Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Materi Pendukung
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut Desmita (Nahar, 2016 : 65) teori belajar behavioristik
merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang
menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya
pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang
seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku
yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam
tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan
merupakan suatu hal pentinguntuk melihat terjadi atau tidaknyaperubahan
tingkah laku tersebut. Tokoh-tokoh teori behvioristik antara lain :
a. Johon B. Watson
Menurut Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah laku
manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional.Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-
kekuatan yang tidak rasional.Hal ini didasari dari hasil pengaruh
lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku.
Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh
faktor-faktor berasal dari luar.Salah satu faktor tersebut yairu faktor
lingkungan yang menjadi penentu dari tingkah laku manusia.
Berdasarkan pemahaman ini, kepribadian individu dapat dikembalikan
kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Hal-hal yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian individu semata-mata
bergantung pada lingkungan. Nahar (2016 : 68)
b. Ivan P. Pavlov
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur
pelatihan karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk
menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon.
Prosedur ini disebut klasik karen prioritas historisnya seperti
dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori ini
semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap
paling dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk
membedakannya dari teori conditioning lainnya. Perasaan orang belajar
bersifat pasif karena untuk mengadakan respon perlu adanya suatu
stimulus tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut pavlov bahwa
stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai
hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya
pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat. Zulhammi
(Nahar , 2016 : 70 )
c. B.F. Skinner
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa
mengembangkan teori perilaku Watson.Pandangannya tentang
kepribadian disebut dengan behaviorismeradikal.Behaviorisme
menekankan studi ilmiah tentang respon perilaku yang dapat diamati
dan determinan lingkungan. Desmita ( Nahar , 2016 : 70 )
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku yang tidak sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respons
yang diterima seseorang tidak sesederhana demikian, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus tersebut yang mempengaruhi respons yang dihasilkan.
Respons yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi tersebut nantinya mempengaruhi
munculnya perilaku. Slavin ( Nahar, 2016 : 70 )
Dari semua penjelasan oleh tokoh-tokoh teori belajar behavioristik
teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap teori belajar.
Perkembangan adalah prilaku yang dapat dipelajari dan sering kali
berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.
2. Teori Belajar Kognitif
a. Pengertian Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti, pengertian yang luasnya cognition (kognisi)
adalah pemerolehan, pemetaan, dan penggunaan pengetahuan.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitif, tingkah laku seseorang itu
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakkan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalau berbentuk perubahan
tingkah laku yang bisa diamati. Lefudin (2017:82)
Teori belajar kognitif merupakan salah satu teori yang muncul
sebagai reaksi terhadap kelemahan mendasar dalam teori behaviorisme
yang lebih mementingkan perubahan prilaku yang tampak. Bagi para
penganut teori kognitif, belajar bukan hanya sekedar interaksi antara
stimulus dan respons melainkan melibatkan juga aspek psikologis lan
(mental, emosi, persepsi) yang menyebabkan orang memberikan
respons terhadap sebuah stimulus. Lefudin (2017:83)
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah usaha mengubah kondisi individu secara
sadarbertujuan mengubah perilaku kearah yang baik . Dalam proses
pembelajaran di sekolah, pendidik banyak mendapatkan siswa dengan
berbagai watak dan gaya belajar yang berbeda.Ada siswa menerima
pelajaran yang di berikan tanpa ada kendala sedikitpun, tetapi ada juga
diantaranya yang susah menerima pelajaran yang di berikan dikarenakan
tidak ada keinginan/dorongan dan ketertarikan dalam belajar. Rendahnya
motivasi belajar bisa dilihat dari siswa sulit memahami materi pada saat
belajar, yang menyebabkan hasil belajar berada dibawah ketunasan.
Sabrina, Fauzi, & Yamin (2017:109)
Menurut Fatimah (2009:8) Matematika merupakan salah satu
pengetahuan manusia yang paling bermanfaat dalam kehidupan. Hampir
setiap bagian dari hidup kita mangandung matematika. Namun demikian
anak-anak membutuhakan pengalaman yang tepat untuk bisa menghargai
kenyataan bahwa matematika adalah aktivitas manusia sehari-hari yang
penting untuk kehidupan saat ini dan masa depan. Matematika pada
dasarnya mengajarkan logika berpikir, berdasarkan akal dan nalar. Namun,
harus diingat sifat umum matematika itu abstrak atau tidak nyata karena
teridi atas simbol-simbol.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah ilmu yang mendasar berkenaan dengan ide, aturan
hubungan yang diatur dengan logis sehingga matematika dapat bermanfaat
dalam berbagai bidang kehidupan dan matematika bersifat sangat kuat
dalam berbagai bidang kehidupan serta matematika bersifat sangat kuat
serta jelas.

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
di kelas. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa
yang harus dilakukan oleh guru,tetapi menyangkut tahapan-tahapan,
prinsip-prinsip reaksi guru dan peserta didik, serta sistem penunjang yang
disarankan. Putranta (2018:3). Menurut Suprijono (Putranta, 2018 :3)
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk
didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut
Joice & Weil (Putranta, 2018 :3) model pembelajaran adalah suatu pola
atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan
untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi
petunjuk kepada pengajar dikelasnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulakan bahwa model


pembelajaran adalah rangkaian dari rencana pembelajaran yang meliputi
dari segala aspek aik materi maupun petunjuk kepada pengjar.

B. Materi Pokok

1. Model Pembelajaran Problem Posing

Problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui


elaborasi dengan merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian
yang lebih simple sehingga dapat dipahami. Problem posing merupakan
model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan
sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
lebih sederhana. Diharapkan pembelajaran dengan model problem
posing dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga
pembelajaran yang aktif akan tercipta, siswa tidak akan bosan dan akan
lebih tanggap. Dengan begitu akan memengaruhi hasil belajarnya dan
akan menjadi lebih baik.(Shoimin 2016 : 133)
Pembelajaran dengan model pemberian tugas pengajuan soal
(problem posing) pada intinya meminta siswa untuk mengajukan soal
atau masalah. Permasalahan yang diajukan dapat berdasarkan pada
topik yang luas, masalah yang sudah dikerjakan, atau informasi tertentu
yang diberikan oleh guru.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya
memilih strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, maupun social. Depdikbud (shoimin, 2016:134).
Pengajuan soal merupakan tugas yang mengarah pada sikap kritis dan
kreatif sebab siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari informasi
yang diberikan. Apabila dikaitan dengan peningkatan kemamapuan
siswa, pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang kemampuan
tersebut. Hal ini karena siswa perlu membaca suatu informasi yang
diberikan dan mengonfirmasikan pertanyaan secara verbal maupun
tertulis.
Dalam problem posing, siswa tidak hanya diminta untuk membuat
soal atau mengajukan suatu pertanyaan, tetapi mencari penyelesaiannya.
Penyelesaiannya dari soal yang mereka buat bisa dikerjakan sendiri,
meminta tolong teman, atau dikerjakan secara kelompok. Dengan
mengerjakan secara kooperatif akan memudahkan pekerjaan karena
dipikirkan bersama-sama. Selain itu, dengan belajar kelompok suatu
soal atau masalah dapat diselesaikan dengan banyak cara dan banyak
penyelesaian . hal ini sesuai dengan pendapat Harisantoso (Shoimin,
2016:134) bahwa pengajuan soal juga memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif secara mental, fisik, dan social, disamping memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyelidiki dan membuat jawab
yang divergen (mempunyai lebih dari suatu jawaban).
Problem Posing adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
dapat membuat siswa menjadi aktif dan mengembangkan pikiran siswa
sehingga siswa nantinya dapat menyelesaikan masalah matematika yang
ada. Isrok’atun , Hanifah, dan Sujana , (2018 : 25)
Problem posing adalah pembelajaran berbasis pengajuan masalah
oleh siswa dan tidak hanya mengajukan permaalahan siswa juga dituntut
untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang dibuat siswa itu sendiri.
1) Langkah – langkah Model Problem Posing
Menurut,shohimin (2016:134) langkah-langkah Problem Posing
sebagai berikut :
a. guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan
alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan
siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas
ini dapat dilakukan secara kelompok
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa
untuk menyajikan soal temannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru
dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang
dianjurkan oleh siswa.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
2) Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Posing
Menurut Aris sohimin (2016:135) kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran Problem Posing
Kelebihan :
a. Mendidik murid berpikir kritis.
b. Siswa aktif dalam pembelajaran.
c. Perbedaan pendapat antara siswa dapat diketahui sehingga mudah
diarahkan pada diskusi yang sehat.
d. Belajar menganalisis suatu masalah.
e. Mendidik anak percaya pada diri sendiri

Kekurangan :

a. Memerlukan waktu yang cukup banyak.


b. Tidak bisa digunakan dikelas rendah.
c. Tidak semua anak didik terampil bertanya.
2. Media Pembelajaran Handout
Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita
atau surat lembaran. Handout termasuk media cetak yang meliputi
bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan
informasi belajar. Biasanya diambil dari beberapa literatur yang
memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan
materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Istilah Handout memang belum ada padanannya dalam bahasa
Indonesia. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang
diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari
guru. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.
1) Langkah-langkah Menyusun Handout
a. Melakukan analisis kurikulum
b. Menentukan judul Handout, disesuaikan dengan kompetensi
dasar dan materi pokok yang akan dipelajari
c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan
d. Menulis Handout dengan kalimat yang singkat, padat, jelas.
e. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk
menemukan kemungkinan adanya kekurangan-kekurangan
f. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat
memperkaya materi Handout misalnya buku, internet,
majalah, dan jurnal hasil penelitian.
2) Kekurangan dan Kelebihan
Kelebihan media Handout dalam kegiatan belajar mengajar
diantaranya adalah:
a. Dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran
b. Meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar
c. Memelihara kekonsistenan penyampaian materi pelajaran
dikelas oleh guru sesuai dengan perancangan pengajaran
d. Dapat memperkenalkan informasi atau teknologi baru
e. Dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa
f. Mendorong keberanian siswa untuk berprestasi
Dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan.
Beberapa kelebihan handout (Arsyad, 2000: 38):
a. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing –
masing
b. Disamping dapat mengulang materi, siswa dapat mengikuti
urutan pikiran secara logis
c. Perpaduan teks dan gambar dapat menambah daya tarik serta
memperlancar pemahaman informasi yang disampaikan
d. Lebih ekonomis dan mudah terdistribusi
Kelemahan handout sebagai media cetak (Arsyad, 2000: 38-
adalah:
a. Sulit menampilkan gerak dan suara
b. Bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikian rupa
c. Cepat rusak atau hilang
d. Umumnya kebehasilannya hanya ditingkat kognitif
3. Rencana Pembelajaran Model Pembelajaran Problem posing
Menggunakan Handout.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : X / Gasal
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel
Alokasi Waktu : 8 x 40 menit ( 4x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI2 : mengembangkan prilaku (jujur,disiplin, tangung jawab, peduli, ramah


lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan
proaktif)

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar (KD)


1.1. Mensyukuri, menghargai, dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.1. Menunjukkan sikap sosisal berani bertanya, berpendapat, mau
mendengarkan orang lain, dan bekerjasama dalam diskusi kelompok

3.2. Menyusun sistem persamaan linear tiga variabel dari masalah


kontekstual.

4.3. Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan sistem


persamaan linear tiga variabel.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.3.1 Memberikan contoh sistem persamaan linier tiga variabel.

3.3.2 Menentukan model matematika (sistem persamaan linier tiga variabel)


dari masalah kontekstual.

3.3.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah kontekstual tersebut.

4.3.1 Menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear tiga


variabel dengan metode substitusi dilanjutkan dengan metode
eliminasi.

4.3.2 Menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linier tiga


variabel dengan metode gabungan eliminasi dan substitusi

D. Tujuan Pembelajaran
3.3.1.1 Melalui penalaran, peserta didik dapat memahami dan dapat
memberikan contoh dari sistem persamaan linier tiga variabel.

3.3.2.1 Melalui pengamatan dan diskusi, peserta didik dapat menentukan


model matematika yang berbentuk sistem persamaan linear tiga
variabel dari masalah nyata secara mandiri.

3.3.3.1 Melalui pengamatan dan diskusi, peserta didik dapat menyelesaikan


model matematika berbentuk sistem persamaan linear tiga variabel
dari masalah nyata secara mandiri.

4.3.1.1 Melalui penalaran, peserta didik dapat menyelesaikan masalah nyata


berbentuk sistem persamaan linear tiga variabel yang disajikan sendiri
dengan metode substitusi,dan metode eliminasi

4.3.1.2 Melalui penalaran, peserta didik dapat menyelesaikan masalah nyata


berbentuk sistem persamaan linear tiga variabel yang disajikan sendiri
dengan metode gabungan eliminasi subtitusi.
E. Materi Pembelajaran
1. Menyusun dan menemukan konsep persamaan linier tiga variabel
Bentuk umum persamaan linier dengan tiga variabel yaitu : x , y,
dan z dapat dinyatakan sebagai beikut :
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐𝑧 = 𝑑 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑𝑎𝑛 𝑑 𝜖 𝑅

Sementara sistem persamaan linier dengan tiga variabel adalah


sistem persamaan linier deangan bentuk sebagai berikut :

𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 𝑧 = 𝑑1
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 𝑧 = 𝑑2
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 + 𝑐3 𝑧 = 𝑑3

Dengan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , 𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , 𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 , 𝑑1 , 𝑑2 , dan 𝑑3 adalah


bilangan-bilangan real. 𝑥 = 𝑥0 , 𝑦 = 𝑦0 , 𝑑𝑎𝑛 𝑧 = 𝑧0 yang memenuhi
persamaan sistem persamaan diatas merupakan penyelesaiannya.

2. Mengubah Permasalahan Kontekstual kedalam Model Matematika

Contoh 3.1
Wilda membeli 2 buah pengsil, 3 buah penghapus, dan 5 buah buku seharga
Rp18.500,00. Doni membeli alat tulis ditempat yang sama, yaitu 4 buah
pensil, 2 buah penghapus, dan 10 buah buku tulis seharga Rp33.000,00.
Rizki juga membeli ditempat yang sama, yaitu 3 buah pensil, 1buah
penghapus, dan 2 buah buku seharga Rp 10.500,00. Ubalah permasalahan
tersebut dalam sebuah model matematika berupa SPLTV dengan
memisalkan pernyataan-pernyataan yang tak diketahuai dalam variabel x,y,
dan z.

Penyelesaian:
Misal:
x = harga 1buah pensil
y = harga 1buah penghapus dan,
z = harga 1buah buku.
Pensil (x) Penghapus Buku (z) Harga
(y)
Wilda 2 3 5 18.500,00
Doni 4 2 10 33.000,00
Rizki 3 1 2 10.500,00

Maka Model Matematikanya, yaitu


2𝑥 + 3𝑦 + 5𝑧 = 18.500
4𝑥 + 2𝑦 + 10𝑧 = 33.000
3𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 10.500

Misalkan menjadi persamaan 1,2, dan 3 selanjutnya disebut dengan sistem


persamaan linier tiga variabel.

2𝑥 + 3𝑦 + 5𝑧 = 18.500 ...(1)
4𝑥 + 2𝑦 + 10𝑧 = 33.000 ...(2)
3𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 10.500 ...(3)

3. Menyelesaikan sistem persamaan linier.

Suatu sistem persamaan linier dikatakan memiliki penyelesaian jika


terdapat nilai-nilai yang memenuhi persamaan linier tersebut, nilai tersebut
adalah penyelesaiannya.

Terdapat beberapa metode penyelesaian dari sistem persamaan linier, antara


lain sebagai berikut :
a. Metode substitus
Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian SPL dengan metode
substitusi adalah sebagai berikut :
1) Ubahlah salah satu variabel sebagai fungsi dari variabel lainnya pada
salah satu persamaan.
2) Substitusikan variabel pada langkah 1 kepersamaan lainnya.

Contoh 3.2

Tentukan penyelesaian dari SPLTV berikut dengan menggunakan metode


substitusi.
𝑥 − 2𝑦 + 𝑧 = 6
3𝑥 + 𝑦 − 2𝑧 = 4
7𝑥 − 6𝑦 − 𝑧 = 10

Penyelesaian:
Misalkan menjadi persamaan 1,2, dan 3

𝑥 − 2𝑦 + 𝑧 = 6 ...(1)
4 3𝑥 + 𝑦 − 2𝑧 = ...(2)
7𝑥 − 6𝑦 − 𝑧 = 10 ...(3)

Mengubah salah satu variabel sebagai fungsi


𝑧 = −𝑥 + 2𝑦 + 6 ...(4)

Substitusikan 𝑧 = −𝑥 + 2𝑦 + 6 kedalam persamaan (2) dan (3)

3𝑥 + 𝑦 − 2𝑧 = 4
3x + y – 2(-x + 2y + 6) = 4
3x + y +2x – 4y -12 = 4
5x -3y = 4 + 12
5x – 3y = 16 ...(5)

7𝑥 − 6𝑦 − 𝑧 = 10
7𝑥 − 6𝑦 − (−𝑥 + 2𝑦 + 6) = 10
7𝑥 − 6𝑦 + 𝑥 − 2𝑦 − 6 = 10
8𝑥 − 8𝑦 = 16
8𝑥 = 8𝑦 + 16
8𝑦+16
𝑥= 8
x=y+2 ...(6)

substitusikan x = y + 2 kepersamaan (5)

5x – 3y = 16
5(y + 2) – 3y = 16
5y + 10 – 3y = 16
2y + 10 = 16
2y = 16-10
2y = 6
6
y=2
y=3

substitusikan y = 3 kepersamaan (6)


x = y +2
x = 3 +2
x=5

substitusikan x = 5 dan y = 3 kedalam pers -amaan (1)


z = -x + 2y + 6
z = -5 + 2(3) + 6
z = -5 + 6 + 6
z=7

jadi, Hp persamaan liniernya, (x = 5, y = 3, dan z = 7)

b. Metode eliminasi
Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian SPL dengan
metode eleminasi adalah sebagai berikut:

1) Samakan koefisien dari variabel yang akan dieliminasi dengan cara


mengalikan kedua persamaan dengan bilangan yang sesuai.
2) Lakukan operasi penjumlahan atau pengurangan untuk mendapatkan
solusinya.

Contoh 3.3.
Tentukan penyelesaian dari SPLTV berikut dengan menggunakan metode
eliminasi.

2𝑥 − 𝑦 + 𝑧 = 6
{ 𝑥 − 3𝑦 + 𝑧 = −2
𝑥 + 2𝑦 − 𝑧 = 3

Penyelesaian:
Ubah kedalam persamaan 1,2, dan 3

2x – y + z = 6 ...(1)
x – 3y + z = -2 ...(2)
x + 2y –z = 3 ...(3)

Eliminasi peubah z dari persamaan (1) dan (2)


2𝑥−𝑦+𝑧=6
𝑥−3𝑦+𝑧=−2
− ...(4)
𝑥+2𝑦=8

Eliminasi peubah z dari persamaan (1) dan (3)


2𝑥−𝑦+𝑧=6
𝑥+2𝑦−𝑧=3
+ ...(5)
3𝑥+𝑦=9

Eliminasikan nilai x dari persamaan (4) dan (5)


3𝑥+6𝑦=24
𝑥 + 2𝑦 = 8 𝑥3 3𝑥+𝑦=9
( ) 5𝑦=15 −
3𝑥 + 𝑦 = 9 𝑥1
𝑦=3

Eliminasi nilai y dari persamaan (4) dan (5)


𝑥+2𝑦=8
𝑥 + 2𝑦 = 8 𝑥1 6𝑥+2𝑦=18
( ) −5𝑥=−10 −
3𝑥 + 𝑦 = 9 𝑥2 𝑥=2

Substitusikan nilai x = 2 dan y = 3 kedalam persamaan (1)


2x – y + z = 6
2(2) – 3+ z = 6
z=5

jadi, Hp dari sistem persamaan liniernya adalah (x =2, y = 3, dan z = 5)

c. Metode gabungan eliminasi dan substitusi


Metode ini dilakukan dengan cara mengeliminasi salah satu variabel.
Kemudian, dilanjutkan dengan mensubstitusikan hasil dari eliminasi tersebut.
Metode ini dipandang sebagai metode yang paling efektifvdalam penyelesaian
sistem persamaan linier.

Contoh 3.4
Pada contoh 3.1 kita telah menentukan model matematika dalam
permasalahan yang disajikan sekarang, dari contoh soal tersebut tentukan
penyelesaian sistem persamaan linier tiga variabel dengan menggunakan metode
yang paling efektif yaitu metode gabungan eliminasi dengan substitusi.

2𝑥 + 3𝑦 + 5𝑧 = 18.500 ...(1)
4𝑥 + 2𝑦 + 10𝑧 = 33.000 ...(2)
3𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 10.500 ...(3)

Penyelesaian:
Eliminasikan persamaan (1) dan (2)

2𝑥 + 3𝑦 + 5𝑧 = 18.500 (x2)
4𝑥 + 2𝑦 + 10𝑧 = 33.000 (x1)
4𝑥+6𝑦+10𝑧=37.000
4𝑥+2𝑦+10𝑧=33.000
4𝑦=4000 −
𝑦=1000

Substitusikan nilai y = 1000 kepersamaan (2) dan (3)

4𝑥 + 2𝑦 + 10𝑧 = 33.000
4𝑥 + 2(1000) + 10𝑧 = 33.000
4𝑥 + 2000 + 10𝑧 = 33.000
4𝑥 + 10𝑧 = 31.000 ...(4)

3𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 10.500
3𝑥 + 1000 + 2𝑧 = 10.500
3𝑥 + 2𝑧 = 9.500 ....(5)

Eliminasi persamaan (4) dan (5) kemudian

3𝑥 + 2𝑧 = 9.500 𝑥5
( )
4𝑥 + 10𝑧 = 9 𝑥1

15𝑥+10𝑧=47.000
4𝑥+10𝑧=31.000
11𝑥=16.500 −
𝑥=1.500

Substitusikan nilai x = 1.500 dan y = 1.000 ke salah satu persamaan, misal


persamaan (1)

2𝑥 + 3𝑦 + 5𝑧 = 18.500
↔ 2(1.500) + 3(1000) + 5𝑧 = 18.500
↔ 3000 + 3000 + 5𝑧 = 18.500
↔ 6000 + 5𝑧 = 18.500
↔ 5𝑧 = 18.500 – 6000
↔ 𝑧 = 2.500

Didapat nilai x = 1.500, y = 1000, dan z = 2.500


Jadi, harga pensil adalah Rp1.500,00, harga penghapus adalah Rp1.000,00, dan
harga buku adalah Rp2.500,00

d. Metode Determinan
Metode determinan sering disebut juga dengan metode cramer. Determinan
adalah suatu bilangan yang berkaitan dengan matriks bujur sangkar (persegi).
Berikut langkah-langkah untuk mencari penyelesaian suatu sistem persamaan
linier tiga variabel.
Ubahlah SPLTV kedalam bentuk Matriks (baris dan kolom)
𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 𝑧 = 𝑑1
𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 𝑧 = 𝑑2
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 + 𝑐3 𝑧 = 𝑑3

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑥 𝑑1
𝑎
Dengan A = | 2 𝑏2 𝑐2 | , X = |𝑦| , Z = |𝑑2 |
𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑧 𝑑3

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑎1 𝑏1
𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎2 𝑏2
𝑎 𝑏3 𝑐3 𝑎3 𝑏3
Z= |𝑎31 𝑏1 𝑐1 | 𝑎1 𝑏1
𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎2 𝑏2
𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑎3 𝑏3

𝑑1 𝑏1 𝑐1 𝑑1 𝑏1
𝑑2 𝑏2 𝑐2 𝑑2 𝑏2
X= |𝑑𝑎13 𝑏3
𝑏1
𝑐3 𝑑3
𝑐1 | 𝑎1
𝑏3
𝑏1
𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎2 𝑏2
𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑎3 𝑏3

𝑎1 𝑑1 𝑐1 𝑎1 𝑑1
𝑎2 𝑑2 𝑐2 𝑎2 𝑑2
𝑎 𝑑3 𝑐3 𝑎3 𝑑3
Y= |𝑎31 𝑏1 𝑐1 | 𝑎1 𝑏1
𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎2 𝑏2
𝑎3 𝑏3 𝑐3 𝑎3 𝑏3

Jumlahkanlah hasil perkalian bilangan-bilangan pada garis berwarna hitam dan


hasilnya dikurangi dengan jumlahkan hsil perkalian bilangan-bilangan pada garis
berwarna merah.

F. Model dan Media Pembelajaran


Dalam pembelajaran sistem persamaan linier tiga variabel kali ini menggunkan
media model pembelajaran Problem posing menggunakann handout

G. Sumber Belajar
Matematika SMA/MA Kelas X Semester 1 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016
halaman 37 – 63. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud, Pendalaman Buku Teks Matematika SMA X program wajib dll.

H. Langkah-langkah Pembelajaran pertemuan 1


Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu
Pendahuluan 1. Guru menyampaikan salam dan 10 Menit
siswa menjawab salam.
Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu
2. Guru menanyakan kabar dan
mengecek kehadiran peserta didik.
3. Guru memeriksa catatan peserta
didik secara acak.
4. Peserta didik diajak mengikuti tes
warna untuk melatih konsentrasi
(jika peserta didik terlihat kurang
semangat belajar).
5. Peserta didik diingatkan kembali
materi prasyarat dengan metode
tanya-jawab tentang unsur-unsur
bentuk aljabar seperti variabel,
koefisien, dan konstanta pada
aljabar 9 x  5
Inti Fase 1 : Orientasi peserta didik pada 60 Menit
masalah
1. Peserta didik diberikan penjelasan
singkat dalam menentukan model
mamatematika, serta membagikan
lembaran ringkasan kepada siswa.
2. Siswa diminta untuk memperhatikan
penjlasan guru untuk mnemahami
lembaran ringkasaan yang telah
diberikan oleh guru kepada siswa.
3. Siswa diarahkan membuat tabel
dengan menggunakan kertas
bergambar sehingga permasalahan
yang bersifat abstrak bisa lebih real.

4. Peserta didik diberikan masalah


sebagai berikut pada layar:

Wilda membeli 2 buah pengsil, 3 buah


penghapus, dan 5 buah buku seharga
Rp18.500,00. Doni membeli alat tulis
ditempat yang sama, yaitu 4 buah
pensil, 2 buah penghapus, dan 10 buah
buku tulis seharga Rp33.000,00. Rizki
juga membeli ditempat yang sama,
yaitu 3 buah pensil, 1buah penghapus,
dan 2 buah buku seharga Rp
10.500,00. Ubalah permasalahan
tersebut dalam sebuah model
matematika berupa SPLTV.
Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu
5. Beberapa peserta didik diminta
mengemukakan pendapatnya
tentang beberapa keterangan kunci
yang terdapat pada masalah tersebut.
6. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, yaitu peserta didik
dapat menentukan model
matematika yang berbentuk sistem
persamaan linear tiga variabel dari
masalah nyata secara mandiri dan
menyelesaikannya.
7. Guru menyampaikan rencana
kegiatan bahwa siswa akan belajar
secara berkelompok untuk
menyelesaikan masalah dengan
mengerjakan lembar aktivitas siswa.
(terlampir)

Fase 2 : Mengorganisasikan peserta


didik
8. Peserta didik dikelompokkan
menjadi kelompok-kelompok kecil
yang heterogen.
9. Setiap kelompok diberikan masalah
yang tertulis pada lembar aktivitas
siswa.

Fase 3 : Membimbing penyelidikan


individu dan kelompok
10. Peserta didik dibimbing guru untuk
menganalis dan menyelesaikan
masalah yang diberikan pada lembar
aktivitas siswa, dengan
menggunakan lembaran ringkasan
materi sebagai pedoman siswa

Fase 4 : Mengembangkan dan


menyajikan hasil karya
11. Peserta didik berdiskusi dengan
anggota kelompoknya dengan
mengembangkan informasi yang
diperoleh dari buku untuk
menyelesaikan masalah yang
diberikan.
Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu
12. Beberapa kelompok diminta
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.

Fase 5: Menganalisis dan


mengevaluasi proses pemecahan
masalah
13. Peserta didik menganalisis,
mengevaluasi, dan memperbaiki
penyelesaian tugas kelompoknya
dari hasil saran dan kritik dari
kelompok lain dan guru.
Penutup 1. Peserta didik dibantu guru membuat 10Menit
kesimpulan mengenai model
matematika yang berbentuk sistem
persamaan linear tiga variabel dari
masalah nyata dan langkah
menyelesaikannya.
2. Guru memberikan tugas individu
untuk membuat soal 1 atau 2 soal
yang menantang dalam menentukan
model matematika dengan
menggunkan lembaran ringkasan
yang telah diberikan sebagai
pedoman siswa.
3. Guru menyampaikan kegiatan
untuk pertemuan berikutnya, yaitu
menyelesaikan masalah nyata yang
lebih kompleks berkaitan sistem
persamaan linear tiga variabel.
4. Guru mengucapkan salam dan
peserta didik menjawab.

Anda mungkin juga menyukai