Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“TEORI BELAJAR DAN TEORI-TEORI PEMBELAJARAN”


(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran)

Dosen Pengampu :
(Prof. Dr. JHON.F. REHENA, M.Kes)

Disusun Oleh:

SITI NURJANI
WEYDI CHRISTIN MELSASAIL
SERLY LESSIL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu
peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol.
Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi
verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi
belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh
subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena
desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal
dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia menjadi
mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan
persepsi manusia.
Oleh karena itu seseorang harus menguasai prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami
bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di
masa yang akan datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud
perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior).Perilaku yang
tampak misalnya menulis,memukul, menendang sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya
berfikir,bernalar dan berkhayal. Untuk itu, agar aktivitas belajar dapat mencapai hasil belajar yang optimal,
maka stimulus atau proses belajar untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik
sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi yang diberikan. Meskipun pengajar
sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta didik dalam mengerti dan paham pada
materi yang diberikan. Oleh karena itu pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta
didik mampu memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah..
1. Apakah pengertian dari teori belajar?
2. Apa saja jenis-jenis teori belajar?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar?
4. Bagaimana penerapan teori belajar dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah..

1. Mengetahui pengertian dari teori belajar


2. Mengetahui jenis-jenis teori belajar
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar
4. Mengetahui penerapan teori belajar dalam proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara
mengolah bahan belajar. Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain , “belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan.” Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarikkesimpulan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang setelah berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini adalah
lingkungan kelas pada saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Menurut Hamalik pembelajaran adalah suatu system artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari
komponen-komponenyang berinteraksi antara satu dengan lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi
tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik dan siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan
pengajaran, strategi pengajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalamdesain
instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Sedangkan Coney mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus
atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka membelajarkan
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang
berlaku.
Teori dan model pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh tenaga pendidik. Keberhasilan tersebut juga tidak terlepas dari kemampuan tenaga
pendidik dalam merancang teori dan model pembelajaran tersebut menjadi lebih sistimatis untuk
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Penggunaan bahan-bahan pustaka yang relevan
dilakukan sebagai langkah dalam menganalisis hasil dalam tulisan ini yaitu melalui proses
penyeleksian sumber relevan, melakukan refleksi, menganalisis, dan membuat kesimpulan sebagai
bagian akhir dari proses pengolahan data. Teori dan model pembelajaran dari pendapat para ahli
menjadi acuan bagi tenaga pendidik dalam menetapkan tujuan dan cara belajar yang akan
dilaksanakan. Teori belajar merupakan dasar mengembangkan model yang akan digunakan. Model
belajar menjadi ketentuan dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses
belajar yang akan dilaksanakan.

B. Teori Belajar Behaviorisme


Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku
manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Teori
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons
(R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan
belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini
siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh
adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari
lingkungan. Adapun kelebihan dan kelemahannya, sebagai berikut:
 Kelebihan
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
 Kelemahan
1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang
ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalu gejalanya.
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot,
padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang bersifat kognitif, sehingga, dengan
kemampuan ini, manusia mampu menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada
perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.
 Implemantasi Teori Belajar Behaviorisme Dalam Proses Pembelajaran
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang
baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat
berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya sudah mengajarkan dengan
tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia
belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil
belajar.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respons. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara
stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak
dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat
diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain
yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap
dikuatkan. Misalnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia
akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif
(positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru
meningkatkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif
(negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang
penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respons. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull,
Edwin Guthrie, dan Skiner. Pada dasarnya para penganut aliran behavioristik setuju dengan
pengertian belajar di atas, namun ada beberapa perbedaan pendapat di antara mereka.
C. Teori Belajar Kognitifisme
Teori Kognitivisme mengalihkan perhatiannya pada “otak”. Mereka berpendapat bagaimana manusia
memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar. Akhirnya proposisi (gagasan awal)
inilah yang menjadi fokus baru mereka. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses.
Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung perluasannya,
khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi
kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori,
perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Mereka meneliti bagaimana manusia
memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian. Adapun
kelemahan dan kelebihannya, sebagai berikut:
 Kelebihan
1. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori
kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap
individu.
2. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi
yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan
pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
3. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki
oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu
mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
4. Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau
membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif
peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal
yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
 Kelemahan
1. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan
kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah
selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan
tidak dibeda-bedakan.
2. Dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada
dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
3. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik
tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode
pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
5. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik
untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
 Implemantasi Teori Belajar Kognitifisme Dalam Proses Pembelajaran
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagibagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di
dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan siswa. Meskipun proses
perkembangan siswa mengikuti urutan yang sama, namun kecepatan dan pertumbuhan dalam
proses perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan
perkembangan mempengaruhi kecepatan belajar siswa, oleh sebab itu interaksi dalam bentuk
diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda bagi perkembangan
penalaran siswa. Perlu disadari bahwa penalaran bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara
langsung, namun perkembangannya dapat disimulasikan.
Penerapan teori kognitif ini contohnya pada pembelajaran mandiri, dimana siswa dapat
belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya sendiri dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri. Sebagaimana yang disampaikan Piaget (Collin, dkk: 2012) dalam teorinya bahwa
tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah menghasilkan manusia yang memiliki
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru”. Selain model pembelajaran mandiri, model
diskusi dengan memfokuskan pada perkembangan siswa dan guru sebagai fasilitator untuk
membantu siswa berkembang sesuai dengan struktur kognitifnya, juga merupakan contoh
penerapan teori kognitif.

D. Teori Belajar Humanistime


Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti
apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Jadi, teori belajar humanistik
adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Adapun kelemahan dan kelebihannya sebagai, berikut:
 Kelebihan
1. Tumbuhnya kreatifitas peserta didik Dengan belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas ang
sesuai dengan karakternya akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman
karya.
2. Semakin canggihnya teknologi Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam
diri peserta didik untuk belajar dan semakin maju perkembangan belajarnya.
3. Tugas guru berkurang Dengan peserta didik yang melibatkan dirinya dalam proses belajar itu juga
akan mengurangi tugas guru karena guru hanyalah failisator peserta didik.
4. Mendekatkan satu dengan yang lainnya Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat
hubungan antar keduanya. Seringnya berkomunikasi akan menciptakan suasana yang nyaman karena
peserta didik tidak merasa takut atau tertekan. Begitupun antar peserta didik.
 Kekurangan
1. Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran Guru biasanya tidak memberikan
informasi yang lengkap sehingga peserta didik yang kurang referensi akan kesulitan untuk belajar.
2. Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan Misal saja guru menugaskan peserta
didik untuk berdiskusi sesuai kelompok, pasti ada beberapa peserta didik yang mengandalkan teman
atau tidak mau bekerja sama.
3. Pemusatan pikiran akan berkurang Dalam hal ini guru tidak sepenuhnya mengawasi karena system
belajar yang seperti ini adalah siswa yang berperan aktif menggali potensi, sehingga peserta didik
akan memanfaatkan keadaan yang ada.
4. Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi Dalam pembuatan tugas peserta didik yang
malas akan berinisiatif mengcopy pekerjaan temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru
maupun temannya.
 Implemantasi Teori Belajar Humanistime Dalam Proses Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih
praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi
dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar meterjemahkannya ke dalam langkah-langkah
yang lebih konkrit dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan
manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen
pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Semua komponen pendidikan
termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang
dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu
diperhatikan bagaimana perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman
terhadap dirinya, serta realisasi diri.
Pada teori humanistik, guru diharapkan tidak hanya melakukan kajian bagaimana dapat
mengajar yang baik, namun kajian mendlam justru dilakukan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana agar siswa dapat belajar dengan baik. Jigna dalam jurnal CS Canada (2012)
menekankan bahwa “To learn well, we must give the students chances to develop freely”.
Pernyataan ini mengandung arti untuk menghasikan pembelajaran yang baik, guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara bebas.
Pada penerapan teori humanistic ini adalah hal yang sangat baik bila guru dapat
membuat hubungan yang kuat dengan siswa dan membantu siswa untuk membantu siswa
berkembang secara bebas. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menawarkan berbagai
sumber belajar kepada siswa, seperti situs-situs web yang mendukung pembelajaran. Inti dari
pembelajaran humanistic adalah bagaimana memanusiakan siswa dan membuat proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dalam prakteknya teori humanistik ini
cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
E. Teori Belajar Sibenertik
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ‘Cybernetic’ yakni sistem control
dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Kata ‘cybernetic’ yang
selanjutnya ditulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengendali
atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol
mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah
sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan
buatan dan jaringan komputer. Istilah ‘Cybernetic’ pertama kali dikeluarkan oleh Nobert Wiener,
seorang ilmuwan dari Massachussets Institut Of Technology (MIT), untuk menggambarkan
kecerdasan buatan (artificial intellidence). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan cara
bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi
Uno menjelaskan, teori belajar sibernetik adalah yang paling baru dari semua teori belajar yang telah
dikenal. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut Teori ini, belajar adalah
pengolahan informasi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses
memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses
karena informasi akan menentukan proses.
Ridwan Abdullah Sani berpendapat, teori sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah ada, seperti teori belajar behavioristik, konstruktivistik,
humanistik, dan teori belajar kognitif. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif, yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar. Perbedaannya teori ini dengan teori belajar kognitif adalah bahwa proses belajar sangat ditentukan oleh
sistem informai yang dipelajari. Cara belajar secara sibernetik terjadi jika peserta didik mengolah informasi,
memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Hal yang terpenting dalam teori ini
adalah “Sistem Informasi” yang akan menentukan terjadinya proses belajar. Menurut teori ini, tidak ada satupun
cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang peserta
didik dengan satu macam proses belajar, namun informasi yang sama mungkin akan dipelajari peserta didik
yang lain melalui proses belajar berbeda.
Abdul Hamid (2009: 47) menyatakan, menurut teori belajar sibernetik yang terpenting
adalah “Sistem Informasi” dari apa yang akan dipelajari pembelajar, sedangkan bagaimana
proses belajar akan berlangsung dan sangat ditentukan oleh sistem informasi tersebut. Oleh
karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu jenis cara belajar yang ideal untuk segala
situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Adapun Keunggulan dan Kelemahan Teori
Belajar Sibernetik :
 Keunggulan
1. Ke semua teori belajar dalam aliran-aliran menekankan aspek yang berbeda-beda ini
sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang
berlangsung pada diri seorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
2. Isi proses belajar adalah sistem inforamsi yang diperoleh melalui pengalaman akan
suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
3. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku, maupun seara kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
 Kelemahan
Teori ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi
dengan mencoba melihat mekanisme ini kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman
akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.
 Implemantasi Teori Belajar Sibernetik Dalam Proses Pembelajaran
Dalam pembelajaran sibernetik harus ada umpan balik dari siswa kepada gurunya. Dengan
adanya umpan balik tersebut, guru akan tahu apakah materi yang disampaikan kepada siswanya telah
dipahami atau belum. Guru juga dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi yang
disampaikan. Selain siswa, guru juga harus memberikan feedback berupa nilai dari hasil belajar siswa
tersebut. Selanjutnya siswa akan mengintrospeksi diri dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
apabila hasil yang diperoleh kurang memuaskan.
Contoh implementasi teori sibernetik dalam proses pembelajaran ini ialah dengan menggunakan
monitor langsung (videocall) atau dengan menggunakan aplikasi skype, quipper video, webcam, dan
lainnya.Dalam penggunaannya pendidik dan peserta didik tidak harus bertatap muka langsung seperti
proses belajar mengajar pada umumnya. Pendidik hanya membutuhkan layar monitor yang terhubung
langsung dengan peserta didik. Dan peserta didik juga harus memiliki fasilitas seperti laptop dan
infokus yang terhubung langsung dengan pendidik. Di Indonesia pengaplikasian teori sibernetik masih
jarang sekali dilakukan karena keterbatasan fasilitas yang kurang memungkinkan, sedangkan di negara-
negara maju lainnya seperti negara Amerika telah menerapkan sistem ini pada proses belajar mengajar
dan hasilnya sangat efektif. Sehingga teori ini dikembangkan secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ini disimpulkan bahwa :


a. Teori belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka
membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan
petunjuk kurikulum yang berlaku.
b. Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Teori behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan.
c. Teori Kognitivisme adalah tentang bagaimana manusia memproses dan menyimpan informasi sangat
penting dalam proses belajar. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori belajar
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya. Tujuan utama para pendidik
adalah mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.
d. Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana

memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

e. Teori belajar sibenetik merupakan teori belajar yang relatif naru dibandingkan teori belajar dari teori
belajar sebelumnya. Menurut teori sibenetik belajar adalah pengolahan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.

Anonimous, 2019 . Modul Teori Belajar dan pembelajaran. Pendidikan provesi Guru (PPG)

Darsono dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamid, A. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Unimed Pres.

Grafindo. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Khadijah. (2013). Belajar dan Pembelajaran . Medan : Citapustaka Media.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido.

Thobroni. (2015). Belajar dan Pembelajaran . Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai