Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IMPLIKASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Belajar”

Dosen Pengampu:
Dr.Syarifan Nurjan, M.A.

Oleh:
Ruhima Fatharani (22112461)
Wardatul Jannah (22112483)
Mufti Ali Hasemi.T (22112464)
Rama Daniel (22112496)
Muhammad Aldin (22112445)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
November 2023
A. PENDAHULUAN
Pada makalah ini penulis fokus pada implikasi teori belajar dalam pembelajaran
yang merupakan pembahasan lanjutan dan merupakan pengantar menuju pembahasan
setelahnya untuk memperjelas pelaksanaan teori belajar dalam pembelajaran, yang
mana harus dipahami bahwa masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangan.
Maka dalam pelaksanaan teori-teori belajar tersebut bisa saling mengisi agar tujuan
pembelajaran dicapai dengan maksimal.
Riview sedikit belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai basil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan banyak proses. Sehubungan dengan pengertian ini
perlu diuraikan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses
kematangan fisik, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. Dalam
perkembangannya, muncul beberapa teori belajar seperti teori belajar behavioristik,
kognitif, dan humanistik. Dalam proses pelaksanaanya, teori belajar harus dapat
diterapkan dengan baik dan benar, agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pelaksanaan
yang baik, tentu harus memperhatikan hal-hal yang menjadi pendukungnya dan
meminimalisir hal-hal yang menghambatnya.
Melalui makalah ini, penulis akan membahas mengenai implikasi teori belajar
dalam pembelajaran, yang dimaksudkan untuk memperjelas pelaksanaan teori belajar
dalam pembelajaran, yang mana harus dipahami bahwa masing-masing teori memiliki
kelebihan dan kekurangan. Maka dalam pelaksanaannya teori-teori belajar tersebut bisa
saling mengisi agar tujuan pembelajaran dicapai dengan maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implikasi teori belajar behavioristik?
2. Bagaimana implikasi teori belajar kognitif?
3. Bagaimana implikasi teori belajar humanistik?
4. Bagaimana implikasi teori belajar dalam perspektif islam?
B. PEMBAHASAN
1. Implikasi teori belajar behavioristik
Teori Behavoristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya pengalaman dan latihan dalam hubungan stimulus dan respon. Ada dua metode
untuk pengembangan pola tingkah laku baru, yakni shaping dan modelling.
1) Shaping

Tingkah laku yang kompleks, bukan hanya "simple response". Tingkah laku
yang kompleks dapat diajarkan dengan proses "shaping" atau "successive
approximations" (teknik yang digunakan untuk mengembangkan perilaku baru dengan
cara menguatkan perilaku yang mendekati target secara bertahap), Reinforcement dan
extinction merupakan alat agar terbentuknya tingkah laku operant baru. Frazier dalam
(Sri Esti,2006: 139) menyampaikan penggunaan shaping untuk memperbaiki tingkah
laku belajar. Ia mengemukakan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar murid
antara lain:

a) Datang di kelas pada waktunya,


b) Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru
c) Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik
d) Mengerjakan pokerjaan rumah.
e) Penyempurnaan.

Hasil dari lima komponen untuk memperbaiki tingkah laku, dan yang lebih
penting lagi ialah para siswa menjadi lebih biasa bekerja sama di kelas dan
menggunakan waktu belajar mereka lebih efektif.
2) Modelling
Modelling adalah suatu bentuk belajar yang dapat diterangkan secara tepat oleh
classical conditioning maupun oleh operant conditioning. Atau bisa di sebut
seorang individu belajar dengan tingkah laku orang lain sebagai model. Bisa disebut
belajar dengan pengajaran langsung. Pola bahasa, gaya pakaian, dan musik
dipelajari dengan mengamati tingkah laku orang lain. Modelling dapat terjadi, baik
dengan "direct reinforcement" maupun dengan "vicarious reinforcement". Hampir
sebagian besar anak mempunyai pengalaman belajar pertama termasuk
reinforcement langsung dengan meniru model (orang tuanya).Peran modeling
dalam perspektif gender adalah mampu mempengaruhi mindseet dan perilaku
siswa/siswi kearah kesetaraan dan keadilan gender serta ramah pada perbedaan.
Karena itu diperlukan figur-figur yang ditampilkan dengan skenario yang responsif
gender. Prosedur-prosedur Pengendalian atau Perbaikan Tingkah Laku.

a) Memperkuat Tingkah laku bersaing


Dalam usaha merubah tingkah laku yang tak diinginkan diadakan
penguatan tingkah laku yang diinginkan misalnya dengan kegiatan - kegiatan
kerjasama, membaca dan bekerja di satu meja untuk mengatasi kelakuan-
kelakuan menentang, melamun, dan hilir mudik. SOSIAL reinforcement untuk
tingkah laku yang tepat mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
b) Ekstingsi
Ekstingsi ialah proses di mana suatu operant yang telah terbentuk tidak
mendapat reinforcement lagi. Ekstingsi dilakukan dengan
membuat/meniadakan peristiwaperistiwa penguat tingkah laku. Ekstingsi dapat
dipakai bersama-sama dengan metode lain seperti "modelling dan SOSIAL
reinforcement.
c) Hukuman
Hukuman menunjukkan apa yang tak boleh dilakukan murid,
sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid.
menghukum. Ada dua bentuk hukuman:
➢ Pemberian stimulus derita, misalnya: bentakan, cemoohan, atau
ancaman.
➢ Pembatalan perlakuan positif,

Ada bermacam-macarn pengajaran terprogram, antara lain:


❖ Program linear: program ini dikembangkan oleh Skinner. Penyusun Program
menentukan urutan kegiatan murid untuk menyelesaikan program. Tiap bagian
program berisi perincian kecil pengetahuan.
❖ Program intrinsik atau "branching program": Program ini dikembangkan oleh
Croder. Dalam program ini respon-respon murid menentukan rute atau arah
kegiatan murid-muridmenentukan rute atau arah kegiatan siswa/siswi itu.
2. Implikasi teori belajar kognitif
Mereka berpendapat bahwa perilaku manusia selalu didasarkan pada kognisi,
tindakan mengetahui atau memikirkan keadaan di mana perilaku itu terjadi.Tiga
orang penting yang mengembangkan teori psikologi kognitif yaitu:
• Piaget, yang mengemukakan tentang perkembangan kognitif anak
• Bruner, yang mengembangkan psikologi kognitif dengan menemukan metode
belajar "discovery".
• Ausubel, Siapa yang percaya: Siswa dapat belajar secara efektif menggunakan
buku teks dan metode ceramah jika pengetahuannya terorganisir dan disajikan
dengan baik.

Psikologi Gestalt dalam Praktek


Pendiri psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer, yang berusaha meningkatkan
proses pembelajaran “menghafal” melalui pemahaman daripada menghafal. Kohler
dan Wertheimer menyimpulkan bahwa siswa yang mempelajari harus mampu
memperoleh wawasan tentang hubungan antara bagian dan keseluruhan.
Sedangkan prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut:
• Belajar berdasarkan keseluruhan. Individu berusaha menghubungkan suatu
pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
• Belajar adalah suatu proses perkembangan. Individu anak baru dapat
mempelajari dan merencanakan bila telah matang untuk menerima bahan
pelajaran itu
• Anak didik sebagai organisme keseluruhan. Anak didik belajar tidak hanya
intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
• Terjadi transfer. Setelah mendapat tanggapan yang tepat ketika belajar dan jika
suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk
menguasai kemampuan yang lain
• Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Seorang anak akan belajar dari
pengalamannya bahwa kena api itu panas dan api itu bisa membakar kulit
manusia. Karena pengalamannya itu, anak didik tidak akan mengulangi lagi
untuk bermain main dengan api.
• Belajar harus insight. Adalah seseorang melihat suatu pengertian (insight)
tentang sangkut paut dan hubunganhubungan tertentu dalam unsur yang
mengandung suatu problem.
• Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.
• Pembelajaran berlangsung terus menerus.
• Melalui ilmu dan pengalaman hidup tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar
sekolah.

Implikasi Teori Piaget untuk Pendidikan


Penelitian Piaget menyarankan agar guru memeriksa bahasa siswa dengan cermat
untuk memahami kualitas pemikiran mereka di kelas. Penjelasan Piaget tentang
hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak-anak dan materi
pembelajaran kompleks menunjukkan bahwa guru perlu berhati-hati tentang apa
dan bagaimana mereka mengajar. Dalam hal ini, situasi belajar yang ideal adalah
keselarasan antara materi yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual
anak. Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola perkembangan kognitif anak
dan menentukan jenis keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk memahami apa
yang diajarkan.
Implikasi "Discovery Learning" dari Bruner.
Pembelajaran penemuan Jerome Bruner (Slavin dalam Baaruddin & Esa, 2006:
129), yaitu siswa didorong untuk belajar sendiri. Siswa secara aktif mempelajari
konsep dan prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki berbagai
pengalaman dan menggunakan pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip bagi
diri mereka sendiri Discovery Learning mempunyai beberapa manfaat dalam
pembelajaran antara lain memotivasi siswa untuk terus menyelesaikan
pembelajarannya hingga menemukan jawaban dari permasalahan yang
dihadapinya.
Praktek Ausubel : Expository Teaching
David Ausubel (Slavin dalam Baaruddin & Esa, 2006: 130) mengkritik
pembelajaran penemuan.Dia menyatakan bahwa siswa tidak selalu mengetahui apa
yang penting dan relevan, dan bahwa beberapa siswa memerlukan motivasi
eksternal untuk mempelajari apa yang diajarkan di sekolah.
Kendati peran guru dalam expository learning maupun discovery learning berbeda,
namun keduanya memiliki kesamaan pandangan antara lain:
• Keduanya menuntut siswa untuk aktif saat belajar
• Kedua pendekatan tersebut menekankan bagaimana pengetahuan yang dimiliki
siswa menjadi bagian dari pengetahuan baru mereka.
• Kedua pendekatan tersebut berasumsi bahwa pengetahuan dapat berubah
secara terus menerus.
Pendidikan ekspositori adalah rencana pembelajaran sistematis berdasarkan
informasi yang bermakna.Pelajaran dalam Ekspositori mencakup tiga asas fase
pembelajaran.yaitu:
▪ Tahap pertama, penyelenggara tingkat lanjut. Secara umum pembelajaran
maksimal terjadi ketika terdapat potensi kecocokan antara skema yang dimiliki
siswa dengan materi atau informasi yang dipelajarinya.
▪ Tahap kedua memberikan tugas belajar. Artinya, menggunakan contoh
sederhana untuk menyampaikan persamaan dan perbedaan antara materi yang
dipelajari dengan pengetahuan yang ada.
▪ Tahap ketiga adalah penguatan organisasi kognitif. Pada fase ini, guru berupaya
menambahkan informasi baru pada informasi yang sudah dimiliki siswa pada
awal pembelajaran.Dia memulai dengan membantu siswa melihat setiap detail
informasi dalam konteks informasi yang lebih besar atau lebih umum.

Assisted Learning
Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi
dan percakapan anak dengan lingkungan sekitarnya, termasuk teman sebaya,
orang dewasa, dan orang-orang di sekitarnya. Orang lain ini bertindak sebagai
pembimbing atau guru, memberikan informasi penting dan dukungan yang
dibutuhkan anak untuk mengembangkan kecerdasannya.Orang dewasa yang
dekat dengan anak memperhatikan apa yang dilakukan, diucapkan, dipikirkan
anak, serta membimbingnya agar ia paham mana yang benar dan mana yang
salah.Anak-anak dapat menyelesaikan konservasi dan klasifikasi dengan
bantuan keluarga, guru, atau kelompok bermain .
Panduan ini biasanya dikomunikasikan melalui bahasa Jerome Bruner
menggunakan istilah scaffolding untuk menggambarkan dukungan orang
dewasa dalam proses belajar anak: dukungan dalam pembelajaran dan
pemecahan masalah.Dukungan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, penyelesaian masalah selangkah demi selangkah, pemberian contoh,
atau dorongan kepada siswa untuk tumbuh dan menjadi pembelajar mandiri
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.Bentuknya bisa apa saja.Guru
dapat mendukung pembelajaran siswa dengan mendemonstrasikan
keterampilan , membimbing siswa melalui tahapan pemecahan masalah, dan
memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaannya.
Hal ini memungkinkan siswa menerima masukan dari pekerjaannya dan
menggunakannya untuk pengembangan lebih lanjut. Pengetahuan yang
diperolehnya pada tahun .Secara teknis, scaffolding dalam pembelajaran membantu
siswa memperoleh pemahaman dan keterampilan di awal pembelajaran.Dukungan
tersebut kemudian dikurangi secara bertahap hingga siswa akhirnya mampu belajar
mandiri dan menemukan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapinya.

3. Implikasi teori belajar humanistik


Pada implikasi teori psikologi belajar humanistik lebih memberi perhatian pada
guru sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator guru harus memiliki berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai metode pengajaran yang baik. Guru
sebaiknya memberikan perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas, fasilitator membantu untuk memperoleh dan
memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan
kelompok yang bersifat lebih umum.
Pada aplikasinya Teori Belajar Humanistik dalam pembelajaran, para guru
cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah pewarisan kebudayaan,
pertanggung jawaban sosial, dan bahan pengajaran yang khusus. Mereka percaya
bahwa masalah ini tak dapat diserahkan begitu saja kepada siswa dan siswi. Pada
tipe ini, guru memberikan tekanan akan perlunya sesuatu rencana pelajaran yang
telah disiapkan dengan baik, materi yang tersusun dengan logis, dan tujuan
instruksional yang telah ditentukan, dan mereka mempunyai kecenderungan untuk
"memperoleh jawaban yang benar". Guru lebih menyukai pada suatu pendekatan
sistematik yang memanfaatkan pengetahuan hasil penelitian pada kondisi-kondisi
belajar yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai hasil yang telah ditentukan.
Bahwa pendekatan humanistik diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Bahwa para siswa akan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu
perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu
perangkat tujuan yang telah ditentukan pula dan mereka bebas menentukan
cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka sendiri.
b. Dalam Pendidikan humanistik guru mempunyai perhatian yang murni
dalam pengembangan anak-anak dan perbedaan-perbedaan individual
c. Ada perhatian yang kuat terhadap pertumbuhan pribadi dan perkembangan
siswa secara individual. Tekanan pada perkembangan secara individual dan
hubungan-hubungan manusia ini adalah suatu usaha untuk mengimbangi
keadaan-keadaan baru yang selalu meningkat yang dijumpai oleh siswa,
baik di dalam masyarakat bahkan mungkin juga di rumah mereka sendiri.

Dapat di simpulkan beberapa metode belajar berikut ini dapat dipertimbangkan


sebagai salah satu alternatif yang masuk kategori pendekatan humanisme, antara
lain adalah:

1. Active Learning (pembelajaran aktif)


Pembelajaran aktif membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus. Melvin L. Silberman menyatakan cara belajar dengan cara
mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat
sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa
lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai
pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkannya. Belajar aktif merupak
2. The accelerated learning (pembelajaran yang dipercepat)
Konsep dasar pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini,
Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas
menggunakan pendekatan belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan
berbicara dan mendengarkan, belajar dengan mengamati dan menggambarkan,
belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi. Semua unsur ini
bekerjasama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
3. Quantum learning (belajar yang menyenangkan)
Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mangubah energi menjadi
cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Sedang learning artinya belajar.
Dengan demikian, quantum learning adalah cara penggubahan bermacam-
macam interaksi, hubungan, dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar
momen belajar. Quantum learning mengasumsikan bahwa siswa, jika mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, akan mampu membuat
loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya. Salah satu konsep dasar
dari metode ini adalah bahwa belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung
dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih
lebar dan terekam dengan baik.
4. Contextual teaching and learning (Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual/ realita)
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Peran guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Sesuatu yang baru berupa keterampilan atau pengetahuan, datang dari
menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Pendekatan kontekstual memiliki
tujuh komponen utama:
a) Kontruktivisme (constructivism)
b) Menemukan (inquiry)
c) Bertanya (questioning)
d) Masyarakat belajar (learning community)
e) Pemodelan (modeling)
f) Refleksi (reflection)
g) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Pendekatan ini dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Setiap siswa/siswi
memiliki gaya belajar yang unik dan sekolah seharusnya dapat melayaninya.
Sama dengan Humanizing the Classroom yang menghargai adanya perbedaan
atau keunikan yang dimiliki siswa, demikian juga dengan experiential learning
yang dikembangkan oleh David Kolb sangat memperhatikan adanya perbedaan
atau keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu.1

4. Implikasi teori belajar dalam presfektif islam


Implikasi teori belajar perspektif Islam merujuk pada uraian Alqur‟an dan Alhadits.
Dalam pembelajaran Islam, belajar akan efektif dengan membangkitkan motivasi
baik menggunakan targhib (janji) dan tarhib (ancaman) maupun bercerita/ kisah,
pemberian ganjaran (reward). Selain itu, dalam belajar siswa perlu mengadakan
pengulangan dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam belajar harus ada
upaya membangkitkan perhatian siswa/siswi, dengan cerdas dalam bertanya pada
siswa maupun menggunakan tamsil. Disarankan hendaknya dalam memberikan
materi pelajaran kepada siswa, guru mengupayakan secara periodik atau bertahap
sesuai kemampuan si pelajar

Impikasi teori belajar dibagi menjadi berikut :


a) Membangkitkan motivasi

Menurut hasil penelitian, proses belajar terjadi dengan cepat dan efektif jika
ada motivasi (Najati, 1985: 153- 155). Membangkitkan motivasi belajar pada
individu dapat dilakukan dengan metode janji dan ancaman (targhib dan tarhib)
dan bercerita. Contoh tentang janji Nabi Saw bersabda. berikut ini : “Barang siapa
mati tidak menyekutukan Allah sedikitpun, ia masuk surga. Dan Barang siapa mati
dengan dengan menyekutukan allah sedikitpun, ia masuk neraka” (HR. Muslim).

b) Pemberian Ganjaran (Reward)

ganjaran juga sangat penting untuk mendukung dan memperkuat upaya yang
tepat. Upaya yang tidak mengarah pada kesuksesan menyelesaikan suatu problem atau
mewujudkan tujuan akan melemahkan dengan cepat semangat orang yang belajar.
Sedangkan upaya yang berhasil dalam menyelesaikan problem dan mewujudkan tujuan
akan menguat dan si pelajar akan cenderung untuk memelihara dan mempelajarinya.
Rasulullah Saw. telah mengisyaratkan urgensi ganjaran dalam mendukung perilaku
tertentu yang dituntut untuk dipelajari. Sebagaimana dalam sabda beliau : “Berikanlah
upah seorang buruh sebelum kering keringatnya” (HR Ibn Majah).

1
Ahmadi, Psikologi Belajar, 1991.
Penelitian empirik mutakhir telah membuktikan bahwa pengaruh ganjaran dalam
mendukung proses belajar dapat menjadi lebih kuat jika ganjaran itu datang segera
setelah melakukan tugas.

c) Mengulang dan Berpartisipasi Aktif dalam Praktik

Pengulangan akan memelihara pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki


seseorang. Sebenarnya, kebanyakan apa yang dipelajari manusia membutuhkan
pengulangan atau latihan agar proses belajar itu sempurna. Belajar akan lebih baik dan
lebih cepat jika berpartisipasi aktif dalam proses belajar dan mempraktikkan sendiri
perilaku yang dituntut untuk dikuasai.

d) Perhatian

Manusia tidak bisa mempelajari sesuatu yang tidak ia perhatikan. para guru selalu
membangkitkan perhatian murid agar dapat memahami apa yang ingin ia ajarkan.
Merangsang perhatian murid dilakukan dengan beberapa cara seperti dengan kejadian-
kejadian dan situasi riil, mengajukan pertanyaan, dialog dan diskusi, menggunakan
fasilitas-fasilitas tertentu untuk menarik perhatian seperti peta, poster atau gambar,
media audio-visual, atau dengan kisah dan perumpamaan.

e) Belajar Secara Periodik

Salah satu prinsip penting dalam belajar dan mengubah perilaku adalah
pentahapan dalam mengikis kebiasaan buruk yang telah mengakar dan mempelajari
kebiasaan baru yang lain sebagai ganti dari kebiasaan lama. Seperti dicontohkan pada
fase awal dakwah Rasulullah SAW. menyeru kepada akidah tauhid dan memberantas
penyembahan berhala. Ketika para sahabat Ketika iman telah mengakar dalam hati
mereka, hijrah ke Madinah telah dilakukan, dan daulah Islamiah terbentuk, maka
setelah itu baru mebicarakan tema-tema yang berhubungan dengan penataan
masyarakat dan pembuatan perundangan yang perlu untuk mengatur sektor-sektor
kehidupan dalam masyarakat Islami.
Kesimpulan

Pada implikasi teori psikologi belajar humanistik lebih memberi perhatian pada guru
sebagai fasilitator. Guru sebaiknya memberikan perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas, fasilitator membantu untuk memperoleh dan
memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang
bersifat lebih umum peranan guru dalam kegiatan belajar siswa adalah sebagai fasilitator yang
berperan aktif dalam beberapa hal, antara lain:

a. Membantu menciptakan iklim kelas yang Kondusif agar siswa/siswi


bersikap positif terhadap belajar.
b. Membantu siswa/siswi untuk memperjelas tujuan belajarnya dan
memberikan kebebasan kepada siswa/siswi untuk belajar.
c. Membantu siswa/siswi untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka
sebagai kekuatan pendorong belajar.
d. Menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa/siswi.
e. Menerima pertanyaan dan pendapat serta ungkapan perasaan dari berbagai
siswa/siswi sebagaimana adanya.
f. Menghindari adanya kesenjangan gender yang disebabkan kontribusi sosial.
g. Ramah pada perbedaan rasial.

Dapat di simpulkan beberapa metode belajar berikut ini dapat dipertimbangkan


sebagai salah satu alternatif yang masuk kategori pendekatan humanisme,
antara lain adalah:

1. Active Learning (pembelajaran aktif)


2. The accelerated learning (pembelajaran yang dipercepat)
3. Quantum learning (belajar yang menyenangkan)
4. Contextual teaching and learning (Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual/ realita)
5. Implikasi teori belajar dalam konsep islam

Implikasi teori belajar perspektif Islam merujuk pada uraian Alqur‟an dan Alhadits. Dalam
pembelajaran Islam, belajar akan efektif dengan membangkitkan motivasi baik
menggunakan targhib (janji) dan tarhib (ancaman) maupun bercerita/ kisah, pemberian
ganjaran (reward). Selain itu, dalam belajar siswa perlu mengadakan pengulangan dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, implikasi teori belajar di bagi menjadi 5 :

a) Membangkitkan motivasi
b) Pemberian Ganjaran (Reward)
c) Mengulang dan Berpartisipasi Aktif dalam Praktik
d) Perhatian
e) Belajar Secara Periodik
DAFTAR PUSTAKA

Nurjan.S , 2015.”PSIKOLOGI BELAJAR”. Ponorogo:WADE GROP

AG, Turham. “Konsep Dan Teori Belajar: Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dan Konseling.”
Ta’dib 11, no. 1 (2022): 14–22.

Ahmadi. Psikologi Belajar, 1991.

Anidar, Jum. “Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran.” Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami 3, no. 2
(2017): 8–16.

Sutarto, Sutarto. “Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.” Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam 1, no. 2 (2017): 1.

Absensi Kehadiran
Tugas 4 Tugas 5 Tugas 6 Tanda Tangan
No Nama Mahasiswa Pembuatan Presentasi Revisi
Makalah Makalah Makalah

1. Mufti Ali ✓ ✓ ✓
Hasemi.T
(22112464)
2. Rama Daniel ✓ ✓ ✓
(22112496)

3. Muhammad Aldin ✓ ✓ ✓
(22112445)
4. Ruhima Fatharani ✓ ✓ ✓
(22112461)

5. Wardatul Jannah ✓ ✓ ✓
(22112483)

Anda mungkin juga menyukai