Anda di halaman 1dari 9

PANDANGAN ALIRAN BEHAVIORISTIK

KELOMPOK 3

ALMIRA FITRIA VIJAYA 1911016024


HEMY AMELIA HAYATI 1911016033
ALESANDRA DUFER F. 1911016041
HEMA AQSHA FAHIRA 1911016043
LAILA RAHMAWATI 1911016029
WINDY NOVA 1911016015
MASDARIAH 1911016004
ANJELITHA 1911016053
ASMURI 1911016051
FAHRI 1911016011

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori
psikologi daya dan teori mental state. Hal ini karena aliran aliran terdahulu
hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Pandangan dalam pskilogi dan
naturalisme science, timbulah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image
tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa
itu adalah respons-respons psikologis. Aliran terdahulu memandang bahwa
badan adalah skunder, padahal sebenarnya justru menjadi titik tolak. Natural
science melihat semua realita sebagai gerakan-gerakan dan pandangan
natural science mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Dalam
behaviorisme, masalah metter (zat) menempati kedudukan yang paling
utama dan tingkah laku tentang sesuatu jiwa dapat diterangkan.
Behavioriesme dapat menjelaskan kelakuan manusia secara seksama dan
menyediakan program pendidikan yang efektif
B. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang hakikat manusia
2. Untuk menjelaskan tentang aspek – aspek hakikat manusia
3. Untuk menjelaskan tentang apa itu behavioristic
4. Untuk menjelaskan tentang teori belajar behavioristic
5. Untuk menjelaskan tentang teori ciri-ciri teori belajar behavioristic
6. Untuk menjelaskan tentang asumsi dasar dalam pendekatan
behavioristik
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Behavioristik
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai
berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya.
Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada interaksi dengan
lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku
diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah
perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).
Kaum behavioristik (Hansen, dkk., 1977) pada dasarnya
menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang
tingkah lakunya di kontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan
demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada
hubungan antara individu dan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh
hukum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditioning) dan
peniruan.
Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran
dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B.
Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930,
sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik berfokus
pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi
dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan yang diramalkan dan
dikendalikan.
Menurut Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah
laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional. Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-
kekuatan yang tidak rasional. Hal ini didasari dari hasil pengaruh
lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku.Manusia
adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor
berasal dari luar.Salah satu faktor tersebut yairu faktor lingkungan yang
menjadi penentu dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini,
kepribadian individu dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu
dan lingkungannya(Desmita, 2009:44)
Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu
semata-mata bergantung pada lingkungan. Menurut teori ini, orang terlibat
di dalam tingkah laku karena telah mempelajarinya melalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan
hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah laku, karena belum diberi
hadiah atau telah mendapatkan hukuman.Semua tingkah laku, baik
bermanfaat atau merusak merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh
manusia.(Desmita, 2009:44)
Steven Jay Lynn dan John P. Garske (1985) mengemukakan bahwa
asumsi dasar dalam pendekatan behavioristik adalah (1) memilliki
konsentrasi pada proses perilaku, (2) menekankan dimensi waktu here and
now, (3) manusia berada dalam perilaku maladaptif, (4) proses belajar
merupakan cara efektif untuk mengubah perilaku maladaptif, (5)
melakukan penetapan tujuan pengubahan perilaku, (6) menekankan nilai
secara empiris dan didukung dengan berbagai teknik dan metode.
(Sanyata,2012:6)
B. Pengertian hakikat manusia
Manusia merupakan makhluk yang tingkah lakunya dikontrol oleh
faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan
memberika reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku
seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima
dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu
berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal
dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang
paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya
adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan
keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia
hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang
mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia.
Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe
de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki
karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy,
1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-
usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya
(contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan
makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk
individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya, sebagai
makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
BAB III
PEMBAHASAN

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah


laku manusia.Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan
teori belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan
objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri
seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain,
mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan
pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan
bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab
pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan dan praktik
pendidikan serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya mendudukkan
siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman (Rusli dan Kholik, 2013).
Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat
ditelusuri dari bentuk refleks.Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut
juga dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh
dari pengkondisian lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati dengan tidak
mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental. Menurut Ahmadi (2003:46),
teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini
mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati
perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman pengalaman
batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab
itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme
mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari
terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau
suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan
semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa,
manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan
pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.
PENUTUP
Kesimpulan
Kaum behavioristik menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah
mahluk reaktif yang tingkah lakunya di kontrol oleh faktor-faktor yang datang
dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia.
Perspektif behavioristik berfokus pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah
laku manusia. Steven Jay Lynn dan John P. Garske (1985) mengemukakan bahwa
asumsi dasar dalam pendekatan behavioristik adalah (1) memilliki konsentrasi
pada proses perilaku, (2) menekankan dimensi waktu here and now, (3) manusia
berada dalam perilaku maladaptif, (4) proses belajar merupakan cara efektif untuk
mengubah perilaku maladaptif, (5) melakukan penetapan tujuan pengubahan
perilaku, (6) menekankan nilai secara empiris dan didukung dengan berbagai
teknik dan metode.(Sanyata,2012:6)
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah
laku manusia sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan dan praktik
pendidikan serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-
ciri, yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari
kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang
berdasarkan kenyataan. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks.
Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah sama.
Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar
tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Aspek-aspek hakikat
manusia, antara lain berkenaan dengan asal-usulnya, struktur metafisikanya, serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia.

DAFTAR RUJUKAN

Nahar,I.N. 2016. PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM


PROSES PEMBELAJARAN. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. 18, 64-74.

Kurniati,D.P.Y. 2015. Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan


Masyarakat: Bali

Sumantri,M.S. 2015. Hakikat Manusia dan Pendidikan.

Sanyata, Sigit. 2012. Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam


Konseling. Jurnal Paradigma. Hlm 4

Nahar, N.I. 2016. PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM


PROSES PEMBELAJARAN. Hlm 66-67

Anda mungkin juga menyukai