Anda di halaman 1dari 15

Tugas : Model Pembelajaran

Nama : Suci Rahma

NIM : 20700121055

Kelas : Pendidikan Matematika B

“TEORI-TEORI BELAJAR”

A. Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage, Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut pembelajaran
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes (Rosnawati, 2021).
 Tokoh-Tokoh Teori Behavioristik
1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike. Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, penasaran atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera atau suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik Ketika belajar, yang
dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan akibat adanya
ransangan (Halamury, 2019).
Setelah peserta didik berhasil dalam menyelesaikan tugasnya dengan
tepat dan cepat, maka pada diri peserta didik ini akan muncul rasa kepuasan
tersendiri sebagai akibat dari suksesnya ia dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru (Hidayah, 2020).
2. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Tokoh Pavlov terkenal dengan teori belajarnya yang klasik. Dapat
dikatakan bahwa pelopor teori conditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov,
seorang ahli psikologi refleksologi dari Rusia. Ia melakukan percobaan-
percobaan dengan anjing (Hidayah, 2020).
Contoh dari teori pavlov adalah misal untuk membuat siswa mengerjakan
soal Pekerjaan Rumah (PR) dengan baik maka kita juga perlu melakukan
kebiasaan terhadap para peserta didik seperti memeriksanya,
menjelaskannya, atau dapat memberikan penilaian terhadap hasil
pekerjaannya. Karena dengan pembiasaan tersebut dapat membuat para
siswa menjadi semangat berlatih mengerjakan soal (Wiji Suwarno, 2006:64)
3. Burhus Frederic Skinner (1904-1990)
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sederhana, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan salin berinteraksi
dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan
(Halamury, 2019).
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran ataupun penguatan
mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Istilah ganjaran
perlu diganti dengan penguatan. Karena ganjaran merupakan respon yang
sifatnya menggembirakan. Sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang
mengakibatkan meningkatnya suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-
hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur. Penguatan tidak selalu berupa hal
yang selalu menggembirakan, tetapi dapat terjadi sebaliknya (Sri Hastuti
Noer, 2017:7)
4. Edwin Ray Guthrie (1886-1959)
Menurut Guthrie hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkindiberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat
lebih kuat dan menetap. Ia percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang (Halamury, 2019).
5. John Watson (1878-1958)
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur (Halamury, 2019).
6. Clark L. Hull (1884-1952)
Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reducation) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan)
dalam belajar pun hamper selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam
(Halamury, 2019).
7. Albert Bandura (1925)
Sebagai seorang behaviorist, Bandura menekankan teorinya disebut teori
belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil
interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, kognitif dan lingkungan.
Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
Inti utama dalam teori ini adalah dalam belajar tidak hanya ada
reinforcement dan punishment saja, namun menyangkut perasaan dan
pikiran. Teori belajar sosial menyatakan tentang pentingnya manusia dalam
proses belajar, yang disebutnya dengan sebutan proses kognitif.
Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru hal-hal
yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru (Sri Hastuti Noer, 2017:12).
 Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme
a. Stimulus dan Respon
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru krpada siswa misalnya alat
peraga, gambar atau cara tertentu dalam rangka membantu belajarnya.
Sedangkan respon adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah
diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan
diukur.
b. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut
penguatan (reinforcement). Sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah perilaku tersebut dengan hukuman
(punishment).
1) Penguatan Positif dan negative
2) Penguatan primer dan sekunder
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
4) Pembentukan perilaku (shapping)
5) Kepunahan (extinction)
 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
1. Kelebihan
a. Model belajar sangat cocok untuk pemerolehan praktik dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya. Contohnya: percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan computer, berenang,
olahraga, dan sebagainya.
b. Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2. Kelemahan
a. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi hasil yang dapat diamati
dan diukur. Sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan
kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi
behavioristik.
b. Penerapan metode ini yang salah akan mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran tidak menyenangkan bagi peserta didik yaitu,
guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu
arah guru melatih dan menentukan apa yang harus dilakukan oleh
murid. Murid dipandang pasif.
c. Murid hanya mendengarkan dengan penjelasan dari guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang
efektif.

B. Teori Kognitivisme
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada (Rosnawati, S. P. 2021). Teori ini lebih
mengutamakan proses belajar daripada hasil belajarnya.
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang
individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan
(Margaret Bell, 1991).
 Tokoh-Tokoh Teori Kognitivisme
1. Jean Piaget (1975)
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan
yaitu, asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbang). Proses
asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah
penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi
adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Misalnya bagi seseorang yang sudah mengetahui prinsip-prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka
proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada
dibenak siswa) dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru), inilah
yang disebut asimilasi. Jika seseorang diberi sebuah soal perkalian, maka
situasi ini disebut akomodasi, yang dalam hal ini berarti pemakaian
(aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik.
Agar seseorang tersebut dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam
dirinya, diperlukan proses penyeimbangan. Proses inilah yang disebut
equelibrasi proses penyeimbangan antara “dunia luar” dan “dunia dalam”
tanpa proses ini, perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat
dan berjalan tak teratur (disorganized).
2. Ausubel (1968)
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengaturan kemajuan (belajar)” didefinisikan dan dipresentasikan
dengan baik dan tepat pada siswa (Degeng I Nyoman Sudana, 1989).
Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi (mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada
siswa.
Ausubel percaya bahwa advance organizers dapat memberikan tiga
macam manfaat, yaitu dapat menyediakan suatu kerangka konseptual
untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa, dapat berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari
siswa “saat ini” denga napa yang “akan” dipelajari siswa, dan mampu
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Jadi guru harus memiliki pengetahuan yang sangat baik terhadap isi
mata pelajaran. Karena dengan begitu seseorang guru akan mampu
menemukan informasi, yang menurut ausubel “sangat abstrak, umum dan
inklusif”, yang mewadahi apa yang akan diajarkan selain itu logika berfikir
guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang
baik, guru akan kesulitan memilih-milih materi pelajaran,
merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta
mengurutkan materi demi materi kedalam struktur urutan yang logis dan
mudah dipahami.
3. Bruner (1960)
Menurut Bruner proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatid
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aliran (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-
contoh yang menggambarkan (mewakili) antara yang menjadi sumbernya.
Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Untuk memahami konsep kejujuran misalnya, siswa
pertama-tama tidak menghapal definisi kata kejujuran tetapi mempelajari
contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh-contoh itulah siswa
dibimbing untuk mendefinisikan kata kejujuran.
Menurut pendapat Brunner (1964) bahwa teori belajar bersifat
deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya,
teori belajar memprediksikan beberapa usia maksimum seorang anak
untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan
bagaimana cara-cara mengajarakan penjumlahan.
 Prinsip-Prinsip Teori Kognitivisme
1. Proses belajar lebih penting daripada hasil
2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar
menunjukkan tingkah laku seorang individu
3. Materi belajar dipisahkan dalam komponen kecil, lalu dipelajari
secara terpisah
4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu
keharusan.
5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks
 Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitif
1. Kelebihan
a. Pembelajaran berdasarkan kemampuan struktur kognitif peserta
didik sehingga kemampuan peserta didik tidak terlalu dipaksakan.
Hal demikian sebagai wujud penghargaan bahwa masing-masing
peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga
pendekatan dalam belajarnya pun harus berbeda-beda.
b. Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center) yang
mengakibatkan dinamisasi kelas yang tinggi, sehingga tidak
menimbulkan pelajaran yang membosankan.
2. Kelemahan
a. Bentuk pendisiplinan yang tidak diambil dari proses stimulus-
respons berakibat pada melemahnya disiplin peserta didik.
b. Strategi pembelajaran yang aktif yang dilakukan oleh guru yang
tidak mengenal manajemen kelas baik akan menimbulkan waktu
yang sia-sia dalam proses pembelajaran dikelas.
C. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata (Rosnawati, S. P. 2021).
Belajar menurut pandangan konstruktivisme merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberikan penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri (Suparno, 1997:18).
Dengan teori kontruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih
paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep yang telah mereka pelajari. Jadi teori kontruktivisme adalah proses
mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai
hasil interaksi antar siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun
realitas sosial.
Pendekatan Konstruktivisme adalah satu inovasi pengajaran dan
pembelajaran dalam pendidikan (Khadijah, 2011). Pendekatan Konstruktivisme
menerangkan bagaimana murid menyesuaikan semua maklumat baru yang
diperolehi dengan pengalaman sedia ada mereka untuk membentuk
pengetahuan baharu dan disusun dalam minda. Dalam Konstruktivisme, guru
bertindak sebagai fasilitator di mana individu murid yang berfikir akan berusaha
untuk membina pengetahuan tanpa menerimanya secara pasif. Murid-murid juga
menyelesaikan sesuatu tugasan dengan usahanya sendiri serta melalui hubungan
sosial bersama rakan dan gurunya (Amran, 2021).
 Tokoh-Tokoh Konstruktivisme

1. Lev Vygotsky (1896-1934).


Lev V ygotsky merupakan tokoh dari teori belajar konstruktivistik
yang menekankan bahwa manusia secara aktif menyusun pengetahuan
dan memiliki fungsi-fungsi mental serta memiliki koneksi social. Beliau
berpendapat bahwa manusia mengembangkan konsep yang sistematis,
logis dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang yang
dianggap ahli disekitarnya. Jadi dalam teori ini orang lain (social) dan
bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif
manusia.
Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang di
pelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar konstruktinvistik atau yang
sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar
yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar
dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu
Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal
dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan
orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.
 Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut (Suyono & Haroyanto, 2014).
1. Belajar merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran
harus dimulai dengan isu-isu yang mengakomodasi siswa secara aktif
mengkonstruk makna.
2. Pemaknaan memerlukan pemahaman bahwa (wholes) itu sama
pentingnya seperti bagian-bagiannya. Sedangkan bagian-bagian harus
dipahami dalam konteks keseluruhan. Oleh karenanya, proses
pembelajaran berfokus pada konsep-konsep primer dan bukan fakta-
fakta terpisah.
3. Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model-
model mental yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara
pandang mereka tentang dunia serta asumsi-asumsi yang disusun yang
dapat menunjang model mental tersebut.
4. Tujuan belajar adalah bagaimana setiap individu mengkonstruksi
makna, tidak sekedar mengingat jawaban apa yang benar dan menolak
makna milik orang lain. Karena Pendidikan pada fitrahnya memang
antar disiplin, satu-satunya cara yang meyakinkan untuk mengukur
hasil pembelajaran dan melakukan penilaian terhadap bagian-bagian
dari proses pembelajaran, menjamin bahwa setiap siswa akan
memperoleh informasi tentang kualitas pembelajarannya.
 Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstruktivistik
1. Kelebihan
a. Guru bukan salah satu sumber belajar, karena teori ini lebih
berfokus pada student center.
b. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dan aktif.
c. Proses pembelajaran jadi lebih menarik karena kita dapat
menyangkutkan dengan ilmu lain.
2. Kelemahan
a. Kesulitan memberikan contoh yang konkrit dan realistic
b. Terbatasnya fasilitas sekolah yang dapat mendukung teori
konstruktivistik.
c. Siswa membuat pengetahuan dengan ide sendiri sehingga terjadi
perbedaan pendapat dengan para ahli.
D. Teori Belajar Humanistik
Dalam teori belajar humanistic, belajar dianggap berhasil jika peserta
didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatannya.
Pendekatan humanistic dalam Pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Perkembangan yang berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpolasi sosial metode untuk pengembangan diri yang ditunjukkan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Keterampilan atau kemempuan membangun diri secara positif ini sangat penting
dalam Pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Pada dasarnya matematika humanistic melibatkan pengajaran yang isinya
humanistic (humanistic content) dengan menggunakan Pendidikan humanistic
(humanistic pedagogy) dalam keyakinan bahwa kekurangan motivasi siswa
merupakan akar penyebab dari masalah-masalah sikap dan literasi dalam
Pendidikan matematika. Gerakannya adalah mencari kembali proses-proses
Pendidikan yang menyenangkan (excitement) dan menantang (wonderment)
dengan kegiatan-kegiatan penemuan (discovery) dan kreasi/karya cipta
(Haglund, tanpa tahun). Dengan demikian matematika humanistic mengarahkan
pada pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa untuk belajar secara
aktif yang menyenangkan dan memberikan kebebasan siswa untuk tertantang
melakukan kreasi-kreasi sehingga mendorong kreativitasnya.
 Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
1. Arthur Combs (1912-1999)
Arthur Combs besama dengan sahabatnya Donald Snygg memfokuskan
perhatian mereka pada bidang Pendidikan. Konsep dasar yang dipakai
adalah meaning (makna dan arti) (Sokicgin, 2018). Combs
mengemukakan bahwa perilaku batiniah setiap orang memiliki
perbedaan, seperti perasaan, persepsi, dan keyakinan. Perbedaan inilah
yang membuat seseorang agar dapat memahami orang lain (Utami,
2020)
2. Abraham Malow
Maslow melihat individu sebagai upaya yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hirarki, dimana memiliki motivasi untuk melihat kebutuhan
hidupnya dalam belajar. Hiararki kebutuhan berkenaan dengan
fisiologi/dasar, yakni rasa aman dan tentram, dicintai dan disayangi,
dihargai serta aktualisasi diri (Herpratiwi, 2016).
3. Carl Ransom Rogers
Teori Humanisme menurut Carl Rogers lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Humanisme tertuju pada masalah
bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh kegiatan
pribadi yang dibutuhkan terhadap pengalaman mereka sendiri. Teori
Carl Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang disebut
kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut
diartikan sebagai suatu motivasi yang menyatu dalam setiap diri
makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya
semaksimal mungkin (Rennie, D. L., 2008).
 Prinsip-Prinsip Humanistik
1. Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru
humanistic percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji
materi bahan ajar jika terkait dengan kebutuhan dan keinginannya.
2. Tujuan Pendidikan harus mendorong kegiatan siswa untuk
belajar dan mengajar mereka tentang cara belajar. Siswa harus
memotivasi diri pribadi untuk belajar sendiri
3. Pendidikan humanistic percaya bahwa nilai tidak relevan dan
hanya evaluasi diri (self ecaluation) yang bermakna.
Pemeringkatan mendorong siswa belajar untuk mencapai
tingkat tertentu, bukan untuk kepuasan pirbadi. Selain itu,
Pendidik humanistic menentang tes objektif, karena mereka
menguji kemampuan siswa untuk menghafal dan tidak
memberi umpan balik Pendidikan yang cukup kepada guru dan
siswa.
4. Pendidik humanistic percaya bahwa, baik perasaan maupun
pengetahuan, sangat penting dalam proses belajar dan tidak
memisahkan domain kognitif dan efektif.
5. Pendidik humanistic menekankan perlunya siswa terhindar
dari tekanan lingkungan, sehingga mereka akan merasa aman
untuk belajar. Setelah siswa merasa aman, belajar mereka
menjadi lebih mudah dan lebih bermakna (Bharuddin & Makin,
2017)
 Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
1. Kelebihan
a. Sangat menghargai karakteristik dan potensi manusia.
b. Peserta didik mempunyai kebebasan dalam
mengembangkan potensi diri tanpa ada tekanan dari pihak
manapun.
2. Kelemahan
a. Karakter manusia tidak akan terbentuk sesuai dengan
tujuan pembelajaran, karena humanistic menganggap
bahwa potensi manusia adalah punya keinginan untuk
belajar
b. Apabila tidak diperlakukan pembimbingan dari guru
kepada peserta didiknya secara baik, pembelajaran yang
bebas akan menimbulkan motivasi yang bebas pula, apalagi
peserta didik yang masih usia sekolah dasar.

Berdasarkan penjelasan diatas yaitu teori-teori belajar penting


dalam berbagai pembelajaran khususnya matematika. Oleh karena itu,
banyak pendidik yang menerapkan teori-teori belajar dalam
pembelajaran matematika. Ketika menerapkan teori-teori belajar dalam
pembelajaran matematika, terkadang guru menggunakan lebih dari satu
teori belajar dalam proses pembelajaran. Walaupun memang pada
dasarnya tidak ada teori belajar yang terbaik. Tinggal bagaimana kita
sebagai pendidik bisa menentukan teori mana yang cocok dan bisa
melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan keadaan peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Pupu Saeful Rahmat, M. P. (2018). Psikologi Pendidikan . Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.

Isniatun Munawaroh, M. P. (2021). Modul Bahan Ajar.

Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M. A. (2016). Desain Pembelajaran Inovatif. Depok: PT


RajaGrafindo Persada.

Trianto, M. P. (2013). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rosnawati, S. P. (2021). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Adab.

Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori Behaviorisme. Makasar:
Program Doktoral Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar.

Hidayah, S. N. (2020). Pentingkah Penggunaan Teori Belajar Behavioristik dalam


Pembelajaran Matematika. RUANG KETIK MAHASISWA: Kumpulan Essay Karya
Mahasiswa, 94.

Susanti, L. (2015). Pemberian Motivasi Belajar Kepada Peserta Didik Sebagai Bentuk
Aplikasi Dari Teori-Teori Belajar. Pelita Bangsa Pelestari Pancasila, 10(2).

Sutawidjaja, A., & Afgani, J. (2015). Konsep dasar pembelajaran


matematika. Pembelajaran Matematika, 4(9), 51-57.

Hatip, A., & Setiawan, W. (2021). Teori kognitif bruner dalam pembelajaran
matematika. PHI: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 87-97.

Hendriana, H. (2014). Membangun kepercayaan diri siswa melalui pembelajaran


matematika humanis. Jurnal Pengajaran MIPA, 19(1), 52-60.

Voon, S. H., & Amran, M. S. (2021). Pengaplikasian teori pembelajaran konstruktivisme


dalam pembelajaran Matematik.

Sutawidjaja, A., & Afgani, J. (2015). Konsep dasar pembelajaran


matematika. Pembelajaran Matematika, 4(9), 51-57.

Wibowo, F. (2022). Ringkasan Teori-Teori Dasar Pembelajaran. Guepedia.


Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.

Anda mungkin juga menyukai