KELOMPOK 3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori
psikologi daya dan teori mental state. Hal ini karena aliran aliran terdahulu
hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Pandangan dalam pskilogi dan
naturalisme science, timbulah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image
tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa
itu adalah respons-respons psikologis. Aliran terdahulu memandang bahwa
badan adalah skunder, padahal sebenarnya justru menjadi titik tolak. Natural
science melihat semua realita sebagai gerakan-gerakan dan pandangan
natural science mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Dalam
behaviorisme, masalah metter (zat) menempati kedudukan yang paling
utama dan tingkah laku tentang sesuatu jiwa dapat diterangkan.
Behavioriesme dapat menjelaskan kelakuan manusia secara seksama dan
menyediakan program pendidikan yang efektif
B. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang hakikat manusia
2. Untuk menjelaskan tentang aspek – aspek hakikat manusia
3. Untuk menjelaskan tentang apa itu behavioristic
4. Untuk menjelaskan tentang teori belajar behavioristic
5. Untuk menjelaskan tentang teori ciri-ciri teori belajar behavioristic
6. Untuk menjelaskan tentang asumsi dasar dalam pendekatan
behavioristik
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Behavioristik
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai
berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya.
Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada interaksi dengan
lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku
diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah
perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).
Kaum behavioristik (Hansen, dkk., 1977) pada dasarnya
menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang
tingkah lakunya di kontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan
demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada
hubungan antara individu dan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh
hukum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditioning) dan
peniruan.
Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran
dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B.
Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930,
sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik berfokus
pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi
dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan yang diramalkan dan
dikendalikan.
Menurut Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah
laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional. Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-
kekuatan yang tidak rasional. Hal ini didasari dari hasil pengaruh
lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku.Manusia
adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor
berasal dari luar.Salah satu faktor tersebut yairu faktor lingkungan yang
menjadi penentu dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini,
kepribadian individu dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu
dan lingkungannya(Desmita, 2009:44)
Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu
semata-mata bergantung pada lingkungan. Menurut teori ini, orang terlibat
di dalam tingkah laku karena telah mempelajarinya melalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan
hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah laku, karena belum diberi
hadiah atau telah mendapatkan hukuman.Semua tingkah laku, baik
bermanfaat atau merusak merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh
manusia.(Desmita, 2009:44)
Steven Jay Lynn dan John P. Garske (1985) mengemukakan bahwa
asumsi dasar dalam pendekatan behavioristik adalah (1) memilliki
konsentrasi pada proses perilaku, (2) menekankan dimensi waktu here and
now, (3) manusia berada dalam perilaku maladaptif, (4) proses belajar
merupakan cara efektif untuk mengubah perilaku maladaptif, (5)
melakukan penetapan tujuan pengubahan perilaku, (6) menekankan nilai
secara empiris dan didukung dengan berbagai teknik dan metode.
(Sanyata,2012:6)
B. Pengertian hakikat manusia
Manusia merupakan makhluk yang tingkah lakunya dikontrol oleh
faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan
memberika reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku
seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima
dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu
berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal
dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang
paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya
adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan
keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia
hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang
mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia.
Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe
de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki
karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy,
1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-
usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya
(contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan
makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk
individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai
makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR RUJUKAN