Dosen Pengampu :
Oleh :
September 2022
BAB I
URAIAN MATERI
A. Permasalahan Kontekstual
“Stress pada Santri Aliyah yang Tinggal di Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kebon
Jeruk Jakarta Barat”
Sumber : https://www.esaunggul.ac.id/gambaran-stress-dan-coping-stress-pada-santri-
aliyah-yang-tinggal-di-pondok-pesantren-asshiddiqiyah-kebon-jeruk-jakarta-barat/
Menjadi santri di sebuah Pondok Pesantren membuat para santri dihadapkan pada
tugas-tugas untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren
tersebut. Bagi santri yang menganggap hal tersebut sebagai tekanan akan mempengaruhi
kondisi fisik ataupun psikologis santri tersebut hingga mengakibatkan stress. Hukuman
yang berat, peraturan-peraturan yang ketat, pengajar yang galak, terpisah dengan keluarga,
materi pelajaran yang banyak, uang saku sedikit, jadwal kegiatan yang padat dan fasilitas
yang kurang memadai merupakan faktor yang menjadi penyebab siswa merasa stress.
Jika dihubungkan dengan teori behavioristik pada kasus ini, pondok pesantren
merupakan suatu conditioned stimulus dan adanya aturan-aturan, hukuman, tugas-tugas
berat merupakan unconditioned stimulus sehingga apabila siswa memberikan respon
negatif sebagai unconditioned response maka pondok pesantren yang merupakan
conditioned stimulus juga ikut direspon negatif oleh siswa.
Selain itu salah satu hal yang menarik pada pesantren adalah rasa tawadhu’(hormat)
seorang santri kepada kyai. Dari fakta yang telah banyak ditemui, biasanya seorang santri
memiliki rasa hormat yang tinggi kepada seorang kyai. Seorang santri juga memiliki sikap
tawadhu’ kepada kyai dalam proses pembelajaran, ketika kyai menjelaskan suatu hal
kepada para santri, para santri tentu akan langsung merespon stimulus yang diberikan oleh
kyai. Perkataan dari seorang kyai seakan-akan menjadi sesuatu yang selalu benar sesuai
dengan ajaran islam. Akibatnya terkadang tidak ada sanggahan sedikit pun dari santri
terhadap perkataan dari kyai dan hal ini memberikan kesimpulan bahwa proses
pembelajaran tersebut terfokus pada stimulus dan respon diantara pendidik (kyai) dengan
peserta didik (santri). Hal tersebut berakibat terhadap keaktifan dari santri terbatasi oleh
stimulus dan respon tersebut sehingga pembelajaran cenderung pasif karena para santri
selalu mengikuti pendapat dari kyai mereka.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Behaviorisme merupakan aliran prilaku yang dalam psikologi yang berpijak bahwa
segala sesuatu yang dilakukan peserta didik termasuk yang ditanggapi, dipikirkan, atau
dirasakan dianggap sebagai prilaku yang tampak. Behaviorisme beranggapan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan peserta didik merupakan susuatu yang dapat diamati.
Pendapat tokoh mengenaik teori behavioristik diantaranya:
1. Edward Lee Thorndike berpendapat bahwa belajar didasarkan oleh adanya
persekutuan diantara panca indra dengan implus untuk bertindak.
2. Pavlov berpendapat bahwa peseerta didik dikendalikan dengan mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk membuat kebiasaan melakukan
respon yang diinginkan, walupun berasal dari stimulus yang berasal dari luar
dirinya.
3. Skinner berpendapat bahwa tingkah laku dapat dipahami melalui analisis
fungsional tingkah laku (functional analysis of behavior) dimana suatu respon
akan timbul mengikuti simulus atau kondisi tertentu.
4. Teori Watson menyatakan bahwa belajar merupakan proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
Prinsip-prinsip teori belajar behavioristik berupa stimulus dan respon serta
penguatan yang meliputi penguatan positif-negatif, penguatan primer-sekunder,
kesegeraan memberi penguatan (immediacy), pembentukan perilaku (shapping), dan
kepunahan (Extinction).
B. Saran
Dari ulasan materi dan permasalahan kontekstual serta solusinya diharapkan
makalah ini dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan mengenai teori behavioristik.
Selain itu kita sebagai calon pendidik seharusnya bersiap untuk mendidik para peserta
didik kita dengan baik dan dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar
mengajar berjalan dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Amalia, Rizka dan Ahmad Nur Fadholi. (2015). Teori Behavioristik. Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori Behaviorisme. Makasar:
Program Doktoral Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar.
Aziz Fadliansyah, (2013) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA STRES
PADA SANTRIWATI BARU DI PONDOK PESANTREN DARUL AITAMI
KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT. Skripsi thesis,
Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Herliani, Didimus Tanah Boleng dan Elsye Theodora Maasawet. (2021). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Penerbit Lakeisha. Klaten
Herpratiwi. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran. Media Akademi. Yogyakarta
Nahar, Novi Irawan. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Nusantara Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol. 1 Desember 2016
Safaruddin. (2016). Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan. Volume
8 No 2
Simon, Irene Maya, Nugraheni Warih Utami, Elia Flurentin dkk., (2021). Perkembangan
Peserta Didik. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas
Negeri Malang
LAMPIRAN
Sumber : https://www.check-plagiarism.com/id/