong perubahan perilaku bagi siswa. Pembelajaran juga dapat
didefinisikan sebagai upaya sadar pendidik untuk membantu siswa mereka belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dengan menyediakan
sarana dan menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan kemampuan belajar siswa.
kegiatan pendidikan, belajar, dan pembelajaran, dan bahkan dapat memberikan informasi
tambahan.

DAFTAR PUSTAKA
Fatahillah. (2018). Pentingnya Guru Memahami Hakikat Belajar untuk Menumbuhkan
Perhatian dan Motivasi Belajar Siswa. Majalah Kreasi STKIP MPL, 33–39.

Aqil, D. I. (2017). Literasi Sains Sebagai Konsep Pembelajaran Buku Ajar Biologi Di
Sekolah. Wacana Didaktika, 5(02), 160. https://doi.org/10.31102/wacanadidak
tika.v5i02.59

Darsono. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: Semarang Press. Hosnan, M. (2014).
Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelaajran Abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia

Verawati, N. N. S. P., & Prayogi, S. (2016). Reviuw Literatur tentang Keterampilan Proses
Sains. Prosiding Seminar Nasional Pusat Kajian Pendidikan Sains Dan Matematika,
2(May), 334–336.

Anda mungkin juga menyukai