Anda di halaman 1dari 7

RESUME

“Aliran-aliran Dalam Pendekatan Kognitif Behavioristik”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan dan Teknik Kognitif Behavior

Dosen Pengampu : Sitti Rahmi, S.Sos.I., M.Pd

Kelompok 2
1. Asriana 2040606033
2. Andri Kristianus 2040606093
3. Dewi Nurul Fatimah 2040606097
4. Nurul Azimah 2040606048

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
A. Definisi Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John
B.Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan
unsursubyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai
reaksi terhadap intropeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-
laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang
tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang
nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah
melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih
memfokuskan diri pada proses-proses mental. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa
perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.

1. Teori Behaviorisme
Aliran Psikologi Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, pada
dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan
menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik.
Behaviorisme adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif
Behaviorisme berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia
dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah
laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa
diramalkan, dan bisa ditentukan.
Beberapa Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi :
a. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori
Behavioristik dikaitkan dengan belajar ada;ah proses interaksi antara stimulus (yang
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang juga berupa pikiran,
perasaan, dan gerakan). Jelasnya Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh
berwujud sesuatu yang kongkrit (dapat diamati), atau yang non-konkrit (tidak bisa
diamati). Dalam implementasinya, siswa SD mengalami peningkatan kemampuan
membaca dengan adanya interkasi siswa dengan media belajar, dalam hal ini berupa
media cerita gambar. Belajar dengan menggunakan media pembelajaran akan
terbentuk proses penguasaan karea adanya interkasi dalam belajar (Fahyuni,2011).

b. Ivan Petrovich Pavlov


Pengkondisian atau persyaratan klasik adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap hewan anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyaratsecara berulang-ulang sehingga menimbukan
reaksi yang diinginkan. Dari contoh tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa
dengan menerapkan strategi pavlov# ternyata individu dapat dikendalikan melalui
cara dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

c. Burrhus Frederic Skinner


Menurut Skinner, mendeskripsikan antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan perubahan tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan. Untuk
memahami tingkah laku siswa secara tuntas, diperlukan pemahaman terhadap respons
itu sendiri, dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut (bel-
Gredler, 1986). Skinner juga memperjelaskan tingkah laku hanya akan membuat
segala sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga dijelaskan
lagi.
Pendekatan behavior di dalam proses konseling membatasi perilaku sebagai fungsi
interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilku yang dapat diamati merupakan suatu
kepedulian dari konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Dalam konsep
behavior, perilaku manusia merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi
dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar. Di mana proses konseling merupakan suatu
proses atau pengalaman belajar untuk membentuk konseli mengubah perilakunya sehingga
dapat memecahkan masalahnya.
Dalam konsep behaviorisme modern, perilaku manusia dipandang dalam mekanisme dan
pendekatan ilmiah yang diimplikasikan pada pendekatan secara sistematis dan terstruktur
dalam proses konseling. Manusia tidak diasumsikan secara deterministik tetapi merupakan
hasil dari pengkondisian sosio kultural. Trend baru dalam behaviorisme adalah diberinya
peluang kebebasan dan menambah keterampilan konseli untuk memiliki lebih banyak opsi
dalam melakukan respon.
Secara filosofis behaviorisme meletakkan manusia dalam kutub yang berlawanan, namun
pandangan modern menjelaskan bahwa faktor lingkungan memiliki kekuatan alamiah bagi
manusia dalam stimulus-respon, sesuai dengan konsep social learning theory dari Albert
Bandura. Konsep ini menghilangkan pandangan manusia secara mekanistik dan deterministik
bahkan dalam tulisan Thoresen dan Coates, behaviorisme modern merupakan perpaduan
antara behavioral-humanistic approaches.
Asumsi Dasar dan Konsep Teori Behavioristik Steven Jay Lynn dan John P. Garske
(1985) mengemukakan bahwa asumsi dasar dalam pendekatan behavioristik adalah
1) Memilliki konsentrasi pada proses perilaku,
2) Menekankan dimensi waktu Here and Now,
3) Manusia berada dalam perilaku maladaptif,
4) Proses belajar merupakan cara efektif untuk mengubah perilaku maladaptif,
5) Melakukan penetapan tujuan pengubahan perilaku,
6) Menekankan nilai secara empiris dan didukung dengan berbagai teknik dan metode.
Conditioning and Learning memegang peranan yang sangat penting dalam pendekatan
behavoristik yaitu sebagai berikut:
menurut pandangan Aubrey J. Yates (1970) adalah sebagai berikut:
a) Psikodinamika dan psikiatri tidak mampu menyelesaikan seluruh tingkah laku yang salah
sesuai.
b) Tingkah laku abnormal yang tidak disebabkan gangguan organik terjadi karena
kekeliruan belajar. Individu memperoleh tingkah laku baru yang dipandang menyimpang
melalui proses belajar.
c) Konsep-konsep seperti ketidaksadaran, id, ego, super ego, insight dan self, tidak
digunakan dalam memahami dan menyembuhkan penyimpangan tingkah laku.
d) Simptom merupakan penyimpangan tingkah laku yang penyembuhannya dilakukan
dengan menghilangkan tingkah laku tersebut, dan bukan sekedar mengganti simptom.
e) Penelitian tentang sebab-sebab terjadinya simptom dan mencari stimulus yang
menyebabkan terjadinya simptom sangat diperlukan bagi penyembuhannya.

B. Definisi Aliran Kognitif


Beberapa ahli memberikan pengertian psikologi kognitif dengan beberapa pendapat,
diantaranya:
1) Kognitif adalah kegiatan untuk memenuhi, memperoleh, mengorganisasikan, dan
menggunakan pengetahuan. Kognitif merupakan suatu organisme, dan khususnya
sesuatu yang dilakukan oleh orang,
2) Psikologi kognitif adalah studi tentang proses mental,
3) Psikolog kognitif mencoba memahami mekansme dasar yang melandasi pikiran
manusia,
4) Kognitif atau aktifitas-aktifitas mental meliput pemerolehan, penyimpanan,
pengambilan dan penggunaan pengetahuan.
5) Psikologi kognitif adalah pendekatan teoritis dalam psikologi yang menitik
beratkan struktur dan proses-proses mental.

1. Teori Kognitif
Psikologi kognitif lahir pada awal tahun 70-an ketika psikologi sosial
berkembang ke arah paradigma baru manusia tidak lagi dipandanng sebagai makhluk
pasif yang digerakkan oleh lingkungannya tetap makhluk yang paham dan berfikir
tentang lingkungannya (Homo Sapiens). Aliran ini memunculkan teori rasionalitas
dan mengendalikan unsur jiwa ke dalam kesatuan dalam diri manusia asumsi yang
digunakan adalah manusia bersifat aktif yang menafsirkan stimulus secara tidak
otomatis bahkan mendistorsi lingkungan. Jadi, manusialah yang menetukan
stimulusnya sendiri. Salah satu nama yang muncul dari aliran ini yaitu Kurt Lewin
dan dikenal dengan teori B = f (P.E). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons
dengan Enviroment.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisi adalah
konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya
mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan
menilai. Sedangkan menurut Mayers menjelaskan bahwa kognisi merupakan
kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan
dan bertindakberdasarkan penggambaran ini. 9 Dari pengertian diatas dapat dipahami
bahwa kognisi adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh
pengetahuan.
Dalam artian luas, kognitif diartikan sebagai pemrolehan, dan penerapan dari
pada pengetahuan (Muhibbin, 2011). Sederhananya dapat diartikan kemampuan yang
ada pada siswa untuk digunakan berpikir dan untuk menyelesaikan pemecehan dari
suatu peermasalahan. Perkembangannya populer dalam ranah Psikologi terhadap
manusia dengan perilaku mental dengan berhubungan baik dalam pemahaman dan
informasi. Kognitif merupakan suatu konsep yang cakupannya dari pengenalan yang
di dalamnya ada 5 M (mengamati, menilai,meperhatikan, menyangka dan menilai.
Kognitif juga bisa diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menjelaskan gambaran
benda atau suatu peristiwa dalam ingatan yang didasarkan tindakannya pada
penggambaran (Desmita, 2011).

2. Dampak Aliran Kognitif terhadap Pendidikan


Psikologi kognitif telah menghasilkan teori kognitif manusia yang sangat umum
yang agak berbeda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Konseptualisasi dasar
ini pada umumnya disebut “model pemrosesan informasi manusia”. Gagasan
dasarnya adalah bahwa manusia memproses informasi melalui serangkaian sistem
yang berbeda. Ada sistem sensori, seperti penglihatan, pendengaran, dan sebagainya,
yang memasukkan stimulus dari lingkungan. Selanjutnya, perhatian dan sistem
kontrol membantu menentukan informasi mana yang diproses dan dijadikan dasar
untuk bertindak. Banyak informasi yang telah kita peroleh disalurkan melalui sistem
kapasitas terbatas yang disebut memori yang sedang bekerja (atau jangka pendek).
Memori jangka pendek ini memiliki daya tampung tertentu dalam sistem yang
utuh, karena tampaknya ia dapat mengatasi hanya sejumlah pada satu saat. Secara
internal, sistem utama lainnya dalam pemrosesan kognitif manusia adalah memori
jangka panjang, yang menyimpan bukan hanya memori-memori individu kita tetapi
juga konsep dan berbagai macam keterampilan intelektual yang memungkinkan kita
untuk berpikir dan belajar.
Bagaimana psikologi kognitif mempengaruhi bidang pendidikan? Ahli kognitif
David Ausubel berusaha mendeskripsikan struktur-struktur kognitif yang berkaitan
dengan proses belajar. Dia menekankan pentingnya pengetahuan sebelumnya
sebelum siswa mampu memahami dan mengingat materi baru. Dalam
memperkenalkan pelajaran baru, Ausubel merekomendasikan penggunaan “advanced
organizer” yang dapat dijelaskan berbagai hubungan antara informasi dan materi baru
yang mungkin telah diketahui dengan baik oleh siswa.
Ausubel juga menganalisis hubungan yang mungkin dimiliki oleh materi baru
dengan pengetahuan yang ada dan memberikan sejumlah skema klasifikasi. Salah
satu contohnya adalah apakah informasi yang baru tersebut berfungsi sebagai
bawahan, setara, atau lebih tinggi berkenaan dengan materi yang telah diketahui
siswa. Matari bawahan adalah lebih khusus, materi setara adalah sama tingkat
generalitasnya, dan materi yang lebih tinggi bersifat lebih umum. Misalnya, “ikan
hiu” bisa dianggap bawahan “ikan”, setara dengan “ikan pari”, dan lebih tinggi
daripada “great white shrak”. Siswa dapat mengklasifikasikan fakta-fakta baru
dengan cara semacam ini mampu mengembangkan struktur-struktur kognitif yang
kompleks dan canggih dalam suatu bidang pengetahuan tertentu.
REFERENSI
Fahyuni, Eni Fariyatul, Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry Model
to Improve Skills Science Process an Understanding Conceps SMPN 2 Porong.
Procedings of International Research Clinic & Scientific Publications of Educational
Technology, 2016
Fahyuni, Eni Faryatul, Efektifitas Media Cerita Bergambar Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Siswa. Skripsi: Publikasikan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya. 2011 Fahyuni, Eni Faryatul & Istikomah, 2016. Psikologi Belajar &
Mengajar. Sidoarjo:Nizamia Learning Center.
Iskandar Wiryokusumo, Behaviorisme, Kognivisme, Dan Konstruktivisme: Teori Belajar dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran. Dalam Jurnal Prospektus, Tahun VII Nomor 2,
Oktober 2009. http://psikologi.or.id
Sigit Sanyata, Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling, dalam jurnal
Paradigma, No. 14 Th. VII, Juli 2012.www.edwias.com
Muhibbin, S. (2011). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung : PT.Remaja
Rosda Karya. 2011. PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai