Anda di halaman 1dari 13

“TEORI BEHAVIOURISTIK DAN PENERAPANNYA”

MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu : Drs. Julius Sagita,M.Pd

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Azkiya_1102621011
Delaya Safira Tarigan_1102621058
Fairuz Adiba_1102621018
Farah Kania_1102621033
Farkha Mutiara_1102621021
Leonardo Elifas_ 1107621116
Revina Adilla R_1102621041
Rifanny Amalia_1102621047
Selly Ayu Rahmawati_1102621060
Tessalonika Reinhard P_1107621089
Yasmin Kyla A_1102621055
Zahra Ayu Sekar P_1102621057

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
SEMESTER 117 / 2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................i


A. Pengertian Behavioristik ..................................................................................1
1. Teori Belajar Behavioristik .........................................................................1
2. Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli .......................................1
B. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik ..............................................................4
C. Penerapan Teori Behavioristik ........................................................................6
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik ...........................................7
E. Prinsip Umum Aplikasi Teori Behavioristik ..................................................8
Daftar Pustaka .......................................................................................................10
A. Pengertian Behavioristik
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan
penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar. Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan
perilaku siswa ialah teori belajar behavioristik. Dilihat dari pengertiannya,
teori belajar behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus
pada perilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran atau
konstruksi mental. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang
mempelajari tingkah laku manusia.
Menurut Desmita (2009:44), teori belajar behavioristik merupakan teori
belajar yang memahami tingkah laku manusia yang menggunakan
pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik sehingga perubahan
tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya
pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang
seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku
yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam
tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai
respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Teori
belajar behavioristik menekankan tingkah laku manusia sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respons. Teori belajar behavioristik
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal dengan aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

2. Teori Behavioristik Menurut Para Ahli


- Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku,
teori behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi
antara stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan
respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya
menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu
yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa
diamati). Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara
mengukur berbagai tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah
satu hal yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku),
tetapi teori Thorndike telah memberikan inspirasi kepada pakar lain
yang datang sesudahnya.
Teori Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme
(connectionism). Prosedur eksperimennya adalah membuat setiap
binatang lepas dari kurungannya sampai ke tempat makanan. Dalam hal
ini apabila binatang terkurung maka binatang itu sering melakukan
bermacam-macam kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan
badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat atau lambat binatang itu
tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan binatang itu akan
lepas ke tempat makanan.

- Ivan Petrovich Pavlov


Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan
anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan
reaksi yang diinginkan. Dari contoh tentang percobaan tersebut terbukti
bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara dengan mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respons yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
- John B. Watson
Menurut Watson, pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus
dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati
(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai
perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan
berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak
penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak
bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Hanya dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkan
perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa.

- Burrhus Frederic Skinner


Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan
lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak
lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu,
sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu
dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang
dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan juga menghasilkan
berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
tingkah laku siswa. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku
siswa secara tuntas, diperlukan pemahaman terhadap respons itu
sendiri, dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons
tersebut (Gredler, 1986). Skinner juga memperjelaskan tingkah laku
hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi bertambah rumit,
sebab alat itu akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya, apabila
dikatakan bahwa seorang siswa berprestasi buruk sebab siswa ini
mengalami frustasi akan menuntut perlu dijelaskan apa itu frustasi.
Penjelasan tentang frustasi ini besar kemungkinan akan memerlukan
penjelasan lain.
B. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat


ditelusuri dari bentuk refleks. Dalam psikologi, teori belajar behavioristik
disebut juga dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku
yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati
dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental.

Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri,


yaitu:
1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan serta gerak-
gerak pada badan dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa
tanpa jiwa.
2. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari
unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak
disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang
kompleks refleks atau suatu mesin.
3. Teori behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua
orang adalah sama. Menurut teori behaviorisme, pendidikan adalah maha
kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-
kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.

C. Tokoh-Tokoh Perkembangan Teori Belajar Behavioristik


1. Edward Lee Thorndike
Thorndike menciptakan sebuah teori pembelajaran mekanistik dan objektif
yang memfokuskan pada perilaku-tampak. Dia lebih menginterpretasikan
pada hubungan stimulus dan respons. Dia berpendapat bahwa sebuah
perilaku harus terus direduksi hingga tahap yang paling sederhana:
kesatuan stimulus-respons. Kesatuan stimulus-respons adalah unsur-unsur
perilaku (bukan kesadaran) dan merupakan bahan penyusun dari perilaku
kompleks yang terbangun.

2. Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan


respons, tetapi stimulus dan respons yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Dengan
kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, tetapi ia menganggap hal -hal
tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap
mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu
penting, tetapi semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang
telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.

3. Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan


respons untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun, ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori
evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh bagian manusia sehingga stimulus
dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis
walaupun respons yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam
bentuknya.

4. Edwin Guthrie

Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan


respons. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus
berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana
Clark Hull. Ia juga mengemukakan, agar respons yang muncul sifatnya
lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam
stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut.

5. Skinner

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi


melalui interaksi dalam lingkungannya akan menimbulkan perubahan
tingkah laku. Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada
seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus -
stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respons yang akan
diberikan. Demikian juga dengan respons yang dimunculkan inipun akan
mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan
munculnya perilaku. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku
seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara
stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul
sebagai akibat dari respons tersebut.

D. Penerapan Teori Behavioristik

Langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori


behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2. Melakukan analisis pembelajaran.
3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll).
6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan
waktu).
7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan
sejenisnya).
8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar.
9. Memberikan penguatan (reinforcement) baik positif maupun negatif.
10. Merevisi kegiatan pembelajaran (Mukminan, 1997:27).

Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan
dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur.
Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab
itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa
semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya
perubahan tingkah laku. Faktor lain yang penting dalam teori belajar behavioristik
adalah faktor penguatan. Dilihat dari pengertiannya penguatan adalah segala
sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respons. Pandangan behavioristik
kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun siswa
memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan behavioristik tidak dapat
menjelaskan dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan
yang relatif sama. Dilihat dari kemampuannya, kedua anak tersebut mempunyai
perilaku dan tanggapan berbeda dalam memahami suatu pelajaran.Oleh sebab itu
teori belajar behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respons yang
dapat diamati. Teori belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur unsur yang diamati (Putrayasa,
2013:49)

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik

Kelebihan Teori Behavioristik


1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
belajar.
2. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru
yang bersangkutan.
3. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif yang
didasari pada perilaku yang tampak.
4. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya.
Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan
lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan
lebih optimal.
5. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu
menghasilkan suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
6. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
7. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya
tahan.
8. Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

Kekurangan Teori Behavioristik


1. Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap.
2. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
3. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
4. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
5. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
6. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan dari guru dan
mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara
temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
7. Cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
8. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning) bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

9. Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya


proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai
center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.

F. Prinsip Umum Aplikasi Teori Behavioristik

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus


(S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting
bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak
memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa
akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang
berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah
ditunjukkan).

Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah:


1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya
stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa
yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat
diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,
merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat
apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan


tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku/kompetensi
sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai
berikut:
a. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
b. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta


Anam, M. S., & Dwiyogo, W. D. (n.d.). TEORI BELAJAR
BEHAVIORISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM. 1-5.
https://psikologmudha.com/tokoh-behaviorisme-dan-pokok-pemikiran/
Muflihin, H.M. 2009.Aplikasi dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam
Pembelajaran (Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran)
Nahar, N. I. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran. NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial, 1(1).
Ratnawati, E. (2016). Karakteristik teori-teori belajar dalam proses pendidikan
(perkembangan psikologis dan aplikasi). Edueksos: Jurnal Pendidikan
Sosial & Ekonomi, 4(2).
Wati,W. 2010.Makalah Strategi Pembelajaran Teori Belajar dan
Pembelajaran. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai