PAPER
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Pendekatan Konseling
Dosen Pengampu :
Mulawarman. S.Pd., M.Pd., Ph.D.
Eni Rindi Antika. M.Pd.
Disusun Oleh :
Amanda Ayuningtias 1301421026
Niswatul Birra 1301421028
Muhammad Akbar Hidayat 1301421058
Salma Nurul Baidho 1301421060
Rizky Dwi Andini 1301421086
Najwa Husniyatin Nadhiroh 1301421090
2. Pendiri/Pengembang Utama
Peristiwa penting dalam salah satu sejarah perkembangan behavioristik adalah
dipublikasikannya tulisan seorang psikolog Inggris yaitu H.J. Eysenck tentang terapi
behavior pada tahun 1952. Di bawah pimpinan H.J. Eysenck, Jurusan Psikologi di Institut
Psikiatri memiliki dua bidang yaitu bidang penelitian dan bidang pengajaran klinis.
Bidang penelitian lebih mengembangkan dimensi tingkah laku untuk menjelaskan
abnormalitas tingkah laku yang dirumuskan oleh Eysenck, sedangkan dalam bidang
pengajaran klinis menyelenggarakan latihan bagi sarjana-sarjana psikologi klinis. Dalam
tahap awal perkembangannya batasan pendekatan behavior diberikan sebagai aplikasi
teori belajar modern pada perlakuan masalah masalah klinis..
Kemudian B.F. Skinner pada tahun 1953 menulis buku Science and Human
Behavior, menjelaskan tentang peranan dari teori operant conditioning di dalam perilaku
manusia. Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang berkembang secara logis dari
keseluruhan sejarah psikologi eksperimental. Dilanjut oleh Eksperimen Pavlov dengan
classical conditioning dan Bekhterev dengan instrumental conditioning-nya memberikan
pengaruh besar terhadap pendekatan behavior. Pavlov mengungkapkan berbagai
kegunaan teori dan tekniknya dalam memecahkan masalah tingkah laku abnormal seperti
hysteria, obsessional neurosis dan paranois. Perkembangan ini diperkuat dengan tulisan
dari Joseph Wolpe (1958) dalam bukunya Psychotherapy by Reciprocal Inhibition.
Pada tahun 1960-an muncul gagasan baru yang mengemukakan tentang terapi
behavior dan neurosis oleh Eysenck yang pada akhirnya berpengaruh besar pada
Principles of Behavior Modification dari Bandura (1969). Perkembangan yang pesat
membawa terapi behavior untuk pertama kalinya ditulis dalam publikasi ilmiah yaitu
Behavior Research and Therapy dan Journal of Applied Behavior Analysis. Albert
Bandura mengganti titik tekan perhatiannya pada teknik perilaku baru yaitu participant
modeling. Perkembangan selanjutnya adalah digagasnya teori dan metode
cognitive-behavioral dengan pendekatan A-BCs oleh Albert Allis pada tahun 1970-an.
Kontributor dari pendekatan baru ini adalah Aaron T. Beck (1976), Donald Meichenbaum
(1977) dan Albert Bandura dengan konsep yang dikemukakan adalah self-efficacy,
manifestasi dari pendekatan belajar sosial (social learning approach). Social learning
theory merupakan kombinasi dari classical dan operant conditioning.
Tokoh-tokoh pengembang behaviorisme adalah ; Skinner, Pavlov, Eysenck,
Joseph Wolpe, Albert Bandura, Albert Ellis, Aaron T. Beck, Ricard Walters, Arnold
Lazarus, dan J. B. Watson.
3. Konsep Dasar Model/Pendekatan
Studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) merupakan salah satu studi
paling penting dalam perkembangan pendekatan behavioral. Objek-objek penelitian ini
menjadi teknik-teknik inti dalam konseling behavioral. Krumboltz dari The Standford
University yang pertama kali mengemukakan istilah behavioral counseling pada tahun
1964. Dasar pendekatan behavioral yakni pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia
yakni pendekatan sistematik dan terstruktur dalam konseling. Pandangan ini melihat
individu sebagai buatan dari pengkondisian lingkungan ketimbang melihat kemampuan
individu sebagai pembuat lingkungan (Gantina Komalasari, 2011)
7. Hubungan terapeutik
Menurut seligman 2006, Perbedaan individu dilihat berdasarkan pengalaman nya
serta Perilaku yang dipelajari dan didapatkan itu berdasarkan dari pemodelan,
pengkondisian, dan bantuan yang terjadi dalam konseling behavioral. Setiap pribadi yang
melakukan sebuah kegiatan atau tindakan itu pasti memiliki tujuan yang Dalam setiap
perilaku yang terjadi ada beberapa faktor tertentu yang terjadi berdasarkan pikiran,
emosi, kebiasaaan dan aspek aspek lainnya. Konseling behavioral juga berusaha untuk
memahami dan merubah dirinya dan Harus didasarkan pada metode ilmiah dan
sistematis, empiris dan eksperimental.
8. Tahap-Tahap konseling
Joyce da Sill (2001) mengatakan bahwa proses konseling gestalt terjadi dalam
tahapan tertentu yang fleksibel. Tiap-tiap tahap memiliki prioritas dan tujuan tertentu
yang membantu konselor dalam mengorganisasikan proses konseling. Tahap-tahap
tersebut yaitu:
1. Tahap Pertama (The Beginning Phase)
Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih
spesifik. Peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan memangkitkan
keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam
rangka katarsis dan menawarkan konseli untuk melakukan berbagai eksperimentasi untuk
meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi, dan memahami unfinished
business. Adapun proses tahap ini meliputi:
Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan
mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan yang
cukup signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada tahap ini konseli
menghadapi kecemasan-kecemasan nya sendiri, ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan
yang selama ini terpendam dalam diri. Pada fase ini konselor memberikan dukungan dan
motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi
masalahnya. Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang dilalui, yaitu:
a. Menghadapi hal-hal yang tidak diketahui dan mempercayai regulasi diri organismik klien
untuk berkembang.
b. Memiliki kembali bagian dari diri konseli yang tadinya hilang atau tidak diakui.
c. Membuat suatu keputusan eksistensial untuk hidup dan terus berjalan.
d. Bekerja secara sistematis dan terus menerus dalam mengatasi keyakinan konseli yang
destruktif, tema-tema kehidupan klien yang negative.
e. Memilih hidup dengan keberanian menghadapi ketidakpastian.
f. Berhubungan dengan makna-makna spiritual.
g. Mengalami sebuah hubungan perbaikan yang terus-menerus berkembang.
Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi
sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri, pengalaman dan
emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Tahap ini terdiri dari beberapa langkah,
diantaranya:
a. Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan insight
baru.
b. Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.
c. Berhubungan dengan masyarakat dan komunitas secara luas.
d. Menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru
e. Menerima tanggung jawab untuk hidup.
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa
supervisi konselor. Tahap pengakhiran ditandai dengan proses sebagai berikut:
a. berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah
selesai.
b. Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada.
c. Merayakan apa yang telah dicapai.
d. Menerima apa yang belum dicapai.
e. Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis di masa depan.
f. Membiarkan pergi dan terus melanjutkan kehidupan.
Menurut Latipun (2008), teknik yang digunakan dalam konseling behavior adalah
sebagai berikut:
2. Teknik-teknik spesifik
- Desensitisasi Sistematik.
- Latihan Asertif.
- Terapi Aversi.
- Penguatan Positif.
- Pencontohan.
- Token Economy.
Teori dan Pendekatan Konseling Behavioral ditemukan karena adanya tulisan seorang
psikolog Inggris yaitu H.J. Eysenck tentang terapi behavior pada tahun 1952. Lalu teori ini
dikembangkan oleh Skinner, Pavlov, Eysenck, Joseph Wolpe, Albert Bandura, Albert Ellis,
Aaron T. Beck, Ricard Walters, Arnold Lazarus, dan J. B. Watson.
Dalam teori ini Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah pasif dan
mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan
keinginan lingkungan yang membentuknya. Lebih jelas lagi penjelaskan tentang hakikat manusia
dalam pandangan teori behavioristik sebagai berikut: dalam teori ini menganggap manusia
bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam
deterministic dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai
kehidupan dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya,dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.
Sanyata. 2012. Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling. Jurnal Paradigma,
No. 14 Th. VII. Hal 1-11