Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha

yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik

dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif

sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah

dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan

di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu

peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Menurut Wahab (2021: ) menyatakan bahwa teori-teori belajar terdiri dari,

yaitu:

1. Teori Belajar Deskriptif dan Perspektif

Teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif.

Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan meto

4
5

5
5

pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan

utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh

perhatian pada hubungan antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar.

Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada

bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan

kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel yang

dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.

2. Teori Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage, Gagne

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar

merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap

telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

3. Teori Kognitivisme

Teori belajar kognitif oleh Piaget mulai berkembang pada abad terakhir

sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.

Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses

infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan

kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang telah ada.

4. Teori Konstruktivisme

Teori Kontruktivisme oleh Piaget dan Vygotsky, kontruksi berarti bersifat

membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme

adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
6

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak mendadak.

5. Teori Pembelajaran Sosial menurut Albert Bandura

Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis

atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil

interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip

dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam

belajar sosial dan moral.

6. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik menyatakan bahwa proses belajar harus berhulu

dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan

pentingya isi dari proses belajar, kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara

tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan

kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal

dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia

keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan

manusia dapat tercapai.

B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh

antara guru dan peserta didik. Penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh

peserta didik, dan bukan pengajaran oleh guru. Konsep seperti ini membawa istilah

belajar sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah


7

laku. Oleh karena itu, pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang

lebih baik (Arfani, 2018).

Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran menurut Mapata

(2021), yaitu sarana dan cara agar suatu generasi dapat belajar, atau dengan kata

lain, bagaimana sarana belajar itu secara efektif dapat digunakan. Fokus

pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik, sehingga proses

yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Keaktifan peserta didik ini tidak hanya

dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta

didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan

besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik

tidak belajar karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai

usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar

sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.

C. Defenisi Lingkungan Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan

Lingkungan belajar adalah semua kondisi yang mempengaruhi tingkah

laku subjek yang terlibat di dalam pembelajaran, terutama guru dan peserta didik
8

sebagai ujung tombak proses pembelajaran di sekolah. Lingkungan belajar adalah

segala sesuatu yang ada di alam sekitar yang dapat mempengaruhi

proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang

berpengaruh terhadap proses belajar baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi individu dan sebaliknya, individu

juga dapat mempengaruhi lingkungan (Rahmi, 2019).

Pembelajaran efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan hanya

menekankan pada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses

pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,

ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari (Fadhilaturrahmi, 2018).

Pembelajaran yang efektif harus mampu menciptakan strategi untuk menyediakan

lingkungan belajar yang efektif untuk mencegah dan menanggapi masalah perilaku,

menggunakan waktu di dalam kelas dengan baik, menciptakan suasana yang

konduktif yang menarik, dan kegiatan yang memungkinkan untuk melibatkan

pikiran dan daya imajinasi siswa (Rahmi, 2019).

Pembelajaran menyenangkan (joyful learning) menurut Rindaningsih, I.,

Hastuti, W. D., & Findawati, Y. (2019), merupakan rancangan pembelajaran

dengan tujuan menciptakan suasana yang membebaskan siswa untuk berani

mencoba, bertindak, bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga perhtian

siswa dapat dipusatkan secara penuh pada pembelajaran. Beberapa pendapat ahli

tentang pembelajaran menyenangkan. Menurut Fraire, joyful learning adalah

pembelajaran yang tidak ada di dalamnya tekanan fisik maupun mental. Adanya
9

tekanan hanya akan mengerdilkan pikiran siswa. Menurut Bambang, joyful learning

ialah membuat pembelajaran dalam kelas jadi menyenangkan dan tidak monoton.

Menurut Armanto, joyful learning, yaitu sebuah pendekatan yang dapat

membuat siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu dan terus belajar.

Lingkungan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan adalah

lingkungan yang menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, adanya

rasa aman dan puas sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan dan

dapat memberikan perubahan perilaku serta peserta didik dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Faktor-Faktor Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan

Lingkungan belajar menurut Fadhilaturrahmi (2018), terdiri dari dua hal

utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik merupakan

sarana fisik yang berada di sekitar siswa saat belajar. Contoh sarana fisik yang ada

di lingkungan sekolah, yaitu ruang kelas belajar di sekolah sarana dan prasarana

kelas, pengudaraan, alat atau media belajar, pencahayaan, pewarnaannya, pajangan

hingga penataannya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan kondisi atau situasi

interaksi yang terjadi saat proses pembelajaran, mulai dari pola interaksi antara

siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber pembelajaran dan

lainnya. Untuk menciptakan lingkungan sosial yang baik, maka diperlukan interaksi

yang proporsional antara siswa dengan guru ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung. Kedua komponen tersebut saling melengkapi dalam

menciptakan lingkungan belajar yang efejtif dan menyenangkan.


10

Menurut Hasan, dkk (2021), aspek-aspek lingkungan pembelajaran yang

efektif dan menyenangkan, yaitu:

1. Lingkungan Fisik Sekolah

Lingkungan fisik merupakan lingkungan belajar siswa yang sangat penting.

Peserta didik menginginkan belajar dalam gedung dan perlengkapan fisik yang

bagus, serta dapat dibanggakan. Dengan demikian ada kesenangan untuk

bersekolah. Gedung sekolah dan perlengkapan fisik yang bagus tidak saja

merupakan tempat belajar, akan tetapi merupakan bagian penting dalam kehidupan

peserta didik di mana dia belajar, berolahraga dan berkreasi.Adapun lingkungan

fisik meliputi:.

a. Sarana dan prasarana sekolah

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar

mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja dan kursi, serta alat-alat dan media

pengajaran agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,

efektif, dan efisien. Sarana dan prasarana belajar sangat menunjang proses belajar

mengajar di sekolah. Hal ini untuk memberi kenyamanan dan kemudahan pada

siswa sehingga siswa dapat berprestasi secara optimal.

b. Fasilitas dan Sarana Umum

Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar disekolah diperlukan

fasilitas dan sarana umum yang memadai. Dalam hal ini adalah untuk memberi

kenyamanan dan kemudahan pada semua warga sekolah, yaitu dengan adanya

gedung sekolah yang bagus, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, kamar


11

mandi, toilet, taman sekolah, dan lain-lain. Demikian pula peralatan belajar yang

lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang

diberikan kepada siswa.

2. Lingkungan Sosial di Sekolah

Dalam mengikuti pendidikan di sekolah, anak-anak menyesuaikan diri

dengan lingkungan karena pada masa-masa itu mulai timbul perkembangan

kesadaran, kewajiban belajar dan sebagainya. Perkembangan sosial anak itu tidak

terjadidengan begitu saja, akan tetapi melalui tahap-tahap sampai ia remaja. Oleh

karena itu, tugas seorang guru harus bisa membina siswa-siswanya di sekolah

dengan lingkungan sekolah yang baik. Adapun lingkungan social di sekolah, yaitu:

a. Relasi guru dengan siswa.

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Relasi guru

dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, siswa juga akan menyukai

mata pelajaran yang diampu guru tersebut, sehingga siswa akan berusaha belajar

dengan sebaik-sebainya untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan.

b. Relasi siswa dengan siswa

Hubungan dengan sesama siswa yang baik, pergaulan dengan sesama siswa

yang baik akan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar, sehingga akan

senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil belajar yang terbaik. Oleh karena itu,

relasi atau hubungan antar siswa dengan siswa perlu didorong dengan

baik, sehingga tidak ada siswa yang merasa rendah diri atau merasa diasingkan

oleh yang lainnya.

E. Ciri-Ciri Lingkungan Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan


12

Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui

bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat

penting untuk mengetahui ciri-cirinya. Menurut Fakhrurrazi (2018), ciri-ciri

pembelajaran yang efektif, yaitu:

1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental

ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan

berfikir kritis. dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat

peta dan lain-lain.

2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas

menjadi hidup.

3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi

seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.

4. Suasana demokratis di sekolah, yakni d engan menciptakan lingkungan

yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa,

memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat

orang lain.

5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.

6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari

sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada

pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada

diri orang lain.


13

7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,

mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan.

Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan menurut Trinova.

(2012), yaitu

1. Menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks).

2. Materi yang diberikan relevan tingkat perkembangan anak.

3. Belajar secara emosional, seperti adanya humor dan dukungan semangat.

4. Melibatkan semua indera dan otak kiri (analitis) maupun kanan (sosial).

5. Menantang peserta didik dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari.

Pendapat di atas hampir sama dengan pandangan Asmani (2011), yang

menyatakan bahwa ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah: adanya

lingkungan yang tidak membuat tegang, aman. menarik, tidak membuat ragu anak

untuk melakukan sesuatu, menggunakan semua indera, dan terlihat anak antusias

dalam beraktivitas. Akibatnya, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak

membuat anak takut salah dan dihukum, takut ditertawakan temanteman, takut

dianggap sepele oleh guru atau teman. Di sisi lain, pembelajaran yang

menyenangkan dapat membuat anak berani bertanya, mengemukakan pendapat

atau gagasan, dan berani mempertanyakan gagasan orang lain.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teori belajar dan pembelajaran terdiri atas teori deskriptif dan perspektif, teori

behavioristik, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, teori pembelajaran sosial,

dan teori humanistik.

2. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

proses pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena berhasil atau tidaknya

tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar mengajar itu berlangsung.

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-

sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.

3. Defenidsi lingkungan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan adalah

lingkungan yang menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, adanya

rasa aman dan puas sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan dan

dapat memberikan perubahan perilaku serta peserta didik dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Faktor atau aspek lingkungan pembelajaran efektif dan menyenangkan terdiri dari

dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik

contohnya ruang kelas belajar di sekolah sarana dan prasarana kelas, pengudaraan,

alat atau media belajar, pencahayaan, pewarnaannya, pajangan

14
25

hingga penataannya. Sedangkan lingkungan sosial mulai dari pola interaksi antara

siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber pembelajaran dan

lainnya.

5. Ciri-ciri Pembelajaran efektif dan menyenangkan, yaitu belajar secara aktif

baik mental maupun fisik, metode yang bervariasi, motivasi guru terhadap

pembelajaran di kelas, suasana demokratis di sekolah, pelajaran di sekolah

perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata, interaksi belajar yang kondusif,

pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,

menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks), materi yang diberikan relevan

tingkat perkembangan anak, belajar secara emosional, melibatkan semua indera

dan otak kiri (analitis) maupun kanan (sosial), menantang peserta didik dan

mengekspresikan apa yang sedang dipelajari.

6. Strategi menciptakan lingkungan pembelajaran efektif, yaitu membuat program

tahunan dan perencanaan pembelajaran, penggunaan waktu dalam pembelajaran,

pengelolaan pembelajaran, pengelolaan perilaku meyimpang dalam kelas. Cara

untuk menciptakan lingkingan belajar menyeangkan, yaitu menyapa siswa dengan

ramah dan bersemangat, melibatkan siswa secara aktif, memotivasi siswa, menarik

minat dan perhatian siswa, memberikan pelayanan individu siswa, dan

menyiapkan dan menggunakan Berbagai media dalam pembelajaran.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu cara


26

mewujudkan lingkungan pembelajaran efektif dan menyenangkan bagi peserta didik

harus memperhatikan berbagai faktor dan didukung oleh keluarga, guru, sekolah,

masyarakat, dan peserta didik itu sendiri. Penulis juga mengharapkan dengan adanya

makalah ini dapat menjadi literatur untuk menciptakan lingkungan pembelajaran

efektif dan menyenangkan.


28

Anda mungkin juga menyukai