Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikologi Behaviorisme adalah salah satu ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah
laku seseorang. Dengan mempelajari Psikologi Behaviorisme ini kita dapat mengetahui
tentang hal tersebut. Sistem Psikologi Behaviorismeini merupakan transisi dari sistem
sebelumnya.

Dalam Psikologi behaviorisme ini kita akan mengetahui apa saja yang terdapat di dalamnya.
Ruang lingkup yang akan dibahas pada makalah ini adalah kita dapat mengetahui pendapat-
pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para tokoh-tokoh, juga akan dibahas
mengenai terapi tingkah laku (behavioristik), aplikasi Teori
Behavioristik terhadap pembelajaransiswa, dan lain-lain. Dengan mempelajari semua itu kita
akan menambah wawasan kita mengenai Psikologi Behaviorisme. Teori behavioristik
berdasar pada stimulus, respon dan juga reward teori ini diawali dan berakar oleh teori
Albert Bandura tentang Stimulus dan Respon

Psikologi behaviorisme tak hanya membahas tentang bagaimana perilaku itu diubah namun
juga hasil dari perilaku yang tampak itu seperti apa, apa saja yang bisa dilakukan oleh
individu untuk mendapatkan perilaku yang diinginkan. Berbagai macam metode juga
dijelaskan dalam terori behavioristik pendekatan pendekatan intervensi yang tidak hanya
sebagai pengubah perilaku tetapi juga mengajegkan perilaku tersebut agar terbentuk atau
bertambah ataupun juga berkurang. Sering disebut juga sebagai modifikasi perilaku

TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

 Mengatahui makna dari behaviorisme sejarah singkat , dan tokoh tokoh yang
mencetuskan teori teori dalam behaviorisme
 Mengetahui pengertian modifikasi perilaku
 Mengetahui macam macam modifikasi perilaku dalam behavioristik
 Mengetahui intervensi apa saja dalam behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN

A. PSIKOLOGI BEHAVIORISME

Psikologi Behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia. Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya.
Psikologi Behaviorisme memakna psikologi sebagai studi tentang prilaku dan sistem ini
mendapat dukungan kuat dalam perkembangannya di abad ke-20 di Amerika Serikat

Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari
psikologi pada umumnya. Behaviorisme merupakan teori yang berasal dari salah satu tokoh
behavior yaitu skinner. Pada awalnya, konsep behaviorisme didasarkan atas penelitian yang
dilakukan oleh Pavlov yang terkenal dengan teorinya pengondisian klasik. Dalam tahap
berikutnya dikembangkan oleh john Watson, dan selanjutnya diperluas oleh skinner.

Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar
sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
(yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme
artinya serba tingkah laku. Psikologi behaviorisme adalah psikologi tingkah laku dan
menekankan pada tingkah laku.

Behaviorisme percaya bahwa Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang


diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia
buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. 

Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama
behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di
University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih proses mental
daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi
pada animal psychology dan child psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme.
Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme. 

Behaviorisme atau dikenal sebagai teori belajar adalah aliran dalam psikologi popular, dan
hingga saat ini digunakan dalam berbagai upaya pengubahan tingkah laku, termasuk dalam
kegiatan pembelajaran formal. Terapi behavior adalah sebuah pendekatan yang diarahkan
pada tujuan-tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru yang lebih baik, menghapus tingkah
laku lama yang kurang baik, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang
diinginkan. Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi behavior adalah pendekatan-pendekatan
terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku.
Pendekatan, teknik dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori tentang belajar.
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menangani tingkah laku yang
ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih
efektif, lalu mampu menangani situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif danefisien.
Sedangkan Menurut Sofyan Willis, Terapi Behavior berasal dari dua arah konsep yakni
Pavlovia dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B. F. Skinner Oleh karena itu dalam konsep
behavioral, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah
dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses
konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu
individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Konselor dalam terapi
behavior memegang peranan aktif dan direktif dalam pelaksanaan proses konseling. Dalam
hal ini konselor harus mencari pemecah masalah klien.

Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah
spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Para ahli
behavioral yang berjasa mengembangkan konseling ini cukup banyak, diantaranya Wolpe,
Lazzarus, Bandura, Krumbaottz, dan Thoresen. Terapi behavior tidak dilandaskan
sekumpulan konsep yang sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan
dengan baik. Sekalipun memiliki banyak teknik, terapi behavior hanya memiliki sedikit
konsep. Terapi ini merupakan suatu pendekatan induktif yang berlandaskan eksperimen-
eksperimen dan menerapkan metode eksperimental pada proses terapeutik. Urusan terapeutik
utama adalah mengisolasi tingkah laku masalah dan kemudian menciptakan cara-cara untuk
mengubahnya.

Pada dasarnya terapi behavior diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru,
penghapusan tingkah laku yang maladaptive, serta memperkuat dan mempertahakan tingkah
laku yang adaptif. Pernyataan yang tetap tentang tujuan-tujuan treaetment dispesifikasi,
sedangkan pernyataan yang bersifat umum tentang tujuan ditolak. Konseli diminta untuk
menyatakan dengan cara-cara yang kongkret jenis-jenis tingkah laku masalah yang dia ingin
merubahnya. Setelah mengembangkan pernyataan yang tepat tentang tujuan-tujuan treatment,
terapis harus memilih prosedur-prosedur yang paling sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan
itu. Karena tingkah laku yang ditujui dispesifikasi dengan jelas, tujuan-tujuan treatment
dirinci dan metode-metode terapeutik diterangkan, maka hasil-hasil terapi menjadi dapat
dievaluasi. Terapi behavior mamasukkan kriateria yang didefinisikan dengan baik bagi
perbaikan atau penyembuhan.

Pada dasarnya terapi behavior diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru,
penghapusan tingkah laku yang maladaptive, serta memperkuat dan mempertahakan tingkah
laku yang adaptif. Pernyataan yang tetap tentang tujuan-tujuan treaetment dispesifikasi,
sedangkan pernyataan yang bersifat umum tentang tujuan ditolak. Konseli diminta untuk
menyatakan dengan cara-cara yang kongkret jenis-jenis tingkah laku masalah yang dia ingin
merubahnya. Setelah mengembangkan pernyataan yang tepat tentang tujuan-tujuan treatment,
terapis harus memilih prosedur-prosedur yang paling sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan
itu. Karena tingkah laku yang ditujui dispesifikasi dengan jelas, tujuan-tujuan treatment
dirinci dan metode-metode terapeutik diterangkan, maka hasil-hasil terapi menjadi dapat
dievaluasi. Terapi behavior mamasukkan kriateria yang didefinisikan dengan baik bagi
perbaikan atau penyembuhan.

B. TOKOH- TOKOH BEHAVIORISME


a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Pavlov terekenal dengan eksperimen mengenai refleks bersyarat. Atau refleks


berkondisi yang dilakukan terhadap anjing yang menegluarkan air liurnya. Dan
menurut Pavlov segala aktivitas kejiwaan pada hakikatnya merupakan rangkaian
refleks.

b. Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Menurut Thondike asosiasi antara sense of impression dan implus to action disebut
sebagai koneksi yaitu usaha untuk menggabungkan antara kejadian sensoris dengan
menggabungkan antara kejadian sensoris dengan perilaku.

c. John Broadus Watson (1878-1985)

Menurut pandangan watson psikologi itu ilmu murni yg merupakan cabang dari ilmu
eksperimen. Tujuannya secara teoritis adalah memprediksi dan mengontrol diri.
d. Burrhus Frederich Skinner (1904-1990)

Skinner membagi tingkah laku kedalam dua tipe, yaitu responden dan operan.
Tingkah laku respon atau tingkah laku yg dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus
tertentu wujudnyaa dalah refleks dan contohnya seperti mata berkedip ketika terkena
debu, atau menarik tangan saat tersengat listrik, sedangkan operan adalah respon atau
tingkah laku yang bersifat spontan sukarela tampa stimulus yg mendorong secara
langsung.

e. Albert Bandura
Ia mengembangkan pandangan-pandangan behavior dengan teori sosial kognitif.
Perilaku merupakan hasil interaksi antara tingkah laku, kognitif dengan lingkungan.

C. TUJUAN TERAPI BEHAVIOR

Terapi behavior adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Tujuan terapi
tingkah laku untuk menghilangkan perilaku maladaptif dan belajar berperilaku yang lebih
efektif yaitu memusatkan pada faktor yang mempengaruhi perilaku dan memahami apa yang
bisa dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Jadi tujuan konseling behavior
adalah untuk memperoleh perilaku yang diharapkan, menghilangkan perilaku yang
maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan dan belajar
berperilaku yang lebih efektif.

Peran yang harus dilakukan konselor, yaitu bersikap menerima, mencoba memahami klien
dan apa yang dikemukakannya. Jika para perintis terapi behavior tampaknya menitik beratkan
kecakapan terapis dalam menetapkan tujuan-tujuan dan tingkah laku, para pempraktek
kontemporer memberikan penekanan pada keaktifan konseli dalam memilih tujuan-tujuan
dan pada keterlibatan aktif klien dalam proses terapi. Mereka menjelaskan bahwa terapi tidak
bisa dipaksakan kepada klien yang tidak berkesediaan dan bahwa terapis dan konseli perlu
bekerja sama untuk mencapai sasaran-sasaran bersama.

Menurut Corey tujuan dalam pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi masalah
konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan sebagai kerangka untuk
menilai hasil konseling. Sedangkan Latipun dalam bukunya yang berjudul Psikologi
Konseling menjelaskan bahwa tujuan Terapi Behavior adalah mencapai kehidupan tanpa
mengalami perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan
perilaku, yang dapat membuat ketidak puasan dalam jangka panjang, atau mengalami konflik
dengan lingkungan sosial.

D. CIRI-CIRI TEKNIK BEHAVIOR

Membahas konsep dasar tentang suatu teori atau pendekatan tidak akan lepas dari
pembahasan tentang ciri-ciri karakterinsik pendekatan tersebut. dari bagaimana pemikiran
para ahli tentang ciri-ciri pendekatan behavior, peneliti mengambil ciri-ciri teori menurut
Singgih, (2007:194), yang menjelaskan ciri-ciri pendekatan behavior sebagai berikut:

1. Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat dirubah.
2. Perubahan khusus terhadap lingkungan individual yang dapat membantu
individu atau sekelompok individu dalam merubah perilaku perilaku yang
relevan. Sehingga prosedur - prosedur konseling berusaha membawa
perubahan-perubahab yang relevan dalam perilau konseli dengan merubah
lingkungan.
3. Prinsip-prinsip belajar social, dapat digunakan untuk mengembangkan
prosedur-prosedur konseling.
4. Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-perubahan
dalam perilaku-perilaku khususkonseli diluar dari layanan konseling yang
diberikan.

5. Prosedur-prosedur konseling dapat secara khusus didesain untuk membantu


konseling dalam memecahkan masalah khusus.

E. MODIFIKASI PERILAKU

Eysenk dalam Soetarlinah Soekadji (1983) menyatakan bahwa modifikasi perilaku adalah
usaha mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan
hukum-hukum teori modern proses belajar.

Wolpe (1973) memberi batasan tentang modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip
belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif,
kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif
ditimbulkan dan dikukuhkan

Sebenarnya definisi istilah modifikasi perilaku yang tepat ialah usaha menerapkan prinsi-
prinsip proses belajar ataupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimenlain pada perilaku
manusia (Bootzin dalam Soekadji, 1983). Definisi yang telahdikemukakan di atas merupakan
definisi yang lebihlonggar daripada definisiyang diberikan oleh behavioris. Mereka
mendefinisikan modifikasi perilaku sebagai penggunaan secara sistematis teknik conditioning
pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan
mengontrol lingkungan perilaku tersebut (Powers dan Osbom,. dalam Soekadji,1983).

Dengan merujuk kepada beberapa definisi di atas, dapat dinyatakan bahwamodifikasi


perilaku adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan untuk menerap-kan prinsip-prinsip
proses belajar dan prosedur psikologis dengan tujuan untuk memodifikasi perilaku individu
atau klien yang tidak normal agar kembali menjadi normal seperti semula.

Dalam modifikasi perilaku terdapat beberapa analisi fungsi awalnya antara lain :

Formula ABC

A (Antecedent) ialah segala hal yang mencetuskan atau menyebabkan perilaku yang
dipermasalahkan. Antecedent ini berkaitan dengan situasi tertentu (bila sendiri, bila bersama
teman, saat tertentu, tempat tertentu, selagi melakukan aktivitas tertentu, dan sebagainya).

B (Behavior) ialah segala hal mengenai perilaku yang dipermasalahkan. Behavior ini dilihat
dari sisi frekuensinya, intensitasnya, dan lamanya.

C (Consequence) ialah akibat-akibat yang diperoleh setelah perilaku itu terjadi. Konsekuensi
inilah yang biasanya “memelihara” perilaku yang menjadi masalah. Misalnya: mendapat
pujian atau perhatian, perasaan lebih tenang, bebas dari tugas, dan sebagainya.

Perubahan dalam Modifikasi Perilaku:

a. Peningkatan
b. Pemeliharaan
c. Pengurangan atau penghilangan

d. Perkembangan atau perluasan

F. JENIS-JENIS MODIFIKASI PERILAKU


1. Teknik Modeling
2. Teknik Shaping
3. Teknik Token Economy
4. Teknik Floading
5. Teknik Extincion
6. Teknik Relaksasi
7. Desentelisasi

8. Self Management

G. PENGERTIAN SHAPING

Shaping adalah mengembangkan perilaku baru dengan penguat berturut-turut dan perkiraan
yang teliti serta menghilangkan perkiraan yang terdahulu dari perilaku. Shaping juga
merupakan salah satu prosedur untuk membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh
individu.
Shaping merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan untuk membentuk suatu perilaku
yang belum pernah ditampilkan oleh individu di dalam modifikasi perilaku (Martin et al,
2010). Di dalam shaping pembentukan perilaku baru dilakukan dengan cara memberikan
reinforcer pada setiap tahapan perilakusehingga semakin lama semakin mendekati target
perilaku yang diinginkan (Martin et al, 2010).
Menurut prinsip behavioral, shaping merupakan teknik yang selalu mengesampingkan hal-hal
yang berhubungan dengan mekanistik, yang memiliki tahap-tahap di antaranya
reinforcement, dan ada modal awal yang harus dimiliki, di mana hal tersebut mirip dengan
suatu tujuan. Kemudian, dalam teori kondisioning operant dari Skinner, menunjuk pada
pengubahan tingkah laku pada suatu arah spesifik melalui penguatan, atau Reinforcement,
bagi respons-respons spesifik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa shaping adalah suatu teknik
mengembangkan tingkah laku baru melalui mula-mula memberikan penguatan pada sesuatu
respons yang membentuk respons tingkah laku yang dikehendaki.

H. PENERAPAN SHAPING
a. Sistematis, harus mengikuti langkah-langkah (prosedur) yang jelas
b. Tidak Sistematis, tanpa adanya prosedur yang jelas
c. Self Shaping, adanya pembentukan perilaku oleh diri kita sendiri. Contoh : Latihan
membuat kue awalnya terlalu asin (keasinan), tapi setelah beberapa lama (sering)
dalam membuat kue yang sama maka rasanya akan sesuai dengan yang diinginkan
(tambah enak).

Langkah-langkah dalam Shaping:

a. Menentukan perilaku akhir yang diinginkan bisa topografi saja, amount saja, intensity
saja atau ketiga-tiganya bisa dipakai sekaligus.
b. Memilih perilaku awal sebagai modal sehingga akhir dari perilaku memenuhi
harapan.
c. Memilih tahap pembentukan (langkah-langkah dari shaping), hal ini dilakukan supaya
dalam memberikan reinforcement bisa lebih terencana.

d. Bergerak pada tempat yang benar (moving), supaya subyek berhasil dalam
melakukannya jangan terlalu cepat dalam mengajari, usahakan disesuaikan dengan
perkembangan dari anak.

I. CONTOH KASUS MENGGUNAKAN SHAPING


Salah satu contoh kasus yang dapat diambil dari teknik Shaping adalah Pembentukan Shaping
untuk membentuk perilaku sosial anak dengan ketidakmampuan intelektual ringan.
Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan metode shaping untuk memunculkan
perilaku meminta tolong anak untuk menyebrang jalan. Anak yang memiliki intelektual
rendah cenderung untuk berkomunikasi, mengingat, memahami aturan sosial, memahami
sebab akibat pada kejadian sehari-hari, menyelesaikan masalah, berpikir secara logis,
masalah fungsi sosial serta bereaksi dan berinteraksi sesuai usianya.

Alasan penggunaan teknik ini karena sebelumnya partisipan tidak pernah memunculkan
perilaku meminta bantuan pada orang lain yang tidak dikenalnya untuk membantu
menyeberang jalan.

Partisipan adalah seorang anak perempuan berusia 11 tahun 4 bulan duduk di kelas 4 SD
Negeri. Hasil tes inteligensi Stanford Binet menunjukkan IQ partisipan berfungsi pada taraf
61 dan berada pada mental age 6 tahun 8 bulan. Berdasarkan hasil penilaian secara
keseluruhan kecerdasan F termasuk kategori mild mental retardation (APA, 2000). Di dalam
proses terapi juga diberikan penguatan positif, fading dan generalisasi. Hasil program ini
menunjukkan bahwa partisipan mampu memunculkan perilaku meminta tolong pada orang
asing untuk membantunya menyeberang jalan melalui teknik shaping dalam modifikasi
perilaku. Melalui teknik shaping dengan menerapkan positive reinforcement pada situasi
yang dibuat bertahap dari yang temudah hingga tersulit, membuat partisipan terbiasa
memunculkan perilaku meminta tolong untuk menyeberang jalan. Proses bertahap ini penting
dalam modifikasi perilaku teknik shaping (Martin et al, 2010).

Pemberian positive reinforcement berupa stiker dan pujian pada sesi-sesi tertentu
memperkuat munculnya perilaku partisipan. Oleh sebab itu lah tidak mengherankan melalui
teknik ini dapat membantu partisipan memperkuat perilaku meminta tolong pada orang lain
untuk menyeberang jalan pada sesi berikutnya. Ada beberapa hal yang menjadi catatan dalam
penerapan modifikasi perilaku pada partisipan. Pertama, selama sesi berlangsung partisipan
selalu berhasil mendapatkan bantuan. Meski modifikator telah mengajarkan pada partisipan
apa yang harus dia lakukan saat ditolak orang lain, sayangnya selama sesi berlangsung
partisipan tidak pernah mengalami penolakan dari orang yang dimintai tolong olehnya
sehingga ia tidak dapat mempraktikkan tindakan yang dapat ia munculkan saat ditolak.

Mengetahui bagaimana partisipan menghadapi penolakan sebenarnya penting. Hal ini karena,
penolakan dari orang lain dapat dipersepsikan partisipan menjadi suatu hal yang tidak
menyenangkan sehingga menjadi salah satu faktor penurunan perilaku. Bantuan dari satu
orang tertentu dianggap sebagai konsekuensi positif yang membuat partisipan akan kembali
lagi pada orang yang sama saat butuh bantuan menyeberang jalan. Sayangnya dengan pola
tersebut, dapat menghambat proses generalisasi pada partisipan.

Hal lain yang menarik pada proses ini adalah munculnya perubahan emosi pada partisipan.
Saat partisipan pertama kali meminta tolong untuk menyeberang jalan, ekspresi partisipan
selalu tegang dan ragu saat melangkah mendekati orang yang akan dimintai tolong. Saat sesi
terakhir dan follow up, partisipan lebih santai dan langsung mendatangi seseorang untuk
meminta tolong. Keberhasilan partisipan di setiap sesi dan pengalaman mendapatkan umpan
balik yang positif dari orang dimintai tolong menjadi pengalaman yang positif bagi partisipan
untuk membangun self efficacy partisipan. Self efficacy merupakan keyakinan seseorang
mengenai kemampuannya pada situasi tertentu (Bandura, 1994). Dengan adanya self efficacy
yang positif partisipan menjadi merasa lebih yakin pada dirinya dan tidak lagi merasa
ketakutan saat meminta bantuan orang lain menyeberang jalan.
BAB III
PENUTUP

Psikologi Behaviorisme adalah ilmu pisokologi yang mempelajari tentang tingkah atau
perilaku manusia. Dengan kita mempelajarinya kita dapat mengetahui tentang hal ini. Dan
tingkah laku seseorang. Tingkah laku seseorang dapat dibentuk karna pengaruh dari
lingkungan sekitarnya lingkungan dimana orang itu berada. Modifikasi perilaku dicetuskan
oleh J.B. Watson dana berdiri di Amerika Serikat, Dan tokoh-tokoh Psikologi Behaviorisme
adalah John Watson, Thomdike, Pavlov, Gagne, dan Albert Bandura

Dalam behaviorisme untuk mengubah perilaku seseorang dibutuhkan modifikasi perilaku,


yaitu merubah perilakh seseorang dari yang maladatif menjadi adatif sesuai dengan apa yang
iinginkan oleh individu tersebut. Daalam modifikasi perilaku terdapat beberapa teknik saalah
satunya teknik shaping, teknik shaping adalah teknik yang digunakan untuk membentuk
perilaku yang baru dengan memberikan penguatan-penguatan

Teknik shaping dilakukan secara sistematis atau bertahap dan diberikan reinforcment atau
penguatan pada setiap tahapannya agar perilaku tersebut bertahan.

Anda mungkin juga menyukai