Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR TENTANG PSIKOLOGI TINGKAH LAKU DAN


PSIKOLOGI KOGNITIF

Oleh
Kelompok 2
Nama : Dede Eliwanita Siregar
Fandi Sitompul
Henti Putri Ritonga
Mariani Harahap
Sumiati Hutabarat
Susi Susanti S.Kalit
Wannikmah Nasution

Dosen Pengampu
SARTIKA RATI ASMARA NASUTION, M.Pd

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
(IPTS)
TA. 2018
LATAR BELAKANG

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan
pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling
mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa
tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau
kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai
pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.

Persoalan berikut ini adalah bagaimana melaksanakannya di dalam proses belajar mengajar atau proses
pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang diharapkan tercapai. Dalam proses pembelajaran yang
menjadi persoalan pokok ialah bagaimana memilih dan menentukan strategi pembelajaran atau strategi
belajar mengajar (SBM). Strategi belajar mengajar menentukan jenis interaksi di dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang di gunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, aktif,
kreatif, efektif dan efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

PSIKOLOGI TINGKAH LAKU


Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi
dalam pendidikan, seiring hal tersebut bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Psikologi belajar
atau disebut pula dengan teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelekual (mental)
siswa. Di dalamnya terdiri dari dua hal, yaitu:
1.Uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual anak
2.Uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu
Psikologi mengajar atau teori mengajar berisi tentang petunjuk bagaimana semestinya mengajar siswa
pada usia tertentu, bila ia sudah siap belajar. Jadi pada teori mengajar terdapat prosedur dan tujuan mengajar.
Dalam proses belajar siswa merupakan subjek dan bukan objek, selanjutnya peristiwa belajar dan mengajar
ini sesuai dengan istilah dalam kurikulum akan disebut pembelajaran, yang berkonotasi pada proses kinerja
yang sinergi antara setiap komponennya.
Beberapa teori belajar dari psikologi tingkah laku (behavioristik) dikemukakan oleh para psikolog
behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorist” atau juga disebut “S-R psychologists”.
Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan
(reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Aliran Psikologi Tingkah Laku Menurut Para Ahli


Teori Thorndike : The Law of Effect
Edward L. Thorndike (1874-1949) mengemukan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan law
of effect. Terdapat beberapa dalil:
Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Hukum Latihan (Law Of Exercise) dan Hukum Akibat (Law Of Effect).
Teori Skinner : Operant Conditioning
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) mempunyai
peranan yang amat penting dalam proses belajar.

Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia
membedakan belajar menemukan dengan belajar menerima, jadi tinggal menghafalnya.
Secara umum, teori Ausubel dalam praktek adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
b.Mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, struktur kognitif) baik melalui tes awal, interview,
review, pertanyaan, dan lain-lain.
c. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep- konsep kunci
d.Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut.
e. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
f. Membuat dan menggunakan advance organizer, paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap
materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan keterkaitan antara
materi yang sudah diberikan dengan materi baru yang akan diberikan.
g.Mengajar kepada siswa untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan
memfokuskan pada hubungan yang terjalin antara konsep- konsep yang ada.
h.Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Teori Gagne
Dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu :
a. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
b.Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
c. Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
d.Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
e. Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Teori Pavlov : Classical Conditioning
Teori classical conditioning/pembiasaan klasikal berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan
oleh Ivan Petrovitch Pavlo (1849 – 1936) seorang ilmuwan Rusia yang meraih nobel pada tahun 1909 dalam
bidang fisiologi. Pavlo terkenal dengan teori belajar klasik. Ia melakukan percobaan terhadap seekor anjing,
anjing itu dikurung dalam suatu kandang dalam waktu tertentu dan diberi makan. Selanjutnya, setiap akan
diberi makan Pavlov membunyikan bel, ia memperhatikan bahwa setiap dibunyikan berl pada waktu tertentu
anjing itu mangeluarkan air liurnya, walaupun tidak diberi makanan.

Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning. Dalalm hubugannya dalam kegiatan belajar
mengajar agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal
peekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai
terhadap hasil pekerjaannya.

Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti
menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru
berbicara sopan santun, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematis, maka siswa
akan menirunya. Jika contoh yang dilihat kurang baik maka ia pun akan menirunya.

Aliran Latihan Mental


Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa struktur otak manusia terdiri
atas gumpalan-gumapalan otot, agar ini kuat, maka harus dilatih dengan beban, makin banyak latihan dan
beban yang makin berat,maka otot atau otak itu makin kuat pula, oleh karna itu jika anak atau siswa ingin
pandai, maka ia harus dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih memahami dan mengerjakan soal-soal
yang benar, makin sukar materi itu makin pandai pula anak tersebut.

Struktur kurikulum pada masa itu berisikan materi-materi pelajaran yang sulit, sehingga orang sedikit yang
bersekolah karna tidak kuat untuk mengikutinya. Di samping faktor lain seperti keturunan, biaya, dan
kesadaran akan pentingya sekolah.

Psikologi Kognitif
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Konsep
penting dalam psikologi gestalt adalah insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight ini sering dihubungkan
dengan pernyataan aha.
Dalam prakteknya, teori ini antara lain terwujud dalam pandangan Piaget mengenai tahap-tahap
perkembangan, dalam pandangan Ausubel mengenai belajar bermakna, dan pandangan Jerome Bruner
mengenai belajar penemuan secara bebas (free discovery learning).

Aliran Psikologi Kognitif Menurut Para Ahli


Piaget
Menurut Jean Piaget, proses belajar sesungguhnya terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau pengintegrasian informasi baru
ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa.

Di samping itu, Piaget berpandangan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Dalam hal ini Piaget membagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Tahap sensori motor (0 tahun sampai 1,5 tahun atau 2 tahun)
2. Tahap praoperasional (2 atau 3 tahun sampai 7 atau 8 tahun)
3. Stadium Operasional Kongkrit (7 atau 8 tahun sampai 12 atau 14 tahun)
4. Stadium Operasional Formal

Secara umum, pengaplikasian teori Piaget biasanya mengikuti pola sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
b. Memilih materi pelajaran
c. Menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa
d. Menentukan dan merancang kegiatan kegiatan belajar yang cocok untuk topik- topik yang akan dipelajari
siswa.(Kegiatan belajar ini biasanya berbentuk eksperimentasi, problem solving, role play, dan
sebagainya)
e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa untuk berdiskusi maupun
bertanya
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Bruner
Menurut Bruner proses belajar lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan
ditentukan oleh umur seseorang seperti yang telah dikemukakan oleh Piaget. Adapun proses belajar terjadi
melalui tahap-tahap :
Enaktif, berupa aktivitas siswa untuk memahami lingkungan melalui pengalaman langsung suatu realitas.
Ikonik, berupa upaya siswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
Simbolik, berupa pemahaman siswa terhadap gagasan-agasan abstrak berupa teori-teori, penafsiran, analisis,
dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati atau dialami.

Secara umum, teori Bruner ini bila diaplikasikan biasanya mengikuti pola sebagai berikut :
a. menentukan tujuan-tujuan instruksional
b. memilih materi pelajaran
c. menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara induktif oleh siswa.
d. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi, dan sebagainya yang dapat digunakan mahasiswa untuk belajar.
e. Mengatur topik-topik pelajaran sedemikian rupa sehingga urutan topik itu bergerak dari yang paling
kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks, dari tahapan-tahapam enaktif, ikonik, sampai
ke tahap simbolik dan seterusnya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Teori Gestalt
Tokoh aliran ini adalah John Dewey, ia mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan
intelektual peserta didik
c. Mengatur suasana kelas agar peserta didik siap belajar.

Teori Brownell
W. Brownel mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan belajar
pengertian. Dia mengeaskan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Teori
Brownel sesuai dengan teori belajar mengajar Gestal yang menyatakan bahwa latihan hafal atau yang
dikenal dengan sebutan drill adalah sangat penting dalam kegiatan pengajaran. Cara ini ditetapkan setelah
tertanamnya pengertian.

Aritmatika atau berhitung yang diberikan di SD dulu lebih menitikberatkan hafalan dan mengasah otak.
Aplikasi dari bahan

Teori Dienes
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran
terhadap anak-anak.

Dienes membagi 6 tahapan secara berurutan dalam menyajikan konsep matematika, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Bermain Bebas
2. Tahap Permainan
3. Tahap Penelaahan Kesamaan Sifat
4. Tahap Representasi
5. Tahap Simbolisasi
6. Tahap Formalisasi

Teori Van Hiele


Van Hiele adalah seorang guru matematika bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran
geometri Menurut Van Hiele, ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi
pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur ditata secara terpadu, akan dapat
meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tahapan berfikir yang lebih tinggi.
Tahap Pengenalan (Visualisasi)
Tahap analisis
Tahap Pengurutan (Deduksi Informal)
Tahap Deduksi
Tahap Akurasi
KESIMPULAN

Strategi pembelajaran merupakan cara sistematis yang dipilih dan digunakan seorang pembelajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran, sehingga memudahkan pembelajar mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi
pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan,serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Penerapan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi baik internal (siswa) maupun eksternal
(sarana dan prasarana sekolah), waktu, dan, perkembangan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara mutlak.

Anda mungkin juga menyukai