Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Depresi

ARTIKEL
Depresi adalah suatu gangguan suasana hati berupa kesedihan yang tidak biasanya dan bertahan
lama. Depresi dapat dialami oleh semua orang . Risiko terkena
depresi disebabkan oleh tiga faktor yaitu psikologis, lingkungan, dan
faktor genetik.

Gejala Depresi
Gejala-gejala depresi biasanya berupa kehilangan gairah hidup , kesedihan yang luar
biasa , gangguan tidur ,merasa letih berkepanjangan , kesulitan
berkonsetrasi , nafsu makan berkurang atau berlebih dari biasanya.
Penyebab Depresi
Ada berbagai penyebab depresi yaitu peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari ( kehilangan orang yang dicintai , kehilangan pekerjaan ,
penyakit yang tak kunjung sembuh ), efek samping obat , atau bisa
juga karena adanya penyakit fisik turunan .

Cara Mengatasi Depresi


Depresi dapat diatasi dengan merubah pola hidup, terapi dan pengobatan. Perubahan pola hidup
bisa berupa makan teratur, tidur teratur, dan olah raga teratur.
Sedangkan untuk terapi psikologis dapat berupa latihan relaksasi,
meditasi dan konseling dengan psikolog. Penderita depresi dapat
pula meminta obat antidepresan pada dokter.
Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos : pecah belah dan phren:
jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa
dimana penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan, Kraepelin
seorang ahli kedokteran jiwa dari kota Munich memaparkan skizofrenia sebagai bentuk

kemunduran intelegensi sebelum waktunya yang dinamakannya demensia prekox (demensia :


kemunduran intelegensi) prekox (muda, sebelum waktunya).
Ada banyak perkiraan sebagai penyebab terjadinya skizofrenia, baik yang berasal dari badaniah
(somatogenik) maupun psikologis (psikogenik). Perkiraan penyebab skizofrenia yang berasal
dari segi fisik yang pertama adalah berasal dari faktor genetik atau faktor keturunan, hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita skizofrenia. Potensi untuk mendapatkan
skizofrenia tidak langsung diturunkan melalui gen resesif, potensi ini mungkin kuat tapi mungkin
lemah sebab selanjutnya juga akan tergantung pada lingkungan individu apakah akan menjadi
skizofrenia atau tidak. Sama seperti penderita diabetes mellitus walaupun ia adalah resesif
diabetes namun jika ia dapat menjaga pola hidup yang sehat maka ia tidak akan menderita
diabetes. Selanjutnya adalah kelainan susunan syaraf pusat, yang terletak pada diensefalon atau
kortex otak, kelainan tersebut mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai teori psikogenik yang pertama adalah teori Adolf
Meyer, menurut meyer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, oleh
karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri
dari kenyataan (otisme). Kemudian teori Sigmund Freud, menurut Freud dalam skizofrenia
terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik maupun somatik,
superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu
regresi ke fase narsisisme.
Gejala-gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala primer dan gejala sekunder, gejala
primer diantaranya gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran), gangguan afek dan
emosi, gangguan kemauan, banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan
kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat mengambil tindakan dalam
suatu keputusan. Dan yang terakhir adalah gejala psikomotor juga dinamakan gejala katatonik
atau gangguan perbuatan. Kemudian gejala sekunder yang terdiri dari waham, waham yang
diderita penderita skizofrenik sering tida logis dan bizar. Tetapi penderita tidak memahami hal
tersebut dan menganggap bahwa wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh
siapapun. Gejala sekunder yang kedua adalah halusinasi, pada skizofrenia halusinasi timbul
tanpa ada penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai
pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran, halusinasi
penciuman, halausinasi citarasa atau halusinasi taktil (singgungan).
Kraepelin membagi skizofrenia mejadi beberapa jenis:
1. Skizofrenia kompleks, gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi
dan kemunduran kemauan.
2. Jenis bebefrenik, gejala yang menonjol adalah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.
3. Jenis katatonik, biasanya akut dan didahului oleh stress emosional, dapat terjadi
stupor katatonik (penderita tidak menampakkan sama sekali ketertarikannya
terhadap lingkungannya) dan gaduh gelisah katatonik ( terdapat hiperaktifitas

motorik, tetapi tidak disertai emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi
rangsangan dari luar).
4. Jenis paranoid, gejala-gejala yang menyolok adalah waham primer disertai dengan
waham-waham sekunder dan halusinasi.
5. Episoda skizofrenia akut, gejala skizofrenia muncul mendadak sekali dan pasien
seperti dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan ini seakan-akan dunia luar dan
dirinya sendiri berkabut.
6. Skizofrenia residual gejala yang menyolok adalah gangguan afek dan emosi,
gangguan pikiran dan kemauan.
7. Jenis skizo-afektif disamping gejala skizofrenia menonjol pada saat bersamaan
juga gejala depresi atau gejala mania.
Jenis- jenis pengobatan pada skizofrenia:
1. Farmakologi, pemberian neroleptika dosis rendah untuk skizofrenia menahun
sedangkan dosis yang lebih tinggi diberikan pada penderita dengan psikomotorik
yang meningkat.
2. Terapi elektro-konvulsi (TEK) terapi konvulsi dapat memperpendek serangan
skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita.
3. Terapi koma insulin, bila diberikan pada permulaan penyakit, maka akan
mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Psikoterapi dan rehabilitasi, psikoterapi yang dilakukan berbentuk suportif
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat.
5. Lobotomi prefrontal, dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan
bila penderita sangat mengganggu lingkungannya.
Pengobatan pada skizofrenia tidak dapat sempurna sembuh tetapi dengan pengobatan dan
bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhna dirumah
ataupun diluar rumah. Keluarga atau orang lain dilingkungan penderita diberi penerangan
(manipulasi lingkungan) agar mereka lebih

Anda mungkin juga menyukai