Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU:
Dr.M. Saleh, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelas: 3A PGSD
Kelompok 8 Materi 1

SYARIFAH 1910125120041
MUHAMMAD FAKHRIZAN IKHSAN 1910125310028
TUTUT ARIYANI 1910125320011
PUTERI RAHAYU 1910125220066
SHEILA AYU PRATIWI 1910125220016
ABDUL HALIM 1910125210067
RISMA SANTI 1910125320016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

Belajar dan pembelajaran merupakan topik yang tetap menarik ketika


mengkaji ilmu-ilmu perilaku. Bagaiman sebenernya proses belajar itu dapat
berlangsung dan bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan, ini merupakan
hal yang menarik bagi pendidik, guru, orang tua, konselor, dan orang-orang yang
bergerak dalam pengelolaan perilaku. Jika belajar merupakan suatu kegiatan yang
bersifat rumit dan kompleks, maka pembelajaran menjadi lebih kompleks dan
rumit karena tujuan pembelajaran adalah untuk memacu (merangsang) dan
memicu (menumbuhkan) terjadi kegiatan belajar. Dengan demikian, hasil belajar
merupakan tujuan dan pembelajaran dari sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar
dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat
azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori
merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori
belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar. Untuk itu dalam
pemahasan ini penyusun akan mengulas mengenai teori belajar yang berhubungan
dengan psikologi yang berpijak pada pandaangan behavioristik dan aplikasinya
dalam pembelajaran.
BAB II
PERMASALAHAN

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tentang karakteristik teori Behavioristik?
2. Bagaimana pendapat para ahli tentang teori Behavioristik?
3. Bagaimana Aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran?

B. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang karakteristik teori
Behavioristik.
2. Mengetahui pandangan dan pendapat para ahli tentang teori
Behavioristik.
3. Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori
Behavioristik dalam sistem pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK TEORI BEHAVIORISTIK

a. Pengertian Teori Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku


manusia. Prespektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam
menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan
berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) hukum - hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku
menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh
aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang
terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku
tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, karena
tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman.
Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak,
merupakan tingkah laku yang dipelajari. Dalam belajar siswa seharusnya
dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan
menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa
lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar
dengan pendekatan inkuiri terbimbing.

Behaviorisme atau aliran perilaku adalah filosofi dalam psikologi


yang berdasarkan pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme
termasuk tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai
perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan
secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologi internal atau konstrak hipotetis
seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki
dasar yang biasa diamati tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat
diamati secara publik seperti tindakan dengan proses yang diamati secara
pribadi seperti pikiran dan perasaan.
b. Ciri - Ciri Teori Behavioristik

Ada beberapa karakteristik teori behavioristik. Pertama, teori


behavioristik mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan pengamatan perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalaman - pengalaman batin dikesampingkan serta gerak-
gerak pada badan yang di pelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu
jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks.
Behaviorisme mencari unsur - unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-
perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi
yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu
yang kompleks refleks. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu
dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan
adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena
kebiasaan - kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks keinginan
hati. ciri - ciri dari teori belajar behavioristik adalah sebagai beriku, :

1) Belajar adalah perubahan tingkah laku.

2) Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu


menunjukkan perubahan tingkah laku.

3) Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran yang
berupa respon.

4) Sesuatu yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak dianggap penting
sebab tidak bisa diukur dan diamati.

5) Yang bisa diukur dan diamati hanya stimulus dan respon.

6) Penguatan adalah faktor penting dalam belajar.

7) Bila penguatan ditambah maka respon akan semakin kuat, demikian juga
jika respon dikurangi maka respon juga menguat.

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran, bahwa kegiatan


belajar ditekankan sebagai aktivitas yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian
materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian - bagian keseluruhan.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut
satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa
telah menyelesaikan tugas belajarnya.

c. Karakter Teori Behavioristik

Berkenaan dengan tingkah laku manusia, teori belajar behavioristik


memiliki karakteristik sebagai berikut, :

1) Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan

2) Mementingkan bagian - bagian yang terpisah, artinya bahwa manusia itu


terdiri dari bagian - bagian.

3) Mengamati perilkau manusia dari reaksi - reaksi yang timbul karena


pengaruh stimulus.

4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu bersifat mekanisme,


artinya perilaku manusia sama seperti mesian atau gejala - gejala alam.

5) Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa lalu, artinya pengalaman -


pengalaman yang pernah terjadi akan memengaruhi dan mewarnai
perilaku manusia hari ini.

6) Pembentukan perilaku manusia lebih banyak diakibatkan oleh proses


kebiasaan.

7) Ciri khas dalam pemecahan masalah, menurut behavioristik dilakukan


dengan cara mencoba - coba ( trial and error )

B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK MENURUT PARA AHLI

1. Edward Lee Thorndike(1874-1949)

Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan


Amerika S1 dari Universitas Weseyan tahun 1895,S2 dari Harvard Tahun 1896
dan meraih gear Dokter di Coumbia tahun 1898. Menurutnya” belajar merupakan
proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau
gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan.”

Stimulus adalah perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda


untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai
hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih
respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (Trial) dan
kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar
adalah Trial and Error learning atau selecting and conecting learning dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau
asosiasi.

Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat,


menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera
dan inplus untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon
disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. Thorndike
mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut:

1) Hukum Kesiapan (Law of readiness), yaitu semakin siap suatu


organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasaan
individu sehingga asosiasi cenderung di perkuat.

2) Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah


laku di ulang/di latih (digunakan),maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat.

3) Hukum Akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon


cenderung di perkuat bila akibatnya menyenangkan

dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan

Selanjutnya Thorndike menambahan hukum tambahan sebagai berikut :


1) Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response), hukum ini mengatakan
bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan eror yang
menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh
respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang di hadapi.

2) Hukum Sikap (set/attitude), hukum ini menjelaskan bahwa perilaku


belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus
dengan respon saja,teteapi juga di tentukan keadfaan yang ada dalam
diri individu baik kognitif,emosi,sosial,maupun psikomotornya.

3) Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element), hukum ini


mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon
hanya pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap
keseluruhan situasi (respon selektif).

4) Hukum Respon by Analogy, hukum ini mengatakan bahwa individu


dapat melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami
karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang
belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami
sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah
dikenal kesituasi baru. Makin banyak unsur yang sama/identik, maka
transfer akan makin mudah.

5) Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting), hukum ini


mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal kesituasi
yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikiut
demi sedikit unsur lama.

2. Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)

B. F. Skinneradalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal


sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu
dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan yang relatif besar. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill)
dan latihan (exercise).

Menagement kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk


memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun
pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning atau pengkondisian operana
dalam suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.

Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh Skinner.

Menurut Skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung


merpati unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila
diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan
negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan oleh Guthrie bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut
dikarenakan menurut Skinner :

1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat


sementara.
2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

3) Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah


dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.

4) Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang


kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang
diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut
penguatan baik negatif maupun positif.

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain :

1) Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa jika salah


dibetulkan dan jika benar diberi penguat.

2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3) Materi pelajaran digunakan sistem modul.

4) Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

5) Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk ini,


lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman.

6) Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadian dan sebaiknya


hadian diberikan dengan jadwal variable rasio reinforcer.

7) Dalam pembelajaran digunakan shaping.

3. Robert Gagne

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang


terkenal dengan penemuannya berupa Conditions of Learning. Ia lahir pada 21
Agustus 1918. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendesain software
instruksional (program – program berupa drill, tutorial atau simulasi). Kontribusi
terbesar dari teori instruksional Gagne adalah “9 kondisi Instruksional” yaitu :

1) Mendapatkan perhatian.
2) Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai.

3) Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.

4) Penyajian materi baru.

5) Menyediakan pembimbingan.

6) Memunculkan tindakan.

7) Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik.

8) Menilai hasil belajar yang ditunjukkan.

9) Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan


informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemprosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal
yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.

Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus


dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan. Gagne mencatat ada
delapan tipe belajar, yaitu sebagai berikut:

1) Belajar isyarat (signal learning).

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu


karena adanya tanda atau isyarat. Dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-
pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Kondisi
yang diperlukan buat berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus
(signal) secara serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Respon
yang timbul bersifat umum dan emosional, selainnya timbulnya dengan tak
sengaja dan tidak dapat dikuasai. Contoh: berhenti mengendarai kenderaan pada
saat lampu merah menyala, melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang. Wajah
ibu di sini merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan senang itu.

2) Belajar stimulus respon.

Belajar stimulus respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan
dari luar. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang
diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan(reinforcement) sehingga
terbentuk perilaku tertentu(shaping). Contoh: Anjing dapat diajari “memberi
salam” dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan “kasih tangan” atau
“salam”. Ucapan “kasihtangan” merupakan stimulus yang menimbulkan respon
“memberi salam” olehanjing itu.

3) Belajar rangkaian (chaining).

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus-


respon yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang
segera/spontan. Contoh: Membuka pintu mobil-duduk-kontrol persenelling-
menghidupkan mesin-menekan kopling-pasang perseneling-menginjak gas

4) Belajar asosiasi verbal (verbal Association).

Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu


obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata
dalam urutan yang tepat. Contoh Bentuk verbal association yang paling
sederahana ialah biladiperlihatkan suatu bentuk geometris, dan anak itu dapat
mengatakan “bujursangkar”, atau mengatakan “itu bola saya” bila dilihatnya
bolanya.

5) Belajar membedakan (discrimination).

Belajar membedakan terjadi bila individu berhadapan dengan benda,


suasana atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang
jumlahnya banyak itu. Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda
pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contoh: Anak dapat mengenal
berbagai merk mobil beserta namanya,walaupun tampaknya mobil itu banyak
bersamaan. Demikian pula ia dapat membedakan manusia yang satu dari yang
lain, juga tanaman, binatang, dan lain-lain.

6) Belajar konsep (concept learning).

Belajar mengklasifikasikan stimulus atau menempatkan obyek-obyek


dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. Contoh: Tahap pertama
belajar konsep lingkaran mungkin belajar mengucapkan kata lingkaran sebagai
suatu membangkitkan sendiri hubungan stimulus respon, sehingga siswa dapat
mengulangi kata.

7) Belajar dalil (rule learning).

Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan kaidah yang terdiri
dari penggabungan beberapa konsep.Hal ini terjadi bila individu menggunakan
berbagai rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang
diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data
tersebut menjadi suatu aturan.Contoh: kita ketahui bahwa 5 x 6 = 6 x 5 dan
bahwa 2 x 8 = 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa aturannya dapat
dinyatakan dengan a x b = b x a.

8) Belajar memecahkan masalah (problem solving)

Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah


untuk memecahkan masalah, sehingga berbentuk kaidah yang lebih tinggi(higher
order rule). Contoh: Menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa
mencemarkan lingkungan hidup.

Konsep behavioristik memandang bahwa perilaku individu merupakan


hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-
kondisi belajar dan didukung dengan berbagai penguatan untuk mempertahankan
perilaku atau hasil belajar yang dikehendaki (Sanyata, 2012). Semuanya itu timbul
setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan lingkungan sosial budayanya
dalam proses pendidikan. Maka individu akan menjadi pintar, terampil dan
mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apakah dan bagaiamana ia
belajar dengan lingkungannya (Rusuli, 2014).
Stimulus yang dimaksud tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Respon muncul
sebagai akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S.R (Stimulus-
Respon).

Menurut Suryabrata (2007) dan Rusuli (2014) teori belajar behavioristik


memiliki ciri-ciri spesifik, yaitu:

1) Mementingkan faktor lingkungan,

2) Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar,

3) Menekankan pada tingkah laku tampak dengan mempergunakan metode


obyektif,

4) Menekankan pada faktor bagian (elemen-elemen dan tidak keseluruhan),

5) Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi dan mekanisme “Bond”,


refleks dan kebiasaan-kebiasaan,

6) Mementingkan masa lalu atau bertinjauan historis, artinya segala tingkah


lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan.

C. APLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari


beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau (pikiran) adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pembelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh
murid.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.

Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa SD:

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori-teori


behavioristik adalah ciri-ciri kuat mendasarinya yaitu:
1.Mementingkan pengaruh lingkungan.
2.Mementingkan bagian-bagian (elementalistik).
3.Mementingkan peranan reaksi.
4.Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon.
5.Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6.Mementingkan pembentukan kebiasan melalui latihan dan pengulangan.
7.Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
8.Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

Adapun aplikasi dalam pembelajaran berdasarkan teori behavioristik,


dalam merancang kegiatan pembelajaran, adalah:
1.Menentukan tujuan pembelajaran.
2.Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasikan pengetahuan awal peserta didik.
3.Menentukan materi pembelajaran.
4.Memecah materi pembelajaran menjadi bagian – bagian kecil, meliputi
pokok bahasan, subpokok bahasan topik dan sebagainya.
5.Menyajikan materi pembelajaran.
6.Memberikan stimulus.
7.Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik.
8.Memberikan penguatan baik yang positif maupun negatif, atau hukuman.
9.Memberikan stimulasi baru.
10.Mengamati dan mangkaji respons yang diberikan pesrta didik.
11.Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
12.Demikian seterusnya.
13.Evaluasi hasil belajar
Dalam teori belajar behaviorisme tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan
harus segera diperbaiki. Berikut beberapa implikasi teori belajar behaviorisme
dalam pembelajaran:

1. Pembelajaran yang disusun dan berdasarkan pada teori behaviorisme


memandang pengetahuan secara obyektif. pasti, tetap. tidak berubah.
Pengetahuan sudah tertata dengan rapi. sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) kepada peserta didik.
2. Pesena didik dianggap sebagai objek pasif yang memerlukan motivasi dan
penguatan dari pendidik
3. Teori behaviorisme dalam pembelajaran sedikit memberikan kebebasan
bagi pesena didik unluk berkreasi. bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuan.
4. Peserta didik dikendalikan oleh aturan aturan yang jelas dan ditetapkan
secara ketat.
5. Tujuan pembelajaran berfokus menambahkan pengetahuan, sedangkan
belajar sebagai aktivitas untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis. ataupun les.
6. Evaluasi menekankan pada perilaku yang nampak. respon pasif,
ketrampilan Kritik terhadap behaviorisme adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru, bersifat mekanistik. dan hanya berorientasi pada hasil
yang dapat diamati dan diukur. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai
metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi
belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behaviorisme.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih
menekankan pada perubahantingkah laku serta sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon.
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme,
pengkondisian, penguatan, dan Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia
bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
4. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar
Behavioristik:
- Edward Lee Thorndike (1874-1949)
- Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)
- Robert Gagne
5. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.

B. SARAN
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode dan
teori yang tepat, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Oleh karena itu sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari
teori-teori pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Eni Fariatul Fahyuni, Istikomah. 2016. Psikologi Belajar dan


Mengajar.Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Nahar, N. I. 2016. Penerapan Teori Belajar Behaioristik Dalam Proses


Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengtahuan Sosia Vol 1, No 1, 68-71.

Warsita, B. 2008. Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada


Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal Teknodik Vol. XII No. 1, 68-
70.

Husamah, dkk. 2016. Belajar & Pembelajaran. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

Hassanudin. 2017. BIOPSIKOLOGI PEMBELAJARAN TEORI DAN APLIKASI.


banda aceh: Syiah Kuala University Pess.
Setiawan, M. A. 2017. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Ponorogo:
UWAIS INSPIRASI INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai