Anda di halaman 1dari 11

TEORI BEHAVIORISTIK

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Teori Belajar

Disusun oleh :
1. Arvin Nazala Azhar
2. Mohammad Saifulullah
3. Wisnu Dwi Saputra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASYIM ASY`ARI
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
Pembahasan

1. Teori dan Pengertian Behaviorisme

Behaviorisme adalah menganalisis perilaku manusia yang tampak dapat


diukur,dilukiskan,dan diramalkan. Teori behaviorisme juga dikenal dengan nama teori
belajar. Belajar, artinya perubhana perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
Dari sana timbul konsep “manusia mesin”(HomoMechanicus).
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk
mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat
diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Menurut pendekatan
behavioristik, belajar dipahami sebagai proses perubahan tingkah laku teramati yang relatif
berlangsung lama sebagai hasil dari pengalaman dengan lingkungan. Pendekatan
behavioristik berkembang melalui eksperimen-eksperimen, baik pada manusia maupun pada
hewan (Kusmintardjo dan Mantja, 2011).
Behaviorisme adalah suatu aliran ilmu jiwa di Amerika yang dipelopori oleh William
James dan Waston. Paham behaviorisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;
a. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia hanya mengamati lewat tingkah laku
berdasarkan kenyataannya tanpa mempelajari aspek kesadaran dan pengalaman batin
manusia itu sendiri.
b. Semua perbuatan dikembalikan pada refleks, artinya perbuatan-perbuatan manusia
timbul bukan karena kesadaran yang tidak disadari terhadap suatu peransang.
c. Paham ini berpendapat bahwa manusia ketika dilahirkan semuanya adalah sama tetapi
pada perkembangannya berubah karena faktor yang lebih dominan adalah pendidikan
di samping kebiasaan-kebiasaan.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya mendudukkan siswa yang
belajarsebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior)
yang dapat diamati. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons. Oleh karena itu, teori ini juga
dinamakan teori stimulus-respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan
stimulus dan respon sebanyak banyaknya.

1
2. Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan dan praktik pendidikan serta pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran behavioristik ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
temapak sebagai hasil belajar. Jadi teori behavioristik merupakan teori yang berpandangan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui stimulus respon, yang dimana
belajar menjadi tempat berkembangnya perilaku siswa ke hal yang lebih baik dengan cara
interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut salah satu tokoh pengusung teori ini Edward Thorndike, belajar adalah
proses koneksi antara stimulus respon yang berujung kepada perubahan tingkah laku.
Hubungan stimulus respon ini menurut Thorndike dapat diperkuat dengan adanya kesiapan
dalam menerima perubahan tingka laku tersebut Law of Readiness, diberikan pengulangan
Law of Exercise dan diberikan penghargaan Law of Effect.

3. Tokoh-tokoh Teori Behavioristik

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik, dapat dijelaskan


sebagai berikut:
(1) Edward Lee Thorndike mengemukakan bahwa belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut Stimulus (S) dengan
Respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen
kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai
hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons
yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaanpercobaan (trials) dan kegagalan-
kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error
learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum
tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut
dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi (Rahyubi, 2012).
(2) Ivan Petrovich Pavlov, Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)
adalah proses yang ditemukannya melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan
ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala
kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa
dengan menggunakan rangsanganrangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai
dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan

2
menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda
dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada
seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu
makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Sebelum makanan diperlihatkan, maka
yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air
liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka
pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air
liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah
rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulangulang,
rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada
anjing tersebut (conditioned respons).
(3) Burrhus Frederic Skinner, Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern,
Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku dengan
pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui
pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan. Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat.
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif)
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan. Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium Skinner
memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang
sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung
makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena
dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana
kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, kemudian makanan keluar.
Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping. Berdasarkan berbagai percobaannya pada
tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon
akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah,
perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain:
(a) hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguatan;
(b) proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar;
(c) materi pelajaran, digunakan sistem moduldalam proses pembelajaran, tidak digunakan
hukuman. untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman;

3
(d) dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri;
(e) tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan menngunakannya jadwal variabel rasio rein forcer;
(f) menggunakan pendekatan shaping.
(4) John Watson, Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur. Jadi, walaupun dia mengakui adanya perubahanperubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang
tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur. Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan
Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of
Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh
Angell. Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:
1) Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara
dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya
2) Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural
science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran
sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup
psi.
3) Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
(5) Clark L. Hull, Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan
respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi
biologis (Gredler, 1991).
Prinsip-prinsip utama teorianya :
1) Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi
reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
2) Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisme). Faktor O adalah
kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R
yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.

4
3) Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
4) Hypothetico-deductive theory Adalah teori belajar yang dikembangkan Hull
dengan menggunakan metode deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi
harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual
(induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang
aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991).
Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan hasil-
hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli
behavioristik lainnya dan dikembangkan.
(6) Albert Bandura, Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of
Iowa dan kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang behaviorist, Bandura
menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenanya
teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan
hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya,
Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar. Inti utama dalam
teori ini adalah bahwa dalam belajar tidak hanya ada reinforcement dan punishment saja,
namun menyangkut perasaan dan pikiran. Teori belajar sosial menyatakan tentang pentingnya
manusia dalam proses belajar, yang disebutnya dengan sebutan proses kognitif. Faktor-faktor
yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1) perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat;
2) penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik;
3) reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
umpan balik;
4) motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri
(Kusmintardjo dan Mantja, 2011). Teori utama :
a. Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses
belajar manusia.
b. Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah
vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat
memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh
reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang
memberinya reinforcement.
c. Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement,
self-control, dan lain sebagainya.
d. Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan
yang lebih tinggi di masa depan.

5
4. Prinsip-prinsip Teori Belajar Behavioristik
Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang lama
untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku yang tidak
diinginkan.
1) Stimulus dan Respons Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu
belajarnya. Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah
diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
2) Reinforcement (penguatan) Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat
perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman
(punishment).
1) Penguatan positif dan negatif Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut
penguatan positif. Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat
perilaku disebut penguatan negatif
2) Penguatan primer dan sekunder Penguat primer adalah penguatan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy) Penguatan hendaknya diberikan segera
setelah perilaku muncul karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik
dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping) Menurut skinner untuk membentuk perilaku
seseorang diperlukan langkahlangkah berikut :
a. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang lebih rinci;
b. menentukan penguatan yang akan digunakan;
c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang semakin dekat dengan
perilaku yang akan dibentuk.
5) Kepunahan (Extinction) Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk
tidak mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.

5. Penerapan Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar


ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan respons.

6
Dengan memberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut.
Hubungan stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar.
Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan
teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
keluaran yang berupa respons. Menuru teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan
apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan
untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku.

6. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Metode Behavioristik

Penerapan teori belajar Behavioristik dalam pendidikan menurut Irham & Wiyani
(2015) terlihat dalam beberapa hal diantaranya:
(1) bahan-bahan pengajaran sudah siap digunakan;
(2) bahan pelajaran tersusun secara hierarkies, dari sederhana ke rumit dan kompleks;
(3) pembelajaran berorientasi hasil yang terukur dan teramati dalam bentuk perilaku
yang diinginkan;
(4) pengulangan dan latihan digunakan untuk membentuk kebiasaan;
(5) apabila perilaku yang diinginkan muncul diberi penguatan positif dan yang kurang
diinginkan mendapat penguatan negatif.
Proses pembelajaran yang berpijak pada teori belajar Behavioristik adalah sebagai
berikut:
(1) menentukan tujuan pembelajaran dalam bentuk standart kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) serta indikator ketercapaian;
(2) menentukan materi pelajaran yang akan diberikan;
(3) merinci materi menjadi bagaian-bagaian kecil dalam bentuk pokok bahasan, sub
pokok bahasan, dan sebagainya;
(4) memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan, dan
tugastugas dalam proses pembelajaran;
(5) adanya aktivitas memberikan hadiah dan hukuman (Sugiyono & Hariyanto, 2011).
Metode pembelajaran Behavioristik tidak cocok digunakan untuk semua mata
pelajaran karena pada dasarnya metode pembelajaran behavioristik membutuhkan praktik dan
pembiasaan misalnya percakapan menggunakan bahasa asing, olahraga, penggunaan
komputer dan lain sebagainya yang membutuhkan latihan dan pembiasaan. Menurut Sanyata

7
(2012) Perkembangan pendekatan Behavioristik mempunyai konstribusi besar terhadap
pencapaian target konseling untuk mencapai tujuan perubahan pikiran, perasaan dan perilaku.
Metode belajar behavioristik diterapkan untuk melatih dan membimbing anak yang
membutuhkan dorongan dari orangtua, suka meniru, dan suka mengulangi perilaku setelah
mendapatkan reward atau hadiah, dan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya
konsep pembelajaran dalam teori belajar behavioristik sebagai ajang pelatihan agar
terbentukya perilaku yang akibat dari adanya hubungan stimulus-respon yang terjadi
berulangulang kali dengan adanya dukungan hadiah dan hukuman.

7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik


Kaum behavioris menjelaskan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
dimana penguatan dan penghargaan, serta hukuman menjadi stimulus untuk merangsang
siswa dalam berperilaku. Para pendidik biasanya menggunakan teori behaviorisme untuk
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu (Rahyubi, 2012). Adapun kekurangan dan
kelemahan dari teori behaviorisme seringkali dikritik karena tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks. Teori ini selalu menyederhanakan hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan dan atau belajar sekedar pada hubungan stimulus dan respon saja serta
tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon itu sendiri. Selain itu, teori behaviorisme ini juga kurang mampu
menjelaskan tentang adanya variasi tingkat emosi siwa, meskipun mereka memiki
pengalaman penguatan yang sama. Teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya. Jadi teori ini hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati,
dan tidak memperhatikan keberadaan pengaruh pikiran ataupun perasaan yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behaviorisme juga cenderung mengarahkan siswa berpikir linier, tidak produktif
dan tidak kreatif. Pandangan teori ini yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses
pembentukan, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, menjadikan siswa
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal, banyak faktor yang mempengaruhi proses
belajar. Sedangkan kelebihan dan kekuatan memiliki kontribusi nyata untuk membentuk
kedisiplinan dan tanggung jawab. Kedisiplinan dan tanggung jawab merupakan elemen
penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Kedisiplinan dan tanggung jawab juga
merupakan karakter manusia yang utama.

8
BAB II
Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran ke arah yang lebih baik agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Untuk mencapai tujuan berdirinya Negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, instrument yang digunakan adalah pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan
melahirkan manusia-manusia cerdas, kemudian akan menjadi agen perubahan untuk
kehidupan berbangsa yang lebih baik. Paolo Freire seorang tokoh pendidikan menyatakan ada
dua pandangan dunia yang mempersepsikan manusia dalam dunia pendidikan. Pandangan
pertama melihat manusia sebagai objek, yang dapat dibentuk dan disesuaikan. Pandangan
lainnya melihat manusia sebagai subyek, mahluk yang bebas dan mampu melampaui
dunianya.
Pendidikan akan tercapai apabila pihak pendidik dan terdidik memahami teori
pendidikan, tentu saja teori yang dipakai tidak bisa berdiri sendiri, tetapi satu dengan yang
lain akan saling melengkapi, sehingga dapat menggunakan teori tersebut sesuai yang
dibutuhkan saat itu. Pengaruh berbagai macam teori pendidikan dalam penentuan kebijakan
tentu saja tidak dapat dibantah lagi, termasuk pengaruh teori behavioristik dalam penentuan
kebijakan pendidikan di Indonesia.

9
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Nahar, Novi Irwan 2016. PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM


PROSES PEMBELAJARAN
Elvia Baby Shahbana1 , Fiqh kautsar farizqi 2 , Rachmat Satria3 Program Studi Manajemen
Pendidikan 2020. IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM
PEMBELAJARAN
Rafki Nasuha Ismail1), Mudjiran2), Neviyarni3) 2019. MEMBANGUN KARAKTER
MELALUI IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS KECAKAPAN ABAD 21
A.M.Irfan Taufan Asfar, A.M.Iqbal Akbar Asfar, Mercy F Halamury. TEORI
BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism)

10

Anda mungkin juga menyukai