edu/8551600/Psikologi_Klinis
GANGGUAN PSIKOLOGI DARI PERSPEKTIF BEHAVIORISTIK
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Psikologi Klinis
Dosen Pengampu:
Maulidah Muflihah, M. Psi, Psi
Disusun Oleh:
Ani Prihatin (B07212039)
Fairuz Silmi Nabilah (B07212048)
Nita Kurniasari (B77212109)
Lailatul Istikomah (B07212055)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Dustin dan George (1977), yang dikutip oleh George and Cristiani (1981)
mengemukakan pandangan tentang perinsip dasar behavioristik yakni:
1. Psikologis adalah sains tingkah laku, sedang tingkah laku adalah semua
aktifitas yang dibuat oleh seseorang yang dapat disaksikan. Dia adalah
sains yang objective bergantung pada data eksperimental dan bukti-bukti
yang dapat diamati. Di dalam sains tidak ada ruang bagi konsep yang
terlalu banyak yang diuraikan dalam psikologi.
Pada bagian ini kita akan mendiskusikan dua perspektif yang berfokus
pada perilaku abnormal dan proses berfikir, yaitu perspektif perilaku dan
perspektif kogniti-perilaku. Menurut perspektif perilaku (behavioral
perspective), abnormalitas disebabkan oleh pengalaman belajar yang keliru.
Dalam perspektif kognitif-perilaku (kognitif-behavioral perspective),
abnormalitas disebabkan oleh proses berfikir yang maladaptive yang
mengakibatkan disfungsi perilaku.Perspektif kognitif - perilaku kadang
disederhanakan menjadi Kognitif meskipun sebagian besar orang yang
bekerja di bidang ini lebih suka memakai istilah kognitif - perilaku.
1. Pengkondisian Klasik
Menurut para penganut behaviorisme, kebanyakan reaksi spontan
emosi kita terjadi melalui proses pengkondisian klasik (classical
conditioning), ketika kita mengasosiasikan suatu respon spontan dengan
stimulus yang tidak berhubungan. .Misalnya, bau merek parfum tertentu
mungkin membuat anda merasa sangat sedih hingga anda menyadari bahwa
parfum tersebut adalah parfum yang digunakan kakek anda yang baru saja
meninggal. Pada contoh ini, anda membentuk asosiasiantara stimulus yang
secara alamiah bersifat netral (parfum) dengan stimulus yangsecara alamiah
bersifat membangkitkan kenangan (kakek yang sudah meninggal)yang
menghasilkan suatu reaksi emosi (menjadi berlinang air mata).
Hubungan ini terbentuk melalui pemasangan dua jenis stimulus secara
berulang-ulang. Stimulus netral disebut sebagai stimulus yang dikondisikan
(conditioned stimulus) karena menghasilkan respon sebelum pengondisian
apapun terjadi. Stimulus yang memunculkan sesuatu secara alami disebut
stimulus tak terkondisikan (unconditioned stimulus) karena menghasilkan
respon sebelum diberi pengkondisian apapun. Reaksi emosi yang
diasosiasikan dengan stimulus terkondisikan (parfum) disebut respon
terkondisikan (conditioned response). Sebelum pengkondisian, refleks ini
disebut respon tak terkondisikan (unconditioned response) karena tidak
diperlukan pembelajaran bagi anda untuk menangis ketika anda teringat
kakek anda.
2. Pengondisian operant
SORKC
R = respon
Salah satu asumsi model belajar untuk memahami gangguan jiwa adalah
bahwa gangguan jiwa merupakan respons yang tidak cocok (inapropriate) yang
terbentuk melalui proses belajar dan dapat bertahan karena adanya penguat yang
mempertahankannya. Neurosis adalah an inapropriate response affecting your
life.
Contoh simtom excess adalah anak yang dikeluhkan ibunya sebagai anak
nakal dan sering memukul adiknya. Untuk semua keluhan-keluhan itu, yang
dilihat adalah perilaku nyata yang dinyatakan seobjektif dan seteliti mungkin.
Misalnya, pada keluhan tentang anak yang sering memukul adiknya, maka yang
diteliti ialah beberapa kali anak memukul tiap hari selama satu periode tertentu,
siapa yang dipukul, bagaimana intensitasnya dan seterusnya. Biasanya observasi
ini dinyatakan dalam suatu grafik. Untuk keluhan anak malas belajar yang
dicatat adalah apa saja kegiatan yang dinamakan belajar, misalnya menghadapi
buku, membaca, menulis dan sebagainya. Selanjutnya dilakukan pencatatan
mengenai bagaimana malas belajar itu selama seminggu. Langkah berikutnya
adalah menentukan variabel tergantung serta variabel bebas, dalam proses
terjadinya respons malas dan serin g memukul itu. Pertanyaan-pertanyaan yang
ingin dijawab adalah mengapa kedua respons itu bertahan sedemikan lama?
Apakah ada hal-hal yang memperkuat perilaku itu (reinforcement) hingga
berlangsung terus dan mengganggu lingkungannya? Apakah ada stimulus yang
secara langsung menimbulkannya?
Terapi dengan pendekatan behaviorisme dinamakan behavior therapy.
Tetapi pada psikoanalisis disebut dengan insight therapy. Perbedaan antara
insight therapy dan behavior therapy adalah : insight therapy (dinamakan juga
terapi tradisional) yang dipelopori oleh Freud pada dasarnya masih
mempertahankan model penyakit yan g diterapkan pada keadaan mental. Pusat
perhatian terapis adalah pada masa lalu yang dianggap sebagai sumber permulaan
gangguan. Konflik-konflik dimasa lalu yang tidak disadari itu harus disadarkan
agar terjadi penyembuhan. Behavior therapy memusatkan perhatian tingkah laku
yang dapat diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di dalam diri
individu, melainkan mencari determinan-determinan luar dari suatu tingkah laku
patologis. The here and now is what maintains the behavior, not the lack of
insight. Teknik-teknik dalam behavior therapy sangat bermacam-macam, sama
seperti jenis simtom yang ada. Tidak seperti insight therapy yang menggunakan
teknik seragam untuk semua jenis gangguan. Ini disebabkan karena dalam
psikoterapi tradisional tujuannya adalah mencapai insight , dan bukan suatu
proses belajar gaya conditioning.
Pavlov, Dolland
Skinner Bandura
& Miller
Dinamika
Kondisioning Kondisioning Meniru model
kepribadian
operan klasik social learning
(proses)
Masa lalu /
Tidak penting Tidak penting Tidak penting
kini
Tingkah
Hasil belajar Hasil belajar Model yang tidak
laku
yang salah yang salah adekuat
abnormal
KESIMPULAN
Salah satu asumsi model belajar untuk memahami gangguan jiwa adalah
bahwa gangguan jiwa merupakan respons yang tidak cocok (inapropriate) yang
terbentuk melalui proses belajar dan dapat bertahan karena adanya penguat yang
mempertahankannya.