Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
dipengaruhi satu jenis prinsip dan satu jenis keyakinan saja. Para psikolog
dapat menggunakan banyak ragam pendekatan alternatif, yang masing-masing
cara pandangnya terhadap orang dan kajian tentang orang berlainan.
Dalam mengkaji, psikologi memiliki enam pendekatan teoritis, akan tetapi
dalam makalah ini kami hanya akan salah satu dari enam pendekatan psikologi
tersebut, yakni pendekatan behavioristik yang lebih menekankan pada bagaimana
belajar berperilaku dengan cara tertentu.1
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).2 Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Alasan kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita
mengetahui mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita
juga akan menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi
Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya bertambahlah
wawasan kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.

1 Matt Jarvis. Teori-teori Psikologi. Bandung: 2006.Nusa Media. hlm. 1


2 http://copast-master.blogspot.co.id/2012/10/makalah-teori-belajar-aliran.html

1
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Aliran Behaviorisme?
2. Siapa saja tokoh yang mengemukakan aliran behaviorisme?
3. Bagaimana proses terapi tingkah laku?

C. Tujuan
Dalam bab selanjutnya di makalah ini akan dibahas tentang jawaban dari
rumusan masalah diatas yakni untuk mengetahui:
1. Pengertian aliran behaviorisme
2. Tokoh yang mengemukakan aliran behaviorisme
3. Proses terapi tingkah laku.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Behaviorisme


Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh
John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus
merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran
revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup
dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku
yang nyata.
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia
tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari
perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia
tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh
sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.

B. Tokoh-tokoh Aliran Behaviorisme


Di bawah ini merupakan tokoh-tokoh yang mempunyai pandangan
terhadap Psikologi Behaviorisme, antara lain :
1. JOHN WATSON
John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Setelah
memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani),
matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan diUniversity
of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi
karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam
bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus
percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah
ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun

3
1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s
manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:
a. Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.
Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak
punya tempat di dalamnya.
b. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai
natural science.
Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang
kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran atau mind
harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
Pandangan Utama Watson
1) Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology)
Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan,
termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang
dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana
hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada
yang overt dan covert, learneddan unlearned.
2) Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu
perilaku
Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat
penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini
pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat
deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan
berdasarkan free will.
3) Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja
Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari
ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi, bukan berarti
bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai
obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah

4
ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi
mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan
total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal
mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu
behaviorisme justru menjadi populer.
4) Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, makapsikologi
harus menggunakan metode empiris
Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing,
dan verbal reports.
5) Secara bertahap Watson menolak konsep insting
Mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik
anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali
kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
6) Konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson,
juga bagi tokoh behaviorisme lainnya.
Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan
oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung
conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike.
Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya
pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar
dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak
Thorndike salah.
7) Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan
William James
Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya
sesuatu digunakan atau dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu
dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
8) Proses thinking and speech terkait erat.
Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada
keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang

5
‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti
gerak bibir atau gesture lainnya.
9) Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Jadi, psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku.
Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi
praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga
membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang
membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
2. BURHUSS FREDERICK SKINNER
B.F. SKINNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behaviorisme dengan pendekatan model intruksi langsung dan menyakini
bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana operant
conditioning ini diartikan sebagai suatu proses perilaku operant (penguatan
positif dan negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Pertama kita perlu mengetahui apa arti dari Behaviorisme.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau
perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.
Pernyataan yang dikemukankan oleh Skinner setelah melakukan
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana
penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin
kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan
NEGATIF.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa prilaku yang tampak saja yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. behaviorisme memandang pula
bahwa ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa.
Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimannya dari
lingkungan sekitarnya. “LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN
MENGHASILKAN MANUSIA BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN
MENGHASILKAN MANUSIA BAIK”.

6
3. EDWARD LEE THOMDIKE (1874-1949 )
Menurut Thomdike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon
(R). Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar diketahui
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya
kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha (trials) dan
kegagalan (error) terlebih dahulu.Oleh karena itu teori belajar ini sering
disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thomdike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus
dan respon mengikuti hukum-hukum betikut:
a. Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan
tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat.
b. Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
c. Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
4. IVAN PETROVICH PAVLOV (1849-1936)
Pavlov meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or
medicinepada tahun 1904.Karyanya mengenai pengkondisian sangat
mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.Classic
conditioning (pengkondisian ) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan
reaksi yang diinginkan.
Pavlov mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga
kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan
maka akan keluarlah air liurnya. Kini sebelum makanan diperlihatkan maka
yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu baru makanan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar juga. Dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang

7
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan , sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal
dari luar dirinya.
5. ROBERT GAGNE (1916-2002)
Menurut Gagne, belajar dimulai dari paling sederhana (belajar signal)
dilanjutkan pada yang lebih kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih
tinggi dan prakteknya tetap mengacu pada asosiasi stimulus-respon.
6. ALBERT BANDURA (1925-SEKARANG)
Teori belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses
mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain. Teori
Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam
berbagai pendidikkan secara masal.

C. Terapi Tingkah Laku


Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan
prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha
melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi
masalah harus dispesifikkan. Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan
karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut
bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur.
1. Pandangan Dasar
Sebelum kita mengulas tentang proses dan penerapan dari terapi ini,
kita perlu tahu pandangan dasar dari terapi ini pada manusia itu sendiri.
Dimana landasan pijakan terapi tingkah laku ini yaitu pendekatan
behavioristik, pendekatan ini menganggap bahwa “Manusia pada dasarnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.Segenap tingkah
laku manusia itu dipelajari”.Ini merupakan anggapan dari behavioristik radikal.
Namun behavioristik yang lain yaitu behavioristik kontemporer, yang
merupakan perkembangan dari behavioristik radikal menganggap bahwa setiap
individu sebenarnya memiliki potensi untuk memilih apa yang dipelajarinya.
Ini bertentangan dengan prinsip behavioris yang radikal, yang menyingkirkan
kemungkinan individu menentukan diri. Namun, meskipun begitu, kedua

8
behaviorisme ini tetap berfokus pada inti dari behaviorisme itu sendiri yaitu
bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan
tingkah laku mereka.
Pendekatan tingkah laku memiliki ciri yang unik yang membedakannya
dengan pendekatan yang lain, yaitu:
a) Perhatian lebih berpusat pada tingkah laku yang tampak
b) Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
c) Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
d) Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi
Jadi pada dasarnya, tujuan terapi ini adalah memperoleh tingkah laku
baru, penghapusan tingkah laku yang mal adaptif, serta memperkuat dan
mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
2. Proses Terapi
a. Tujuan terapi
Tujuan umum yaitu menciptakan kondisi baru untuk belajar.Dengan asumsi
bahwa pemeblajaran dapat memperbaiki masalah perilaku.Sedangkan terapi
perilaku kontemporer menekankan peran aktif klien dalam menentukan
tentang pengobatan mereka.
b. Fungsi dan peran terapis
Terapis behavior harus memainkan peran aktif dan direktif dalam
pemberian treatment yaitu dalam penerapan pengetahuan ilmiah dalam
memecahkan masalah-masalah para kliennya.Secara khasnya, terapis
berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah
laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur
penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkah laku yang
baru.Fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai model bagi klien.
Bandura mengungkapkan bahwa salah satu proses fundamental yang
memungkinkan klien bisa mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi atau
pencontohan sosial yang disajikan oleh terapis. Karena klien sering
memandang terapis sebagai orang yang patut diteladani, klien sering kali
meniru sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, dan tingkah laku
terapis. Jadi, terapis harus menyadari peranan penting yang dimainkannya

9
dalam proses identifikasi dari klien. Terapis yang tidak menyadari kekuatan
yang dimilikinya dalam mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan
bertindak kliennya, berarti terapis mengabaikan arti penting kepribadiannya
sendiri dalam proses terapi.
c. Pengalaman klien dalam terapi
Pengalaman klien dalam terapi sangat mempengaruhi keberhasilan terapi.
Dimana bila klien tidak mau diajak bekerja sama atau aktif maka tipis
kemungkinan keberhasilan dari terapi.
d. Hubungan antara terapi dan klien
Hubungan antara terapi dan klien memberi kontribusi yang signifikan bagi
proses perubahan perilaku. Sehingga terapis dituntut memilki skill yang
tinggi dalam membangun rapport pada klien.

3. Penerapan Terapi : Teknik dan Prosedur


1) Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang mana seringnya
dimanifestasikan dengan simtom psikosomatik, tekanan darah tinggi dan
masalah jantung, migrain, asma dan insomnia. Tujuan metode ini sebagai
relaksasi otot dan mental.Dalam teknik ini, klien diminta rileks dan
mengambil posisi pasif dalam lingkungannya sambil mengerutkan dan
merilekskan otot secara bergantian.Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membanyangkan hal-hal yang
menyenangkan.
2) Desensitisasi Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani
fobia-fobia, tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil
kecemasan seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian,
ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan neurotik
serta impotensi dan frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi
dimana klien dilatih untuk santai dan keadaan-keadaan santai dengan
pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau
yang divisualisasi.Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari
yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam.Tingkatan

10
stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang
dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara
stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan tersebut
terhapus.
3) Latihan Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan prosedur-
prosedur permainan peran dalam terapi. Latihan asertif ini akan membantu
bagi orang-orang yang:
a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggung
b. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang
lain untuk mendahuluinya
c. Memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’.
d. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon
positif
e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan dan pikiran sendiri.
Fokus terapi ini adalah mempraktekkan kecakapan-kecakapan bergaul yang
diperoleh melalui permainan peran sehingga individu-individu diharapkan
mampu mengatasi ketidakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara terbuka disertai
kenyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang
terbuka itu.
4) Pencontohan (modelling methods), melalui proses pembelajaran observasi,
para klien dapat belajar untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diinginkan tanpa proses belajar trial-and-error. Teknik dapat dilakukan
untuk memodifikasi perilaku. Contohnya, seseorang yang takut ular, maka
ketakutannya dapat dihilangkan atau direduksi dengan melihat orang lain
yang tidak takut menghadapi ular.
5) * Self Management Programs, Teknik ini mencoba menyatukan unsur
kognitif dalam proses perubahan perilaku, dengan asumsi bahwa klienlah
yang paling tau apa yang mereka butuhkan. Konselor yang
mempertimbangkan apakah sesi terapi berjalan baik atau tidak, disini
konselor merupakan mediator.

11
* Self-Directed Behavior, merupakan teknik dimana perubahan perilaku
diarahkan pada diri klien itu sendiri. Klienlah harus merasa bahwa terapi
ini penting untuk mengatasi masalahnya.Contohnya, dalam masalah
obesitas.Hal yang dapat dilakukan yaitu misalnya meminta klien untuk
menuliskan program perubahan dirinya dalam diari. Jam berapa dan
berapa kali ia akan makan. Jika ia tidak berhasil, ia harus menuliskan
perasaan dan sebab-sebab hal tersebut didalam diarinya. Atau jika
program telah dijalankan, klien dapat memberikan hadiah untuk dirinya
sendiri misalnya pergi shopping.
6) Multimodal Terapi, didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak
pengetahuan yang didapatkan klien selama terapi maka akan semakin
sedikit kemungkinan klien akan mengalami masalah lamanya. Teknik ini
menggunakan pendekatan BASIC ID (behavior, affective respons,
sensations, images, cognitions, interpersonal relationships, dan
drugs/biology).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam bab sebelumnya pemakalah dapat menarik
kesimpulan bahwa:
1. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang nyata.
2. Ada banyak tokoh yang memiliki pandangan behaviorisme, antara lain John
Watson, B.F Skinner dan yang lainnya. Dalam masing tokoh memiliki
pandangan yang berbeda-beda akan tetapi satu sama lain memiliki keterkaitan
atau tujuan yang sama.
3. Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan
prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha
melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi
masalah harus dispesifikkan.

B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kita tentang salah aliran dalam psikologi yang nantinya dapat
digunakan dalam menyimpulkan permasalahan kepribadian klien, atau paling
tidak bisa dipraktikkan pada lingkungan sekitar, misalnya pada adik, anak atau
lingkup keluarga lainnya.

13
Daftar Pustaka

14
MAKALAH
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
TENTANG
ALIRAN BEHAVIORISTIK

DISUSUN OLEH KELOMPOK I:

1. NAUFAL WAHYU 2014103032035


2. NURUL AFNI 2014103032036
3. AHMAD RIANTO 20141030320
4. L. SIROJUDIN 20141030320

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


SEMESTER III

INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM


KEDIRI
2015

15
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan berbagai nikmat-Nya, karena dengan segala limpahan nikmat-Nya

penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah. Shlawat dan salam kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW, karena berkat beliau kita dapat merasakan indahnya Agama

Islam.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas pada

mata kuliah Psikologi Kepribadian dengan judul Aliran Behavioristik. Semoga

makalah ini bermanfaat untuk kita semua khususnya penyusun dan pada umumnya

mahasiswa Bimbingan Konseling Islam semester III pada IAI-Nurul Hakim Kediri.

Akhir kata ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyusunan makalah, baik bantuan yang bersifat langsung ataupun bantuan secara

tidak langsung.

Kediri, November 2015


Penyusun,

ii
16
DAFTAR ISI

Halaman Sampul --------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------- ii

Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------- iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------ 2
C. Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 2

Bab II Pembahasan
A. Pengertian Aliran Behaviorisme -------------------------------------------- 3
B. Tokoh-tokoh Dalam Aliran Behaviorisme -------------------------------- 3
C. Cara Terapi Tingkah Laku -------------------------------------------------- 6

Bab III Kesimpulan


A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 7
B. Saran ---------------------------------------------------------------------------- 7

Daftar Pustaka

iii
17

Anda mungkin juga menyukai